Anda di halaman 1dari 18

BAB V

DEMOKRASI INDONESIA
Pengantar
Dewasa ini terjadi kecenderungan global dimana demokrasi tidak sekadar menjadi
wacana intelektual (intellectual discourse), melainkan juga impian (obsesi) politik berbagai
Negara, khususnya negara-negara berkembang. Mengapa ? Berakhirnya Perang Dingin (cold
war) antara negara-negara adi dayaAS dan Uni Soviet (sebelum mengalami disintegrasi)
berdampak positif bagi semarak-nya gagasan dan proses demokratisasi di berbagai Negara.
Berakhirnya Perang Dingin mengalih-kan perhatian dunia dari persoalan militerisasi, perang
konvensional, persaingan senjata dan pertarungan ideologis kepada persoalan-persoalan
demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
Demokrasi kemudian menjadi agenda utama dunia pasca perang dingin. Dunia
menjadi begitu peka terhadap masalah-masalah demokratisasi di suatu negara. Lambat laun,
demokrasi juga diakui sebagai sebuah sistem nilai kemanusiaan yang paling menjanjikan bagi
masa depan umat manusia yang lebih baik dari saat ini. Dasarnya adalah karena demokrasi
sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Demokrasi dinilai sesuai dengan tuntutantuntutan

kebutuhan

non-material

manusia.

Nilai-nilai

demokrasi

dipercaya

dapat

memanusiakan manusia (humanization of man), sebab nilai-nilainya bertitik tolak dari nilainilai luhur. Anggapan ini muncul karena berbagai faktor. Diantaranya, penderitaan manusia
akibat fasisme, totaliterianisme, komunisme, dan paham-paham anti-demokrasi lainnya pada
beberapa dekade lalu. Runtuhnya rezim-rezim komunis totaliter seperti Uni Soviet dan
Negara-negara Eropa Timur juga merupakan factor penting yang menyebabkan demokrasi
kini menjadi obsesi politik dunia. Keruntuhan rezim-rezim itu, bagi banyak kalangan
menimbulkan kesan bahwa demokrasi ternyata merupakan senjata ampuh melawan
totaliterianisme serta sistem pemerintahan anti demokrasi lainnya.
Keruntuhan

Uni

Soviet

juga

membawa

isu

demokrasi

juga

mengalami

internasionalisasi. Rezim-rezim anti demokrasi yang sebelum-nya menutup pintu bagi arus
demokratisasi, kini lebih terbuka terhadap arus itu. Sebab menutup diri dari arus
demokratisasi akan menyebabkan Negara tersebut terisolasi teralienasi dari struktur
politik internasional. Negara itu akan dikucilkan, atau paling tidak akan disorot tajam sebagai
Negara yang anti demokrasi. Bagi Negara-negara berkembang yang memiliki ketergantungan
ekonomi dan politik pada negara-negara demokratis seperti AS dan Negara-negara Eropa,

menolak konsep demokrasi akan berarti penghentian atau tersendatnya bantuan ekonomi,
politik atau militer kepada mereka.
Tulisan ini akan mencoba mendeskripsikan pokok-pokok pikiran di seputar konsepsi
dasar demokrasi, demokrasi di Indonesia, dan pendidikan demokrasi. Deskripsi dimaksud
pada gilirannya diharapkan bisa menjadi alternatif dan/atau komplementer materi
instruksional tentang Demokrasi Indonesia sebagai salah satu substansi kajian dalam mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
A. Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari materi instruksional tentang Demokrasi Indonesia ini, mahasiswa
diharapkan dapat menguasai kemampuan-kemampuan sebagai berikut
1.

Mendeskripsikan konsep dan hakekat demokrasi

2.

Mendeskripsikan sejarah pertumbuhan dan perkembangan gagasan/ pemikiran demokrasi

3.

Menganalisis berbagai variabel yang berpengaruh dalam pembangunan demokrasi

4.

Menganalisis landasan demokrasi di Indonesia

5.

Mendeskripsikan sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia sejak awal kemerdekaan


hingga pasca reformasi

6.

Membandingkan praksis demokrasi di Indonesia dalam masing-masing periode (19451959, 1959-1965, 1966-1998, 1999-sekarang)

7.

Menganalisis rasional dan landasan pendidikan demokrasi

8.

Mendeskripsikan visi dan misi pendidikan demokrasi

9.

