PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini, penggunaan mesin pengkondisian udara semakin marak sejak
pertama kali ditemukan oleh Carrier pada tahun 1902. Teknologi mesin
pengkondisian udara telah berkembang pesat sejak saat itu, dan mengalami
perbaikan dari waktu ke waktu. Berbagai sistem pengkondisian udara telah
dikembangkan mulai dari direct ekspansion sampai water chiller dan telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan mausia saat ini. Mesin
pendingin menjadi kebutuhan utama untuk tempat-tempat umum seperti gedung
perkantoran, hotel, rumah sakit, mal, supermarket, restoran, bar, dsb yang
ditempati banyak orang dimana kenyamanan udara menjadi sangat penting.
Pada beberapa tahun terakhir ini, kurang lebih setengah dari seluruh biaya
pembangunan sarana yang diperlukan suatu bangunan, misalnya untuk sistem
mekanikal dan elektrik dan sebagainya, kira-kira 30 sampai 50 persen dihabiskan
untuk sistem penyegaran udara saja. Dan seorang ahli kesehatan Frugge pada
tahunn 1905 mengatakan jika seseorang berada di dalam suatu ruangan tertutup
untuk jangka waktu yang lama, maka pada suatu ketika ia akan merasa kurang
nyaman. Manusia dapat diibaratkan seperti sebuah motor bakar. Manusia harus
mengeluarkan panas yang dihasilkannya sebagai akibat dari kerja yang
dilakukannya. Jika panas tersebut tidak dapat keluar dari badan manusia, misalnya
Madi Margoyungan: Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan
Pengkondisian Udara Pada Banguna Ruang di Universitas Muhammaddiyah Riau
2016 karena temperatur dan kondisi udara di sekelilingnya tidak memungkinkan
hal tersebut untuk terjadi dengan baik, maka ia akan merasakan suatu keadaan
yang tidak menyenangkan. Dan hasil penelitian tentang lingkungan kerja
menunjukkan bahwa didalam ruang kerja yang berudara segar, karyawan dapat
bekerja lebih baik dan jumlah kesalahan dapat dikurangi, sehingga efisiensi kerja
dapat ditingkatkan. Sesuai dengan judul tugas sarjana ini, perencanaan mesin
pendingin yang akan dibahas adalah pada bidang ruang kelas.
1.2
Batasan Masalah
Adapun pembatasan masalah pada tugas kuliah ini adalah hanya pada
Pengkondisian
Udara
Pada
ruang
kelas
di
Universitas
digunakan pada literatur, grafik, dan tabel empiris yan menjadi dasar perhitungan
penulis.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah penelitian diatas, maka rumusan masalah
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh temperatur serta kelembaban yang nyaman didalam
ruangan G.A.R 08.
2. Agar mahasiswa dapat belajar semaksimal mungkin dengan membuat
suasana ruangan yang nyaman.
1.5
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Mesin Refrigerasi
Mesin refrigerasi merupakan mesin yang mempunyai fungsi utama untuk
Kompresor
Kompresor berfungsi untuk mengkompresi refrigerasi dari fasa uap
tekanan rendah evaporator hingga ke tekanan tinggi kekondesor.
Kerja kompresor dinyatakan dalam persamaan :
= - .(2.1)
Atau dalam bentuk daya energy :
=
dimana :
( - ) (2.2)
Condenser
Qc =
) .(2.4)
Dimana :
Katup ekspansi
Katup ekspansi berfungsi untuk mengekspansikan secara adiabatic
cairan refrigerant yang bertekanan temperature tinggi sampai
mencapai temperature dan tekanan rendah, serta mengatur
pemasukan refrigerant yang disesuaikan dengan beban pendingin
yang akan dilayani oleh evaporator.
Evaporator
Evaporator merupakan alat penukar kalor yang memegang peranan
penting didalam siklus yaitu mendinginkan media sekitar.
Besarnya kalor yang dimasukkan atau yang digunakan untuk
meguapkan refrijeran pada evaporator dapat ditentukan dengan
persamaan keseimbangan kalor pada evaporator yaitu :
Untuk sisi media evaporator :
=
( -
) .(2.5)
( - ) (2.6)
Dimana :
Refrigeran
Refrigeran adalah salah satu unsur yang menentukan tingkat
pendinginan dalam sebuah system refrigeran.
Secara garis besar, diagram alir dan diagram P-h untk siklus kompresi uap
dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah.
