Anda di halaman 1dari 15

1.

PRINSIP PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

1. MALPRAKTEK
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur operasional. Untuk malpraktek dokter
dapat dikenai hukum kriminal dan hukum sipil. Malpraktek kedokteran terdiri dari
4 hal yaitu:
a.Tanggungjawabkriminalb.Malpraktek secara etik
c.Tanggung jawab sipil
d.Tanggung jawab publik
Tindakan yang termasuk malpraktek:
1.Kesalahan diagnosa
2.Penyuapan
3.Penyalahgunaan alat-alat kesehatan
4.Pemberian dosis obat yang salah
5.Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril
6.Salah pemberian obat kepada pasien
7.Kesalahan prosedur operasi
Dampak Malpraktek:
1.Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang
permanen.
2.Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa
bersalah.
3.Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
4.Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
5.Dari segi agama mendapat dosa
6.Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan
profesional.

2.KELALAIAN
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia acuh
tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya.
Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari
beberapa hal:
a.Tidak melakukan kewajiban dokter yaitu tidak melakukan kewajiban profesinya
untuk merpergunakan segala ilmu dan keterampilanya.
b.Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya
dilakukan.
c.Adanya hubungan sebab akibat yaitu adanya hubungan langsung antara
penyebab dengan kerugian yang dialami pasien sebagai akibatnya.

3. PERTANGGUNGUGATAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN


Pertanggunggugatan adalah suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus
tertentu.
Contoh: Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk memberikan
obat kepada pasien tapi ternyata obat yang diberikan itu salah ,dan
mengakibatkan penyakit pasien menjadi tambah parah dan dapat merenggut
nyawanya .Maka ,pihak keluarga pasien berhak menggugat dokter atau perawat
tersebut .
Pertanggungjawaban adalah suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang.
Contoh:
Ada seorang ibu hamil yang menderita penyakit jantung dan jika ibu tersebut
memaksa untuk menahan kehamilanya sampai janin itu lahir, hal ini sangat
membahayakan jiwa ibu tersebut. Untuk itu petugas kesehatan menyarankan
agar ibu itu melakukan aborsi. Pada kasus diatas pertanggung jawaban apabila
terjadi sesuatu pada ibu tersebut setelah melakukan aborsi sepenuhnya ada
pada petugas kesehatan. Dan pertanggunggugatan ada pada si pasien dan
keluarga pasien.

UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang
lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan
organ dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang
ditanamkan ke dalam jaringan tubuh untuk tujuan pemeliharaan
kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan atau kosmetika.
7. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan
cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman dan
keterampilan turun temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat.

8. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk


meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik lingkungan
darat, udara, angkasa, maupun air.
9. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
10. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
11. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
12. Zat aktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan psikis.
13. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan
distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep doktcr,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan
obat tradisional.
14. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyclenggarakan upaya kesehatan.
15. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu cara
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan
asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan
dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan

secara praupaya.

o. 32 tahun 1996 tentang Tenga Kesehatan

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :


1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yanlg mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;
2.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan;
3
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat;
4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan

Kepmenkes No. 148 2010 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan

Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan :


1. Perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang undangan
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif , dan
rehabilitatif.
3. Surat izin praktik keperawatan yang selanjutnya di singkat SIPP adalah bukti
tertulis yang di berikan keapda perawat untuk melakukan praktik keperawatan
secara perorangan atau berkelompok.
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan , standar profesi, dan
standar prosedur operasional.
5. Surat tanda registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kopetensi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
6. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan yang berrwarna hijau yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter.
7. Obat bebas terbatas adalah obat yng berlogo bulatan berwarna biru yangv
dapat di peroleh tanpa resep dokter
8.

Organisasi profesi adalh persatuan perawat nasional indonesia

Area Overlapping

Hak-Hak Pasien
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan
dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya
pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan
ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan
menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.

Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan
pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang
dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan.

Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang
dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau
praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.
Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan
kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukan.

