Anda di halaman 1dari 12

PENGELOLAAN ANESTESI PADA ANAK

Erwin Kresnoadi
Bagian / SMF Anestesiologi dan Reanimasi FK Unram / RSU Provinsi NTB
==================================================================
PENDAHULUAN
Seorang anak bukanlah suatu miniatur dari orang dewasa. Anatomi anak sangat
berbeda dengan orang dewasa, sehingga terdapat perbedaan, yaitu :
1. Kepala lebih besar
2. Lubang hidung sempit
3. Lidah besar, sehingga ketika anak dalam posisi flexi maka lidah akan jatuh
kebelakang sehingga menutupi jalan nafas.
4. Rima glotis tinggi
5. Vocal cord miring
6. Tulang rusuk lebih datar sehingga gerakan anak kurang bebas
7. Abdomen lebih besar daripada thorax.
Sedangkan perbedaan fisiologi antara seorang anak dan orang dewasa :
1. Respirasi :
-

bayi bernafas lewat hidung, tipe abdominal

dead space anatomi besar

tidal volume pada neonatus 20 ml/kg

2. Kardiovaskuler :
-

heart rate pada neonatus 2 kali dewasa dan akan turun secara progresif sampai
anak berusia 12 tahun tapi tonus simpati relatif rendah sehingga bila terjadi
stimulasi pada nervus vagus akan mudah terjadi bradikardi.

stroke volume fixed, sehingga cardiac output tergantung heart rate, keadaan
bradikardia harus cepat diatasi karena CO = HR x SV.

Tekanan darah bayi : sistolik = 80 16 mmHg,


diastolik = 46 16 mmHg.

3. Temperatur :
-

neonatus sangat peka terhadap heat loss, karena surface area relatif luas, lack of
subcutaneous fat, kulit bayi lebih tipis

poor vasomotor controle sehingga pada anak terjadi mudah menggigil.

respons terhadap cold environment dengan meningkatkan metabolism.


1

Pada keadaan dimana anak mengalami hipotermi, maka akan menurunkan dosis
obat anestesi, sehingga bila dosis tak diturunkan akan terjadi depresi
kardiovaskuler dan disritmia

4.

Kehilangan panas pada bayi secara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi

Cairan tubuh: pada neonatus total body water 80% dari berat badan, intrasel 40%
dan ekstrasel 40% (plasma 5% dan interstisial 35%). Kebutuhan cairan dlm 24 jam :
BB s/d 10 kg = 4 x BB, BB 10 - 20 kg = 2 x BB, BB > 20 kg = 1 x BB. Pada anak
mudah terjadi hipoglikemia sehingga puasa jangan terlalu lama dan Infus sebaiknya
yang mengandung glukosa, seperti D5%, D10%, D5% NS

5. Fungsi ginjal belum sempurna: baru matur pada umur 1 bulan


6. Fungsi hepar belum sempurna.
Sedangkan perbedaan farmakologi antara seorang anak dan orang dewasa :
1. Fungsi hepar, ren dan CNS belum sempuma sehingga pada anak sulit menentukan dosis
obat
2. Pada neonatus sangat peka terhadap CNS depressant, setelah usia 1 bulan kurang peka.
3. Up take agent: inhalasi cepat pada neonatus dan anak, i.m tak dapat dipercaya
Sedangkan perbedaan patologi antara seorang anak dan orang dewasa :
1. Pada neonatus lebih toleran terhadap pembedahan
2. Pada bayi dan anak sering terdapat kelainan congenital.
Sedangkan perbedaan psikologi antara seorang anak dan orang dewasa :
1.

Pada anak - anak respon emosional minimal

2.