Menganalisis berbagai strategi pembelajaran yang relevan dalam konteks pendidikan


demokrasi

10. Menganalisis berbagai model/pendekatan pembelajaran yang relevan dalam konteks


pendidikan demokrasi
11. Menerapkan berbagai strategi dan model/pendekatan pembelajaran yang relevan dalam
konteks pendidikan demokrasi.
B. Daftar Istilah Kunci
Materi instruksional tentang Demokrasi Indonesia ini memuat sejumlah kata/istlah
kunci (key words/terms) sebagai berikut :
Demokrasi
Demokrasi langsung (direct democracy)
2

Demokrasi tidak langsung (undirect democracy)


Demokrasi perwakilan (representative democracy)
Demokrasi konstitusional (constitutional democracy)
Demokrasi Marxis-Leninis/Komunis
Demokrasi rakyat
Demokrasi nasional
Demokrasi liberal/parlementer
Demokrasi terpimpin (guided democracy)
Demokrasi Pancasila
Demokratisasi
Konstitusionalisme (constitutionalism)
Rule of law
Rechstaat
Civic culture
Political culture
C. Uraian Materi
1. Konsep dan Hakekat demokrasi
Pada bagian ini dibahas beberapa konsepsi dasar di seputar demokrasi, mulai dari
etimologinya, definisinya, dan seterusnya, hingga variable-variabel yang berpengaruh dalam
pembangunan demokrasi. Kata atau istilah demokrasi berasal dari kata-kata Yunani, demos
(= orang banyak/rakyat) dan cratos/ cratein (= kekuasaan, kedaulatan, atau pemerintahan).
Jadi secara etimologis, yang dimaksud dengan demokrasi adalah kekuasaan, kedaulatan atau
pemerintahan rakyat. Demokrasi juga dapat diterjemahkan rakyat berkuasa atau goverment
or rule by the people (pemerintahan oleh rakyat) . Dengan kata lain demokrasi berarti
pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung
(melalui perwakilan) setelah adanya proses pemilihan umum secara langsungh, umum, bebas
rahasia, jujur dan adil sering disebut luber dan jurdil. Dalam sistem pemerintahan
demokrasi, kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat.
Ada banyak definisi tentang demokrasi. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa di
antara definisi demokrasi tersebut.

Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (the
government from the people, by the people, and for the people) (Abraham Lincoln);
Demokrasi adalah suatu system politik yang di dalamnya terdapat jaminan bagi setiap
elemen pluralitas untuk mengekspresikan kepentingannya dengan tetap terjaganya
kestabilan dan kelangsungan system politik tersebut (Clark D. Neher, 1992);
Demokrasi adalah sebuah system politik yang memelihara keseimbangan antara
konflik dan consensus. Demokrasi dengan demikian memberikan peluang bagi
perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan di antara individu, kelompok atau
di antara keduanya, di antara individu dengan pemerintah dan di antara lembagalembaga pemerintah sendiri. Namun demokrasi mensyaratkan bahwa segenap konflik
itu berada dalam tingkatan yang tidak menghancurkan system politik (Alfian, 1986);
Di dalam The`Advanced Learners Dictionary of Current English dikemukakan,
bahwa yang dimaksud dengan democracy adalah: (1) country with principles of
government in which all adult citizens share through their elected representatives; (2)
country with government which encourages and allows rights of citizenship such as
freedom of speech, religion, opinion, and association, the assertion of rule of law,
majority rule, accompanied by respect for the right of minorities; (3) society in which
there is treatment of each other by citizens as equals (Hornby, dkk., 1961);
Democracy which is conceptually perceived a frame of thought of having the public
governance from the people, by the people has been universally accepted as
paramount ideal, norm, social system, as well as individual knowledge, attitudes, and
behavior needed to be contextually substantiated, cherished, and developed (CICED,
1998).
2. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan gagasan/ pemikiran demokrasi
Konsep demokrasi bukanlah konsep yang bersifat statis, sebaliknya ia (demokrasi itu)
merupakan konsep yang bersifat evolutif dan dinamis. Konsep demokrasi selalu mengalami
perubahan, baik bentuk-bentuk formalnya maupun substansialnya sesuai dengan konteks dan
dinamika sosio-historis dimana konsep demokrasi tersebut lahir dan berkembang.
Konsep demokrasi lahir pertama kali sebagai pemikiran mengenai hubungan Negara
dan hukum di Yunani Kuno, dan dipraktekkan dalam kehidupan bernegara antara abad ke 4
S.M sampai abad 6 M. Pada waktu itu, dilihat dari pelaksanaannya, demokrasi yang
dipraktekkan bersifat langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat
4

keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang
bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung ini dapat dilaksanakan secara
efektif karena Negara Kota (polis, atau city state) Yunani Kuno berlangsung dalam kondisi
sederhana dengan wilayah negara yang hanya terbatas pada sebuah kota dan daerah
sekitarnya serta jumlah penduduk yang hanya lebih kurang 300.000 orang dalam satu negara.
Lebih dari itu, ketentuan-ketentuan demokrasi juga hanya berlaku untuk warga Negara yang
resmi yang merupakan bagian terkecil dari seluruh penduduk Yunani Kuno. Sebagian besar
penduduk Yunani Kuno lainnya yang terdiri dari budak belian, pedagang asing, perempuan,
dan anak-anak, tidak dapat menikmati hak demokrasi (Miriam Budiardjo, 1982).
Memasuki Abad Pertengahan (600 1400 M), gagasan demokrasi Yunani Kuno boleh
dikatakan lenyap dari muka bumi Dunia Barat, yaitu ketika bangsa Romawi ditaklukkan oleh
suku Eropa Barat. Setelah melewati masa Renaissance dan Reformasi, gagasan demokrasi
yang sempat tenggelam pada Abad Pertengahan, timbul kembali pada Abad Pencerahan
(Aufklarung).
Dalam Abad Pencerahan, gagasan demokrasi menjadi perhatian khusus banyak
pemikir seperti Rousseau, Locke, Voltaire, Montesquieu, dan lain-lain. Mereka inilah
sebagian dari para perintis gagasan-gagasan demokrasi yang banyak dianut dewasa ini.
Rousseau dan Locke merumuskan teori Kontrak Sosial, sedangkan Montesquieu merumuskan
teori Trias Politica.
Perkembangan gagasan demokrasi dan kecenderungan untuk membentuk Negara
demokrasi di dunia Barat

semakin pesat dengan lahirnya gagasan tentang demokrasi

konstitusional (constitutional democracy) pada abad 19. Model demokrasi ini merupakan
suatu system kekuasaan yang sepenuhnya didasarkan pada pemikiran konstitusionalis-me.
Yaitu bahwa kekuasaan pemerintahan harus dibatasi oleh undang-undang dasar (UUD).
Penguasa Negara tidak boleh berada di atas

UUD. Gagasan mengenai pentingnya

pembatasan kekuasaan itu pernah dirumuskan oleh Lord Acton yang berpendapat bahwa
power tend to corrupt, but absolute power corrupt absolutely. Ditinjau dari Sejarah
perkembangannya, gagasan tentang demokrasi konstitusional sebenarnya hanyalah kelanjutan
dari gagasan-gagasan politik Rosseau, Locke, Montesquieu, dan lain-lain.
William Ebenstein (1994) mengemukakan bahwa demokrasi memuat sejumlah nilai
yang menjadi kharakteristik (ciri pengenal dan sekaligus pembeda). Nilai-nilai sebagaimana
dimaksud meliputi :
a. Empirisme-rasional
5

b. Individualisme
c. Instrumentalisme Negara
d. Voluntarisme
e. Hukum di balik hokum
f. Paralelisme cara/prosedur dan tujuan
g. Musyawarah dan mufakat
h. Persamaan asasi manusia.
Menurut International Conference of Jurist (Bangkok, 1965), suatu negara demokratis
dicirikan oleh unsur-unsur sebagai berikut :
a. Supremacy of Law
b. Equality Before the Law
c. Constitutional Guarantee of Human Right
d. Impartial Tribunal
e. Civic Education.
Dimaksudkan dengan karakteristik demokrasi adalah ciri, kriteria, watak dari
demokrasi. Karakteristik demokrasi menurut beberapa pandangan :
M. Carter dan John H. Henz, bahwa demokrasi adalah sebagai pemerintahan yang
dicirikan dengan dijalankannya prinsip-prinsip sebagai berikut

Pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk memberikan perlindungan baik


individu dan kelompok dengan jalan menyusun pengertian pimpinan secara berkala,
tertib dan damai dan melalui alat-alat perwakilan rakyat yang efektif

