Sap DM
Sap DM
Glimepiride
Glibenclamide
Glipizide
Gliclazide
Gliquidone
Sulfonilurea akan meningkatkan kadar insulin dalam tubuh sehingga dapat
mempertinggi risiko hipoglikemia jika salah pemakaiannya.
c. Insulin
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian akan
memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Untuk pasien
yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa darahnya dengan kombinasi
sulfonilurea dan metformin, langkah berikut yang mungkindiberikan adalah insulin
Disamping pemberian insulin secara konvensional 3 kali sehari dengan memakai
insulin kerja cepat, insulin dapat pula diberikan dengan dosis terbagi insulin kerja
menengah dua kali sehari dan kemudian diberikan campuran insulin kerja cepat
dimana perlu sesuai dengan respons kadar glukosa darahnya. Umumnya dapat juga
pasien langsung diberikan insulin campuran kerja cepat dan menengah dua kali
sehari.
Kombinasi insulin kerja sedang yang diberikan malam hari sebelum tidur
dengan sulfonilurea tampaknya memberikan hasil yang lebih baik daripada dengan
insulin saja, baik satu kali ataupun dengan insulin campuran. Keuntungannya pasien
tidak harus dirawat dan kepatuhan pasien tentu lebih besar
d. Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjnya sama dengan sulfonilurea,
dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam
obat yaitu: Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin).
Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi
secara cepat melalui hati.
e. Tiazolidindion
adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis meningkatkan
sensitivitas insulin. dapat diberikan secara oral. Golongan obat ini bekerja
meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa dihati.
Golongan obat baru ini diharapkan dapat lebih tepat kerjanya pada sasaran
kelainan yaitu resistensi insulin dan dapat pula dipakai untuk mengatasi berbagai
manifestasi resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak
menyebabkan kelelahan sel- pankreas.
f.
Pada penggunaan obat metformin, efek samping yang mungkin sering muncul
adalah gangguan lambung-usus, antara lain anorexia (kehilangan nafsu makan), mual,
muntah, keluhan abdominal, diare terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut
berhubungan dengan dosis dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara,
sedangkan pada penggunaan obat golongan sulfonil urea, efek samping yang mungkin
terjadi adalah hipoglikemia terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare), sakit
kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit alergis.
3. Pentingnya Minum Obat
Pengobatan DM bertujuan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas
hidup pasien (Ambarwati, 2012). Pencegahan komplikasi dilakukan dengan cara menjaga
kestabilan gula darah dengan pengobatan secara rutin seumur hidup karena DM merupakan
penyakit seumur hidup yang tidak bisa disembuhkan secara permanen sehingga banyak
pasien yang jenuh dan tidak patuh dalam pengobatan (Pratita, 2012). Pemberian obat
bertujuan untuk mencapai hasil yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Hepler &
Strand, 1990). Kualitas hidup menunjukkan hasil kesehatan yang mempunyai nilai penting
dalam sebuah intervensi pengobatan. Kualitas hidup pasien DM berhubungan atau
tergantung pada kontrol glikemik yang baik (Rubin & Peyrot, 1999). Keberhasilan
pengobatan meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Penyebab kurang optimalnya hasil
pengobatan pada umumnya meliputi ketidaktepatan peresepan, ketidakpatuhan pasien, dan
ketidaktepatan monitoring (Hepler & Strand, 1990).
Ketidakpatuhan pasien meningkatkan resiko komplikasi dan bertambah parahnya
penyakit yang diderita (Pratita, 2012). Berdasarkan laporan WHO tahun 2003, rata-rata
kepatuhan pasien terapi jangka panjang pada penyakit kronis di negara maju mencapai 50%
sedangkan di negara berkembang lebih rendah. Keberhasilan terapi DM sangat dipengaruhi
oleh kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan (BPOM, 2006). Keberhasilan terapi
dapat dilihat dari penurunan kadar gula darah puasa menjadi antara 70 dan 130 mg/dL
(Pascal et al., 2012).
Daftar Pustaka
Pratita, N.D., 2012, Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of
Control dengan Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2, Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Universitas Surabaya,1(1)
Alfabeta Rubin, R.R., dan Peyrot, M., 1999, Quality of Life and Diabetes,
Diabetes Metabolism Research and Review, 15, 205
Ambarwati, W.N., 2012, Konseling Pencegahan dan Penatalaksanaan
Penderita
Diabetes
Mellitus,
Publikasi
ilmiah,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Hepler, C. D., dan Strand, L. M., 1990, Opportunities and Responsibilities in
Pharmaceutical Care, American Journal of Hospital Pharmacy, 47, 535
Pascal, I.G., Ofoedu, J.N., Uchenna, N.P., Nkwa, A.A, & Uchamma, G.E.,
2012, Blood Glucose Control and Medication Adherence Among Adult Type 2
Diabetic
Nigerians
Attending
Primary
Care
Clinic
in
Under-resourced