IDENTITAS PASIEN:
Nama
: Tn. A
Tgl Lahir/Umur
: 17-05-1970 / 44 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Status Perkawinan
: Menikah
No. RM
: 692394
Hari/tgl masuk
: Jumat / 20-02-2015
ANAMNESIS
ANAMNESIS TERPIMPIN:
Pasien datang ke IRD RSWS dengan keluhan demam dialami sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, tidak terus menerus, menurun dengan obat
paracetamol. Sakit kepala kadang ada. Batuk sesak tidak ada. Mual, muntah tidak
ada, nyeri ulu hati tidak ada.
Buang Air Besar biasa, kuning.
2.
3.
Riwayat Keluarga :
1.
2.
3.
4.
PEMERIKSAAN FISIK:
Nadi
Pernapasan
Suhu : 37.9 C
: 20 kali/ menit
: 80 kali/ menit
: 29,4 kg/m2
IMT
Berat Badan
: 80 kg
Kepala:
Deformitas
: Tidak ada
Ukuran
: Normocephal
Bentuk
: Mesocephal
Mata:
Eksoftalmus
: Tidak ada
Konjungtiva
: Anemis (+)
Kornea
Enoptalmus
: Tidak ada
Sklera
: Ikterus (-)
Pupil
Gerakan
Telinga:
Pendengaran : Dalam batas normal
Otorrhea
: Tidak ada
: Tidak ada
Rhinorrhea
: Tidak ada
Mulut:
Bibir : Kering (-)
Leher:
KGB : Tidak ada pembesaran
DVS
: R+1 cmH2O
Kaku kuduk
Dada:
Bentuk
Payudara
Sela iga
Pulmo:
Inspeksi
Palpasi
: Tidak Ada
Perkusis
Auskultasi
: Bunyi Pernapasan
Bunyi Tambahan
: Vesikuler
: Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Aukultasi
Abdomen:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
Alat Kelamin :
Palpasi
Nyeri ketok
: tidak ada
Auskultasi
: sonor
Gerakan
Ekstremitas:
Status lokalis Regio Pedis sinistra :
Tampak ulkus pada seluruh telapak kaki kiri, jaringan nekrotik (+) di sekitar
ulkus, pus (+), perdarahan (-), edema (+), kemerahan (+). Arteri dorsalis pedis
teraba lemah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium:
WBC
HGB
: 7.7 gr/dl
HCT
: 23.2%
PLT
GDS
: 274 mg/dl
GDP
: 82 mg/dL
GD2PP
: 190 mg/dL
6
Ureum
: 35 mg/dL
Kreatinin
: 0,71 mg/dL
Albumin
: 2.0 gr/dL
Prokalsitonin
: 2.2 ng/ml
Na
: 117 mmol/L
: 5,46 mmol/L
Cl
: 100 mmol/l
untuk
antibiotik
Quinupristin,
Linezolid,
Vancomycin.
Aliran darah arteri ekstremitas inferior kiri kurang lancar dari proksimal ke
distal
Aliran darah vena ekstremitas inferior kiri dari distal ke proksimal lancer
Kesimpulan : Severe Peripheral Artery Disease
RESUME:
Pasien masuk dengan demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak terus
menerus, menurun dengan obat paracetamol. Sakit kepala kadang ada.
Buang Air Besar biasa, kuning.
Buang Air Kecil lancar, kuning.
Ada luka di kaki kiri yang tidak sembuh sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu,
awalnya berupa bisul kemudian bertambah bengkak, bernanah, dan meluas ke
hampur seluruh punggung kaki kiri. Riwayat trauma pada kaki kiri disangkal.
Riwayat rasa tebal dan kesemutan, serta tertusuk tusuk di kedua kaki sejak 3 bulan
yang lalu. Riwayat amputasi jari kaki kiri bulan oktober tahun 2014.
Pasien pernah diopname bulan oktober tahun 2014 dengan ulkus diabetik pada
kaki kiri dan mendapat tindakan amputasi. Pasien memiliki riwayat Diabetes
Melitus sejak 5 tahun sebelum masuk rumah sakit, rutin suntik insulin novorapid
16 IU/SC 3 kali sehari, dan levemir 18 IU/SC. Pasien memiliki riwayat hipertensi
sejak 6 tahun lalu, tetapi berobat tidak teratur.
