SUMMARY
Organic Matter-Decomposing Organisms. Limiting factors
for microbial activities in soil environments is the availability
of carbon substrate. Additonal carbon substrate into soils,
for example, by incorporating plant residues would promote
microbial regeneration, activities, and population. Therefore,
addition of plant residues for the maintenance and increase
of soil organic matter, particularly in dry lands, becomes
very crucial. The fluctuation of microbial population is more
related with plant residues, rather than soil management
system. The relations between soil microbes as organic
matter-decomposing agents and nutrient cycles in soils, and
decomposition process are not quite understood. Better
understanding of decomposition process and its
implementation strategies for increasing organic matters,
improving soil qualities and maintaining microbial diversity
would lead us to agricultural sustainability. Utilization of
organic matter-decomposing microorganisms suitable for
particular soil conditions can become an inexpensive
alternative to increase the efficiency of organic matter
decomposition and fertilization, and soil fertility. Successful
utilization is quite influenced by the quality of decomposed
organic matter. The incompatability of inoculant with the
organic matters inoculated and inefficient production
technology system is one of the causes of the failure when
applied in the field, so that quality decomposer is necessary.
Contents of cellulose fibers on lignin in the residues of
agricultural and plantation crops cause slow processes of
decomposition and availability of soil organic matter.
Decomposing process of organic matter in nature takes
relatively longer time (3-4 months) quite impeding the efforts
to sustain the use of organic matter in agricultural lands,
especially when planting time to attain high production is
pressing, often considering it not quite economical and
inefficient. To overcome the problem, it is necessary to
make alternative efforts to accelarate decomposition
process of organic matter. Utilization of organic matter-
211
Saraswati et al.
212
Fungi
Mesofil
Pseudomonas spp.
Achromobacter spp.
Bacillus spp.
Flavobacterium spp.
Clostridium spp.
Streptomyces spp.
Alternaria spp.
Cladosporium spp.
Aspergillus spp.
Mucor spp.
Humicola spp.
Penicillium spp.
Bacillus spp.
Streptomyces spp.
Thermoactinomyces spp.
Thermus spp.
Thermonospora spp.
Microplyspora spp.
Aspergillus dpp.
Mucor pusillus
Chaetomium thermophile
Humicola lanuginosa
Absidia ramosa
Sprotricbum thermofphile
Torula thermophile (yeast)
Thermoascus aureanticus
Termofil
213
Saraswati et al.
214
215
Saraswati et al.
216
217
Saraswati et al.
Gambar 5. Collembolla
Foto: Ea Kosman Anwar
218
O2
NH4+
N-organik (protein)
Sulfur organik (S)
Fosfor organik
(Fitin, lesitin)
x CO2 + H2O + E
NO2-
NO3- + E
SO4-2 + E
+ x O2
H3BO3
Ca (HPO4)
219
Saraswati et al.
Reaksi utuh:
aktivitas mikroorganisme
CO2 + H2O + hara + humus + E
(484-674 kcal/mol glukosa)
Bahan organik
x CH3COOH
Methanomonas
CH4 +
CO2
NH3
(CH2O) x + S + H2O + E (26 kcal/mol glukosa)
220
221
Saraswati et al.
C/N rasio
70,00
21,77
16,85
13,41
11,57
222
223
Saraswati et al.
Gambar 10.
224
225
Saraswati et al.
226
produksi kokon + 900 kokon tahun-1 ekor-1, setiap kokon berisi 5-15 ekor
anakan, umur mencapai 4-5 tahun (http://www.sarep.ucdavis.edu/
worms/profile5.htm).
Mula-mula dibuat nampan/kotak plastik atau kotak kayu ukuran 60 cm
x 40 cm x 30 cm. Kotak-kotak pemeliharaan diletakkan di tempat yang
terlindung dari gangguan semut, cicak maupun tikus tanah. Kotak tersebut
diisi dengan campuran kotoran ternak dengan serasah daun setebal + 15 cm,
disirami sehingga cukup lembap dan dibiarkan 23 hari. Bibit cacing Eisenia
foetidas dimasukkan sebanyak 150200 ekor. Untuk menghindari penguapan
dan terlalu banyak sinar yang masuk, kotak ditutup dengan kain/kertas
berwarna gelap. Pemberian pakan berupa limbah dapur (sisa nasi, roti, sayur,
kulit buah selain jeruk, dan lain-lain), limbah pertanian (potongan rumput,
jerami, batang jagung, serasah daun, dan lain-lain), ataupun kotoran ternak
(sapi, kambing, ayam, dan lain-lain) dilakukan setiap hari sebanyak 0,5 berat
cacing (1 kg + 2.000 ekor) yang dipelihara. Apabila terjadi ketidaksesuaian
antara kondisi media pemeliharaan dengan kebutuhan cacing maka cacing
akan berusaha untuk keluar dari kotak pemeliharaan. Kelembapan terlalu
tinggi, disebabkan kadar air pada pakan yang biasa diberikan terlalu tinggi
sehingga kadar air pakan perlu dikurangi (pakan dianginkan). Sebaliknya jika
kelembapan terlalu rendah maka pakan yang diberikan dibasahi lebih dahulu.