Anak pada umur 1-2 tahun relatif hipersensitif


Periode preoperatif dapat menjadi salah satu dari pengalaman yang tidak

menyenangkan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit. Perubahan yang terjadi pada
rutinitas anak, perpisahan dengan orang tua, orang-orang dan lingkungan yang tidak dikenal,
dan ketakutan akan sesuatu hal yang tidak jelas merupakan beberapa hal yang dapat
menyebabkan stres.
Induksi anestesi merupakan peristiwa yang penting bagi dokter maupun anak yang
sedang berkembang. Induksi sering dilakukan secara tidak cermat, tanpa memperhatikan
kecemasan pada anak yang sedang menderita serta tidak memperhatikan stres fisiologis yang
terjadi. Menghilangkan atau meminimalisir stres pada anak dan keluarga serta memberikan
keadaan yang akhirnya memberikan anestesi yang smooth dan induksi yang atraumatik dapat
dilakukan dengan menyiapkan anak sedemikian rupa secara psikologi dan farmakologi
selama periode preoperatif.
2

Tanpa memperhatikan bagaimana sehatnya seorang anak atau ringannya sebuah


operasi, pengalaman terbaring di meja operasi dan dipaksa untuk tidur merupakan
pengalaman yang menakutkan serta sulit dilupakan. Anak yang beresiko buruk akan
mengalami gangguan emosi yang lebih besar serta gangguan kardiorespirasi dan neurogenik.
Karena tipe induksi berkaitan dengan keberhasilan seluruh operasi, maka hal ini yang akan
diuraikan secara rinci.
Induksi pada anak seperti halnya premedikasi, memerlukan perhatian khusus. Induksi
harus dilakukan dengan hati-hati, telaten, dan penuh kesadaran agar tidak sampai terjadi
sesuatu keadaan yang disebut stormy anesthetic induction yaitu anestesi yang berlangsung
tidak lancar sehingga bisa menjadi pengalaman traumatis bagi perkembangan jiwa anak.
Anak yang berisiko buruk akan mengalami gangguan emosi yang lebih besar dan gangguan
kardiorespirasi dan neurogenik. Karena tipe induksi berkaitan dengan keberhasilan seluruh
operasi, maka hal ini yang akan diuraikan secara rinci. Induksi general anestesi pada anak
perlu mempertimbangkan rasa takut yang muncul.
Induksi general anestesi pada bayi menimbulkan permasalahan khusus. Kita anggap
bahwa obat sedatif pre operasi tidak diperlukan dan tidak aman, sehingga anak tetap
dibiarkan aktif dan responsif. Walaupun tidak menimbulkan kecemasan, namun bayi ini akan
terganggun oleh suara yang keras, penanganan yang kasar, jarum, rasa dingin dan anestesi
yang iritatif. Tetapi penanganan yang lembut suara yang halus akan memberi efek yang
menenangkan, sekalipun bayi belum mampu berbicara. Untuk menghindari hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Melakukan pendekatan psikologis yang disesuaikan dengan usia perkembangan
jiwa anak, misalnya memodifikasi alat anestesi untuk induksi dan lingkungan
kamar bedah, disediakannya mainan serta menjadikan petugas kamar bedah
sebagai teman agar anak tidak merasa terasing.
2) Pendampingan orang tua saat induksi. Diharapkan dengan kehadiran orang tua
dapat mengurangi kecemasan anak sehingga induksi anestesi dapat berlangsung
lancar dan menyenangkan, meskipun penelitian Beva dkk menyimpulkan bahwa
kehadiran orang tua tidak mempengaruhi perilaku anaknya, bahkan untuk orang
tua yang cemas lebih baik untuk tidak mendampingi anaknya.
3) Memilih metode induksi yang cocok dengan situasi dan kondisi yang ada, yang
tergantung pada : keahlian dan pengalaman pribadi ahli anestesi, sarana dan obat
yang tersedia, premedikasi atau tidak.

4) Untuk anak yang tidak kooperatif dapat dilakukan premedikasi pre induksi dengan
obat kombinasi ketamin, midazolam, dan atropin.
Induksi anestesi pada anak dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu teknik inhalasi,
intravena, dan intramuskuler. Induksi secara intramuskuler dengan ketamin (5-10mg/kgBB)
dapat dilakukan pada keadaan tertentu seperti jika anak meronta-ronta. Induksi intravena
lebih disukai pada anak yang sudah terpasang jalur intravena atau pada anak yang kooperatif.
Dalam memasang jalur intravena dapat digunakan anestesi topikal seperti EMLA R, yang
untuk efektifitasnya memerlukan waktu onset minimal 1 jam.
A.