Adanya sifat toleransi terhadap pendapat yang berlawanan

Persamaan didepan hukum yang diwujudkan dengan sikap tunduk kepada rule of
laws tanpa membedakan kedudukan politik

Adanya pemilu yang bebas dengan disertai adanya model perwakilan yang efektif.
Menurut Sri Soemantri, sebuah Sistem Pemerintahan dikatakan Demokratis, apabila

memilki ciri-ciri sebagai berikut:

Kebebasan (kemerdekaan) untuk membentuk organisasi, memasuki organisasi dan


berkumpul

Kebebasan (kemerdekaan) untuk menyatakan pikiran, baik lisan maupun secara


tulisan
6

Hak untuk memilih dan dipilih

Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama

Hak yang sama bagi para pemimpin politik yang bersaing dalam mendapatkan
dukungan untuk dipilih

Adanya partai politik lebih dari Satu

Diselenggarakan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

Berdasarkan International Conference of Jurists, Bangkok,tahun 1965, menyebutkan bahwa


ada lima kriteria suatu negara demokrasi, yaitu :

Supremacy of Law (Hukum di atas segala hal)

Equality before the Law ( Persamaan di hadapan hukum)

Constitutional guarantee of Human Rights (Jaminan konstitusional terhadap HAM)

Impartial Tribune (Peradilan yang tidak memihak)

Civic education (Pendidikan kewarganegaraan)

Ada sembilan ciri demokrasi di dalam Piagam Madinah (Sukidi dalam Tilaar : 1999), yaitu :
1. Kebebasan beragama
2. Persaudaraan seagama
3. Persatuan politik dalam meraih cita-cita bersama
4. Saling membantu
5. Persamaan hak dan kewajiban w.n. thd. Negara
6. Persamaan di depan hukum bagi setiap warga negara
7. Penegakan hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu
8. Pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan dan kebenaran,
perdamaian dan kedamaian
9. Pengakuan hak atas setiap orang atau individu
1.5. Hakekat Demokrasi
Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, demokrasi merupakan sistem gagasan yang
berdiri tegak di atas landasan berupa 11 (sebelas) pilar atau soko guru (the eleven pillars of
democracy) (Udin, 1995). Kesebelas pilar atau soko guru sebagaimana dimaksud adalah :
a. Kedaulatan Rakyat
b. Pemerintahan Berdasarkan Persetujuan dari Yang Diperintah
7

c. Kekuasaan Mayoritas
d. Hak-Hak Minoritas
e. Jaminan Hak-Hak Asasi Manusia
f. Pemilihan yang Bebas dan Jujur
g. Persamaan Di Depan Hukum
h. Proses Hukum yang Wajar
i. Pembatasan Pemerintahan secara Konstitusional
j. Pluralisme Sosial, Ekonomi dan Politik
k. Nilai-Nilai Toleransi, Pragmatisme, Kerjasama dan Mufakat (USIS, 1995).
Pengertian lain dari demokrasi, menyebutkan bahwa demokrasi adalah satu bentuk
masyarakat dan pemerintah. Biasanya orang berpikir demokrasi hanya sebagai satu bentuk
pemerintahan, melainkan juga menjadi pola budaya dan nilai-nilai yang lebih banyak
daripada bentuk pemerintah.
Demokrasi di negara modern mempunyai tiga komponen utama, yaitu Pertama, harus
ada sebuah badan pemerintah yang telah nyata kuasa untuk memutuskan, atau untuk
mengendalikan orang-orang yang memutuskan. Kedua, dan hal ini sering terlupakan, badan
pemerintah harus tertanam dalam konstitusi negara: sebuah sistem hanya dapat demokratis
dalam tubuh undang-undang yang menjamin bahwa bagian-bagian tertentu oleh pemerintah
bermain baik-aturan yang ditetapkan. Hal ini penting bagi parlemen, namun lebih untuk
eksekutif jadi bagian dari pemerintah kita akan berbicara tentang waktu. Ketiga, bagian dari
demokrasi selain parlemen dan peraturan dan undang-undang yang menjelaskan nya dan
tingkah laku yang dari bagian lain dari pemerintah adalah pelaksanaan angka tiga politica.
Angka tiga policita yang biasanya dilihat sebagai suatu sistem yang devides bagian
pemerintah di atas 1. hukum-membuat (DPR) 2. kekuasaan eksekutif (menteri, kabinet,
presiden) dan 3. yuridis yang kuasa (mereka memeriksa apakah aturan-aturan yang diikuti.)
Selanjutnya Udin (1995) menyebutkan bahwa democratic is not inherent but it is learned
(demokrasi tidaklah diwariskan dengan sendirinya, melainkan ditangkap dan dicerna melalui
proses belajar, inilah yang dinamakan dengan pendidikan demokrasi.
1.6. Tipologi Demokrasi
Demokrasi merupakan konsep yang tidak mudah dipahami. Sebab iasalah satunya
memiliki makna yang variatif. Demokrasi dikatakan bermakna variatif oleh karena sangat
8

