A. Pendahuluan
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan
sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim
dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Penyakit skabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6
sampai 1,2 centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang
panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan
berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat
pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di
belakang berupa alat tajam. Sedangkan untuk kutu jantan, memiliki ukuran
setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat
terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang. Faktor
penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk,
sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies ini dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik
(skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di
pesantren. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan tidak langsung
seperti melalui pakaian, handuk, sprei, bantal, selimut, sofa.1
B. Pembahasan
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap pasien untuk mengetahui apakah
seseorang tersebut menderita skabies dilakukan dengan berbagai cara.
Diantaranya dengan anamnesis atau tanya jawab antara pasien dengan
dokter, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik oleh dokter, dan bila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa uji
laboratorium untuk memberikan kepastian akan diagnosis dari keluhan
pasien tersebut.
a. Anamnesis
mengetahui
mengenai
riwayat
kesehatan
pasien.
larva,
atau
skibalanya
dari
dalam
terowongan.
Cara
Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang
luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang
tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut,
telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal
yang
masih
kurang,
kurangnya
pemantauan
yang
sebagian
dari
mereka
telah
mendapatkan
pengobatan skabisid.1,3
3. Diagnosis Banding
Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak ialah suatu bentuk dermatitis eksogen yang
disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit.
Dermatitis kontak menempati tempat kedua sebagai faktor
tersering ketidakmampuan kerja (occupational disability). Dikenal
dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergik.
Dermatitis Iritan disebabkan oleh bahan yang bersifat iritan,
yang mempunyai efek merusak langsung ke kulit setelah terpapar
bahan tersebut, misalnya asam, alkali, atau deterjen, bahan pelarut,
minyak pelumas, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi juga
dipengaruhi lama kontak, kekerapan, adanya oklusi yang
7
intensif.
Kadang-kadang
timbul
infeksi
sekunder
dengan
kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh
yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3
hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari. Telur
menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut.
Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit
dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei
betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14
hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab,
contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh
kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.1, 3, 4
5. Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat.
Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia.
Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda,
tetapi dapat mengenai semua umur. Insidens sama pada pria dan
wanita. Insidens skabies di negara berkembang menunjukkan siklus
fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara
akhir dari suatu epidemi dan permulaan epidemi berikutnya kurang
11
lebih
10-15
tahun.
Beberapa
faktor
yang
dapat
membantu
7. Penatalaksanaan
Medika mentosa
Benzena heksaklorida
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau tidak
berwarna. Obat ini membunuh kutu dan nimfa. Obat ini digunakan
dengan cara menyapukan ke seluruh tubuh dari leher kebawah, dan
12
Malathion
Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24jam.
Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
Permethrin
Dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal. Penggunaannya
selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Obat ini
dilaporkan efektif untuk skabies. Pengobatan pada skabies subungual
13
komplikasi
pada
ginjal,
yaitu
glomerulonefritis.
sering.
Salep
sulfur,
dengan
konsentrasi
15%
dapat
14
C. Kesimpulan
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita skabies. Penyakit ini diakibatkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Dengan pengobatan
yang tepat dan teratur, serta pola hidup yang sehat dan bersih, skabies dapat
disembuhkan.
D. Daftar Pustaka
1. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
2. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari Organ
Tubuh Yang Diserang edisi I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.
3. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit edisi III. Jakarta: Penerbit Hipokrates;
2007.
4. Baker E dkk. Dasar Parasitologi Klinis edisi XII. Jakarta; Penerbit PT
Gramedia; 2008.
5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan
Terapi edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
15