Pada pemeriksaan region pedis sinistra Tampak ulkus pada seluruh telapak kaki
kiri, jaringan nekrotik (+) di sekitar ulkus, pus (+), perdarahan (-), edema (+),
kemerahan (+). Arteri dorsalis pedis teraba lemah.
Hasil lab menunjukkan leukositosis dengan WBC : 2.2 x 103 /ul, Prokalsitonin :
2.2 ng/ml, Hemoglobin : 7.7 gr/dl, Albumin: 2.0 gr/dL. Na 117 mmol/L, K 5,46
mmol/L, Cl 100 mmol/L. Foto Pedis Dextra et Sinistra Ap/Lateral menunjukkan
8
ASSESSMENT:
1.
2.
DM Tipe 2 Obese
3.
Neuropati DM
4.
5.
Hipoalbuminemia
6.
Imbalans Elektrolit
PLANNING:
Pengobatan:
1.
2.
Antibiotik :
Metronidazole 500 mg/8 jam/intravena
Ciprofloxacin 200 mg/ 24 jam/ intravena
Ceftriaxone 2 gr/24 jam/ intravena
3.
4.
2.
Insulin
3.
4.
5.
4.
Periksa Urinalisis, Profil Lipid, GDS pre meal pagi siang malam.
Neuropati DM
1.
Anti neuropati
Gabapentin 300 mg/ 24 jam/ oral
2.
Neuroboransia
Neurodex 1 tab/ 24 jam/ oral
Anemia Normositik Normokrom
1.
Transfusi PRC
Hb x BB x 4 ml = (10-7,7) x 80 x 4 ml = 736 ml = 2 unit
2.
Periksa Fe, TIBC, ADT
Hipoalbuminemia
1.
Transfusi Albumin
(4 - nilai albumin) x BB x 0,8 /25 = (4 - 2) x 80 x 0,8 / 25 = 5 botol
10
6.
Imbalans Elektrolit
1.
Hiponatremia
Infus NaCl 0,9% = (140 nilai natrium) x BB x 0,6 / 256
(140 117) x 80 x 0,6 / 154 = 7 kolf = 48 tpm
2.
7.
Hiperkalemia
Sesuai aturan penggunaan insulin.
PROGNOSIS:
Quo ad Functionam
: Dubia ad Malam
Quo ad Sanationam
: Dubia ad Malam
Quo ad Vitam
: Dubia ad Bonam
FOLLOW UP:
Tanggal
S (Subjective) O (Objective) A
(Assessment) P (Planning)
22/02/2015
2.
3.
4.
5.
6.
DM tipe 2 obese
Hiponatremia
Hiperkalemia
Hipoalbuminemia
Anemia
mikrositik
hipokrom
11
Instruksi Dokter
Catatan Lanjutan :
1.
IV
Metronidazole 0,5 gr/8 jam/ IV
Planning :
Kultur pus dan jaringan
2.
Subjektif
: Kultur darah
Planning :
GDS pre meal pagi-siangmalam
Novorapid 18-18-18 IU/SC
jam/ oral
pucat, lemah
Objektif : Hb 6,2 gr/dL
MCV 76
R/ Transfusi albumin 25% 1
MCH 25,2
MCHC 33,7
botol/hari
Assessment : Anemia Mikrositik
Hipokrom
ampul/IM
Planning:
Kontrol ADT, Fe, TIBC
23/02/2015
2.
3.
4.
5.
6.
Sekunder
DM tipe 2 obese
Hiponatremia
Hiperkalemia
Hipoalbuminemia
Anemia
mikrositik
hipokrom
Catatan Lanjutan :
1.
Subjektif : luka
di kaki kiri dialami sejak 1 minggu,
luka di kaki telah diamputasi tahun
lalu, ada keluhan demam, kaki
Subjektif
RR : 20
13
x/menit
HR : 88 x/menit
T : 37,7 0C
Assessment : DM Tipe 2 Obese
3.