Induksi inhalasi

Saat ini, induksi inhalasi lebih sering digunakan dibandingkan cara yang lain. Terdapat
berbagai alasan yang mendasari, yaitu :1
1. rasa takut anak terhadap jarum suntik,
2. ahli anestesi tidak memiliki waktu atau tidak menguasai cara induksi yang lain,
3. jika anak sudah terlihat tenang maka induksi inhalasi tidak akan menimbulkan
ketakutan anak
Karena tehnik inhalasi menggunakan obat anestesi yang non iritan maka tidak
muncul rasa sakit dan tidak diperlukan jarum suntik, maka induksi inhalasi adalah pilihan
yang tepat.
Banyak perbedaan anatomi jalan nafas antara dewasa dan anak-anak yang akan
mempengaruhi proses ventilasi dengan masker dan intubasi, sehingga ukuran peralatan yang
digunakan harus sesuai. Ada dua komponen penting dalam induksi inhalasi: (1) penanganan
moral penderita, (2) pemberian anestesi atau mekanisme induksi.
Moral penderita
Kelebihan inhalasi yakni tidak lagi menggunakan eter, sehingga induksi dapat
diterima anak dengan baik dan lebih mudah dilakukan oleh ahli anestesi. Cara ini tidak begitu
memerlukan penanganan anak secara khusus.
Agen induksi dapat diberikan pada anak yang sedang menunggu giliran operasi,
dengan jalan menghembuskan agen anestesi pada wajah anak. Hal ini membuat anak tidak
merasa terkejut ketika dibawa menuju ruang operasi. Tampak anak tetap sadar dan peka
terhadap apa yang terjadi disekitarnya, tetapi anak tampak kooperatif serta tidak terlihat
jengkel.

Karena terlalu berbahaya memindahkan penderita yang dalam keadaan teranestesi,


maka saat ini anak dibuat tertidur di ruang operasi.
Akan sangat membantu jika anak terlihat tenang ketika dipindahkan dari ruang tunggu
menuju kamar operasi. Tetapi jika anak terlihat menunjukkan perlawanan sebaiknya dibawa
kembali ke ruang tunggu. Berikanlah sedatif tambahan, sebaiknya berikan tiopental per rektal
atau dapat juga pemberian agen lain secara intramuskular atau intra vena. Jangan membawa
anak yang berteriak-teriak ke ruang operasi (perhatikan apa yang boleh dan dilarang selama
induksi anestesi). Sebagian besar anak takut akan suara yang keras dan situasi yang belum
dikenalnya. Mintalah bantuan asisten untuk memposisikan anak pada meja operasi dan
menyertainya.
Szaze mengatakan harga diri adalah satu nilai yang mana pria dan wanita -- dan
anak-anak --- menjunjung tinggi serta sering menjadi perselisihan dalam mengutamakan
kesehatan. Penderita yang dipindahkan dengan tanpa pakaian selembarpun serta situasi yang
asing akan mengganggu harga dirinya. Perlakukanlah penderita sebagai seorang individu,
bukan sekedar objek. Sehingga membangkitkan harga diri dan menenangkan penderita.
Usahakan setiap prosedur berjalan mulus dan teratur, jangan sampai terganggu oleh
persiapan instrumentasi. Sesaat sebelum dimulai induksi, periksalah apakah suction berjalan
baik dan kateter tersedia dalam ukuran yang sesuai, aparatus ventilasi berfungsi baik, laporan
anestesi mencantumkan dosis dan saat pemberian obat premedikasi. Catatlah saat mulai
anestesi dan heart rate dan serta tekanan darah sebelum membuka aliran gas.
Manset tekanan darah pasanglah terlebih dahulu, usahakan stetoskop dalam keadaan
cukup hangat sebelum ditempelkan ke tubuh anak. Sebaiknya anak diletakkan dalam posisi
duduk atau diletakkan dalam pangkuan, lalu lakukanlah induksi inhalasi.
Masker sering menimbulkan permasalahan pada anak kecil. Masker terlihat aneh bagi
anak, dan berbau tidak mengenakkan sekalipun gas belum dibuka. Gunakan masker yang
sesuai ukuran anak. Jangan lupa untuk memberitahu anak agar bernafas melalui mulut, guna
mengurangi bau yang ada. Sebaiknya jangan langsung memasang masker pada wajah anak,
tetapi hembuskanlah gas di depan wajah anak dengan masker di depan wajah anak dalam
keadaan belum terpasang. Atau gas dihembuskan perlahan sambil kepala anak ditutup dengan
handuk, sebelum masker benar-benar dipasang pada wajah anak.
Jika memungkinkan hindari penggunaan masker yang berwarna gelap. Sediakan
masker yang transparan khusus bagi anak. Teteskanlah sedikit pengharum pada masker.
Masker transparan dapat digunakan untuk melihat terjadinya regurgitasi. Sebaiknya termistor
dan alat monitor yang lain dipasang setelah anak tidak sadar. Penggunaan siklopropan untuk
5

