Hebat
Hebat
UGM. Bapak Zaki Baridwan, kemudian menjadi salah satu idola saya. Meskipun saya hanya mendapat
nilai C di mata kuliah teori akuntansi yang beliau ajarkan, mendapatkan 3 kali point nol dari 4 kali quiz
yang beliau adakan dan hanya mampu stress dari jumat ke senin, beliau menunjukkan kepada saya dan
teman-teman bahwa untuk menjadi orang hebat, setiap orang membutuhkan proses, kerja keras dan
tempaan yang lama. Meskipun keras hati, beliau menunjukkan sikap kebapakannya dengan
memberikan saya izin untuk tidak masuk ke kelas beliau saat adik saya menikah dan itu kemudian
menjadi joke baru di kelas-kelas beliau berikutnya. Untuk orang ini, saya benar-benar menemukan
seorang begawan yang sesungguhnya. Bahasanya rapi, bahasa inggrisnya yahud, kemampuan menulis
artikelnya tidak diragukan lagi dan tentu saja pemahamannya terhadap ilmu akuntansi amat luar biasa.
Beliau bahkan hapal satu persatu isi buku teori akuntansi yang kami pelajari tanpa melihatnya, sellau
datang lebih awal dari mahasiswanya dan selalu tampil rapi dan berkelas. Setiap kali mengingat beliau,
saya teringat wajah-wajah khas para mafia itali di film-film action. Beliau memiliki hidup yang amat
teratur (menurut pandangan saya sih). Kami pernah diminta hadir kuliah jam 6 pagi. Ketika banyak
yang mengeluh, beliau menjawab :"Jam segitu saya biasanya sudah selesai olahraga dan sarapan".
Hmm..jadi tau kenapa beliau tidak mau turun menmui saya dengan baju tidur..karena baju tidur
(mungkin) bukan untuk dipakai keluar kamar atau keluar rumah menemui tamu.
Jika Bapak Zaki Baridwan selalu tampil rapi, maka tidak jauh berbeda dengan Bapak Prof Jogiyanto
Hartono juga demikian, tapi beliau tidak pernah memakai singlet didalam baju kemejanya. Kalau
Profesor satunya amat serius, yang satu ini malah sering memberikan lelucon yang garing yang
membuat kita tertawa bukan karena leluconnya tapi karena kegaringannya. Meskipun demikian, beliau
merupakan salah satu orang hebat yang benar-benar menguasai banyak hal sekaligus; akuntansi, pasar
modal, sistem informasi dan metodologi penelitian. Buku-buku yang beliau karang juga sudah banyak
sekali dan selalu menjadi acuan bagi banyak orang.
*Untuk dosen-dosen saya yang amat inspiratif..it's always be an honored to know you all
still plan to be continued... dan kali ini silahkan menyimpulkan sendiri pelajaran yang bisa diambil..:)
Diposkan oleh Hesty Wulandari di 19.33 2 komentar: Link ke posting ini
memang begitu adanya berarti tidak ada yang salah. Istilah menjadi diri sendiri ini bagi saya juga
berarti menikmati tiap moment yang kita lewati dengan cara kita masing-masing..ya seperti yang
mereka lakukan..tertawa-tawa, bernyanyi-nyanyi sepanjang perjalanan karena memang pada saat itu
waktunya bersenang-senang.
Di rombongan itu, saya juga menemukan ada beberapa profesor yang membawa serta istrinya. Salah
satunya adalah Prof Basuki dari Universitas Airlangga. Kesan pertama saya adalah beliau adalah orang
yang ramah. Keramahan yang sama juga ditunjukkan istrinya pada saya. Sama dengan dua orang
terdahulu yang saya ceritakan, penampilannya juga biasa saja. Saya ikut membantu istri beliau untuk
menterjemahkan bahasanya para pedagang dan ikut membantu memilihkan dan menawar barang. Kami
sempat berfoto bersama di depan jam gadang dan sebelum berpisah beliau sempat menawari saya untuk
main ke rumahnya jika saya nanti ada waktu ke Surabaya. Sayang beribu kali sayang, hingga tahun
terakhir saya di Jogja, saya belum sempat menginjakkan kaki di Surabaya. Terakhir saya menemukan
akun fesbuk beliau dan mengirimkan pesan namun belum berani meminta beliau untuk jadi teman saya.
Sungkan soalnya. Tidak hanya Pak Basuki sebenarnya yang menawari saya untuk singgah ke rumahnya
jika berkesempatan berkunjung ke kota tempat ia dan keluarga berdomisili, ada banyak orang hebat
yang menawari saya untuk mampir jika saya berkesempatan berkunjung ke kota mereka dan bahkan
sampai hari ini masih ada yang masih mengirimkan saya sms untuk sekedar untuk bertanya kabar.
Pelajaran no 4 dari mereka, ada banyak celah yang bisa membuat orang hebat menjadi tak terjamah
oleh banyak orang, terlihat begitu hebat dan begitu tinggi, tapi tidak ada yang salah dengan membumi,
toh dengan semakin dekat jarak kita dengan orang disekitar maka sebenarnya makin tampaklah bahwa
sebenarnya yang hebat itu memang hebat meskipun tidak ada maksud sedikitpun untuk
menunjukkannya.
Berkenalan dengan banyak orang hebatari dubia akademis sebenarnya secara tidak langsung menjawab
pertanyaan tentang dimanakah kita sebenarnya bisa dengan mudah menemukan orang hebat selain di
pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti sekolah dan kampus?.
