Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

Appendicitis
RSPN MALANG

Oleh :
Icca Presilia Anggreyanti
11507020707131013
PSIK/K3LN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap
trauma oleh kontak dengan panas atau dingin sehingga menyebabkan
kematian pada sel-sel kulit (Hany, 2010; Grace, 2007).
2. Etiologi Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber


panas ke tubuh melalui konduksi atau radiasi elektromegnetik. Sumber
panas tersebut meliputi :
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a. Gas :
Luka bakar karena ledakan bom,
Luka bakar karena api
b. Cairan = Luka bakar karena air panas
c. Bahan padat (Solid) = Luka bakar karena benda panas/tungku
panas/besi panas
2. Luka Bakar Bahan Kimia (chemical Burn) : asam kuat, basa kuat
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) = Luka bakar karena sengatan
sinar matahari
5. Luka bakar karena petir
6. Luka bakar karena dingin (Frostbite)
Dibedakan menjadi dua ciri, yaitu kematian sel pada saat paparan
dan kerusakan sel lebih lanjut dan kematian karena kekurangan
oksigen.
(Stoppler, 2012)
3. Klasifikasi Luka Bakar
Luka bakar menurut kedalamannya dibagi 3, yaitu :
1. Luka bakar grade I

Disebut juga luka bakar superficial

Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai


mengenai daerah dermis. Sering disebut sebagai epidermal
burn

Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.

Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

2. Luka bakar grade II


Superficial partial thickness ( II a)

Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis.

Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat


daripada luka bakar grade I.

Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah


terkena luka.

Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah


muda yang basah.

Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila


terkena tekanan.

Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak


terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti
sebelumnya.

Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

Deep partial thickness ( II b)

Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari


dermis.

Disertai juga dengan bula.

Permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena


variasi dari vaskularisasi pembuluh darah (bagian yang putih
punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda
mempunyai beberapa aliran darah.

Luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

3. Luka bakar grade III

Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen

Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung


saraf dan pembuluh darah sudah hancur.

Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai


otot dan tulang

Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena


ujung-ujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan
atau kematian

4. Luka bakar grade IV

Luka bakar telah mencapai jaringan otot ataupun tulang

Menurut ukuran atau luas luka bakar


Dengan menggunakan metode rules of nine atau rules of
wallace untuk menentukan presentase luas permukaan tubuh yang
mengalami cedera luka bakar:
1.

Kepala : 9%

2.

Extremitas atas kanan : 9%

3.

Extremitas atas kiri : 9%

4.

Torso (dada sampai perut dan punggung sampai pinggang) :


36%

5.

Perineum : 1%

6.

Extremitas bawah kanan : 18%

7.

Extremitas bawah kiri : 18%

Total : 100%
Menurut Lund dan Browder menentukan luas luka bakar
dengan diagram sebagai berikut :
Lokasi
0-1
Kepala
Leher
Dada &
perut
Punggung
Pantat kiri
Pantat
kanan
Kelamin
Lengan
atas kanan
Lengan

1-4

Usia (tahun)
5-9
10-15
13
10
2
2
13
13

Dewasa
7
2
13

19
2
13

17
2
13

13
2,5
2,5

13
2,5
2,5

13
2,5
2,5

13
2,5
2,5

13
2,5
2,5

1
4

1
4

1
4

1
4

1
4

atas kiri
Lengan
bawah
kanan
Lengan
bawah kiri
Tangan
kanan
Tangan kiri
Paha
kanan
Paha kiri
Tungkai
bawah
kanan
Tungkai
bawah kiri
Kaki
kanan
Kaki kiri

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5
5,5

2,5
6,5

2,5
8,5

2,5
8,5

2,5
9,5

5,5
5

6,5
5

8,5
5,5

8,5
6

9,5
7

5,5

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

Menurut berat ringannya luka bakar


Untuk mengkaji beratnya luka bakar, ada beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Persentase luas luka bakarpada permukaan tubuh