bersifat interpretative. Setiap penguasa Negara berhak mengklaim negaranya sebagai


demokratis, meskipun nilai yang dianut atau praksis politik kekuasaannya amat jauh dari
prinsip-prinsip dasar demokrasi. Karena sifatnya yang interpretative itu, kita mengenal
berbagai tipologi demokrasi seperti dikemukakan berikut ini.
a. Tipologi demokrasi atas dasar Sejarah perkembangannya :
(1) Demokrasi langsung (direct democracy)
(2) Demokrasi tidak langsung (undirect democracy) atau demokrasi perwakilan
(representative democracy).

b. Tipologi demokrasi atas dasar aliran pemikiran yang mendasarinya :


(1) Demokrasi an sich (Demokrasi Marxis-Leninis/Komunis)
(2) Demokrasi Konstitusional (Miriam Budiardjo, 1982; Ahmad Suhelmi, 2001).
1.7 Variabel-Variabel dalam Pembangunan Demokrasi
Demokrasi tidak eksis secara tiba-tiba, atau eksis secara otomatis karena factor-faktor
genetic. Sebaliknya, ia (demokrasi), eksis karena secara sengaja diadakan, dibangun.
Pembangunan demokrasi di tiap-tiap negara dipengaruhi oleh sejumlah variable atau
faktor. Variabel

inilah yang pada gilirannya mempengaruhi kemungkinan (dan

ketidakmungkinan), kecepatan (dan kelambatan),

bahkan keberhasilan (dan kegagalan)

pembangunan demokrasi di tiap-tiap negara.


Menurut

Bahmuller

(1996),

pembangunan

demokrasi

di

tiap-tiap

negara

tergantung/dipengaruhi oleh 3 (tiga) variable sebagai berikut :


a. the degree of economic development
b. a sense of national identity
c. historical experience and element of civic culture.
Sementara menurut Deutsh dan Lipset (1950), pembangunan demokrasi di tiap-tiap
negara tergantung/dipengaruhi oleh variable-variabel sebagai berikut :
a. economic development
b. exposure to mass media
c. literacy
d. urbanization
e. education.
9

Variabel (b), (c), (d) dan (e), menurut Deutsh dan Lipset, dapat mempengaruhi the political
well being of people.
2. Demokrasi di Indonesia
Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Undang Undang Dasar 1945
memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam mekanisme
kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah
sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah
pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu.
Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama
kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno
menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami
masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan
kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam demokrasi pada tahun 1998
ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi
Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan Partai Demokrasi IndonesiaPerjuangan sebagai pemenang Pemilu (www.wikepedia.com).
2.1 Macam dan Landasan
Macam demokrasi di Indonesia adalah demokrasi konstitusional, sedangkan landasannya
adalah:

Alinea empat pembukaan UUD 1945 kususnya sila ke-4 Pancasila

Penjelasan umum UUD 1945, khususnya tentang sistem pemerintahan Negara. Pada
bagian tersebut dinyatakan bahawa:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hokum (rechstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka ( machstaat)
2. Sistem konstitusional. Pemerintahan berdasarkan atas system konstitusi (hukum
dasar),tidak bersifat absolutisme ( kekuasaan yang tidak terbatas).