2-3
3-4
4-1
Besaran besaran yang penting untuk diketahui dari suatu siklus kompresi uap
antara lain:
Kerja kompresi yaitu perubahan entalpi pada proses 2-3 yaitu - .
(literatur : Jordan, Richard C.. refrigeneration and Air conditioning hal 69)
Koefisien prestasi (COP) dari siklus kompresi uap ideal adalah dampak
refrigerasi dibagi dengan kerja kompresi:
COP =
.. (2.8)
(literatur : Jordan, Richard C.. refrigeneration and Air conditioning hal 71)
(kg/s)...(2.9)
(literatur : Stocker, Wilbert F.,and William C. Jerold Air conditioning and refrigeration
hal 189)
(2 1 )
(kW/kW).. (3.0)
(literatur : Stocker, Wilbert F.,and William C. Jerold Air conditioning and refrigeration
hal 189)
2.2
3 bagian yaitu:
1. All Air systems
2. All Water Systems
3. Air Water systems
2.2.1. All Air Systems
Sistem ini merupakan sistem pengkondisian udara yang paling banyak
dipergunakan. Di dalam sistem ini yang menjadi media pendingin adalah udara
yang bertukar panas langsung dengan coil yang didalamnya mengalir refrijeran.
Campuran udara luar dan udara ruangan difilter dengan saringan udara, lalu
didinginkan dengan koil pendingin dan dilembabkan (udara dapat juga dipanaskan
dengan koil pemanas) melalui mesin pendingin, kemudian dialirkan kembali ke
dalam ruangan dengan kipas atau blower melalui saluran udara (duct) menuju
beberapa bagian ruangan. Adapun keuntungan dari system ini adalah :
1. Sederhana,
mudah
perancangan,
pemasangan,
pemakaian
dan
perawatannya.
2. Biaya awalnya relatif murah.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan
Pengkondisian Udar Pada ruang kelas Universitas Muhammaddiyah Riau 2016
Sedangkan kerugian dari sistem ini adalah:
1. Kesulitan pengaturan temperatur dan kelembaban dari ruangan yang
dikondisikan, karena beban kalor dari setiap ruangan tersebut mungkin
berbeda satu sama lain.
2. Saluran utama berukuran besar sehingga makan tempat.
Adapun jenis dari All Air Systems adalah.
1. Window System Pada window system kondensor, kompresor dan
evaporator terletak pada satu unit mesin. Dimana letak dari evaporator akan
BAB III
ESTIMASI BEBAN PENDINGIN DAN SIKLUS
PENGKONDISIAN UDARA
3.1
sebuah ruangan agar temperature dan kelembaban udara dalam ruangan dapat
dipertahankan pada tingkat kenyamanan tertentu.
Komponen komponen yang mengkonstribusikan kalor yang diserap oleh
ruangan dapat dituliskan sebagai berikut:
a. Transmisi kalor melalui struktur bangunan.
b. Radiasi panas matahari.
c. Infiltrasi atau kebocoran udara yang masuk ke dalam ruangan.
d. Kalor yang masuk dikarenakan oleh kebutuhan ventilasi.
e. Emisi kalor dari manusia yang berada didalam ruangan.
f. Kalor dari lampu dan barang elektronik.
g. Kalor yang bersumber dari dalam ruanagan, seperti halnya proyektor,
laptop dosen, dan sebangainya.
h. Kalor yang berasal dari material atau barang yang dibawa masuk kedalam
ruangan yang dikondisikan, yang berasal dari temperature yang lebih
tinggi.
Kondisi perencanaan meliputi:
10
3.2
Waktu
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
-4
-3
-2
10
11
12
14
15
15
15
14
13
12
13
14
-4
-3
-2
12
14
15
17
15
17
15
-2
-1
13
15
23
25
11
Maka U =
Menurut Jordan, nilai TETD pada table 3.1 harus dikoreksi terlebih dahulu
dengan factor pertimbangan koreksi berikut :
12
waktu
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
8.04
9.04
9.02
12.02
15.02
16.02
17.02
19.02
21.02
22.02
23.02
12.04
19.04
25.02
26.02
27.02
26.02
25.02
24.02
23.02
24.02
27.02
8.04
9.04
9.02
16.02
23.02
25.02
27.02
28.02
29.02
28.02
27.02
10.04
11.04
11.02
14.02
17.02
18.02
19.02
24.02
29.02
34.02
39.02
Berdasarkan gambar 3.3, luas dinding arah lantai 1 dapat dihitung sbb:
13
Qdinding = U x A TETD
= 0.469484 x 344,44512 x (8,04) = 1300,159
Dengan cara yang sama, arah dan luas dinding luas dinding G.A.R 08
ditampilkan pada table 3.4 berikut ini.