Subjektif
malam
:
jam/ oral
4.
5.
Subjektif
25% 2 botol
2.
3.
4.
5.
6.
Sekunder
DM tipe 2 obese
Hiponatremia
Hiperkalemia
Hipoalbuminemia
Anemia
mikrositik
hipokrom
14
Catatan Lanjutan :
1.
2.
Subjektif
sedang/gizi
malam
cukup/composmentis
BP : 100/60 mmHgRR : 20 x/menit
HR : 88 x/menitT : 37,7 0C
Hasil Lab
GDS Pagi 158
GDS Siang 132
GDS malam 92
Assessment : DM Tipe 2 Obese
3.
Subjektif
:
keadaan umum lemah, tidak ada
mual dan muntah, intak oral baik
Objektif : Na = 117 mmol/L
15
K = 5,46 mmol/L
-Kalitake sachet 1 sachet/8
Assessment : Imbalans elektrolit
jam/ oral
(Hiponatremia, Hiperkalemia)
4.
Subjektif : Objektif : albumin 2,0 gr/dL
menjadi 2,3 gr/dL
Assessment : Hipoalbuminemia
5.
Subjektif
Anemia
Hipokrom
25/02/2014
25% 1 botol
Vipalbumin 2 caps/8 jam/ oral
sesak
Objektif : konjungtiva anemis
Hb 6,2 gr/dL
MCV 76
MCH 23,7
Assessment
unit
Kaki
Diabetik
post
Sekunder
drips
drips
Cilostazol 500 mg/ 12 jam/
intravena
Planning :
Tunggu hasil Kultur luka pus
2.
Subjektif
sedang/gizi Planning :
cukup/composmentis
GDS pre meal pagi-siangBP : 120/70 mmHg RR : 24 x/menit
malam
HR : 84 x/menitT : 36,7 0C
Hasil Lab
GDS Pagi 115
GDS Siang 125
GDS malam 109
Assessment : DM Tipe 2 Obese
3.
Subjektif
:
keadaan umum lemah, tidak ada
mual dan muntah, intak oral baik
Objektif : Na = 117 mmol/L
K = 5,46 mmol/L
Assessment : Imbalans elektrolit
4.
Subjektif : Objektif : albumin 2,3 gr/dL
Assessment : Hipoalbuminemia
5.
Subjektif
Anemia
Mikrositik
Hipokrom
17
Kaki
Diabetik
post
Catatan Lanjutan :
1.
2.
Subjektif
HR : 84 x/menitT : 36,2 0C
Hasil Lab
GDS Pagi
GDS Siang 110
GDS malam 71
Assessment : DM Tipe 2 Obese
3.
Subjektif
Subjektif
Anemia
Mikrositik
Hipokrom
DISKUSI
Pasien didiagnosis dengan Diabetes Melitus Tipe 2 tipe obese dengan Kaki
Diabetik Wagner V, berdasarkan atas adanya riwayat DM sejak 5 tahun dengan
pengobatan insulin (novorapid dan levemir), IMT 29,4 kg/m2 (obese 1), dan
adanya luka pada kaki kiri yang tidak sembuh dan bertambah berat serta riwayat
19
20
21
dan pemberian insulin subkutan. Penanganan ulkus diabetik pada pasien ini
adalah perawatan luka, antibiotik, antiplatelet, adjuvant neuropati diabetikum, dan
terapi insulin intensif untuk mengontrol gula darah. Penatalaksanaan rawat luka
oleh BTKV penting untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih berat. Insulin
basal dan prandial diberikan sebagai terapi intensif untuk mengontrol gula darah.
Infeksi pada pasien ini merupakan indikasi untuk pemberian terapi insulin
intensif. Agar target glikemik tercapai, dilakukan pemeriksaan kontrol gula darah
preprandial dan gula darah puasa setiap hari selama perawatan. Dosis insulin baik
insulin basal maupun insulin prandial dapat ditingkatkan bertahap setiap hari
selama target gula darah yang terkontrol belum tercapai.
