Appendicitis
RSPN MALANG
Oleh :
Icca Presilia Anggreyanti
11507020707131013
PSIK/K3LN
Kepala : 9%
2.
3.
4.
5.
Perineum : 1%
6.
7.
Total : 100%
Menurut Lund dan Browder menentukan luas luka bakar
dengan diagram sebagai berikut :
Lokasi
0-1
Kepala
Leher
Dada &
perut
Punggung
Pantat kiri
Pantat
kanan
Kelamin
Lengan
atas kanan
Lengan
1-4
Usia (tahun)
5-9
10-15
13
10
2
2
13
13
Dewasa
7
2
13
19
2
13
17
2
13
13
2,5
2,5
13
2,5
2,5
13
2,5
2,5
13
2,5
2,5
13
2,5
2,5
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
atas kiri
Lengan
bawah
kanan
Lengan
bawah kiri
Tangan
kanan
Tangan kiri
Paha
kanan
Paha kiri
Tungkai
bawah
kanan
Tungkai
bawah kiri
Kaki
kanan
Kaki kiri
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
5,5
2,5
6,5
2,5
8,5
2,5
8,5
2,5
9,5
5,5
5
6,5
5
8,5
5,5
8,5
6
9,5
7
5,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak.
b. Tingkat III
orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak..
b. Tingkat III
c.
Luka
bakar
yang
disertai
dengan
masalah
yang
b) Tingkat III
adanya
komplikasi
penafasan,
: 15 30%
b) Tingkat III
: 1 10%
C. Ringan minor:
a) Tingkat II
: kurang 15%
b) Tingkat III
: kurang 1%
jantung,
genetalia
luka bakar dengan cidera inalasi, listrik disertai dengan
trauma lain
Umum :
- Nyeri
- Pembengkakan dan lepuhan
Khusus
- Bukti adanya inhalasi asap (jelaga pada hidung atau sputum,
luka bakar dalam mulut, suara serak)
- Luka bakar pada mata atau alis mata (membutuhkan
pemeriksaan oftamologi sejak awal)
- Luka bakar sirkumferensial (akan membutuhkan eskarotomi).
Manifestasi klinis pada derajat luka bakar, yaitu:
Luka bakar derajat I : kulit kering, tidak ada lepuh, merah muda,
pucat dengan tekanan, tidak dijumpai bula
Luka bakar derajat II : terdapat bula, dasar bewarna merah/pucat,
sering terletaaklebih tinggi diatas permukaan kulit normal
MK:
Kerusaka
nMemori
MK:
Penuruna
n Curah
Jantung
MK:
Resiko
Ketidakef
ektifan
Perfusi
Gastroint
(Hudak&Gallo, 1997)
MK:
Ganggu
anFung
si Hati
MK:
Mual
MK:
Ganggu
anSens
ori
Persepsi
MK:
Resiko
Infeksi
Ketidake
fektifanP
erlindun
gan
6. Pemeriksaan Diagnostik
LED
Mengkaji hemokonsentrasi
Elektrolit serum :
Mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada
Mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi
asap
BUN dan kreatiin
Mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis :
Menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas
Bronkoskopi
Membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi
Memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar massif
Kultur luka
Untuk mensterilkan luka bakar
Pemeriksaan hemoglobin
Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan yang
dialami oleh pasien luak bakar, seperti hipoksiam anemia, dll.
(Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2001;
www.hemoglobin.com)
7. Penatalaksanaan
1. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)
Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai
pada tempat kejadian luka bakar dan berakhir ketika sampai di
institusi pelayanan emergensi. Pre-hospital care dimulai dengan
memindahkan/ menghindarkan klien dari sumber penyebab LB dan
atau menghilangkan sumber panas.
Petunjuk perawatan klien luka bakar sebelum di rumah sakit :
a. Jauhkan penderita dari sumber LB
Padamkan pakaian yang terbakar
Hilangkan zat kimia penyebab LB
Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan
menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan
arus (nonconductive)
b. Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
Perhatikan jalan nafas (airway)
Pastikan pernafasan (breathibg) adekuat
Kaji sirkulasi
c. Kaji trauma yang lain
d. Pertahankan panas tubuh
e. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
f. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)
2. Perawatan di bagian emergensi
Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari
tindakan yang telah diberikan pada waktu kejadian. Jika pengkajian
dan atau penanganan yang dilakukan tidak adekuat, maka pre
hospital care di berikan di bagian emergensi. Penanganan luka
(debridemen dan pembalutan) tidaklah diutamakan bila ada
masalah-masalah lain yang mengancam kehidupan klien, maka
masalah inilah yang harus diutamakan. Beberapa hal yang
dilakukan :
a. Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma
lain yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan nafas,
kondisi pernafasan, dan sirkulasi unutk lebih memastikan ada
slater(yowler,2000)
Brooke
(yowler,2000)
Modified brooke
Metrohealth
(Cleveland)
c. Pemasangan
kateter
urine.
Pemasangan
Koloid 24 jam
kedua
Pemantauan
output urine 30
ml/jam
50%
volume
cairan 24 jam
pertama
50%
volume
cairan 24 jam
pertama
1
U
fresh
frocen plasma
untuk tiap liter
dari 0,5 larutan
saline
yang
digunakan
+DSAJ
dibutuhkan
untuk
hipoglikemi
kateter
harus
Mempercepat
proses
penyembuhan luka
Balutan tidak sesuai kondisi Saat ganti balutan rasa sakit
luka
Biaya
yang
minimal
dikeluarkan Menggunakan balutan sesuai
Hidroterapi
Terapi obat2an :
Obat obatan:
-
sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman
mati
yang
akan
biologis).
d. Balutan luka biosintetik dan sintetik
Bio-brane/sufratulle, Kulit artificial
e. Penatalaksanaan nyeri
f. Dukungan nutrisi
g. Fisioterapi/mobilisasi
4. Perawatan rehabilitasi
Perawatan lanjut di rumah. Tetapi sebelumnya pasien
diberikan edukasi mengenai perawatan lukanya yaitu pendidikan
tentang perawatan luka, pengobatan, komplikasi, pencegahan
komplikasi, diet, berbagai fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat yang dapat di kunjungi jika memerlukan bantuan dan
informasi lain yang relevan perlu dilakukan agar klien dapat
menolong dirinya sendiri.
(Sam, 2011)
8. Komplikasi
a.
b.
c.
9. Fase Penyembuhan
Fase awal, fase akut, fase syok : ada fase ini, masalah utama
terjadi pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas yaitu
gangguan
mekanisme
bernafas,
dikarenakan
adanya
escar
hipovolemia.
Fase setelah syok berakhir,fase sub akut:masalah utama pda fase
ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan
Multi-system Organ Syndrome (MODS),hal ini merupakan dampak
atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan
masalah yang bermula dari kerusakan jaringan ( luka dan sepsis
luka )
Fase lanjut : fase ini berlangsung setelah luka sampai terjadinya
maturasi jaringan, masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka
seprti parut hipertrofit, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi
akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses
inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecile Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Bulechek,Gloria; Dochterman,Joane; et all. (2008). Nursing Interventions
Classification (NIC) Fifth Edition. USA : Mosby.
Grace, Pierce A and Borley, Neil R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Hany, Alfrina. (2010). Luka Bakar.ppt