Anda di halaman 1dari 2

[381]

07 November 2004

LIMA MENIT SAJA


Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

Mewaspadai Permusuhan
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani

Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu


telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah
mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan
(dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu
dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui (QS Al-Baqarah: 137)
Dalam kehidupan ini, kita dapati begitu banyak
manusia saling bermusuhan, meskipun sebenarnya
manusia itu saling membutuhkan. Dari permusuhan itu
telah muncul sikap dan perilaku kekerasan yang
mengakibatkan perpecahan, pertikaian, peperangan,
hingga pembunuhan secara biadab.
Sebagai agama benar, islam datang untuk membawa
kedamaian dan mewujudkan perdamaian antara
manusia. Karena itu, sejarah menunjukkan bahwa
kaum muslimin tidak pernah memulai melakukan
permusuhan dan peperangan, ternyata sejarah itu terus
berulang hingga hari ini, baik dalam pertikaian di
dalam negeri seperti di Ambon, Maluku, dan Poso,
dimana ummat islam dalam posisi membela diri.
Karena pada dasarnya islam tidak menghendaki terjadi
dan berkembangnya permusuhan di kalangan sesama
manusia, apalagi antara sesama muslim, maka kita
perlu teliti mengapa bisa muncul pada jiwa manusia
sikap permusuhan antara sesama manusia. Al-Qur'an
menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada tujuh
penyebab lahirnya sikap permusuhan.
1. Iri Hati
Hasad, dengki atau iri hati terhadap orang lain atas
keberhasilan yang dicapai mereka merupakan salah
satu sebab yang sangat dominan bagi terjadinya
permusuhan di kalangan manusia, termasuk pada
sesama saudara sekalipun. Apalagi kalau sikap itu
dibalas oleh orang yang dimusuhi maka permusuhan
akan semakin besar. Sebab tanpa dibalas (ditimpali)
saja permusuhan sudah timbul.
Iri hati sebagai penyebab permusuhan ini terungkap
dalam al-Qur'an tentang peristiwa yang terjadi kepada
kedua anak kandung Nabi Adam as, yaitu Qabil dan
Habil. Qabil iri hati terhadap Habil yang qurbannya
diterima oleh Allah dan berhak mengawini saudaranya
yang lebih cantik. Akhirnya Qabil membunuh Habil.
Peristiwa terabadikan di dalam Al-Qur'an surah AlMaidah (5) ayat 27 s/d 30.
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam
(Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika
keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima

salah seorang dari mereka (Habil) dan tidak diterima


dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, Aku pasti
membunuhmu. Habil berkata, Sesungguhnya Allah
hanya menerima (qurban) dari orang-orang
bertaqwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan
tanganmu untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak
akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru
sekalian alam. Maka hawa nafsu Qabil
menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi.
2. Berpaling dari kebenaran
Sebagai seorang muslim sejati, tentu kita akan selalu
berpegang dan berpihak pada kebenaran yang datang
dari Allah dan Rasul-Nya. Penolakan pada kebenaran
itulah yang menjadi bibit munculnya permusuhan,
karena itu, apabila ada manusia yang tidak mau
berpihak kepada kebenaran, mereka akan bermusuhan
terhadap siapa saja yang berpegang pada nilai-nilai
kebenaran Ilahi.
Sejarah telah menunjukkan hal itu, ketika Umar bin
Khattab, Hamzah bin Abdul Muthalib dan lain-lain
menerima kebenaran Ilahi, maka yang terjadi adalah
persahabatan dan ketentraman hidup, sedangkan
penolakan yang dilakukan oleh Abu Jahal, Abu Lahab,
Abu Sufyan dan sebagainya membuat mereka
mengibarkan bendera permusuhan hingga terjadi
berkali-kali pertumpahan darah dan pembunuhan.
Allah swt mensinyalir hal ini di dalam Al-Qur'an surat
Al-Baqarah (2) ayat 137.
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu
telah beriman padanya, sungguh mereka telah
mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan
(dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu
dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.
3. Terhalang dalam mencapai kebenaran
Permusuhan juga bisa terjadi bila salah satu pihak
menganggap bahwa pihak lain merupakan penghalang
dalam pencapaian tujuan, walaupun sebenarnya bisa
jadi anggapan itu tidak benar atau tidak berdasar.
Sebagaimana peristiwa yang dialami oleh Nabi Yusuf
as. Saudara-saudara Nabi Yusuf menganggap Nabi
Yusuf sebagai penghalang kasih sayang orang tua
terhadap mereka. Karena itu mereka bersekongkol
untuk membunuh Nabi Yusuf. Hal ini diabadikan Allah
dalam Al-Qur'an surah Yusuf ayat 7 s/d 18.