Kedalaman luka bakar
Umur klien
Riwayat pengobatan terdahulu
Trauma yang menyertai klien
Anatomi lokasi luka bakar

American Burn Association membagi dalam :


1) Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :
a. Tingkat II
: Kurang dari 15% Total Body Surface Area pada
orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area
pada anak-anak.
b. Tingkat III : Kurang dari 2% Total Body Surface Area yang
tidak disertai komplikasi.
2) Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :
a. Tingkat II

: 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang

dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak.

b. Tingkat III

: Kurang dari 10% Total Body Surface Area yang

tidak disertai komplikasi.


3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
a. Tingkat II

: 32% Total Body Surface Area atau lebih pada

orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak..
b. Tingkat III
c.

: 10% atau lebih.

Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki


dan perineum..

d. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi


pernafasan.
e. Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
f.

Luka

bakar

yang

disertai

dengan

masalah

yang

memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak,


fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya..
American College of Surgeon membagi dalam:
A. Parah critical:
a) Tingkat II

: 30% atau lebih.

b) Tingkat III

: 10% atau lebih.

c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.


d) Dengan

adanya

komplikasi

penafasan,

fractura, soft tissue yang luas.


B. Sedang moderate:
a) Tingkat II

: 15 30%

b) Tingkat III

: 1 10%

C. Ringan minor:
a) Tingkat II

: kurang 15%

b) Tingkat III

: kurang 1%

Keparahan Cidera Inhalasi


Cidera luka bakar minor / ringan
- luka bakar derajat II <15% pada dewasa
- luka bakar derajat II <10% pada anak dan lanjut usia
- luka bakar derajat III <2%
Cidera luka bakar sedang

jantung,

- luka bakar derajat II 15-20% pada dewasa


- luka bakar derajat II 10-20% pada anak
- luka bakar derajat III < 10%
Luka bakar berat
- luka bakar derajat II >25% pada dewasa
- luka bakar derajat II>20% pada anak
- luka bakar derajat III >10%
- luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, dan
-

genetalia
luka bakar dengan cidera inalasi, listrik disertai dengan
trauma lain

(Wim, 2005; Sangsoko, 2008; Wijaya, 2008).


4. Manifestasi Klinis Luka Bakar
Menurut Betz (2009), manifestasi awal untuk luka bakar sedang
sampai berat, yaitu:
1. Takikardia
2. Tekanan darah turun
3. Ekstrimitas dingin dan perfusi buruk
4. Perubahan tingkat kesadaran
5. Dehidrasi (penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urine, lidah,
dan kulit kering)
6. Peningkatan frekuensi napas
7. Pucat (tidak ada pada luka bakar derajat kedua dan ketiga).
Sedangkan menurut Grace (2007), manifestasi klinis luka baka,
yaitu:

Umum :
- Nyeri
- Pembengkakan dan lepuhan
Khusus
- Bukti adanya inhalasi asap (jelaga pada hidung atau sputum,
luka bakar dalam mulut, suara serak)
- Luka bakar pada mata atau alis mata (membutuhkan
pemeriksaan oftamologi sejak awal)
- Luka bakar sirkumferensial (akan membutuhkan eskarotomi).
Manifestasi klinis pada derajat luka bakar, yaitu:

Luka bakar derajat I : kulit kering, tidak ada lepuh, merah muda,
pucat dengan tekanan, tidak dijumpai bula
Luka bakar derajat II : terdapat bula, dasar bewarna merah/pucat,
sering terletaaklebih tinggi diatas permukaan kulit normal