Di kampus saya Universitas Andalas, ada banyak orang yang diakui masyarakat sebagai orang hebat
dan tidak sedikit yang berkaliber nasional tapi hanya sedikit yang saya kenal dengan baik. Separuhnya
karena saya merasa saya tidak ada apa-apanya alias kecil hati dan tidak pede kalau berhadapan dengan
mereka dan sebagian karena saya tidak merasakan kehebatan itu. Ada dua orang dosen yang paling
sering disebut namanya ketika saya mengenalkan diri dan asal di waktu kuliah lanjutan. Ketika saya
menyebutkan nama Unand, nama pendek dari Universitas Andalas, maka kalimat lanjutannya
adalah :oo mahasiswanya Pak Eddy Rasyid? atau pernah belajar dengan Pak Niki?. Orang pertama
yang saya sebutkan tadi memang bukan orang pertama yang saya sebut hebat, meskipun sering sekali
kami bertemu. Saya bahkan baru menyadarinya ketika saya melanjutkan kuliah saya di kampus saya
berikutnya UGM. Pak Eddy merupakan orang Unand yang amat terkenal di jurusan akuntansi UGM.
Hampir setiap kali kelas berganti dan dosen berganti dan perkenalan diri diulang lagi, pertanyaan
ataupun pernyataan yang sama selalu keluar lagi.
Jujur saja, sewaktu kuliah Introduction to Accounting dengan Pak Eddy di semester satu kelas
berbahasa Inggris, saya benar-benar tidak paham dengan apa yang beliau ajarkan. Beliau sering tidak
masuk, jarang menerangkan, lebih sering menyuruh kami belajar sendiri dan ketika ujian soalnya
alamak pula. Belakangan saya baru tahu kalau beliau adalah salah satu aset kelas dunia yang dimiliki
kampus saya. Jam terbangnya sudah nasional dan global sehingga menyebabkan beliau jarang masuk
dan (mungkin) ini juga yang membuat beliau memaksa kami para mahasiswanya untuk ikut go global
dengan cara pengajaran beliau. Pak Eddy juga pernah memarahi saya didepan banyak orang karena
lebih memilih mengumpulkan dana untuk mahasiswa yang sakit keras dan kegiatan-kegiatan yang
harusnya bukan menjadi urusan saya daripada kuliah yang benar dan mengerjakan skripsi agar cepat
tamat. Sejak saat itu, saya malas ketemu beliau, takut diomeli..ha ha. Namun meskipun demikian, dari
beliaulah saya mendapatkan kata-kata favorit saya setelah jadi dosen :an excellent teacher is
inspiring. Kuliah saya di UGM membuka mata saya bahwa selama ini saya menyia-nyiakan
kesempatan saya untuk belajar banyak dari orang yang diakui kehebatannya di universitas yang bahkan
kelasnya jauh diatas universitas saya dulu, namun ada satu kesempatan besar lainnya yang tidak ingin
saya sia-siakan, mengejar ilmu di universitas yang menjadi almamater beliau dulunya, tempat yang
menempa beliau menjadi orang hebat.
Ketika saya menyelesaikan kuliah S2 dan pulang ke Padang, beliau meminta saya untuk berkunjung ke
rumahnya. Dikesempatan itu beliau mengutarakan bahwa sejak pertama kali beliau mengenal saya,
maka bayangan pekerjaan yang cocok untuk saya adalah menjadi dosen. Ucapan ini jugalah yang
semakin meyakinkan saya untuk memilih dosen sebagai jalan hidup saya. Hal berikutnya yang masih
saya ingat dan saya pegang adalah saat beliau mengucapkan kembali nasehat yang pernah diberikan
oleh sahabat almarhum ayahnya A.A Navis; yang kurang lebihnya berbunyi :Jika ada hal yang tidak
saya senangi/ buruk dari guru saya dulu, maka ketika saya menjadi guru tidak akan saya lakukan.
Namun jika ada hal yang saya senangi/ hal baik dari guru saya maka akan saya lanjutkan. Hal yang
sama juga sering saya utarakan kepada mahasiswa saya, mengapa cara saya berbeda dengan dosendosen lainnya. Kepada beliau, saya juga mengutarakan kecemasan saya tentang beratnya ketika harus
pulang dan berpisah dari lingkungan ideal yang ada dalam pikiran saya dan betapa menakutkannya
menghadapi keinginan dan sikap banyak orang di kampung halaman saya terhadap kehidupan saya.
Untuk curhat saya itu, beliau berkata :Orang minang itu tidak dibesarkan dengan pujian Hes, mereka
dibesarkan dengan celaan agar menjadi orang yang kuat. Beliau jugalah yang menyemangati saya
untuk tetap membawa keJogjaan saya dalam pekerjaan ini, entah melalui cara mengajar, cara belajar,
model tugas, model kuliah atau bahkan cara bersikap, dengan begitu kita akan memiliki ciri khas dan
orang akan sulit untuk tidak mengingat kita. Dan hal terakhir pada hari itu yang dipesankan beliau
kepada saya adalah:jangan bekerja karena uang..jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh, maka
uang akan datang dengan sendirinya ...
Pelajaran moral no lima dari orang hebat ini adalah: kadang tidak ada yang bisa digapai dengan mudah
dah gratis tanpa perjuangan dan kerja keras. Jika kita adalah orang hebat, maka membagikan cerita dan
pengalaman kita pada orang lain juga bisa mendorong lahirnya orang-orang hebat lainnya