Table 3.4 Arah dan luas dinding luar pada ruangan G.A.R 08
Dinding
ft
20
215.2782
20
215.2782
32
344.44512
32
344.44512
TOTAL
104
1119.44664
Ruang G.A.R 08
Lt.1
Waktu
Dinding
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
1301
1463
1460
1945
2431
2593
2755
3079
3402
3564
3726
1301
1463
1460
2593
3726
4050
4374
4536
4698
4536
4374
1218
1926
2534
2632
2733
2632
2531
2430
2329
2430
2531
1015
1117
1115
1418
1722
1823
1924
2430
2936
3442
3948
Total
4837
5970
6570
8590
10614
11099
11585
12475
13366
13973
14580
14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk cooling load dinding yang terbesar
(maksimum) adalah pada waktu pukul 18:00 dengan total cooling load dinding
sebesar 14580 Btu/Hour.
3.2.2 Perhitungan cooling load dari Atap
Besarnya panas yang diserap oleh atap bangunan Karena radiasi matahari
dihitung dengan:
= U x A x TETD (3.2)
(literature : Jordan, Richard C.,refrigenaration and air conditioning,hal 222)
= 0,32F.hr.ft/Btu
15
Maka U =
Btu/ ft.hr.F
=0,285
Perbedaan temperature ekivalen total untuk atap dapat dilihat pada table
3.5 berikut berdasarkan table 10.6 jordan pada lampiran [L.5]
Table 3.6 total ekivalent temperature differentials untuk atap konstruksi berat
dengan bahan beton 6 inci, terbuka ke matahari.
Deskripsi
Waktu
kontruksi
atap
6
10
11
12
13
14
15
15
17
18
13
20
27
34
38
42
43
44
conerete
Sumber : Jordan, Richard C., Refrigerasi and air conditioning. Hal 222
Adapun faktok koreksinya adalah sama dengan factor koreksi seperti table
3.7 sehingga memberikan hasil yang sama yaitu 11,02F. Dengan penambahan
factor koreksi tersebut, perbedaan temperature ekivalen totalnya dapat
ditampilkan sbb:
Table 3.7 Total Ekivalent Temperature Differentials setelah dikoreksi
Deskripsi
Waktu
kontruksi
atap
10
11
12
13
14
15
15
17
18
17.02
17.02
17.02
24.02
31.02
38.02
45.02
45.02
49.02
53.02
55.02
conerete
Berdasarkan gambar 2.12, luas proyeksi horizontal atap dapat dihitung dan
diperoleh sbb:
16
= 40 m = 430,556 ft
Maka cooling load atap pada pukul 08:00 dapat dihitung dengan cara sbb:
= U x A x TETD
= 0,285 x 430,556 x (17,02) = 2088,5 Btu/Hour
Dengan cara yang sama, cooling load untuk atap dari pukul 08:00 sampai pukul
18:00 dapat ditabelkan pada table 3.8 berikut:
Table 3.8. Perhitungan Cooling Load Atap
Ruangan
Total
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
2088,5
2088,4
2088,5
2947,4
3806,4
4665,4
5524
6015
6505
6630,2
6751
2088,5
2088,4
2088,5
2947,4
3806,4
4665,4
5524
6015
6505
6630,2
6751
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cooling load atap paling besar
(maksimum) adalah pada pukul 18:00 sebesar 6751 Btu/Hour.
3.2.3 Perhitungan cooling load dari kaca
Energi radiasi matahari yang dipantulkan dan juga yang diserap oleh kaca
jendela atau pun pintu akan masuk kedalam ruangan dan menjadi beban mesin
pendingin. Besarnya panas yang diserap oleh kaca dapat dihitung dengan rumus :
= SHGF x A x SC x CLF (3.3)
(Literature : pita,Edward G.,Air conditioning systems,hal 102)
Dimana : SHGF = solar heat gain Factor yaitu panas matahari maksimum yang
diserap pada waktu, orientasi, dan garis lintang tertentu dalam
satuan Btu/hr-ft.
A = luas permukaan kaca, ft
SC = shade coefficient yaitu suatu koefisien untuk factor koreksi
yang bergantung pada jenis kaca.