Luka bakar derajat II A : lembab, merah berbintik/merah muda,


lepuh sebagian memucat
- Luka bakar derajat II B : kulit kering, pucat, sedikit timbul luka
parut
Luka bakar derajat III : kulit terbakar bewarna abu-abu dan pucat
kering, letaknya rendah dibanding kulit sekitarna akbat koagulasi
protein pada lapisan epidermis dan dermis( disebut escar)
Luka bakar derajat IV : Luka bakar telah mencapai jaringan otot
ataupun tulang. Kerusakan yang ditimbulkan hingga menimbulkan
arang pada anggota yang terbakar.
(NN, 2008)
-

5. Patofisiologi Luka Bakar

MK:
Kerusaka
nMemori

MK:
Penuruna
n Curah
Jantung

MK:
Resiko
Ketidakef
ektifan
Perfusi
Gastroint

(Hudak&Gallo, 1997)

MK:
Ganggu
anFung
si Hati

MK:
Mual

MK:
Ganggu
anSens
ori
Persepsi

MK:
Resiko
Infeksi
Ketidake
fektifanP
erlindun
gan

6. Pemeriksaan Diagnostik

LED

Mengkaji hemokonsentrasi
Elektrolit serum :
Mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada
Mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi
asap
BUN dan kreatiin
Mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis :
Menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas
Bronkoskopi
Membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi
Memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar massif
Kultur luka
Untuk mensterilkan luka bakar
Pemeriksaan hemoglobin
Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan yang
dialami oleh pasien luak bakar, seperti hipoksiam anemia, dll.
(Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2001;
www.hemoglobin.com)

7. Penatalaksanaan
1. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)
Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai
pada tempat kejadian luka bakar dan berakhir ketika sampai di
institusi pelayanan emergensi. Pre-hospital care dimulai dengan
memindahkan/ menghindarkan klien dari sumber penyebab LB dan
atau menghilangkan sumber panas.
Petunjuk perawatan klien luka bakar sebelum di rumah sakit :
a. Jauhkan penderita dari sumber LB
Padamkan pakaian yang terbakar
Hilangkan zat kimia penyebab LB
Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan
menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan
arus (nonconductive)
b. Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
Perhatikan jalan nafas (airway)
Pastikan pernafasan (breathibg) adekuat
Kaji sirkulasi
c. Kaji trauma yang lain
d. Pertahankan panas tubuh
e. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
f. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)
2. Perawatan di bagian emergensi
Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari
tindakan yang telah diberikan pada waktu kejadian. Jika pengkajian
dan atau penanganan yang dilakukan tidak adekuat, maka pre
hospital care di berikan di bagian emergensi. Penanganan luka
(debridemen dan pembalutan) tidaklah diutamakan bila ada
masalah-masalah lain yang mengancam kehidupan klien, maka
masalah inilah yang harus diutamakan. Beberapa hal yang
dilakukan :
a. Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma
lain yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan nafas,
kondisi pernafasan, dan sirkulasi unutk lebih memastikan ada

tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara


dini. Selain itu melakukan pengkajian ada tidaknya trauma lain
yang menyertai cedera luka bakar seperti patah tulang, adanya
perdarahan dan lain-lain perlu dilakukan agar dapat dengan
segera diketahui dan ditangani.
b. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)
P r o t o k o l p e m b e r i a n c a i r a n yaitu :
Formula
Parkland/baxter
Evans
(yowler,2000)

slater(yowler,2000)

Brooke
(yowler,2000)

Modified brooke
Metrohealth
(Cleveland)

c. Pemasangan

Cairan 24 jam Kristaloid 24


pertama
jam kedua
RL 4ml/kg/%LB 20-60%
estimate
plasma volume
Larutn saline 1 50%
volume
ml/kg/%LB,
cairan 24 jam
2000ml
D5W pertama +2000
dan
koloid ml D5W
1ml/kg/%LB
RL2 L/24 jam +
fresh
frozen
plasma
75ml/kg/24jam
- RL 1,5ml/kg/ 50%
volume
cairan
24
jam
%LB
- Koloid
0,5 pertama +2000
ml D5W
ml/kg/%LB
- 2000 ml D5W
RL 2ml/kg/%LB
RL +50 mEq 0,5
larutan
sodium
saline,pantau
bicarbonate
output urine
/liter
4ml/kg/
%LB

kateter

urine.

