Anda di halaman 1dari 15

Skabies

A. Pendahuluan
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan
sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim
dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Penyakit skabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6
sampai 1,2 centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang
panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan
berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat
pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di
belakang berupa alat tajam. Sedangkan untuk kutu jantan, memiliki ukuran
setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat
terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang. Faktor
penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk,
sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies ini dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik
(skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di
pesantren. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan tidak langsung
seperti melalui pakaian, handuk, sprei, bantal, selimut, sofa.1
B. Pembahasan
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap pasien untuk mengetahui apakah
seseorang tersebut menderita skabies dilakukan dengan berbagai cara.
Diantaranya dengan anamnesis atau tanya jawab antara pasien dengan
dokter, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik oleh dokter, dan bila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa uji
laboratorium untuk memberikan kepastian akan diagnosis dari keluhan
pasien tersebut.
a. Anamnesis

Anamnesis pada pasien dilakukan dengan wawancara


langsung pada pasien yang umumnya disebut auto-anamnesis,
namun jika pasien tersebut berhalangan untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan maka anamnesis dapat dilakukan
pada orang tua, kerabat atau pun orang terdekat dengan pasien
yang

mengetahui

mengenai

riwayat

kesehatan

pasien.

Pemeriksaan ini disebut allo-anamnesis.


Dalam anamnesis umum didapatkan data pribadi pasien.
Diantaranya nama, usia, jenis kelamin, alamat tinggal,
pekerjaan, agama, dan sebagainya.
Melalui anamnesis lebih lanjut dapat diperoleh keterangan
dari pasien bahwa ia mengalami keluhan gatal-gatal pada selasela jari tangan. Anak tersebut tinggal di panti asuhan, dan
terdapat 2 orang teman sekamarnya yang mengeluhkan hal yang
sama dengan pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi inspeksi pada
tempat yang dikeluhkan gatal oleh pasien. Pada pemeriksaan
fisik kulit ini bisa didapatkan tipe warna kulit, kelembaban
kulit, suhu kulit, tekstur kulit, dan lesi kulit dari pasien. Hal ini
penting untuk mengetahui keadaan kulit dari pasien. Melalui
pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada pasien dapat ditemukan
papula dan vesikel kecil di daerah sela jari tangan dan lipat
bokong.
c. Pemeriksaan Penunjang
Uji KOH
Uji KOH kerokan kulit (yang diambil di bagian yang
ada terowongan) diletakkan diatas kaca benda (object glass)
dan ditetesi larutan kalium hidroksida KOH 10% kemudian
panasi sebentar, ditutup kaca tertutup dan akhirnya lihat
dibawah mikroskop. Pemberian KOH 10% digunakan untuk
melarutkan kerokan kulit sisa-sisa jaringan sehingga yang
terlihat setelah dipanaskan nantinya tinggal tungau dewasa
atau telurnya yang tidak larut oleh KOH. Jika kerokan kulit

tidak dihilangkan akan sulit membedakannya dengan tungau


skabies yang bentuknya hampir mirip.
Uji tinta
Terowongan juga dapat dilihat jelas jika permukaan
kulit ditetsi dengan tinta hitam dan sedikit ditekan sehingga
cairan tinta masuk ke dalam terowongan. Setelah sisa tinta
pada permukaan kulit dicuci, akan terlihat liku-liku
terowongan yang berwarna kehitaman.2
2. Diagnosis dan Gambaran Klinik
Diagnosis skabies ditegakkan atas dasar:
Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus
atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa mili meter sampai
1cm, dan pada ujungnya tampak vesikel, papula, atau pustula.
Tempat predileksi yang khas adalah sela jari,pergelangan tangan
bagian volar, siku, ;ipat ketiak nbagian depan, aerola mammae,
sekitar umbilikus, abdomen bagian bawah, genitalia eksterna
pria. Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala,
kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi
dapat terjadi diseluruh permukaan kulit.
Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal
yang efektif.
Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota
keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal
pada malam hari disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih
tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.

