Insufisiensi Katup
Mitral
Ilmu Penyakit Dalam
dr. Yesi Nurwidiyastuti
: 48 tahun
Tanggal presentasi :
/2016
Pendamping:
Bayi
Keterampilan
Manajemen
Anak
Penyegaran
Masalah
Remaja
Dewasa
Tinjauan pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Pasien perempuan, 48 tahun, dengan keluhan sesak sejak 2 minggu yang lalu. Sesak
dirasa hilang timbul, terutama saat beraktivitas ringan seperti pergi ke kamar mandi. Sesak juga
bertambah saat malam hari sampai tidak bisa tidur. Sesak dirasakan seperti rasa berat pada
kedua dada sehingga sulit untuk menarik dan mengeluarkan nafas. Sesak dirasakan berkurang
saat duduk dan terasa bertambah berat saat posisi berbaring.
2 minggu SMRS, batuk disertai dahak warna putih kemerahan dan berbuih. Batuk
dirasakan memberat seiring dengan sesak nafas.
makanan, air dan lendir warna putih, serta perut terasa kembung. 1 hari SMRS, demam,
dirasakan hilang timbul, berkeringat dingin dan lemas.
biasa, BAK normal. Pola makan pasien tidak teratur dan jarang mengkonsumsi serat.
Pasien tidak pernah berobat ke manapun terkait dengan keluhannya saat ini. Pasien tidak
pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, kencing manis,
darah tinggi disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga, tidak ada keluarga yang sakit seperti
pasien.
Tujuan: : Menegakkan diagnosis dan penataksanaan
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
bahasan:
Audit
pustaka
2
Cara
Diskusi
membahas:
Pos
diskusi
No.Registrasi: 083896 15
Anamnesis :
Perempuan, 48 tahun, keluhan sesak sejak 2 minggu yang lalu. Sesak dirasa hilang timbul,
terutama saat beraktivitas ringan seperti pergi ke kamar mandi. Sesak juga bertambah saat
malam hari sampai tidak bisa tidur. Sesak dirasakan berkurang saat duduk dan terasa
terasa kembung.
1 hari SMRS, demam, dirasakan hilang timbul, berkeringat dingin dan lemas.
Tidak BAB selama 2 hari, flatus biasa, BAK normal. Pola makan pasien tidak teratur dan
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan fisik:
Pasien tampak sesak, kompos mentis, status gizi cukup. Tanda vital tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 28 x/menit, suhu 37,5oC. Pemeriksaan kepala dlama batas
normal. Pada leher terdapat
kuat angkat, perkusi pekak, batas jantung kanan linea parasternal kanan, batas jantung kiri 1
jari ke lateral dari linea midclavicularis kiri ICS V, auskultasi
Pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Extermitas hangat, kering, merah, edema (-).
Pemeriksaan laboratorium :
WBC 8.300 /uL, RBC 4,02 juta/uL, Hb 11,5 g/dL, Hematokrit 34,6%, Trombosit 191.000
/uL. Ureum 80 mg/dL, Creatinin 0,6 mg/dl, SGOT 48 mmol/L, SGPT 70 mg/dl, Trigliserida 75
mg/dl.
Daftar Pustaka
Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan sejak 2 hari yang lalu, mual,
muntah satu kali, isi makanan, air dan lendir warna putih, serta perut terasa kembung.
Pasien mengalami demam sejak 1 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit, demam dirasakan
hilang timbul. Pasien juga merasa berkeringat dingin dan lemas.
Pasien tidak BAB selama 2 hari, flatus biasa, BAK normal. Pola makan pasien
2. Obyektif:
(Tanggal 18 07 2015 jam : 12.00 WITA)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sesak
Kesadaran
: Kompos mentis
Status Gizi
: Cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu : 37,5oC
Kepala dan leher
Mata
Bibir
: Sianosis (-)
Hidung
Leher
Thorak
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak, batas jantung kanan linea parasternal kanan, batas jantung kiri 1 jari
ke lateral dari linea midclavicularis kiri ICS V
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa tumor (-), Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani (+)
RESULT
NORMAL VALUE
UNIT
WBC
8,3
4,00-10,0
(10/UI)
RBC
4,02
3,50-5,00
(106/UI)
HGB
11,5
11,0-15,0
(gr/dL)
HCT
34,6
37,0-48,0
(%)
PLT
191
150-400
(103/uL)
GDS
96
76 - 140
Mg/dL
Ureum
80
10-50
Mg/Dl
Creatinin
0,6
<1,1
Mg/dL
SGOT
48
<31
mmol/L
SGPT
70
<32
Mg/dL
Trigliserida
75
<150
Mg/dL
Interpretasi EKG
Irama dasar
: sinus
Heart rate
: 115 kali/menit
P wave
: P mitral 0,12 s di sandapan II,avL
PR interval
: 0,16 s
Q patologis
:Axis
: RAD
QRS complex
: durasi : 0,08 s, konfigurasi : ICRBBB
ST segmen
: 0,08 s, isoelektris
T wave
: 0,12 s
Kesimpulan
USG Thoraks
3. Pendekatan Diagnosis
Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif
8
yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan curah
jantung (Cardiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan
bendungan di system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif
(Kabo & Karim, 2002). Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi
II.
Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah
dari curah jantung normal.
Kelainan otot jantung: Penyebab terbanyak, akan menurunkan kontraktilitas
jantung. Kondisi penyebab kelainan fungsi otot ini adalah aterosklerosis
jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload): Meningkatkan
beban kerja jantung sehingga mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung
(hipertropi miokard). Sebenarnya hipertropi miokard termasuk mekanisme
kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi hipertropi otot
perikardium,
perikarditaskonstriktif,
stenosis
katup
AV),
afterload
karena
meningkatnya
tekanan
darah
sistemik
miokardial.
Faktor Sisitemik:
Meningkatnya
laju
metabolisme
(ex:
demam,
9
Patofisiologi
CHF terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang memengaruhi
kontraktilitas, after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung,
dan respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan
kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi hemodinamik gagal jantung
berespons
terhadap
intervensi
farmakologis
standar,
terdapat
interaksi
kontraktilitas,
IV.
Diagnosa
a. Tanda dan Gejala
Kriteria Framingham
Kriteria Major:
- Paroximal Nocturnal Dyspneu (PND) atau ortopneu
- Peningkatan DVS
- Ronkhi basah halus
- Kardiomegali
- Irama Gallop S3
- Udema paru akut
- Refluks hepatojuguler
Kriteria Minor:
- Dyspneu de Effort
- Edema ekstremitas/ pergelangan kaki
- Batuk pada malam hari
- Efusi pleura
- Takikardi
- Hepatomegali
- Kapasitas vital paru menurun
Pasien dikatakan menderita gagal jantung apabila terdapat dua buah kriteria major atau
satu kriteria major tambah dua kriteria minor.
b. Pemeriksaan Penunjang
13
Terapi
a. Obat-obatan
Obat-obatan pada umumnya diresepkan pada mereka yang menderita gagal
jantung. Beragam obat-obatan diresepkan untuk mengobati berbagai gejala atau
faktor yang berkontribusi.
Antikoagulan dikenal juga dengan pengencer darah, diresepkan untuk mencegah
pembentukan gumpalan darah. Ini tidak mengencerkan gumpalan darah yang ada
namun mencegah gumpalan darah yang ada untuk berkembang menjadi lebih
besar. Obat-obatan lain yang bekerja serupa adalah Bahan Antitrombosit yang
mencegah trombosit darah saling menempel.
Penghambat Enzim Pengonversi Angiotensin
(ACE)
diresepkan
untuk
pada katup jantung, katup harus diperbaiki atau diganti. Memperbaiki sebuah
katup melibatkan penjahitan sebuah cincin di sekitar dinding katup untuk
mengencangkannya. Prosedur ini juga dapat mencakup pemotongan, pemendekan
atau membuat katup lebih kuat untuk memastikan bahwa katup terbuka dan
tertutup dengan benar. Jika sebuah katup tidak dapat diperbaiki, maka dapat
diganti dengan katup prostetik. Katup prostetik bisa berupa katup mekanis atau
biologis (di mana jaringan diambil dari sapi, babi atau donor manusia). Pasien
dapat membahas bersama dokter jenis katup apa yang tepat bagi mereka
berdasarkan usia, pekerjaan, ukuran katup, jumlah katup yang diperlukan dan
faktor lain.
VI.
Komplikasi
Berbagai macam komplikasi yang dapat muncul akibat gagal jantung, diantaranya:
- Kerusakan atau gagal ginjal
- Gangguan pada katup jantung
- Kerusakan hati
- Serangan jantung dan stroke
- Gagal jantung dapat mengancam jiwa dan menyebabkan kematian mendadak.
MITRAL REGURGITASI
DEFINISI
Insufisiensi mitralis merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri
ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna. kelainan
katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada
saat sistol.
Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab dari kondisi ini dibagi menjadi penyebab primer dan penyebab sekunder.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Mild
Moderate
Severe
Volume
30-40ml
40-60ml
>60ml
Fraction
10-30%
30-50%
>55%
Orifice area
<0.2
0.3-0.4
>0.4
Patofisiologi
Patofisiologi regurgitasi mitral dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a.
Fase akut
MR akut (yang dapat diakibatkan rupture mendadak korda tendinea atau muskulus pappilaris)
dapat menyebabkan volume overload dari ventrikel dan atrium kiri. Hai ini karena setiap kali
memompa darah, tidak hanya aliran darah ke arah aorta (forward stroke volume) saja yang
dipompa, melainkan aliran regurgitasi ke arah atrium (regurgitant volume) juga dipompa. Total
stroke volume ventrikel kiri merupakan kombinasi forward stroke volume dan regurgitant
volume.