17
CLF = Cooling Load Factor yaitu factor koreksi beban pendingin dari
kaca yang bergantung pada waktu.
SHGF untuk daerah pekanbaru pada posisi 4LU. Dari interpolesi nilai
SHGF untuk 0LU dan 8LU, diperoleh nilai SHGF untuk berbagai arah yang
ditampilkan pada table 3.9 berikut:
Tabel 3.9. SHGF maksimum untuk kaca pada garis lintang 4LU
Arah
0LU
8LU
4LU
75
47
61
212
216
214
38
41
39,5
212
216
214
Untuk harga cooling factor (CLF) dapat diambil dari table 3.11 untuk tipe
konstruksi kaca medium berdasarkan lampiran [L.7]
Table 3.11. CLF untuk kaca tanpa interior shade (termasuk reflective glass) untuk
tipe konstruksi kaca medium.
Arah
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
0.46
0.52
0.59
0.65
0.7
0.73
0.75
0.75
0.74
0.75
0.79
0.44
0.5
0.51
0.45
0.39
0.36
0.32
0.29
0.26
0.23
0.21
0.14
0.21
0.31
0.42
0.52
0.57
0.58
0.53
0.47
0.41
0.36
0.1
00.11
0.12
0.13
0.14
0.19
0.29
0.4
0.5
0.56
0.55
18
ft
Ruangan G.A.R 08
Luas sebelah TIMUR
3,6
38,7501
1,8
19,375
Total
5,4
Ruangan tsb
58,1251
Table 3.13. cooling load dari kaca ruangan G.A.R 08 mulai pukul 08:00 18:00
waktu
Arah
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
1459.5
1658.6
1691.7
1492.7
1293.6
1160.9
1061.4
961.9
862.4
762.9
696.6
165.85
182.4
199.02
215.6
232.19
315.1
480.9
663.4
829.25
928.8
912.2
total
1625.3
1840.9
1890.7
1708.2
1525.8
1476
1542.4
1625.3
1691.7
1691.7
1608.7
3.2.4
x TD
Dengan cara tabulasi sebagai berikut, cooling load dari lampu dan
alatelektronikuntuk tiap ruangan dapat dilihat pada tabel 3.15
=
=
x n.....(3.6)
x n...........(3.7)
..(3.8)
G= faktor dinding
21
x50%
Udara infiltrasi yang masuk kedalam ruangan ini memiliki nili kalor
sensibel dan kalor laten. Besarnya kalor sensibel dan kalor laten inilah yang akan
menjadi beban pendinginan yang selanjut nya akan dibuang oleh mesin pendingin
ke lingkungan. Besarnya kalor sensible dan laten udara luar infiltrasi dihitung
dengan persamaan:
= 0,68 x
x(
)........(3.10)
= 0,68
)........(3.10)
dan
96,08F dan , = 76 F, diperoleh 200 lb/lb dry air dan 65 lb/lb dry air.
Maka Rumus untuk mencari Cooling Load Infiltrasi tital adalah:
22
, =
)
)
x( , - , )
x( o
Adapun Cooling load secara keseluruhan ini dapat dibagi menjandi 2 bagian
yaitu:
Beban laten, yaitu beban yang harus dibebankan kepada mesin pendingin
untuk menurunkan kelembaban dalam ruangan. Beban ini berasal dari
manusia dan infiltrasi atau ventilas.
23
(Btu/
08
hr)
1194
(Btu/hr)
(Btu/hr)
(Btu/hr)
(Btu/hr)
(Btu/hr)
(Btu/hr)
Qtotal
Qsensible
(Btu/hr)
(Btu/hr)
41354
94453
192291
14450
14450
1012199
378560
31266
94453
429846
107600
579447
206159
1675402
1224310
33
total
1675
61
24
25
96,08F dan RH =77%, maka dapat ditarik satu garis lurus penghubung
antara titik 1 dengan titik 3.
2.
Pada titik perpotongan suhu 80F dan RH = 50%,terdapat sebuahn titik yang
disebut titik setan. Dari titik ini ditarik garis lurus ke sumbu GSHF
(Global Senible Heat Factor) yang dapat di hitung dengan rumus:
Dari titik 3 kemudian ditarik garis sejajar dengan geratis GSHF hingga ke
garis saturasi pada psychrometric chart.
3.
4.
BF =
= 49,2 F
6. Selanjutnya
26
Cfm =
, )
= 19607,2
. ( - )
= 4,55.19607,2(30 19)
= 981340,36 Btu/h
27