Gbr 1. Tempat predileksi skabies.3


Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila ditemukan kutu dewasa,
telur,

larva,

atau

skibalanya

dari

dalam

terowongan.

Cara

mendapatkannya adalah dengan membuka terowongan dan mengambil


parasit dengan menggunakan pisau bedah atau jarum steril. Kutu betina
akan tampak sebagai bintik kecil gelap atau keabuan di bawah
vesikula. Di bawah mikroskop dapat terlihat bintik mengkilat dengan
pinggiran hitam. Cara lain ialah dengan meneteskan minyak immersi
pada lesi, dan epidermis di atasnya dikerok secara perlahan-lahan.
Tangan dan pergelangan tangan merupakan tempat terbanyak
ditemukan kutu, kemudian berturut-turut siku, genital pantat dan
akhirnya aksila.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan
dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis.
Beberapa bentuk tersebut antara lain:
Skabies pada orang bersih (skabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi
tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies
4

incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,


distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia
laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang
berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini
berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan,
tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya
terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk
binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini
bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena
S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya
pada manusia.

Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang
luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang
tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut,
telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal

pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini


sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi
imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi
proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan
sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
Skabies terbaring di tempat tidur .
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus
tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya
terbatas.
Cara penularan :
Penularan penyakit skabies ini dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik
(skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di
asrama, di pesantren. Adapun cara penularannya adalah sebagai berikut
:
Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seks.
Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dll. Penularan biasanya oleh sarcoptes
betina yang telah dibuahi atau dalam bentuk larva. Dikenal juga
dengan Sarcoptes scabei varian animals yang kadang- kadang
dapat menulari manusia, terutama pada orang yang memelihara
hewan seperti anjing. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak
6

orang yang tinggal secara bersama-sama di satu tempat yang


relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh
banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat
keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan
kesehatan

yang

masih

kurang,

kurangnya

pemantauan

kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah


penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program
kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah
panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di
satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga,
sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan
pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai
oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi
sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti
tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai
secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Di
beberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa
bulan

yang

sebagian

dari

mereka

telah

mendapatkan

pengobatan skabisid.1,3
3. Diagnosis Banding
Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak ialah suatu bentuk dermatitis eksogen yang
disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit.
Dermatitis kontak menempati tempat kedua sebagai faktor
tersering ketidakmampuan kerja (occupational disability). Dikenal
dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergik.
Dermatitis Iritan disebabkan oleh bahan yang bersifat iritan,
yang mempunyai efek merusak langsung ke kulit setelah terpapar
bahan tersebut, misalnya asam, alkali, atau deterjen, bahan pelarut,
minyak pelumas, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi juga
dipengaruhi lama kontak, kekerapan, adanya oklusi yang
7

menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan


trauma fisis. Selain itu dermatitis kontak iritan juga dipengaruhi
faktor individu, usia, ras, penyakit kulit yang pernah atau sedang
dialami. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan cukup banyak,
karena dapat diderita oleh semua orang.
Kelainan timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh
bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak
lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan
merusak sel epidermis. Terdapat dua jenis bahan iritan, yaitu iritan
kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit
pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan
lemah hanya pada mereka yang rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang.
Dermatitis Alergik merupakan suatu dermatitis yang timbul
setelah kontak dengan allergen melalui proses sensitisasi. Jumlah
penderitanya lebih sedikit dibandingkan dermatitis iritan karena
hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka
(hipersensitif).
Penderita umumnya mengeluh gatal. Pada keadaan akut,
kelainan kulit dapat berupa bercak eritema berbatas jelas,
kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel
atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi. Pada yang
kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit
dibedakan dengan dermatitis kontak iritan.
Pedikulosis Korporis
Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada
orang dengan hygiene yang buruk, misalnya penggembala,
disebabkan mereka jarang mandi atau jarang mengganti dan
mencuci pakaian. Penyakit ini sering disebut penyakit vagabond.
Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat
kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk
menghisap darah. Umumnya pada penderita pedikulosis korporis
ditemukan kelainan berupa bekas-bekas garukan yang lebih

intensif.