Ummat Muslim yang dimuliakan Allah:


Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut
berdakwah adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya (hej)

[381]

07 November 2004

LIMA MENIT SAJA


Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

4. Terancam kedudukan dan kepentingannya.


Sebagaimana kita ketahui, orang-orang kafir tidak
hanya menolak ajaran Islam yang dibawa oleh
Rasulallah SAW, tapi juga memusuhi Nabi dan para
sahabatnya hingga terjadi penganiayaan terhadap umat
Islam dan berlangsung peperangan beberapa kali
karena kaum muslimin harus mempertahankan diri.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an Surah
Muhammad (47) ayat 32.
Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalangi
(manusia) dari jalan Allah serta memusuhi rasul
sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak
dapat memberi mudharat (mencelakai) kepada Allah
sedikitpun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala)
amal-amal mereka.
Semua itu dilakukan oleh orang-orang kafir karena
merasa terancam kedudukan dan kepentingannya bila
menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
5. Mempertahankan harga diri dengan cara keliru
Sejarah telah memberi pelajaran kepada kita bahwa
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik begitu
keras permusuhannya terhadap Rasulallah SAW dan
para sahabatnya serta orang-orang yang beriman, hal
ini karena mereka adalah orang-orang yang keliru
dalam mempertahankan harga diri, mereka merasa
menjadi orang yang benar dengan keyakinan dan
kebiasaan mereka, padahal Allah telah menurunkan
Islam sebagai agama yang benar. Permusuhan mereka
yang keras itu dikemukakan oleh Allah dalam AlQur'an surah Al-Maidah (5) ayat 82.
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling
keras permusuhannya terhadap orang-orang yang
beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik.
Oleh karena itu siapa saja yang bermaksud
mempertahankan diri demi harga diri, padahal telah
melakukan kesalahan dan menyadarinya maka ia telah
menanam bibit-bibit permusuhan kepada orang yang
bermaksud memberinya saran dan koreksi. Padahal
saran dan koreksi itu diberikan untuk kebaikannya
sendiri.
6. Salah paham
Faktor yang juga harus diwaspadai dari penyebab
permusuhan antara manusia adalah kesalahpahaman
dalam menyikapi atau menerima sesuatu. Istri dan
anak dapat menjadi musuh bagi seseorang hanya
diakibatkan oleh kesalahpahaman.

Suami yang baik tentu ingin agar istrinya menjadi


baik, namun kadangkala apa yang dilakukan suami
disalahpahami oleh istri yang berakibat penetangan
dari istri. Begitu pula orang tua terhadap anak. Orang
tua menginginkan kebaikan bagi sang anak, namun
sering kali anak salah dalam memahaminya, akibatnya
tidak jarang anak-orang tua dan suami-istri saling
bertengkar dan akhirnya saling membenci.
Hal ini diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur'an Surat
At-Taghaabun ayat 14:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di
antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka.
7. Sombong
Sombong atau takabbur merupakan sifat yang
ditonjolkan oleh Iblis terhadap Nabi Adam as, ketika
itu ia diperintahkan oleh Allah untuk sujud atau
menghormati Adam, tapi hal itu tidak mau
dilaksanakannya. Ketika Allah bertanya tentang apa
yang menghalangi Iblis untuk sujud kepada Adam, dan
Iblis menjawab seperti yang tercantum dalam AlQur'an Surah Shaad (38) ayat 76
Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan
aku dari api, sedangkan Engkau ciptakan ia (Adam)
dari tanah.
Sikap sombong Iblis ini merupakan sesuatu yang amat
tidak pantas, apalagi api dan tanah hanyalah benda
yang kedudukannya sama-sama makhluk ciptaan
Allah, hanya saja fungsinya berbeda. Sayangnya sifat
sombong Iblis ini banyak dianut oleh manusia,
sehingga merasa lebih baik dari pada manusia lainnya,
baik dalam ras, pendidikan, status sosial ekonomi, dan
lain-lain. Padahal sombong adalah suatu sifat yang
menyebabkan Iblis menjadi musuh Adam dan
keturunannya serta menjadikan ia makhluk yang
dilaknat Allah.
Karena sifat sombong yang melekat pada iblis inilah
maka terjadi permusuhan abadi antara Iblis dan
manusia hingga akhir jaman. Maka manusia yang
memiliki sifat sombong sebenarnya ia telah
menebarkan
bibit-bibit
permusuhan
kepada
lingkungannya.
Demikianlah tujuh penyebab permusuhan yang harus
kita waspadai agar tidak melekat pada diri kita. Bila
kita mempunyai musuh atau orang yang tidak kita
sukai atau orang yang tidak menyukai kita, maka
mungkin salah satu atau beberapa sifat di atas telah
ada pada diri kita. Wallaahu a'lam

Ummat Muslim yang dimuliakan Allah:


Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut
berdakwah adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya (hej)

Anda mungkin juga menyukai