induksi cepat saat ini sudah banyak ditinggalkan, karena memerlukan campuran nitros oksid
dan halotan.
Dapat pula anak diminta memegang sendiri maskernya, dan menghitung 1-10 untuk
anak yang berusia 3 tahun atau diminta menghitung mundur bagi anak yang berusia 15 tahun.
Hipnosis dapat ditemukan pada setiap induksi inhalasi. Betcher yang menemukan adanya
hipno-induksi. Ketika penderita tertidur dan tidak bergerak sama sekali, maka penderita mulai
kehilangan kesadarannya secara perlahan tetapi penderita masih mampu mendengar secara
jelas. Di sisi lain penderita merasa tidak berdaya, disorientasi, bingung dan melayang-layang.
Guna menghindari perasaan di atas sebaiknya tangan penderita tetap dalam
genggaman anda atau asiten. Periksalah apakah anak telah betul-betul tidak sadar. Jangan
sampai terjadi pada saat anak belum benar-benar tidak sadar terjadi percikan cairan dingin
pada tubuh anak, hal ini dapat mengakibatkan laringospasme. Begitu anak benar-benar tenang
maka prosedur dapat segera dimulai.
Kenalilah tanda-tanda induksi dini dan jangan sampai mengganggu anak. Tanda
pertama hilangnya kesadaran yakni munculnya nistagmus, lalu mata menutup dan anak
menjadi tenang. Beberapa saat setelah itu, anak mungkin belum benar-benar tertidur dan
biasanya menunjukkan respon atas perintah. Jika demikian mintalah penderita untuk bernafas
dalam. Setelah penderita tertidur maka ia akan bernafas teratur dan sedikit depresi serta
relaksasi meningkat bertahap sejalan dengan peningkatan konsentrasi halotan menjadi 2,5%
atau 3% pada anak yang aktif. Lidah akan jatuh ke belakang, sehingga perlu dilakukan
pembebasan jalan nafas. Pada saat yang sama mandibula mengalami relaksasi. Respirasi
menjadi kian dalam dan mengalami depresi sehingga dibutuhkan bantuan. Setelah itu terjadi
relaksasi otot abdomen, dan induksi inhalasi dihentikan jika mata terpusat dan terfiksasi serta
pupil menunjukkan konstriksi. Infus dapat mulai diberikan pada saat reflek kelopak
menghilang dan ketika bola mata terfiksasi anda dapat melakukan intubasi atau
memerintahkan operator untuk memulai prosedur.
Mekanisme induksi
Metoda yang efektif untuk menginduksi anak yaitu dengan menghembuskan
campuran 8:1 nitros oksid dan oksigen ke wajah anak dengan jarak beberapa inci. Tetapi
metoda ini berpeluang terjadi akumulasi gas sisa secara berlebihan, sehingga tidak digunakan
lagi. Saat ini lebih disukai pemberian aliran 5 liter nitros oksid dan 1 liter oksigen. Dapat juga
anak diminta memasang masker setiap kali menarik nafas dalam.