Selama perawatan, harus tetap dilakukan evaluasi berkala fungsi hati,
fungsi ginjal, dan status elektrolit. Ini bermanfaat untuk mendeteksi ada tidaknya
efek samping obat, komplikasi akibat infeksi, maupun komplikasi akibat
hiperglikemia.
TINJAUAN PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus tipe 2 didefinisikan sebagai suatu gangguan
22
protein yang terjadi karena resistensi insulin dimana sel-sel tubuh tidak
memberikan respon terhadap insulin atau karena kurangnya produksi
insulin oleh pankreas akibat disfungsi sel pankreas7
Etiologi DM tipe 2 merupakan multi faktor yang belum
sepenuhnya diketahui dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh
lingkunganyang berperan menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain
obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang aktivitas fisik.
Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 terbagi menjadi dua, yaitu
komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut meliputi Ketoasidosis
Diabetik, Hiperosmolar non Ketotik, Hipoglikemia. Adapun komplikasi
kronik terbagi menjadi dua yaitu makroangiopati ( Penyakit Jantung
Koroner, Penyakit PembuluhDarah Perifer, dan Penyakit Serebrovaskuler)
dan mikroangiopati (Retinopati Diabetik dan Nefropati Diabetik).
Secara global, dari sisi ekonomi, DM menelan biaya sebesar
11,6% dari anggaran kesehatan di seluruh dunia, atau mencapai 376 USD
pada tahun 2010. Sebagian besar biaya tersebut diakibatkan oleh
pengobatan jangka panjang dari komplikasi DM. dari data PT ASKES
tahun 2011, untuk satu pasien DM tanpa komplikasi, biaya yang
diperlukan sebear 40 USD per tahun. Akan tetapi, satu pasien DM dengan
komplikasi akan menghabiskan 900 USD per tahun. 8 Sementara itu, hasil
penelitian menunjukkan pasien DM tipe 2 yang mengalami komplikasi
memiliki risiko 11 kali lebih besar memiliki kualitas hidup yang lebih
rendah (tidak puas) daripada yang tidak mengalami komplikasi.9
Komplikasi kaki diabetik merupakan penyebab tersering
dilakukannya amputasi non traumatik. Risiko amputasi 15-40 kali lebih
sering pada penderita DM dibandingkan dengan non-DM.10Kasus ulkus
dan gangren diabetik merupakan kasus yang paling banyak dirawat di
rumah sakit. Lebih dari 15% penderita DM yang dirawat merupakan
penderita komplikasi kaki diabetik11
Istilah Kaki Diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari
ulkus sampai gangren yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus. 12Kaki
diabetik merupakan hasil interaksi beberapa patomekanisme, antara lain
gangguan saraf perifer (neuropati), gangguan pembuluh darah perifer
23
EPIDEMIOLOGI
Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit kronis dengan angka
mikrovaskular.
Komplikasi
makrovaskular
meliputi
24
Data
di
Ruang
Perawatan
Penyakit
Dalam
RS
Cipto
III.
PATOFISIOLOGI
Terbentuknya ulkus pada kaki diabetik merupakan akibat dari
glukosa
intraselular
menjadi
sorbitol
dan
fruktosa.
Penimbunan
menyebabkan
26
Neuropati
Vaskular
Kulit hangat, kering, Kulit dingin, sianotik,
hitam (gangren)
Tidak teraba atau
teraba lemah
posterior)
Refleks ankle
Sensitivitas local
Deformitas kaki
MOTORIK
SENSORIKCalus
OTONOM
MAKROVASKULAR
Lokalisasi ulkus
Sisi plantar kaki
Jari kaki
Karakter
ulkus
Luka
punched
out
di
area
Kelemahan/ atrofi
Hilang dari sensasi
Anhidrosis kulit Nyeri, dengan Penebalan
struktur
untuk perlindungan
kering
kapiler
area yang mengalami
nekrotik
Deformitas
hiperkeratotik
Ankle Brachial Index Normal (>1)
<0,7-0,9
(iskemia
Stress berlebihan
Tonus simpatik menurun ringan)
Aliran darah
(ABI)
menurun
Tekanan plantar
<0,4 (iskemia berat)
Transcutaneus oxygen Normal (>40 mmHg)
<0,4 mmHg
meningkat
tension (TcPO2)
Charcot
Iskemia
Deformitas struktur
27
ULKUS KAKI
DIABETIK
me
aktivitasharian,
sepatu
yang
digunakan,
pembentukan
yang
sedangdikonsumsi,
ulkus/amputasisebelumnya.