Kadang-kadang

timbul

infeksi

sekunder

dengan

pembesaran kelenjar getah bening regional.


Prurigo
Prurigo ialah erupsi popular kronik dan rekurens. Terdapat
berbagai macam prurigo, yang sering terlihat ialah prurigo Hebra.
Prurigo Hebra ialah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau
anak. Kelainan kulit terdiri atas papul-papul miliar berbentuk
kubah sangat gatal, lebih mudah diraba daripada dilihat, terutama
di daerah ekstremitas bagian ekstensor. Sering pula terjadi infeksi
sekunder jika telah kronik tampak kulit yang sakit lebih gelap
kecoklatan dan berlikenifikasi. Tempat predileksi di ekstremitas
bagian ekstensor dan simetrik, dapat meluas ke bokong dan perut,
muka dapat pula terkena. Biasanya bagian distal lengan dan
tungkai lebih parah dibandingkan bagian proksimal. Demikian pula
umumnya tungkai lebih parah daripada lengan. Kelenjar getah
bening regional biasanya membesar, meskipun tidak disertai
infeksi, tidak nyeri, tidak bersupurasi, pada perabaan teraba lebih
lunak. Pembesaran tersebut disebut bubo prurigo. Keadaan umum
penderita biasanya pemurung atau pemarah akibat kurang tidur,
kadang-kadang nafsu makan berkurang sehingga timbul anemia
dan malnutrisi.
Prurigo kronik multiformis Lutz memiliki kelainan kulit berupa
papul prurigo, disertai likenifikasi dan esematisasi. Di samping itu
penderita juga mengalami pembesaran kelenjar getah bening
(limfadenitis dermatopatik) dan eosinofilia.
Strofulus atau biasanya dikenal sebagai urtikaria papular, liken
urtikatus dan strofulus pruriginosis, sering dijumpai pada bayi dan
anak-anak. Papul-papul kecil gatal tersebar di lengan dan tungkai,
terutama mengenai bagian ekstensor. Lesi mula-mula berupa
urticated papules yang kecil, akibat garukan menjadi ekskoriasi
dan mengalami infeksi sekunder atau likenifikasi. Lesi-lesi muncul
kembali dalam kelompok pada malam hari. Lesi tersebut dapat
bertahan sampai 12 hari. Biasanya tidak disertai pembesaran
kelenjar getah bening maupun gejala konstitusi.

Strofulus, prurigo kronik multiformis Lutz, dan prurigo hebra


termasuk dalam kelompok dermatosis pruriginosa.
Pada prurigo simpleks tampak prurigo papul dalam berbagai
macam tingkat perkembangan dan ditemukan pada orang dengan
usia pertengahan. Tempat yang sering terkena ialah badan dan
bagian ekstensor ekstremitas. Muka dan bagian kepala yang
berambut juga dapat terkena tersendiri atau bersama-sama dengan
tempat lainnya. Lesi biasanya muncul dalam kelompok-kelompok,
sehingga papul-papul, vesikel-vesikel, dan jaringan-jaringan parut
sebagai tingkat perkembangan penyakit terakhir dapat terlihat pada
saat yang bersamaan.
Prurigo nodularis merupakan penyakit kronik pada orang
dewasa, terutama wanita. Lesinya dapat berupa nodus, dapat
tunggal atau multiple, mengenai ekstremitas, terutama pada
permukaan anterior paha dan tungkai bawah. Lesi sebesar kacang
polong atau lebih besar, keras, dan berwarna merah atau
kecoklatan. Bila perkembangannya sudah lengkap, maka lesi
tersebut akan berubah menjadi verukosa atau mengalami fisurasi.1
4. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida,
ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes
scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada
kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x
150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir
dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah
10

kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh
yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3
hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari. Telur
menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut.
Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit
dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei
betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14
hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab,
contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh
kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.1, 3, 4

5. Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat.
Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia.
Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda,
tetapi dapat mengenai semua umur. Insidens sama pada pria dan
wanita. Insidens skabies di negara berkembang menunjukkan siklus
fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara
akhir dari suatu epidemi dan permulaan epidemi berikutnya kurang
11

lebih

10-15

tahun.

