1. MALPRAKTEK
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur operasional. Untuk malpraktek dokter
dapat dikenai hukum kriminal dan hukum sipil. Malpraktek kedokteran terdiri dari
4 hal yaitu:
a.Tanggungjawabkriminalb.Malpraktek secara etik
c.Tanggung jawab sipil
d.Tanggung jawab publik
Tindakan yang termasuk malpraktek:
1.Kesalahan diagnosa
2.Penyuapan
3.Penyalahgunaan alat-alat kesehatan
4.Pemberian dosis obat yang salah
5.Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril
6.Salah pemberian obat kepada pasien
7.Kesalahan prosedur operasi
Dampak Malpraktek:
1.Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang
permanen.
2.Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa
bersalah.
3.Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
4.Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
5.Dari segi agama mendapat dosa
6.Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan
profesional.
2.KELALAIAN
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia acuh
tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya.
Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari
beberapa hal:
a.Tidak melakukan kewajiban dokter yaitu tidak melakukan kewajiban profesinya
untuk merpergunakan segala ilmu dan keterampilanya.
b.Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya
dilakukan.
c.Adanya hubungan sebab akibat yaitu adanya hubungan langsung antara
penyebab dengan kerugian yang dialami pasien sebagai akibatnya.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang
lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan
organ dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang
ditanamkan ke dalam jaringan tubuh untuk tujuan pemeliharaan
kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan atau kosmetika.
7. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan
cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman dan
keterampilan turun temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat.
secara praupaya.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Area Overlapping
Hak-Hak Pasien
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan
dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya
pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan
ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan
menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.
Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan
pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang
dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang
dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau
praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.
Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan
kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukan.
Consent mengandung arti suatru tindakan atau aksi beralasan yang diberikan
tanpa paksaan oleh seseorang yang memiliki pemgetahuan yang cukup tentang
keputusan yang ia berikan, dimana secara hukum orang tersebut secara hukum
mampu memberikan consent. Consent diterapkan pada prinsip bahwa setiap
manusia dewasa mempunyai hak untuk menentukan apa yang harus dilakukan
terhadapnya. Kriteria consent yang sah :
a. Tertulis
b.Ditandatangani oleh pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadapnya
c.Hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan
d.Memenuhi beberapa elemen penting : penjelasan kondisi, prosedur dan
konsekuensinya, penanganan atau prosedur alternative, manfaat yang
diharapkan, Tawaran diberikan oleh pasien dewasa yang secara fisik dan mental
mampu membuat keputusan
2. Hak untuk memilih mati
Keputusan tentang kematian dibuat berdasarkan standar medis oleh dokter,
salah satu kriteria kematian adalah mati otak atau brain death. Hak untuk
memilih mati sering bertolak belakang dengan hak untuk tetap mempertahankan
hidup.
Permasalahan muncul pada saat pasien dalam keadaan kritis dan tidak mamapu
membuat keputusan sendiri tentang hidup dan matinya misal dalam keadaan
koma. Dalam situasi inipasien hanya mampu mempertahankan hidup jika
dibantu dengan pemasangan peralatan mekanik.
3. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya
Yang dimaksudkan dengan golongan orang yang tidakberdaya disini adalah
orang dengan gangguan mental dan anak-anak dibawah umur serta remaja
dimana secara hukum mereka tidak dapat membuat keputusan tentang nasibnya
sendiri, serta golongan usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pola
berpikir maupun kelemahan fisik.
4. Hak pasien dalam penelitian
Penelitian sering dilakukan dengan melibatkan pasien. Setiap penelitian misalnya
penggunaan obat atau cara penanganan baru yang melibakan pasien harus
memperhatikan aspek hak pasien. Sebelum pasien terlibat, kepada mereka
harus diberikan informasi secara jelas tentang percobaan yang dilakukan,
bahaya yang timbul dan kebebasan pasien untuk menolak atau menerima untuk
berpartisipasi. Apabila perawat berpartisipasi dalam penelitian yang melibatkan
pasien, maka perawat harus yakin bahwa hak pasien tidak dilanggar baik secara
etik maupun hukum. Untuk itu perawat harus memahami hak-hak pasien :
membuat keputusan sendiri untuk berpartisipasi, mendapat informasi yang
lengkap, menghentikan partisipasi tanpa sangsi, mendapat privasi, bebas dari
bahaya atau resiko cidera, percakapan tentang sumber-sumber pribadi dan hak
terhindar dari pelayanan orang yang tidak kompeten.
Hak-hak yang dinyatakan dalam fasilitas asuhan keperawatan (Annas dan
Healey, 1974), terdiri dari 4 katagori yanitu :
1.Hak kebenaran secara menyeluruh
2. Hak privasi dan martabat pribadi (kerahasiaan dan keamanannya)
3.Hak untuk memelihara pengambilan keputusan untuk diri sendiri sehubungan
dengan kesehatan
4.Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di
rumah sakit
5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan
sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujuinya.
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai
dgn peraturan yang berlaku di RS
Informed consent
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
dan authorization (persetujuan).
Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.
Pasien juga harus bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya.
Consent dapat diberikan :
a. Dinyatakan (expressed)
o Dinyatakan secara lisan
o Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan
bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau yang beresiko
mempengaruhi kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang
persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua jenis tindakan operatif
harus memperoleh persetujuan tertulis.
b. Tidak dinyatakan (implied)
Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun
melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya.
Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang
paling banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari.
Misalnya adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan mengulurkan
lengannya ketika akan diambil darahnya.
Proxy Consent
Adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan si pasien itu sendiri,
dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi,
dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh
pasien, bukan baik buat orang banyak).
Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah
suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.
Proxy consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan
ketat.
Konteks dan Informed Consent
Doktrin Informed Consent tidak berlaku pada 5 keadaan :
1. Keadaan darurat medis
2. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat
3. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)