Pemeriksaan
riwayat
menderita
fisik
diarahkan
28
Deskripsi
ulkus
DM
paling
tidak
harus
meliputi;
Keadaan kulit
Penjelasan
dermatologi
Etiologi ulkus
29
Pemeriksaan
Deformitas structural
neuromuskular
Hammertoe, bunion
Deformitas charcot
Hallux valgus/rigiditas
Ada
tidaknya
- Atrofi
- Foot drop
- Kontraktur
infeksi Eritema, edema, bau, pus
Osteomielitis
Derajat Infeksi
CT scan/MRI
Infeksi ringan : dijumpai lebih dari 2 tanda inflamasi (pus,
eritema, nyeri, nyeri tekan, hangat pada perabaan dan
indurasi), luas selulitis/eritema <2 cm sekitar ulkus, dan
infeksi terbatas di kulit/jaringan subkutan superficial,
tidak dijumpai komplikasi local/sistemik.
Infeksi sedang : criteria infeksi ringan + keadaan sistemik
dan metabolic stabil, ditambah dengan adanya >1 keadaan
(selulitis >2 cm sekitar ulkus, abses di jaringan dalam,
kebocoran sistem limfatika, gangrene, dengan melibatkan
jaringan otot, tulang, dan tendon)
Infeksi berat : pasien mengalami infeksi dengan gangguan
sistemik atau metabolic yang tidak stabil (demam,
takikardi,
Pemeriksaan vascular
hipotensi,
bingung,
muntah,
30
lekositosis,
Palpasi(a.femoralis/popliteal./dorsalis/pedis/tib
alis posterior)
Kulit (sianotik, eritema, dingin)
Angiografi
Persepsi vibrasi (garpu tala 128 cps)
Tes monofilament Semmes-Weinstein
Pemeriksaan reflex tendon patella/Achilles
Klasifikasi wagner (dijelaskan berikutnya)
Klasifikasi ulkus
V.
banyak
sistem
klasifikasi
yang
digunakan
untuk
Karakteristik Kaki
Tidak ada ulserasi tetapi beresiko tinggi untuk menjadi
kaki diabetik. Penderita dalam kelompok ini perlu
mendapat perhatian khusus, pengamatan berkala, dan
perawatan kaki yang baik serta penyuluhan penting
adanya kallus.
Ulkus dalam, disertai selulitis tanpa abses atau kelainan
tulang. Adanya ulkus dalam sering disertai infeksi tetapi
dalam
Gangrene terbatas, yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumit.
Penyebab utama adalah iskemik. Oleh karena itu ulkus
VI.
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menggali gejala neuropati perifer dan
vaskulopati perifer.Gejala neuropati perifer yaitu, hipestesia, hyperestesia,
parestesia, dysesthesia, nyeri radikular, dan anhidrosis. Gejala vaskulopati
periferyaitu nyeri saat istirahat, riwayat nyeri saat berjalan dan berkurang
saat istirahat (klaudikasio intermiten), riwayat luka di kaki yang sulit
sembuh.19
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita dengan ulkus diabetes dibagi menjadi
3 bagian yaitu:20
32
Pemeriksaan Ekstremitas
Ulkus diabetes mempunyai kecenderungan terjadi pada beberapa
daerah yang menjadi tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput
metatarsal di telapak, ujung jari yang menonjol (pada jari pertama dan
kedua). Ulkus dapat timbul pada malleolus karena pada daerah ini sering
mendapatkan trauma.