Pemasangan

Koloid 24 jam
kedua
Pemantauan
output urine 30
ml/jam
50%
volume
cairan 24 jam
pertama

50%
volume
cairan 24 jam
pertama

1
U
fresh
frocen plasma
untuk tiap liter
dari 0,5 larutan
saline
yang
digunakan
+DSAJ
dibutuhkan
untuk
hipoglikemi

kateter

harus

dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam. Output


urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan
keadekuatan dari resusitasi cairan.

d. Pemasangan nasogastric tube (NGT). Pemasangan NGT bagi


klien LB 20 % -25 % atau lebih perlu dilakukan untuk mencegah
emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi.
e. Pemeriksaan vital signs dan laboratorium sebagai data
tambahan untuk menentukan adekuat tidaknya resuscitasi.
f. Management nyeri. Penanganan nyeri dapat dicapai melalui
pemberian obat narcotik intravena, seperti morphine.
g. Pengumpulan data. Pengumpulan data merupakan tanggung
jawab yang sangat penting bagi team yang berada di ruang
emergensi. Kepada klien atau yang lainnya perlu ditanyakan
tentang kejadian kecelakaan LB tersebut. Informasi yang
diperlukan meliputi waktu injuri, tingkat kesadaran pada waktu
kejadian, apakah ketika injuri terjadi klien berada di ruang
tertutup atau terbuka, adakah truma lainya, dan bagaimana
mekanisme injurinya.
3. Perawatan di unit luka bakar
Perawatan di unit luka bakar ini

bisa juga sama seperti

perawatan di bagian emergensi jikalau perawatan di bagian


emergensi belum terlaksana dengan sempurna seperti resusitasi
cairan. Eberapa tindakan lain yang dilakukan di unit luka bakar
yaitu :
a. Perawatan luka umum
Pembersihan luka= Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1
: 30 ) + buang jaringan nekrotik
Topikal dan tutup luka
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.

Ganti balutan,dalam kasus menggunakan balutan modern,


memiliki keuntungan yang dibandingkan dengan balutan
konvensional ialah:
Balutan konvensional
Balutan modern
Harus sering ganti balutan, Balutan tidak perlu diganti

sehingga butuh wktu lebih setiap hari


banyak
Rasa sakit saat ganti balutan

Mempercepat

proses

penyembuhan luka
Balutan tidak sesuai kondisi Saat ganti balutan rasa sakit
luka
Biaya

yang

minimal
dikeluarkan Menggunakan balutan sesuai

kurang efektif & efisien

kebutuhan luka serta efektif


dan efisien dalam biaya

Hidroterapi
Terapi obat2an :
Obat obatan:
-

Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam

sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman

dan sesuai hasil kultur.


- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
b. Debridemen
Debridemen alami, yaitu jaringan

mati

yang

akan

memisahkan diri secara spontan dari jaringan di bawahnya.


Debridemen mekanis yaitu dengan penggunaan gunting dan
forcep untuki memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.
Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh

tebal kulit atau dengan mengupas kulit yang terbakar secara


bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel.
c. Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak
mungkin terjadi :

Autograft : dari kulit penderita sendiri.


Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup/ atau baru

saja meninggal (balutan biologis).