Selama inhalasi jangan mengurangi nitros oksid secara dini, sebelum tercapai
konsentrasi yang adekuat. Pada saat agen yang lebih kuat mulai diberikan, maka halotan,
enfluran atau isofluran dapat ditingkatkan konsentrasinya setiap 2 atau 3 hirupan. Halotan
dengan konsentrasi 3,5% dan enfluran atau isofluran 5% sudah memadai untuk induksi, dan
harus dikurangi masing-masing 1-2% pada saat tercapai anestesi.
Penggunaan halotan dan agen yang lebih baru sangat mengurangi kejadian tersedak,
dan vomitus; sebagaimana yang sering ditemukan pada penggunaan eter. Tetapi enfluran
maupun isofluran bersifat lebih iritatif dibandingkan halotan. Obstruksi jalan nafas yang
disertai relaksasi struktur orofaring lebih sering terjadi. Disamping mengangkat dagu, yang
penting yaitu mempertahankan jalan nafas memakai kantung udara atau masker; pertahankan
dalam tekanan yang moderat namun efektif (10-15 cm H2O) selama respirasi sampai ventilasi
tidak mengalami obstruksi.
Insersi airway orofaring sering memecahkan permasalahan di atas dan pemakaian
halotan dapat diterima dengan baik, tetapi harus dalam posisi yang benar. Pilih yang
ukurannya sesuai sehingga terpasang erat di belakang lidah dan masukkan dengan bantuan
depresor lidah guna menarik lidah ke depan. Jangan memasukkan airway dengan
menekuknya agar dapat melewati gigi, lalu memutarnya agar masuk secara tepat. Cara
terakhir dapat mengoyak gigi, terutama gigi yang rapuh.
Jika insersi airway tidak dapat mengatasi obstruksi, maka gunakanlah kantung udara.
Andaikata tekanan kantung udara terlalu besar justru akan memperberat spasme dan menekan
lambung. Jika anak dalam keadaan normal ia mampu menahan spasme. Penggunaan oksigen
100% yang melewati pita suara mampu membuat anak terlihat kemerahan dan terhindari dari
hipoksia. Jika anak mengidap gangguan jantung atau mulai menunjukkan bradikardi atau
sianosis, segera berikanlah suksinilkolin sebaiknya melalui vena dan lakukan intubasi.
Dibandingkan spasme jalan nafas, vomitus selama induksi jarang terjadi. Tanda-tanda
kedalaman anestesi dapat keliru dengan pemakaian anestesi yang mengandung halogen,
karena penderita terlihat tertidur secara cepat tetapi refleknya tetap aktif. Sebelum induksi
berjalan 3-4 menit, jangan melakukan intubasi trakhea berdasar tanda tersebut. Individu yang
berbadan besar, gemuk dan anak-anak yang disertai penyakit paru atau shunt, atau kistik
fibrosis atau tetralogi Fallot memerlukan induksi yang lebih lama dibandingkan anak normal.
Permasalahan kardiovaskuler selama induksi dapat berupa aritmia minor dan
bradikardi progresif serta hipotensi, terutama pada pemakaian agen dalam konsentrasi tinggi.

