Anda di halaman 1dari 4

1.

Jenis dan fungsi obat Dm


a. Metformin
Dalam konsensus ADA-EASD (2008), metformin dianjurkan sebagai terapi
obat lini pertama untuk semua pasien DM tipe 2 kecuali pada mereka yang punya
kon-traindikasi terhadap metformin misalnya antara lain gangguan fungsi ginjal,
gangguan fungsi hati, gagal jantung kongestif, asidosis metabolik, dehidrasi,
hipoksia dan pengguna alkohol.
Metformin bekerja dengan mengurangi kadar gula yang disalurkan hati ke
aliran darah dan membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin. Ini obat pertama
yang sering dianjurkan bagi penderita diabetes tipe 2.
Berbeda dengan obat-obat lain, metformin tidak menyebabkan kenaikan
berat badan. Karena itu obat ini biasanya diberikan untuk penderita yang mengalami
kelebihan berat badan.
b. Sulfonil urea
Obat golongan ini sudah dipakai pada pengelolaan diabetes sejak 1957.
Berbagai macam obat golongan ini umumnya mempunyai sifat farmakologis yang
serupa, demikian juga efek klinis dan mekanisme kerjanya. Beberapa informasi baru
mengenai obat golongan ini ada, terutama mengenai efek farmakologis pada
pemakaian jangka lama dan pemakaiannya secara kombinasi dengan insulin.
Mekanisme kerja obat golongan sulfonilurea:
-

Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan (stored insulin)


Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

Contoh-contoh obat ini adalah:

Glimepiride

Glibenclamide

Glipizide

Gliclazide

Gliquidone
Sulfonilurea akan meningkatkan kadar insulin dalam tubuh sehingga dapat
mempertinggi risiko hipoglikemia jika salah pemakaiannya.
c. Insulin
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian akan
memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Untuk pasien
yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa darahnya dengan kombinasi
sulfonilurea dan metformin, langkah berikut yang mungkindiberikan adalah insulin
Disamping pemberian insulin secara konvensional 3 kali sehari dengan memakai

insulin kerja cepat, insulin dapat pula diberikan dengan dosis terbagi insulin kerja
menengah dua kali sehari dan kemudian diberikan campuran insulin kerja cepat
dimana perlu sesuai dengan respons kadar glukosa darahnya. Umumnya dapat juga
pasien langsung diberikan insulin campuran kerja cepat dan menengah dua kali
sehari.
Kombinasi insulin kerja sedang yang diberikan malam hari sebelum tidur
dengan sulfonilurea tampaknya memberikan hasil yang lebih baik daripada dengan
insulin saja, baik satu kali ataupun dengan insulin campuran. Keuntungannya pasien
tidak harus dirawat dan kepatuhan pasien tentu lebih besar
d. Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjnya sama dengan sulfonilurea,
dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam
obat yaitu: Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin).
Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi
secara cepat melalui hati.
e. Tiazolidindion
adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis meningkatkan
sensitivitas insulin. dapat diberikan secara oral. Golongan obat ini bekerja
meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa dihati.
Golongan obat baru ini diharapkan dapat lebih tepat kerjanya pada sasaran
kelainan yaitu resistensi insulin dan dapat pula dipakai untuk mengatasi berbagai
manifestasi resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak
menyebabkan kelelahan sel- pankreas.
f.

Penghambat Glukosidase Alfa


obat ini bekerja secara kompetitif megnhambat kerja enzim kosidase alfa di
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia postprandial. obat ini bekerja di dalam lumen usus dan
tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.
Efek samping akibat maldigestif karbohidrat berupa gejala gastrointestinal seperti
meteorismus, flatus dan diare.

2. Cara Pemakaian dan Efek Samping obat DM


Obat diabetes glibenclamid harus diminum setiap hari sesuai anjuran dokter dan
diminum saat perut sedang kosong (15-30 menit sebelum makan), Obat diabetes metformin
harus diminum setiap hari sesuai anjuran dokter dan diminum saat makan atau setelah
makan, sedangkan insulin diberikan melalui suntikan dibawah kulit.

Pada penggunaan obat metformin, efek samping yang mungkin sering muncul
adalah gangguan lambung-usus, antara lain anorexia (kehilangan nafsu makan), mual,
muntah, keluhan abdominal, diare terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut
berhubungan dengan dosis dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara,
sedangkan pada penggunaan obat golongan sulfonil urea, efek samping yang mungkin
terjadi adalah hipoglikemia terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare), sakit
kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit alergis.
3. Pentingnya Minum Obat
Pengobatan DM bertujuan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas
hidup pasien (Ambarwati, 2012). Pencegahan komplikasi dilakukan dengan cara menjaga
kestabilan gula darah dengan pengobatan secara rutin seumur hidup karena DM merupakan
penyakit seumur hidup yang tidak bisa disembuhkan secara permanen sehingga banyak
pasien yang jenuh dan tidak patuh dalam pengobatan (Pratita, 2012). Pemberian obat
bertujuan untuk mencapai hasil yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Hepler &
Strand, 1990). Kualitas hidup menunjukkan hasil kesehatan yang mempunyai nilai penting
dalam sebuah intervensi pengobatan. Kualitas hidup pasien DM berhubungan atau
tergantung pada kontrol glikemik yang baik (Rubin & Peyrot, 1999). Keberhasilan
pengobatan meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Penyebab kurang optimalnya hasil
pengobatan pada umumnya meliputi ketidaktepatan peresepan, ketidakpatuhan pasien, dan
ketidaktepatan monitoring (Hepler & Strand, 1990).
Ketidakpatuhan pasien meningkatkan resiko komplikasi dan bertambah parahnya
penyakit yang diderita (Pratita, 2012). Berdasarkan laporan WHO tahun 2003, rata-rata
kepatuhan pasien terapi jangka panjang pada penyakit kronis di negara maju mencapai 50%
sedangkan di negara berkembang lebih rendah. Keberhasilan terapi DM sangat dipengaruhi
oleh kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan (BPOM, 2006). Keberhasilan terapi
dapat dilihat dari penurunan kadar gula darah puasa menjadi antara 70 dan 130 mg/dL
(Pascal et al., 2012).

Daftar Pustaka
Pratita, N.D., 2012, Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of
Control dengan Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2, Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Universitas Surabaya,1(1)
Alfabeta Rubin, R.R., dan Peyrot, M., 1999, Quality of Life and Diabetes,
Diabetes Metabolism Research and Review, 15, 205
Ambarwati, W.N., 2012, Konseling Pencegahan dan Penatalaksanaan
Penderita

Diabetes

Mellitus,

Publikasi

ilmiah,

Universitas

Muhammadiyah

Surakarta
Hepler, C. D., dan Strand, L. M., 1990, Opportunities and Responsibilities in
Pharmaceutical Care, American Journal of Hospital Pharmacy, 47, 535
Pascal, I.G., Ofoedu, J.N., Uchenna, N.P., Nkwa, A.A, & Uchamma, G.E.,
2012, Blood Glucose Control and Medication Adherence Among Adult Type 2
Diabetic

Nigerians

Attending

Primary

Care

Clinic

Environment of Eastern Nigeria, North Am J Med Sci, 4, 310-5

in

Under-resourced

Anda mungkin juga menyukai