Heterograft : kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan

biologis).
d. Balutan luka biosintetik dan sintetik
Bio-brane/sufratulle, Kulit artificial

e. Penatalaksanaan nyeri
f. Dukungan nutrisi
g. Fisioterapi/mobilisasi
4. Perawatan rehabilitasi
Perawatan lanjut di rumah. Tetapi sebelumnya pasien
diberikan edukasi mengenai perawatan lukanya yaitu pendidikan
tentang perawatan luka, pengobatan, komplikasi, pencegahan
komplikasi, diet, berbagai fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat yang dapat di kunjungi jika memerlukan bantuan dan
informasi lain yang relevan perlu dilakukan agar klien dapat
menolong dirinya sendiri.
(Sam, 2011)
8. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada luka bakar adalah:


1. SIRS: Systemic inflammatory response syndrome adalah kondisi
inflamasi yang mempengaruhi seluruh tubuh, respons menurunkan
sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi
2. MODS: multiple organ dysfunction syndrome (kegagalan organ
multiple) kegagalan dua atau lebih sistem organ pada pasien
sakitkritis.
3. Sikatriks: (scar)

adalah penonjolan kulit akibat penumpukan

jaringan fibrosa sebagai pengganti jaringan kolagen normal. Jika


jaringan terus menerus tumbuh berlebihan disebut keloid
4. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6 bulan post luka bakar
dengan warna awal merah muda dan menimbulkan rasa gatal.
Pembentukan jaringan parut terus berlangsung dan warna berubah
merah, merah tua dan sampai coklat muda dan terasa lebih lembut
5. Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai luka bakar
serta menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa hal
yang dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kontraktor
antara lain:

a.
b.
c.

Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini


Latihan ROM baik pasif maupun aktif
Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan

tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrofi scar


(Wahab, 2011; Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, 2001).

9. Fase Penyembuhan

Fase awal, fase akut, fase syok : ada fase ini, masalah utama
terjadi pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas yaitu
gangguan

mekanisme

bernafas,

dikarenakan

adanya

escar

melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks, dan


gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok

hipovolemia.
Fase setelah syok berakhir,fase sub akut:masalah utama pda fase
ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan
Multi-system Organ Syndrome (MODS),hal ini merupakan dampak
atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan
masalah yang bermula dari kerusakan jaringan ( luka dan sepsis

luka )
Fase lanjut : fase ini berlangsung setelah luka sampai terjadinya
maturasi jaringan, masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka
seprti parut hipertrofit, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi
akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses
inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecile Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Bulechek,Gloria; Dochterman,Joane; et all. (2008). Nursing Interventions
Classification (NIC) Fifth Edition. USA : Mosby.
Grace, Pierce A and Borley, Neil R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Hany, Alfrina. (2010). Luka Bakar.ppt

Herdman, T.(2009). NANDA International- Nursing Diagnoses: Definitions


and Classification 2009-2011. United Kingdom: Wiley-Blackwell
http://www.scribd.com/yaliyah/d/59418325-luka-bakar-akut-text
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001).
Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan
Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat
Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Moorhead, Sue; Johnson, Morison; et all. (2008). Nursing Outcomes
Slassification (NOC) Fourth Edition. USA: Mosby.
NN. 2008. AsuhanKeperawatanPadaPasienDengan Luka Bakar /
Combustio. Retrieved: juni 19,
2012. from http://nursingbegin.com/askep-combustio.
Purwoko, Susi. 2006. Pertolongan Pertama dan RJP pada Anak. Jakarta:
Arcan.
Sam. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar
(combustio). http://akpertolitoli.com/files/upload/ASKEP%20LUKA
%20BAKAR%20SAM.pdf .
Sangsoko, Wisnu. 2008. Armageddon 2: Antara Petaka dan Rahmat.
Jakarta: Gema Insani
Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC.
Stppler, Melissa Conrad MD. Frost bite.
http://www.emedicinehealth.com/frostbite/article_em.htm#Frostbite
Causes
Wahab, Abdul. 2011. Resusitasi Cairan Pasien Luka Bakar. PPT Fakultas
Kedokteran Universitas Hassanudin: Makassar.
Wim, de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Bab 3 Luka Bakar Edisi 2.
EGC. Jakarta.
Wijaya, Nita. 2008. http://www.scribd.com/doc/26179210/LUKABAKARRRR.
www. hemoglobin.com

Anda mungkin juga menyukai