Anda di halaman 1dari 7

Abda Malika Mulki

15313023

A. Karakteristik Sedimen pada Waduk


Table 1. Kadar organic (BO) dan sedimen waduk Cirata

Kadar organik sedimen tersebut tampak lebih tinggi jika dibandingkan dengankadar organik
sedimen di Sungai Citarum (inlet waduk) yang terukur oleh Lukman10), berkisar antara 83,31
118,62 mg.bk (berat kering).gr-1sed. Penurunanarus memberikan peluang TOM untuk
mengendap, dan membentuk hubungan linier dengan koefisien determinasi cukup tinggi
Kadar organik sedimen dari wilayah II dan IV tampak lebih rendah dibanding wilayah I dan III.
Di wilayah II sebagian diantaranya merupakan perairan terbuka karena cukup dangkal (<25 m),
sedangkan wilayah IV merupakan perairan yang bebas dari kegiatan KJA karena cukup dalam
(>50 m) serta merupakan wilayah terlarang untuk pengembangan KJA. Pada tabel 2 dapat dilihat
kadar organik sedimen dari beberapa perairan. Tampak bahwa bahan organik sedimen Waduk
Cirata memiliki kadar yang umumya jauh lebih tinggi, bahkan terhadap perairan yang telah
mengalami pencemaran yaitu Sungai Mahakam (di wilayah Samarinda), S.Bengkalis (terdapat
pengembangan KJA) (Tabel 2). Kadar organik sedimen Waduk Cirata tampak mendekati kadar
organic sedimen wilayah profundal D. Lindu, yang telah berabad-abad mengalami akumulasi
bahan organic.

Abda Malika Mulki


15313023

Tabel 2. Kadar organic dari beberapa perairan

Akumulasi bahan organik pada sedimen sering diikuti oleh proses penyuburan perairan, terutama
dengan meningkatnya kadar ortofosfat. Menurut hasil pengamatan Kelly (1992), sedimen di
bawah KJA menghasilkan DRP (dissolved reactive phosphorus; fosfor terlarut reaktif) yang jauh
lebih besar dari lokasi kontrol. Ternyata bahwa pelepasan DRP dihasilkan pada kondisi aerobik,
yang menunjukkan kondisi lingkungan sedimen yang labil. Dengan demikian pada kondisi
anoksik potensi DRP yang akan dilepaskan pada laju yang lebih tinggi.

B. Metode Penanganan Sedimentasi


1. Pengurangan Angkutan Sedimen ke Waduk
Cara klasik mengurangi angkutan sedimen adalah dengan: (1) melakukan konservasi tanah untuk
mengurangi erosi, dan (2) membangun fasilitas untuk mengendalikan aliran air yang membawa
angkutan sedimen. Namun hasil dari cara-cara ini sulit untuk dikuantifikasi dalam waktu singkat.
Pengendalian angkutan sedimen dengan bangunan penangkap dalam beberapa kasus perlu
ditinjau kembali, karena telah terjadi perubahan karakteristik sedi-men. Analisa terhadap
endapan sedimen tidak stabil di sungai menunjukkan pula keragaman karakteristik asal-usul
sedimen Dengan demikian pembuatan check dam untuk menangkap sedimen perlu ditelaah
efektifitasnya terkait dengan proses angkutan sedimen itu sendiri
2. Pengerukan dan Penggelontoran Endapan Sedimen
Pengelolaan sedimen di waduk dapat dilakukan dengan pengerukan. Cara ini lazim dilakukan
pada waduk-waduk yang kedalaman airnya memungkinkan untuk dikeruk dengan cara
konvensional. Penggelontoran endapan sedimen (flushing) yang dilakukan melalui sarana

Abda Malika Mulki


15313023

pelepasan air (water outlet ) telah dicoba di beberapa negara, seperti Perancis (Bouchard, 2000),
Spanyol (Avendao-Salas, 2000), Jepang (Shindo dan Katoaki, 2003) dan Swis (Boillat, 2000).
Pada masa ke depan, pengerukan dan penggelontoran sedimen harus diintegrasikan sebagai
rangkaian kegiatan pengelolaan sedimen.
3. Pengalihan Angkutan Sedimen
Teknik mengalihkan angkutan sedimen melalui saluran pintas (by-pass) telah diterapkan di
negara yang mengalami sedimentasi serius di waduk-waduknya, seperti Italia (Martini, 2000),
Swis dan Jepang (Sumi, 2003).

C. Hypolimnic Aerator System


Sistem ini dikembangkan dalam upaya untuk memecahkan beberapa masalah yang melekat
dalam sistem destratification , terutama untuk menjaga lapisan air dingin di bagian bawah danau
atau waduk . Teknik ini memperkenalkan oksigen ke air di dasar danau tanpa mengganggu
termoklin . Ada beberapa kelemahan jika dibandingkan dengan sistem destratification . Pasokan
oksigen ke hypolimnion relatif lambat karena luas permukaan kecil yang tersedia di alat aerasi di
mana transfer oksigen dibuat . Untuk badan air dengan hypolimnia besar atau area permukaan
besar , beberapa unit harus diperhatikan .
Metode lain injeksi udara adalah sistem upflow. Sistem upflow dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis prinsip: airlift parsial dan airlift penuh. Sistem airlift parsial beroperasi dengan
menyuntikkan udara terkompresi di dekat bagian bawah hypolimnion. Campuran udara-air pada
sebuah pipa vertikal dengan kedalaman tertentu di danau di mana gas yang dibuang ke atmosfer
melalui pipa ke permukaan air.. Dalam sistem injeksi airlift penuh, proses yang sama
terjadikecuali bahwa campuran udara-air naik ke permukaan danau sebelum gas yang dibuangke
atmosfer. Hal ini memungkinkan gelembung udara untuk berhubungan dengan air lebih lama
dari dalam sistem airlift parsial untuk berhubungan dengan atmosfer untuk pendek waktu.
Kejadian ini meningkatkan perpindahan oksigen dari fase gas ke fase cair.

Abda Malika Mulki


15313023

1. Rumus-Rumus Perhitungan

Abda Malika Mulki


15313023

Abda Malika Mulki


15313023

D. SKETSA HYPOLIMNION AERATOR

Abda Malika Mulki


15313023

E. Daftar Pustaka

http://commons.bcit.ca/riversinstitute/files/2013/06/Hypolimnetic-aerationempirical-sizing-method.pdf

http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd-011399122244/unrestricted/ETD1.PDF

http://pubs.sciepub.com/aees/2/1/1/index.html

ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/.../207/98

https://www.academia.edu/7595753/Pengelolaan_Sedimentasi_pada_Wadukwaduk_Besar_di_Daerah_Aliran_Sungai_DAS_Brantas_dan_Bengawan_Solo

Anda mungkin juga menyukai