Kelainan-kelainan lain yang ditemukan pada pemeriksaa fisik:
oCallus hipertropik
o Kuku yang rapuh/pecah
oHammer toes
oFissure
Pemeriksaan Insufisiensi arteri perifer
Pemeriksaan fisik rnemperlihatkan hilangnya atau menurunnya
nadi perifer dibawah level tertentu. Penemuan lain yang berhubungan
dengan penyakit aterosklerosis meliputi adanya bunyi bising (bruit) pada
arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut pada kaki,
sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemia, kedua kaki pucat pada
saat kaki diangkat setinggi jantung selama 1-2 menit.
dipompa sampai nadi pada brachialis tidak dapat dideteksi Doppler. Cuff
kemudian dilepaskan perlahan sampai Doppler dapat mendeteksi kembali
nadi brachialis. Tindakan yang sama dilakukan pada tungkai, dimana cuff
dipasang pada calf distal dan Doppler dipasang pada arteri dorsalis pedis
atau arteri tibialis posterior. ABI didapatkan dari tekanan sistolik ankle
dibagi tekanan sistolik brachialis.
Pemeriksaan Neuropati Perifer
Tanda neuropati perifer meliputi hilangnya sensasi rasa getar dan
posisi, hilangnya reflek tendon dalam, ulserasi tropik, foot drop, atrofi
otot, dan pemembentukan calus hipertropik khususnya pada daerah
penekanan misalnya pada tumit. Status neurologis dapat diperiksa dengan
menggunakan monofilament Semmes-Weinsten untuk mengetahui apakah
penderita masih memiliki "sensasi protektif'. Pemeriksaan menunjukkan
hasil
abnormal
jika
penderita
tidak
dapat
merasakan
sentuhan
34
perbedaan
antara
sensasi
pada
jari
kaki
dengan
Pemeriksaan Radiologis
osteomielitis.
Arteriografi konvensional:
vaskuler
atauendovaskuler,
apabila
direncanakan
arteriografi
diperlukan
35
pembedahan
untuk
dengan
insufisiensirenal:
acute
renal
injury,
(MDCT)
tinggi.
Carbondioxide Angiography merupakan salah satu alternatif pada
penderitadengan insufisiensi renal, tetapi tidak secara luas dapat
digunakan dan masihmembutuhkan bahan kontras iodium sebagai
tambahan gas karbondioksidauntuk mendapatkan gambar yang baik.
VII.
KOMPLIKASI
Infeksi merupakan komplikasi dan ancaman utama amputasi pada
36
2/3
pasien
dengan
ulkus
kaki
diabetik
seringsulit
artropatineuropati.
dibedakan
antara
Pemeriksaan
gambaran
radiologi
perlu
osteomielitis
dilakukan
atau
karena
37
90%.Namun
diagnosis
pasti
osteomielitis
tetap
didasarkan
berbagai
factor
terkait
hiperglikemia
yang
dapat
DM
dimulai
dengan
pengaturan
makan
dan
belum
mencapai
sasaran,
dilakukan
intervensi
kombinasi,
sesuai
indikasi.
Dalam
keadaan
38
telah
terbentuk
dengan
mapan.
Pemberdayaan
Gizi
Medis
(TGM)
merupakan
bagian
dari
masing-masing
individu.
Pada
penyandang
diabetes
perlu
makanan,
terutama
pada
mereka
yang
menggunakan
obatpenurun glukosa darah atau insulin. Nutrisi yang baik jelas membantu
kesembuhan luka.
Komposisi makanan yang dianjurkan pada penderita Diabetes Melitus
terdiri dari:
Karbohidrat
tinggi.
Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandangdiabetes dapat
39
sehari.
Kalau
diperlukan
dapat
asupan
diberikan
Asupan
tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyakmengandung
lemak
dianjurkan
sekitar
20-25%
kebutuhan
kalori.
lemak jenuh dan lemak trans antara lain : dagingberlemak dan susu
Protein
Natrium
dapur.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan natriumnitrit.
Serat
40
Pemanis alternatif
dan xylitol.
Dalam
penggunaannya,
pemanis
bergizi
perlu
kalorisehari.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandangdiabetes karena
aspartam,
tidak
melebihi
sakarin,
batas
diabetes.