Beberapa hak pasien yang dibahas disini adalah :


1.Hak memberikan consent (persetujuan)

Consent mengandung arti suatru tindakan atau aksi beralasan yang diberikan
tanpa paksaan oleh seseorang yang memiliki pemgetahuan yang cukup tentang
keputusan yang ia berikan, dimana secara hukum orang tersebut secara hukum
mampu memberikan consent. Consent diterapkan pada prinsip bahwa setiap
manusia dewasa mempunyai hak untuk menentukan apa yang harus dilakukan
terhadapnya. Kriteria consent yang sah :
a. Tertulis
b.Ditandatangani oleh pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadapnya
c.Hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan
d.Memenuhi beberapa elemen penting : penjelasan kondisi, prosedur dan
konsekuensinya, penanganan atau prosedur alternative, manfaat yang
diharapkan, Tawaran diberikan oleh pasien dewasa yang secara fisik dan mental
mampu membuat keputusan
2. Hak untuk memilih mati
Keputusan tentang kematian dibuat berdasarkan standar medis oleh dokter,
salah satu kriteria kematian adalah mati otak atau brain death. Hak untuk
memilih mati sering bertolak belakang dengan hak untuk tetap mempertahankan
hidup.
Permasalahan muncul pada saat pasien dalam keadaan kritis dan tidak mamapu
membuat keputusan sendiri tentang hidup dan matinya misal dalam keadaan
koma. Dalam situasi inipasien hanya mampu mempertahankan hidup jika
dibantu dengan pemasangan peralatan mekanik.
3. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya
Yang dimaksudkan dengan golongan orang yang tidakberdaya disini adalah
orang dengan gangguan mental dan anak-anak dibawah umur serta remaja
dimana secara hukum mereka tidak dapat membuat keputusan tentang nasibnya
sendiri, serta golongan usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pola
berpikir maupun kelemahan fisik.
4. Hak pasien dalam penelitian
Penelitian sering dilakukan dengan melibatkan pasien. Setiap penelitian misalnya
penggunaan obat atau cara penanganan baru yang melibakan pasien harus
memperhatikan aspek hak pasien. Sebelum pasien terlibat, kepada mereka
harus diberikan informasi secara jelas tentang percobaan yang dilakukan,
bahaya yang timbul dan kebebasan pasien untuk menolak atau menerima untuk
berpartisipasi. Apabila perawat berpartisipasi dalam penelitian yang melibatkan
pasien, maka perawat harus yakin bahwa hak pasien tidak dilanggar baik secara
etik maupun hukum. Untuk itu perawat harus memahami hak-hak pasien :
membuat keputusan sendiri untuk berpartisipasi, mendapat informasi yang
lengkap, menghentikan partisipasi tanpa sangsi, mendapat privasi, bebas dari

bahaya atau resiko cidera, percakapan tentang sumber-sumber pribadi dan hak
terhindar dari pelayanan orang yang tidak kompeten.
Hak-hak yang dinyatakan dalam fasilitas asuhan keperawatan (Annas dan
Healey, 1974), terdiri dari 4 katagori yanitu :
1.Hak kebenaran secara menyeluruh
2. Hak privasi dan martabat pribadi (kerahasiaan dan keamanannya)
3.Hak untuk memelihara pengambilan keputusan untuk diri sendiri sehubungan
dengan kesehatan
4.Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di
rumah sakit

PERNYATAAN HAK-HAK PASIEN


Pernyataan hak-hak pasien (Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The
American Hospital Association (AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang
akan dirawat di RS.
1.Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan
keperawatan/keperawatan yang akan diterimanya.
2.Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya
berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan prognosis dalam arti pasien layak
untuk mengerti masalah yang dihadapinya.
3.Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu
persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting
yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat.
4.Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan
diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya.
5.Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang
menyangkut program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan
dengan cermat dan dirahasiakan
6.Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang
asuhan kesehatan yang diberikan kepadanya.
7.Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih
lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan
tersebut, dan RS yang ditunjuk dapat menerimanya.

8.Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS dengan


instansi lain, seperti instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan
dengan asuhan yang diterimanya.
9. Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan
sebagai suatu eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau
pengobatannya.
10.Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari
dokternya ke dokter lainnya, bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya.
11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya
yang diperlukan untuk asuhan keehatannya.
12.Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang harus
dipatuhinya sebagai pasien dirawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hak pasien :
1.Meningkatnya kesadaran para konsumen terhadap asuhan kesehatan dan lebih
besarnya partisipasi mereka dalam perencanaan asuhan
2. Meningkatnya jumlah malpraktik yang terjadi dimasyarakat
3. Adanya legislasi (pengesahan) yang diterapkan untuk melindungi hak-hak
asasi pasien
4. Konsumen menyadari tentang peningkatan jumlah pendidikan dalam bidang
kesehatan dan penggunaan pasien sebagai objek atau tujuan pendidikan dan
bila pasien tidak berpartisipai apakah akan mempengaruhi mutu asuhan
kesehatan atau tidak.
Kewajiban Pasien :
Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan
sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat dipertanggungjawabkan
sesuai sesuai dengan haknya.
1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib yang
ada diinstitusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan pelayanan
kepadanya.
2. Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yanga da, baik dari dokter ataupun
perawat yang memberikan asuhan.
3. Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan
jujur tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang
merawatnya.
4.Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban untuk
menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan
selama perawatan.