Pada bayi < 6 bln dilakukan dengan cara menempelkan sungkup muka, dialirkan gas O 2, N2O
dan gas volatil. Pada anak 6 bln -5 th, dipremedikasi oral / rektal, dilakukan induksi dengan
metode stealing induction. Bila kooperatif, dilakukan slow inhalation induction.
Penyertaan orang tua saat induksi
Pada ibu yang terdidik akan sangat membantu dalam menenangkan anak. Bagi
penderita rawat jalan seringkali orang tua penderita diminta menyertai penderita sampai
penderita tidak sadar. Tindakan ini terasa bermanfaat pada keadaan gawat darurat, saat mana
anak terlihat meronta-ronta dan kesakitan, sedangkan sedatif sulit diberikan.
Makin kuat tekanan dari orang tua, ahli psikiatri agar mengijinkan orang tua
menyertai anaknya selama induksi dan recovery. Salah satu yang menjadi hambatan bagi
gerakan tersebut yakni perlunya menyediakan ruang khusus sehingga induksi dapat dilakukan
di luar ruang operasi, karena beberapa rumah sakit modern tidak memiliki ruang induksi.
Tetapi secara umum diterima bahwa orang tua dilarang menyertai anak setelah induksi.

Basal anestesi
Barangkali metoda induksi anestesi yang tidak begitu mengganggu pada anak yang
cemas yakni melalui rektum, karena tidak perlu injeksi atau menelan obat. Ada beberapa
perkecualian, anak yang berumur kurang dari 6 atau 8 tahun lebih cocok diinduksi dengan
teknik tersebut, dan perlu dilakukan visite beberapa kali.
Selama beberapa tahun, pemberian tribromoetanol (Avertin) per rektal dianggap
sebagai metoda yang ideal untuk induksi anak. Tribromoetanol secara teratur menghasilkan
tidur setelah kira-kira 7 menit dan mampu menimbulkan depresi reflek laring serta
menyebabkan bronkodilatasi. Tapi saat ini dilarang karena perlu lavement sebelum pemberian
obat dan menimbulkan stimulasi rektal.
Tiopental sodium (Pentotal) dan metoheksital sodium (Brevital) lebih populer untuk
pemberian per rektal. Bersifat sangat efektif dan karena suatu barbiturat maka lebih stabil
dibandingkan tribromoetanol, tetapi menimbulkan stimulasi depresi jalan nafas.
Tiopental pada awalnya dibuat dalam bentuk cairan untuk penggunaan per rektal, lalu
dalam sediaan supositoria maupun suspensi. Dosis dan respon sediaan yang lain hampir
sama, dan untuk kepentingan praktis dibuat sediaan intravena 2,0% atau 2,5%. Dosis lasim
untuk anak tanpa sedasi yang lain yakni 30 mg/kg. Jika diberikan sebagai suplemen terhadap
sedasi yang telah diberikan, maka dosisnya 20 mg/kg.

Uptake dan distribusi barbiturat intravena pernah diteliti oleh Brodie dkk. Albert dkk;
Buchman; Lindsay & Shepherd meneliti efek tiopental setelah pemberian per rektal.
Pemberian tiopental dalam bentuk supositoria akan diperoleh kadar dalam plasma 2,8 mg/L
atau lebih pada saat tidur atau dalam keadaan sedasi adekuat, dan untuk ekskresinya
memerlukan waktu 24 - 48 jam.
Methohexital dalam bentuk larutan jernih dan tidak berbau, serta memiliki rasa seperti
sulfur juga memiliki sifat seperti tiopental. Sediaan ini menghasilkan kerja dan rekoveri yang
lebih cepat dibandingkan tiopental, tetapi kurang signifikan secara klinis karena
menimbulkan iritasi jalan nafas dan cegukan (pada penggunaan intravena). Methohexital
dikatakan 2-3x lebih kuat dibandingkan tiopental. Untuk penggunaan per rektal dapat
dicampur dengan larutan 1-10%, dan diberikan dosis 20 mg/kg untuk anak tanpa sedasi atau
15 mg/kg untuk anak yang telah mendapat sedasi yang tidak adekuat. Dosis ini sebanding
dengan pemberian tiopental.
Penderita akan tertidur dalam 7-10 menit. Setelah pemberian general anestesi secara
singkat, maka anak akan bangun dengan baik dan anak dapat berjalan kembali dalam 45-60
menit kemudian. Tetapi dengan pemberian tiopental apalagi jika digunakan sebagai suplemen
maka diperlukan waktu yang lebih lama agar anak bangun.
Induksi memakai obat-obatan per rektal lebih baik diberikan di tempat tidur anak atau
jika ada orang tua di sekitarnya. Sangat cocok untuk anak yang menolak obat, anak dengan
retardasi mental, atau anak yang tidak kooperatif. Karena onset yang cepat dan sedasi yang
kuat pada basal anestesi, maka ahli anestesi harus selalu menyertai anak sejak pemberian
induksi sampai akhir operasi. Sehingga obat ini mempengaruhi total waktu anestesi dan
merupakan penghambat penggunaan obat ini secara luas.
Barbiturat rektal merupakan kontraindikasi pada gangguan jalan nafas, karena dapat
menyebabkan depresi ventilasi serta menstimulasi reflek laring. Selain itu juga menimbulkan
depresi miokardium walaupun anak dengan penyakit jantung tidak termasuk kontraindikasi.
Induksi secara intramuskularis
Pada keadaan tertentu diperlukan injeksi ketamin untuk bayi. Pemberian ini bersifat
lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan induksi per rektal dan cocok untuk bayi atau anak
yang sudah berada di meja operasi. Jarum suntik memang menimbulkan rasa yang tidak
menyenangkan, dan jumlah larutan yang diberikan cukup besar, tetapi dalam 2-3 menit mata
mulai terpejam dan anak mulai tertidur. Meskipun dianjurkan pemberian 10 mg/kg, namun

