PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Sesuai
pembukaan Universal Declaration of Human Rights (UDHR), pengakuan atas
kehormatan dan hak-hak manusia adalah dasar dari kebebasan, keadilan, dan
kedamaian di dunia. HAM di dunia secara umum melingkupi hak-hak sipil
dan hak-hak politik (generasi I), hak-hak bidang ekonomi-sosial-budaya
(generasi II), serta hak-hak atas pembangunan (generasi III).
Di Indonesia, Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi negara memiliki
satu bab khusus yang menjelaskan mengenai HAM, merupakan hasil
amandemen kedua UUD 1945 (18 Agustus 2000). Bab tersebut adalah Bab XA tentang Hak Asasi Manusia mulai pasal 28A sampai 28J. Selain penegakan
HAM oleh pemerintah, masyarakat juga mulai tergerak untuk mengawal isuisu HAM terutama setelah reformasi pemerintahan yang memberikan
kebebasan lebih besar pada seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai masalah yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia,
masalah kesehatan tercakup dalam berbagai dokumen HAM. Pasal 25 UDHR
menyatakan Setiap orang berhak atas taraf hidup yang cukup untuk kesehatan
dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk ... pelayanan kesehatan
dan pelayanan sosial lainnya; serta hak atas kepastian (security) dalam ... sakit,
kecacatan, ... dan lainnya dalam keadaan di luar kekuasaannya.. Pasal 28H
ayat 1 UUD Republik Indonesia menyatakan Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, ... serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Memperhatikan hal-hal di atas, sangat penting bagi mahasiswa kedokteran
untuk memahami masalah kesehatan dan hubungannya dengan penegakan,
BAB II
Landasan Teori
Sejak lahir, manusia sudah memiliki hak dan kewajiban sebagai mahluk
Tuhan, penduduk dunia, warga negara, masyarakat, keluarga, dan makhluk
individu. Kebanyakan hak dan kewajiban manusia sudah banyak dituangkan
dalam undang-undang baik dalam tatanan pemerintahan negara atapun warga
dunia. Tujuannya adalah terdapat suatu kepastian baik hak yang ia peroleh
maupun kewajiban yang harus dilaksanakan. Di dunia internasional, hak asasi
manusia dibedakan menjadi 3 baik secara kolektif maupun individu yaitu
1. Hak-hak sipil dan politik (generasi I) seperti hak untuk menentukan nasib
sendiri, hak untuk hidup, hak untuk tidak dihukum mati, hak untuk tidak
disiksa, hak untuk tidak ditahan sewenang-wenang, hak atas peradilan
yang adil, hak untuk menyampaikan pendapat, hak untuk berkumpul dan
berserikat, hak untuk mendapat persamaan perlakuan di depan hukum, dan
hak untuk memilih dan dipilih
2. Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (generasi II) seperti hak untuk
bekerja, hak untuk mendapat upah yang sama, hak untuk tidak dipaksa
bekerja, hak untuk cuti, hak atas makanan, hak atas perumahan, hak atas
kesehatan dan hak atas pendidikan dan sebagainya
3. Hak-hak pembangunan (generasi III) seperti Hak untuk memperoleh
lingkungan hidup yang sehat, hak untuk memperoleh perumahan yang
layak, dan hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.
Setiap manusia memiliki hak yang paling asasi yaitu hak asasi manusia HAM.
Hak asasi manusia merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan
UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
Hak tersebut harus dilindungi, dihormati dan dipertahankan, serta tidak boleh
diabaikan, dikurangi atau dirampas sedikitpun. Hak tersebut memang melekat
pada diri manusia, tetapi semua itu tidak akan bisa terwujud tanpa ada campur
tangan pemerintah sesuai dengan kewajibannya
pada trias
pemerintah
(menghormati, melindungi dan mewujudkan). Selain itu, HAM juga diatur dalam
dunia internasional seperti hak kesehatan yang dijalankan oleh WHO. WHO
mengakui bhawa terdapat interaksi antara masalah kesehatan dengan HAM yang
dituangkan dalam Trias WHO.
Dalam
grafik
di atas
terdapat beberapa contoh yang digunakan dalam berbagai instrumen HAM, sesuai
dengan UDHR, ICCPR, dan ICESCR serta dokumen-dokumen HAM lainnya
seperti Convention on the Rights of the Child (CRC) dan Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW)
ICCPR)
Violence against children/kekerasan terhadap anak: All appropriate
legislative, administrative, social and educational measures to protect the child
from all forms of physical or mental violence, injury or abuse, neglect or
ideas of all kinds. (Pasal 19 ICCPR; tercakup pula dalam CEDAW dan CRC)
Privacy/Privasi: No one shall be subjected to arbitrary or unlawful
interference with his privacy.... (Pasal 17 ICCPR; tercakup dalam CEDAW
dan CRC)
Scientific progress/Perkembangan ilmu pengetahuan: The right of everyone to
enjoy the benefits of scientific progress and its applications. (Pasal 15
ICESCR)
Education/pendidikan: The right to education, including access to education
in support of basic knowledge of child health and nutrition, the advantages of
breast-feeding, hygiene and environmental sanitation and the prevention of
ICESCR)
Right to social security/hak atas pengaman sosial: The right of everyone to
social security, including social insurance. (Pasal 9 ICESCR; juga dalam
CEDAW, CRC)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. KASUS
Si R, usianya 50 tahun, beliau memiliki 2 orang putra yaitu W (20 th) dan
P (15 tahun). Sewaktu kelas 3 SMP, W bermain bola bersama teman-temannya di
sekolah dan dia mendapatkan cedera di lutut kanan. Setelah diperiksa di unit
kesehatan sekolah (UKS), dia mengalami dislokasi. Orang tuanya membawa ke
dukun urut yang terkenal dalam penyembuhan cedera akibat trauma. Memang,
rasa sakitnya sedikit berkurang tapi dalam dua hari kemudian, dia mengalami
nyeri yang tak
menambah beban bagi dirinya sendiri sebab tiga minggu lagi dia harus menjalani
ujian akhir sekolah (UAS). Karena hal tersebut, W meminta ke orang tuanya
untuk berobat ke rumah sakit yang lebih kompeten. Tetapi dia hanya dibawa ke
satu-satunya puskesmas yang ada di daerahnya dan dia hanya mendapatkan obat
penahan rasa sakit. Hal tersebut terjadi karena keadaan perekonomian yang paspasan. Dia tidak mendapatkan asuransi dari sekolah sebab di sekolah belum ada.