Di
antaranya
adalah
dengan
41
Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan
kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/kg
BB.
Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%
untuk dekade antara 40 dan59 tahun, dikurangi 10% untuk usia 60s/d
69 tahun dan dikurangi 20%, di atas 70 tahun.
kalori
dapat
ditambah
sesuai
dengan
intensitas
Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% ber-gantung kepadatingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan
kebutuhanuntuk meningkatkan BB.Untuk tujuan penurunan berat
badan jumlah kalori yang diberikanpaling sedikit 1000 - 1200 kkal
perhari untuk wanita dan 1200 -1600 kkal perhari untuk pria.
42
Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur(3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satupilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalankaki ke
pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran jugadapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmaniyang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti:jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmanisebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.Untuk mereka yang relatif
sehat, intensitas latihan jasmani bisaditingkatkan, sementara yang sudah
mendapat komplikasi DM dapatdikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
Intervensi Farmakologis
Intervensi
farmakologis
ditambahkan
jika
sasaran
glukosa
merupakan
obat
yang
cara
kerjanya
sama
dikontraindikasikan
pada
pasien
dengan
pada
gangguan
faal
hati.
Pada
pasien
yangmenggunakan
44
C. Penghambat glukoneogenesis
Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksiglukosa hati
(glukoneogenesis), di samping juga memperbaikiambilan glukosa perifer.
Terutama
dipakai
pada
penyandangdiabetes
gemuk.
Metformin
>
1,5
mg/dL)dan
kecenderunganhipoksemia
hati,
(misalnya
serta
pasien-pasien
penyakit
serebro-
dengan
vaskular,
B. Penanganan kaki
Penanganan kaki meliputi penanganan dan pencegahan infeksi dan
pengurangan beban tekanan (offloading).
munculnya
infeksi,
maka
pilihan
antibiotik
sebaiknya
anaerob,
terapi
kombinasi
dapat
diberikan,
misalnya
46
perhatian
adalahmengurangi
atau
loading).Upaya
off
dalam
menghilangkan
loading
perawatan
beban
berdasarkan
kaki
pada
penelitian
diabetik
kaki
(off
terbukti
47
PENCEGAHAN
Edukasi perawatan kaki harus diberikan kepada semua orang
ulkus pada kaki dan 1 diantara 100 penderita akan membutuhkan amputasi
setiap tahun. Oleh karena itu, diabetes merupakan faktor penyebab utama
amputasi non trauma ekstremitas bawah di Amerika Serikat. Amputasi
kontralateral akan dilakukan pada 50 % penderita ini selama rentang 5
tahun ke depan.
Neuropati perifer yang terjadi pada 60% penderita diabetes
merupakan resiko terbesar terjadinya ulkus pada kaki, diikuti dengan
penyakit mikrovaskuler dan regulasi glukosa darah yang buruk. Pada
penderita diabetes dengan neuropati, meskipun hasil penyembuhan ulkus
tersebut baik, angka kekambuhanrrya 66% dan angka amputasi meningkat
menjadi 12%.11
DAFTAR PUSTAKA
48
Zhaolan
Liu
CF,
Weibing
Wang,
Biao
Xu.
Prevalence
of
49
Sectional Hospital Based Survey in Urban China Health and Quality of Life
Outcomes.2010;8(62):1-9.
17. Clayton Warren ETA. A Review of The Pathophysiology, Classification, and
Treatment of Foot Ulcers in Diabetic Patients. Clinical Diabetes.2009;27(2):52-8.
18. Suharjo CJ. Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal Kedokteran dan Farmasi
Dexa Medica 2007;20(3):103-8.
19. Lopez RV. Diabetic Ulcers2010 15 March 2015.
20.
Hariani
Lynda
PD.
Perawatan
UIkus
Diabetes.
Surabaya:
UniversitasAirlangga; 2009.
21. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia Jakarta: PERKENI; 2006.
22. Lipsky Benjamin A BA, Pilo James. Clinical Practice Guideline for the
Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections. Clinical Infectious
Disease. 2012;54(12):132-73.
50