Pada keadaan akut stroke volume ventrikel kiri meningkat tetapi forward cardiac output
menurun. Mekanisme yang menyebabkan total stroke volume meningkat dinamakan dengan
Frank-Starling Mechanism. Regurgitant volume menyebabkan overload volume dan tekanan
pada atrium kiri. Kenaikan tekanan ini akan mengakibatkan kongestif paru, karena drainase
b.
biasanya tidak ada keluhan dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
c.
Fase kronik dekompensasi
Fase ini ditandai dengan overload kalsium pada miosit. Pada fase ini miokard ventrikel tidak
dapat lagi berkontraksi secara kuat sebagai kompensasi overload volume pada MR, dan stroke
volume ventrikel kiri akan menurun. Dengan keadaan ini akan terjadi kongesti vena pulmonalis.
Pada fase ini akan terjadi dilatasi ventrikel kiri, yang berakibat dilatasi annulus fibrosus yang
akan memperburuk derajat RM.
16
Gambaran Klinis
Regurgitasi katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala. Kelainannya bisa
dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan dengan stetoskop, dimana terdengar murmur
yang khas, yang disebabkan pengaliran kembali darah ke dalam atrium kiri ketika ventrikel kiri
berkontraksi. Secara bertahap, ventrikel kiri akan membesar untuk meningkatkan kekuatan
denyut jantung, karena ventrikel kiri harus memompa darah lebih banyak untuk mengimbangi
kebocoran balik ke atrium kiri.
Ventrikel yang membesar dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar keras),
terutama jika penderita berbaring miring ke kiri. Atrium kiri juga cenderung membesar untuk
menampung darah tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel kiri. Atrium yang sangat
membesar sering berdenyut sangat cepat dalam pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi
atrium), yang menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung. Pada keadaan ini
atrium betul-betul hanya bergetar dan tidak memompa, berkurangnya aliran darah yang melalui
atrium, memungkinkan terbentuknya bekuan darah. Jika suatu bekuan darah terlepas, ia akan
terpompa keluar dari jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil sehingga terjadi
stroke atau kerusakan lainnya.
Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit ini. Pada fase akut
gejala yang timbul seperti decompensated congestive heart failure yaitu: sesak nafas, oedem
pulmo, orthopnea, paroksimal nocturnal, dispnoe, sampai syok kardiogenik. Pada fase kronik
terkompensasi mungkin tidak ada keluhan tetapi individu ini sensitive terhadap perubahan
volume intravaskuler.
Pemeriksaan Diagnostik
Regurgitasi katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang khas, yang bisa
terdengar
pada
pemeriksaan
dengan
stetoskop
ketika
ventrikel
kiri
berkontraksi.
Elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran ventrikel
kiri.
penggambaran
yang
menggunakan
gelombang
ultrasonik.
Pemeriksaan
ini
dapat
biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga
biasanya untuk mengurangi resiko tersebut diberikan antikoagulan. Katup babi bekerja dengan
baik dan tidak memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak mampu bertahan selama
katup mekanik. Jika katup pengganti gagal, harus segera diganti.
Pengobatan
Terapi yang diberikan pada pasien mitral regurgitasi bertujuan untuk memperbaiki curah
jantung, mengurangi regurgitasi, dan memperbaiki edema pulmonal.
Pada mitral regurgitasi akut dapat diberikan diuretik untuk memperbaiki edema pulmonal,
vasodilator untuk memperbaiki curah jantung, warfarin jika terjadi atrium fibrilasi, pengobatan
untuk gagal jantung seperti diuretik, beta blocker, ACE inhibitor, dan digitalis dapat menangani
mital regurgitasi yang mengalami kardiomiopati. Sedangkan intevensi untuk melakukan
pembedahan adalah mitral regurgitasi berat yang bergejala, mitral regurgitasi berat tanpa gejala
dengan penurunan fungsi ventrikel kiri, dan mitral regurgitasi tanpa gejala dengan LVESD > 45
mm dan EF< 55 %.
4. Rencana Penatalaksanaan
f. Diagnosis Kerja
Diagnosa Primer: Mitral Regurgitasi
Diagnosa Sekunder : Dekompensatio Cordis Dekstra
g. Penatalaksanaan
Bed rest
Oxygen 2-4 lpm via nasal canule
Cardiac diet
IVFD NaCl 0.9% 500 cc/24 hr
Furosemide 20 mg/24jam/IV
Digoxin 0,25 mg 1x1
Aspilet 1x1
Obat batuk ekspektoran sirup 3x2 sendok
Vitamin B1B6B12 5000mg 1 x 1 tablet
Prognosis:
18
19