dosis 6 mg/kg sudah memadai. Berapapun dosisnya, anak biasanya tetap terlihat tidak relaks
dan bergerak jika mendapat stimulasi tetapi anak benar-benar mengalami analgesi total.
Sifat ketamin yang menopang sistem kardiovaskuler merupakan keuntungan bagi
anak yang memiliki risiko jelek. Berdasar alasan tersebut, pemberian ketamin intra muskular
sering dilakukan pada bayi dengan defek jantung kongenital untuk preoperasi kanulisasi
pembuluh, tetapi harus mendapat ventilator post operasi.
Induksi secara intravena
Pada anak-anak maupun orang dewasa, induksi secara intravena memiliki keunggulan
dalam kecepatan, tidak berbau, dan tanpa rasa hilang kesadaran secara bertahap.
Kekurangannya yakni pemakaian jarum suntik yang ditakuti oleh anak, serta sulitnya
melakukan venapungsi.
Karena venapungsi harus dilakukan dalam keadaan tenang, maka anak harus
ditenangkan terlebih dahulu. Usahakan untuk melakukan tusukan jarum suntik berulang kali.
Dorsum tangan, vena radialis, vena saphena dan vena kaki yang lain adalah tempat
yang baik. Aspek volar pergelangan tangan memiliki pembuluh darah yang kecil, sehingga
perlu kehati-hatian agar tidak terjadi ekstravasasi dan nekrosis. Pada saat ini jarang
melakukan pemasangan infus atau injeksi aspek volar tersebut, tetapi sering dilakukan pada
kulit kepala karena memiliki vena yang besar.
Jika sulit menemukan vena yang cukup besar misalnya untuk pergantian darah, maka
gunakan jarum 25-G pada spatium antekubital untuk induksi dan pemasangan kanula yang
lebih besar setelah anestesi akan menyebabkan vasodilatasi. Segera angkat jarum yang
terbuat dari logam dari spatium antekubiti setelah induksi.
Upayakan agar anak tidak ketakutan atau cemas ketika dilakukan suntikan. Siasatilah
dengan memberikan es atau etil klorid pada daerah tusukan jarum. Segera bersihkan dengan
alkohol agar kulit tetap kering sebelum dilakukan penusukan jarum. Gunakan jarum dengan
ukuran sekecil mungkin, dan pilihlah daerah yang kurang begitu sensitif (dorsal, jangan
ventral).
Induksi memakai tiopental biasanya membutuhkan dosis 4-6 mg/kg. Induksi ini
menghasilkan sedasi yang dalam dan cepat, pada saat post hipnotik penderita tidak merasa
kesakitan dan merasa lebik baik. Induksi dapat berjalan lembut, tetapi dapat terjadi obstruksi
jalan nafas. Pencegahannya dengan jalan mengangkat dagu penderita seperti ketika akan
menelan obat. Biarkan induksi berjalan 1-2 menit, jangan mempercepat proses karena dapat
menimbulkan hipotensi.
10