2.2 Karakteristik
Setiap bangsa dan negara memiliki ciri khas dalam menyelenggara-kan demokrasi
konstitusioanil. Sanusi (1999) Mengidentifikasi 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia
yang dikenal dengan The Ten Pillars of Indonesian Constitutional Democrcy berdasarkan
filsafat bangsa Pancasila dan konstitusi Negara RI UUD 1945 sebagai berukut:
10

1. Demokrasi berdsarkan Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Demokrasi berdasarkan Hak Asas Manusia
3. Demokrsai berdasarkan Kedaulatan Rakyat
4. Demokrasi Kecerdasan Rakyat
5. Demokrasi berdasarkan Pemisahan Kekuasaan Negara
6. Demokrasi berdasarkan Otonomi Daerah
7. Demokarsi berdasarkan Supermasi Hukum (Rule of law)
8. Demokrasi bedasarkan Peradilan yang bebas
9. Demokrasi berdasarkan Kesejahteraan Rakyat
10. Demokrasi berdasakan Keadilan Sosial
Bila dibandingkan, sesungguhnya secara ensensial terdapat kesesuaian antara 11 pilar
demokrasi universal ala USIS (1995) dengan 9 dari 10 pilar demokrasi Indonesia ala Sanusi.
Yang tidak terdapat dalam pilar demokrasi Universal adalah salah satu pilar demokrasi
Idonesia yaitu Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

dan inilah yang

merupakan ciri khas demokrasi Indonesia, yang dalam pandangan Maududi dan Kaum
Muslim (Elposito dan Voll, 1999) disebut Teodemokrasi. Yakni demokrasi dalam konstek
Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain demokrasi Univerasal adalah demokrasi
yang bernuansa sekuler, sedangkan demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang berKetuhanan Yang maha Esa.
2.3 Sejarah Perkembangan
a. Sebelum Tahun 1945 (Pra Kemerdekaan)
Pemahaman demokrasi belum dapat diartikan sebagai wujud pemerintahan rakyat,
karena saat itu belum ada negara pemerintahan. Pemahaman demokrasi saat itu
adalah sebagai komponen bangsa semua berkumpul untuk memperbincangkan
bagaimana baiknya dalam persiapan pembentukan negara secara riil.

Penyiapan

anggaran dasar dan UUD dan penyiapan sistem pemerintahan dijalankan sesuai
dengan bentuknya dan siapa yang ada memimpin.Kesemuanya ini dibahas bersamasama komponen bangsa untuk mencari kesepakan dalam musyawarah dengan modal
semangat kebangsaan.
b. Tahun 1945 1950 (Masa Revolusi)

11

Indonesia masih berjuang menghadapi belanja yang ingin kembali ke Indonesia sesuai
dengan pemerintahan demokrasi Indonesia yang pada saat itu belum berjalan dengan
baik. Hal ini disebabkan masih adanya revolusi fisik, berdasarkan pada konstitusi
negara (UUD 1945) Indonesia adalah negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat.
Pada masa pemerintahan tahun 1945 1950, para pemimpin negara berkeinginan kuat
untuk meng-identifikasikan pemerintahan yang demokratis.
menunjukkan

adanya

sentralirasasi

Awal pemerintahan

kekuasaan pada diri presiden sebelum

terbentuknya lembaga-lembaga politik demokrasi, misalnya belum terbentuknya MPR


dan DPR. Hal ini termuat dalam pasal 4 aturan peralihan UUD 1945 yang berbunyi :
Sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional
c. Tahun 1950 1959 (Demokrasi Liberal)
Demokrasi pada Tahun 1950 1959 terjadinya perubahan kabinet ke dalam sistem
parlementer, sedangkan dwi tunggal Sukarno-Hatta dijadikan simbol dengan
kedudukan sebagai kepala negara.

Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi

parlementer atau demokrasi liberal. Masa demokrasi perlementer dapat dikatakan


sebagai masa kejayaan demokrasi. Karena hampir semua unsur-unsur demokrasi
dapat ditemukan dalam perwujudan. Unsur-unsur tersebut meliputi peranan yang
sangat tinggi pada parlemen, akuntabilitas politik yang tinggi, berkembangnya partai
politik, pemilu yang bebas dan terjaminnya hak politik rakyat.
d. Tahun 1959 1965 (Demokrasi Terpimpin)
Demokrasi terpimpin yang diperkenalkan oleh Presiden Sukarno adalah berawal dari
ketidaksenangan Presiden Sukarno terhadap partai-partai politik yang dinilai lebih
mengedepankan

partai

dan

ideologinya

masing-masing,

serta

kurangnya

memperhatikan kepentingan yang lebih luas.