Karena cedera yang cukup serius, dia tidak masuk sekolah dalam beberapa
minggu sampai beberaa hari menjelang UAS. Ketika waktu UAS tiba, W dapat
mengikuti penuh meskipun dengan rasa sakit yang luar biasa. Akhirnya saat
pengumunan kelulusan, dia mendapat predikat lulus dari bangku SMP. Karena
luka yang dideritanya tidak kunjung sembuh. Keluarganya memutuskan bahwa W
berhenti 1 tahun untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi
yaitu SMA. Beberapa bulan setelah itu, dia melakukan pengobatan yang rutin ke
dukun-dukun urut yang ada di daerahnya. Hasilnya, dalam waktu beberapa bulan
kemudian lukanya sembuh total.
3.2. ANALISA KASUS
Berdasarkan uraian kasus di atas, dapat dilakukan analisa tentang
pelanggaran atau keselasaran kesehatan menurut hak asasi manusia sesuai dengan
Trias WHO dan Trias pemerintah
Pada Trias WHO, terdapat tiga poin yang berkaitan dengan hak asasi
manusia (human rights) antara lain
1. human right violations resulting in ill-health
2. reducing vulnerability to ill-health through human rights
3. promotion or violation of human right through helath development
Berdasarkan poin pertama pada trias WHO human right violations resulting
in ill-health terdapat beberapa subpokok antara lain praktek kesehatan tradisonal,
perbudakan, penyiksaan dan pelanggaran terhadap anak. jika kasus di atas
dikaitkan, ada beberapa pelanggaran yang dilakukan antara lain
1. Pihak keluarga masih mengutamakan pengobatan tradisional yaitu dukun
urut- yang sudah banyak dipercaya dan menjadi tradisi masyarakat di
daerah tersebut- dalam proses penyembuhan cedera W.
2. si W kekebasannya untuk memilih tempat berobat di tolak dan kurangnya
afiliasi pemerintah terhadap perlindungan terdapat kesehatan maka kasus
ini dapat dimasukkan ke dalam pelanggaraan terhadap wanita dan anakanak.hal tersebut sesuai dengan UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, bahwa setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua,
keluarga, masyarakat dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran
dalam rangka pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya secara
melawan hukum
Jika dihubungkan dengan poin kedua dalam trias WHO yang berbunyi
reducing vulnerability to ill-health through human rights, yang didalamnya
terdapat beberapa subpokok antara lain hak untuk memperoleh kesehatan, hak
untuk mendapatkan pengajaran, hak untuk mendapatkan makan dan nutrisi yang
sesuai, dan hak bebas dari diskriminasi. Maka terdapat beberapa hal dari kasus
yang tidak sesuai dengan poin kedua antara lain
1. Pelanggaran hak untuk mendapatkan kesehatan, sebab si W hanya
mendapatkan pengobatan tradisional dan hanya memperoleh pelayanan
yang sangat kurang dari sekolah maupun pusat kesehatan yang ada di
daerahnya. hal tersebut disebabkan karena pemerintah kurang dalam
pemberihan penyuluhan dan pelatihan kepada dukun-dukun atau tempat
praktek pengobtaan tradisonal yang ada di daerah
BAB 1V
KESIMPULAN dan SARAN
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa kasus di atas yang dihubungkan dengan trias WHO dan
pemerintah maka terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan pemerintah
dalam menentukan kebijakan atau program bagi daerah-daerah terpencil diantanya
1. Kurang respek terdapat keadaan lingkungan daerah terpencil
2. Pelayanan yang diberikan kurang
3. Terdapat diskriminasi fasilitas antara daerah perkotaan dan pedesaan
4.2. SARAN
1. Dengan melihat beberapa ketimpangan yang cukup menyolok antara
daerah pedesaan dan perkotaan maka pemerintah pusat maupun daerah
yang bersangkutan harus memberikan perlakukan yang sama kepada
seluruh masyarakat mulai darei kalangan atas, menengah dan bawah.
2. Pemerintah harus memenuhi janji yang terdapat dalam undang-undang dan
membenahi pelayanan kesehatan sesuai dengan ketetapan badan kesehatan
dunia WHO.
3. Pemerintah harus memberikan saran yang bisa menampung beberapa
orang disability sehingga merasakan jaminan hak asasi manusia.
4. Pemerintah membuat aturan/program mengenai pelayanan gratis bagi
keluarga yang tidak mampu.
5. Pemerintah menyediakan latihan atau kursus bagi tempat praktek
pengobtan tradisional dan alternative.
6. Pemerintah kurang memberikan informasi tentang hal-hal yang
menyangkut kepentingan rakyat kecil atau minimnya penyuluhan terhadap
berbagai masalah khususnya kesehatan, kemiskinan, pendidikan dan
sebagainya.
Daftar Pustaka
1. Pengalaman teman
10
11