Saat penderita dibawa ke ruang operasi dengan infus terpasang, maka dapat
dilakukan induksi anestesi tanpa rasa sakit bagi anak. Hindari penggunaan masker untuk pre
oksigenasi. Tetapi jika anak ingin bernafas melalui masker mintalah anak untuk bernafas
dalam beberapa kali, karena ini akan sangat membantu.
Ketamin dapat digunakan untuk induksi anestesi pada kondisi tertentu, terutama jika
mengharapkan analgesia tanpa relaksasi atau mengharapkan respirasi spontan tanap intubasi
endotrakea. Jalan nafas dapat dipertahankan dengan jalan mengatur letak kepala. Dosis 2
mg/kg dapat tercapai kondisi katatonik pada anak dan mulai tertidur dalam 1-2 menit.
Anak tanpa pengelolaan
Perlu diingat bahwa beberapa mungkin tetap menunjukkan penolakan atas segala
perlakuan. Karena itu kami menghindari pemberian induksi inhalasi, sebagai gantinya
diberikan tiopental per rektal 20-30 mg/kg, biarkan selama 10 menit agar muncul efeknya
sebelum dibawa ke kamar operasi. Jika anak telah terpasang infus line, maka induksi akan
lebih mudah dilakukan; induksi intravena menghindarkan anak dari recovery yang lama.
Anak-anak dengan retardasi mental atau gangguan kepribadian berat sulit untuk
dilakukan sedasi. Namun cara yang dianjurkan yaitu memaksa anak dengan masker inhalasi.
Ada dapat juga dengan anak dibekuk oleh beberapa orang kemudian dilakukan inhalasi
intravena.
Indikasi untuk mengubah teknik induksi
Beberapa pasien anak membutuhkan teknik induksi khusus. Yakni anak dengan
obstruksi respirasi, anak dengan lambung terisi penuh, perdarahan tonsil, febris, gangguan
jantung atau ginjal, hepatitis, laserasi bola mata, fraktur kranii, tumor otak atau hal berbahaya
lainnya yang membutuhkan pertimbangan khusus.
Hal-hal yang boleh dilakukan
*

periksa efek medikasi 30 menit sebelum anestesi

mintalah ijin orang tua untuk menidurkan anaknya

gunakan infus line untuk induksi

lakukan induksi sekalipun anak tertidur

alihkan perhatian anak jika ia terjaga saat operasi

pertama kali pasang manset tensimeter

hangatkan stetoskop sebelum ditempelkan

biarkan anak memasang masker


11

lakukan percakapan selama induksi

tunggu beberapa saat sampai anak benar-benar tertidur sebelum operasi dimulai

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan


*

orang tua tidak boleh mengikuti sampai ruang operasi

anak yang meronta atau berteriak-teriak jangan dibawa ke ruang operasi

jangan lakukan induksi jika aparatus suction dan kateter belum masuk ke dalam
endotracheal tube

induksi jangan dilakukan dalam keadaan lambung penuh; keluarkan isi lambung
memakai stomach tube ukuran besar

jangan memaksa anak untuk berbaring

jangan menggunakan masker pada anak yang ketakutan

hindari penggunaan masker yang berwarna hitam

jangan memasang masker secara kasar dan mendadak

jika 2x gagal dilakukan penusukan jarum suntik, maka jangan lakukan induksi secara
IV

jangan lakukan induksi tanpa ada asisten

jangan membuka kelopak mata anak untuk mengetahui apakah ia telah tertidur

12

Anda mungkin juga menyukai