5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan
sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujuinya.

HAK ASASI MANUSIA


Menurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan dalam
beberapa jenis (Prakosa, 1988), yaitu :
Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)
Property Rights (hak asasi untuk memilih sesuatu)
Rights of legal equality
Political Rights (hak asasi politik)
Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan)
Procedural Rights.

HAK PASIEN ANTARA LAIN :

Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di


RS dan mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur

Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu

Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai
dgn peraturan yang berlaku di RS

Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap


penyakitnya

Privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data


medisnya

Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik,


alternative terapi lain, prognosa penyakit dan biaya.

Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat

Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan


mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri

Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis

Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya

Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan

Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual

Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter

Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)

Informed consent

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang


efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa
yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent
dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak,
melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak
lain.[1]
Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak
(yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan
kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak
tersebut diberi informasi secukupnya.[2]
Tiga elemen Informed consent [3]
1. Threshold elements
Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh karena
sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang
kompeten (cakap). Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat
keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya
merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga
memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat

kompetensi membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable


berdasarkan alasan yang reasonable).
Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa,
sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan.
Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah pernah
menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah
apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga kemampuan
membuat keputusan menjadi terganggu.
2. Information elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman).
Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi
kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa
sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.
Dalam hal ini, seberapa baik informasi harus diberikan kepada pasien, dapat
dilihat dari 3 standar, yaitu :

o Standar Praktik Profesi


Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an informasi
ditentukan bagaimana BIASANYA dilakukan dalam komunitas tenaga medis.
Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang tidak bermakna
(menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial
pasien.
o Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien
secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal
waktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara
individual dianut oleh pasien.
o Standar pada reasonable person
Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu
dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan
umumnya orang awam.
3. Consent elements

Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
dan authorization (persetujuan).
Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.
Pasien juga harus bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya.
Consent dapat diberikan :
a. Dinyatakan (expressed)
o Dinyatakan secara lisan
o Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan
bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau yang beresiko
mempengaruhi kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang
persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua jenis tindakan operatif
harus memperoleh persetujuan tertulis.
b. Tidak dinyatakan (implied)
Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun
melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya.
Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang
paling banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari.
Misalnya adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan mengulurkan
lengannya ketika akan diambil darahnya.
Proxy Consent
Adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan si pasien itu sendiri,
dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi,
dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh
pasien, bukan baik buat orang banyak).
Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah
suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.
Proxy consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan
ketat.
Konteks dan Informed Consent
Doktrin Informed Consent tidak berlaku pada 5 keadaan :
1. Keadaan darurat medis
2. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat
3. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)

4. Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat dilakukan pada


pasien yang melepaskan haknya memberikan consent.
5. Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.
Contextual circumstances juga seringkali mempengaruhi pola perolehan
informed consent. Seorang yang dianggap sudah pikun, orang yang dianggap
memiliki mental lemah untuk dapat menerima kenyataan, dan orang dalam
keadaan terminal seringkali tidak dianggap cakap menerima informasi yang
benar apalagi membuat keputusan medis. Banyak keluarga pasien melarang
para dokter untuk berkata benar kepada pasien tentang keadaan sakitnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan Cassileth menunjukkan bahwa dari 200 pasien
pengidap kanker yang ditanyai sehari sesudah dijelaskan, hanya 60 % yang
memahami tujuan dan sifat tindakan medis, hanya 55 % yang dapat menyebut
komplikasi yang mungkin timbul, hanya 40 % yang membaca formulir dengan
cermat, dan hanya 27 % yang dapat menyebut tindakan alternatif yang
dijelaskan. Bahkan Grunder menemukan bahwa dari lima rumah sakit yang
diteliti, empat diantaranya membuat penjelasan tertulis yang bahasanya
ditujukan untuk dapat dimengerti oleh mahasiswa tingkat atas atau sarjana dan
satu lainnya berbahas setingkat majalah akademik spesialis.

Keluhan pasien tentang proses informed consent :


o Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknis
o Perilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian, atau tidak ada
waktu untuk tanya jawab.
o Pasien sedang dalam keadaan stress emosional sehingga tidak mampu
mencerna informasi
o Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.
Keluhan dokter tentang informed consent
o Pasien tidak mau diberitahu.
o Pasien tak mampu memahami.
o Resiko terlalu umum atau terlalu jarang terjadi.
o Situasi gawat darurat atau waktu yang sempit

Anda mungkin juga menyukai