pH terlalu asam biasanya disebabkan sumber makanan terlalu banyak
mengandung gas (atsiri) misalnya kulit jeruk, daun cengkeh, daun kayu putih,
dan lain-lain. Oleh karena itu pakan dari bahan-bahan tersebut perlu dihindari.
Biasanya jika terlalu banyak pemberian pakan maka banyak pakan yang
tersisa dan media pemeliharaan menjadi terlalu basah, menyebabkan kadar
O2 dalam media berkurang. Jika hal ini terjadi maka pemberian pakan
dihentikan dan kotak pemeliharaan dianginkan hingga bau tak sedap
berkurang/hilang. Pemberian pakan dari daging, makanan berlemak/berminyak, biji-bijian yang utuh, lilin, dan plastik harus dihindari. Pemanenan
cacing dapat dilakukan setelah kotak pemeliharaan sudah penuh, dengan
jalan menumpuk/meninggikan bagian vermikompos yang telah jadi
sedemikian rupa sehingga cacing akan bergerak ke bawah. Setelah vermikompos dan cacing terpisah maka vermikompos diambil dan dipindahkan ke
tempat yang telah disiapkan lebih dahulu. Dengan mengulangi cara tersebut,
sedikit demi sedikit maka vermikompos atau cacing dapat dipanen
Cacing anazeisis
Sebagai contoh adalah: Pheretima hupiensis: Cacing ini bertubuh silindris,
panjang tubuh 45150 mm dengan diameter 3-6 mm, berwarna hitam
kemerahan-kecoklatan, kurang aktif bergerak, hidup pada suhu 27-33oC,
produksi kokon + 100 kokon tahun-1 ekor-1, setiap kokon berisi 1-3 ekor
anakan, umur mencapai 4-5 tahun (Anwar et al., 2004).
227
Saraswati et al.
228
mempunyai morfologi sama) disatukan pada tempat (botol bekas selai) yang
telah disiapkan sebelumnya. Pemberian pakan dilakukan 1-2 kali/minggu
berupa campuran butiran ragi dan serasah daun/sisa tanaman. Kelembapan
selalu dipertahankan dengan cara memerciki air secara berkala 23
kali/minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, E.K., P. Kabar, A. Kentjanasari, dan E. Somantri 2004. Pemanfaatan
Cacing Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Lahan
Kering. Laporan Akhir. Bagian Proyek Peneltitian Sumberdaya
Tanah. Proyek Pengkajian Teknologi Partisipatif. Balai Peneltian
Tanah. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian
(Tidak dipublikasikan).
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. New York: John Wiley
and Sons.
Blakemore, R. 2000. Vermicology I. Ecological considerations of the earth
worms used in vermiculture-a review of the species. http://bioeco.eis.ynu.ac.jp/eng/database/earthworm/A%20series%20of%20
searchable%20texts/vermillennium%202000/vermicology%20I.pdf#s
earch=vermicology.
Eriksson, K.E.L., R.A. Blanchette, and P. Ander. 1989. Microbial and
Enzymatic Degradation of Wood and Wood Components. SpringerVerlag Heildeberg. New York.
Gaur, A.C. 1982. A Manual of rural composting. In Improving Soil Ferftility
Through Organic Recycling. Project Field Document No. 15. Food and
Agricultural Organization of The United Nation, Rome.
Haug, R.T. 1980. Composting Engineering. Ann Arbor Science, Michigan.
Howard, R.L., E. Abotsi, J.V. Rensburg, and Howards. 2003. Lignocellulose
biotechnology: issues of bioconversion and enzyme production.
African Journal of Biotechnology 2: 602-619. http://www.vtt.fi/inf/pdf
(25 Oktober 2005).
http://en.wikipedia.org/wiki/earthworm =benefit
http://tolweb.org/tree?group=collembola&contgroup=hexapoda
http://www.collembola.org
http://www.earthlife.net/insects/collembo.html
http://www.sarep.ucdavis.edu/worms/profile5.htm
http://www.std.ryu.titech.ac.jp
229
Saraswati et al.
230