Beberapa

faktor

yang

dapat

membantu

penyebarannya adalah kemiskinan, higiene yang jelek, seksual


promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat
sensitasi individual. Insidensnya di Indonesia masih cukup tinggi,
terendah di Sulawesi Utara dan tinggi di Jawa Barat. Dalam penelitian
skabies di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya ditemukan insidens
penderita skabies selama 1982-1984 adalah 2,7%. Sementara itu di
RSU Dadi Ujung Pandang didapatkan insidens skabies 0,67% (19871988).3
6. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau
skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena
bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestisasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. 1

7. Penatalaksanaan
Medika mentosa
Benzena heksaklorida
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau tidak
berwarna. Obat ini membunuh kutu dan nimfa. Obat ini digunakan
dengan cara menyapukan ke seluruh tubuh dari leher kebawah, dan

12

setelah 12-24 jam dicuci bersih-bersih. Pengobatan diulang selama


3hari. Pengobatan diulang maksimum 2 kali dengan interval 1 minggu.
Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem
saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak, bila digunakan berlebihan, dapat
menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunakan untuk
ibu menyusui dan wanita hamil.
Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman
dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada
bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam.
Benzilbenzoat
Tersedia dalam bentuk krim atai lotion 25%. Sebaiknya obat ini
digunakan selama 24 jam, kemudian digunakan lagi 1 minggu
kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah.
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan
untuk bayi dan anak-anak, harus ditambahkan air 2-3 bagian.
Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25%, yang sebelum digunakan,
harus ditambah 203 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3
hari. Selama dan segera setelah pengobatan, penderita tidak boleh
minum alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan
dan takikardi.

Malathion
Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24jam.
Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
Permethrin
Dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal. Penggunaannya
selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Obat ini
dilaporkan efektif untuk skabies. Pengobatan pada skabies subungual

13

susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan


antibiotik sistemik.1,3, 5
8. Pencegahan
Pencegahan Penyakit Skabies yang paling utama adalah
menjaga kebersihan badan dengan mandi secara teratur, menjemur
kasur, bantal, dan sprei secara teratur serta menjaga lingkungan di
dalam rumah agar tetap mendapat sinar matahari yang cukup, tidak
lembab, dan selalu dalam keadaan bersih.2
9. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan,
dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk
impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furnukel. Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat
menimbulkan

komplikasi

pada

ginjal,

yaitu

glomerulonefritis.

Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies


yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang
terlalu

sering.

Salep

sulfur,

dengan

konsentrasi

15%

dapat

menyebabkan dermatitis bila digunakan terus-menerus selama


beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat
menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari,
terutama disekitar genitalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah
diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara
berlebihan.3
10. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat,
serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi,
penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik.3

14

C. Kesimpulan
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita skabies. Penyakit ini diakibatkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Dengan pengobatan
yang tepat dan teratur, serta pola hidup yang sehat dan bersih, skabies dapat
disembuhkan.
D. Daftar Pustaka
1. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
2. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari Organ
Tubuh Yang Diserang edisi I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.
3. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit edisi III. Jakarta: Penerbit Hipokrates;
2007.
4. Baker E dkk. Dasar Parasitologi Klinis edisi XII. Jakarta; Penerbit PT
Gramedia; 2008.
5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan
Terapi edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.

15

Anda mungkin juga menyukai