Adapun ciri-ciri demokrasi terpimpin :
(1)

Dominasi Presiden, artinya Presiden Sukarno berperan dalam


menentukan penyelenggaraan pemerintahan negara

(2)

Terbatasnya peran partai politik

(3)

Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan sosial


politik di Indonesia.
12

Demokrasi terpimpin merupakan kebalikan dari demokrasi parlementer, yang mana


pada saat itu kehendak presiden dalam rangka menempatkan diri sebagai satu-satunya
paling berkuasa di Indonesia dan menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi.
Penyimpangan tersebut antara lain :
a.

Kaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai politik

b.

Peranan parlemen yang lemah dan tidak berfungsi

c.

Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah

d.

Terbatasnya kebebasan pers hingga banyaknya media massa yang hangus dan
tidak boleh terbit

Akhir dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya pemberontakan G30SPKI, karena gagalnya Presiden Sukarno dalam mempertahankan kekuatan yang ada
yaitu PKI dan Militer yang sama-sama berpengaruh.

Berakhirnya demokrasi

terpimpin ditandai dengan adanya Surat Perintah 11 Maret 1966 dari Presiden
Sukarno kepada Letjen Suharto untuk mengatasi keadaan tersebut.
e. Tahun 1965 1998 (Demokrasi Pancasila)
Terbentuknya demokrasi pancasila diprediksi akibat penyimpangan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan penyebab utama kegagalan demokrasi
parlementer. Pemimpin baru Suharto menerapkan demokrasi pancasila untuk menata
prikehidupan masyarakat, bangsa dan negara, dan selama 32 tahun demokrasi ini
secara murni dan konsekwen dijalankan.
f. Tahun 1998 1999 (Demokrasi Masa Transisi)
Pada masa ini banyak sekali pembangunan dan perkembangan ke arah kehidupan
Negara demokratis diantaranya adalah:
(1)

Keluarnya Ketetapan MPR RI dalam sidang istimewa bulan Nopember sebagai


awal perubahan system demokrasi secara konstitusional.

(2)

Ditetapkan UUD No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU


No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah.

(3)

Keluarnya UU Politik No. 2 Tahun 1999 tentang Politik

(4)

Kebebasa Pers yang sangat luas termasuk tidak adanya pencabutan SIUPP.

g. Tahun 1999 2004 (Demokrasi Reformasi)

13

Demokrasi masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid pembangunan


demokrasi berkembang secara luas, dengan adanya beberapa tuntutan reformasi
diupayakan dalam penyelesaiannya :
(1) Pengadilan para pejabat negara yang korupsi
(2) Pemberian prinsip otonomi yang luas kepada daerah otonom
(3) Pengadilan bagi para pelaku pelanggaran HAM
h.Tahun 2004 Sekarang (Demokrasi Kedaulatan Rakyat)
Pada masa demokrasi kedaulatan rakyat, dalam pelaksanaannya rakyat secara
langsung menentukan pemimpinnya melalui pemilu secara langsung, sedangkan peran
MPR, DPR dan DPD tidak lagi dapat secara langsung menjatuhkan Presiden,
Gubernur, Walikota, dan Bupati.
Tahun 2009 merupakan tahun dimana penyelenggaran pemilu secara langsung yang
ke-dua sejak tahun 2004, dimana penyelenggaraan pemilu dilakukan yaitu pemilihan umum
untuk memilih calon anggota legislatif dan pemilihan presiden. Dikatakan juga bahwa
palaksanaan yang penuh tantangan bagi pengembangan demokrasi di Indonesia. Terdapat
setidaknya dua tantangan utama. Pertama, adalah semakin luasnya dampak krisis finansial
global terhadap beberapa sektor kehidupan rakyat. Kedua, dilaksanakannya pemilihan umum
legislatif

dan

presiden.

Keterkaitan

dan

implikasi

tantangan

tersebut

pada konsolidasi politik dan perikehidupan rakyat memang belum terlalu jelas, namun
demikian beberapa hal perlu dikemukakan. Dampak Krisis Finansial Global Krisis finansial
global yang dipicu oleh kasus subprime mortgage pada sektor keuangan di Amerika Serikat
(AS) telah menimpulkan gelombang dampak yang luas.
2.4 Pendidikan Demokrasi
2.4.1 Rasional dan Landasan
Demokrasi tidak eksis secara tiba-tiba, atau eksis secara otomatis karena factor-faktor
genetic. Sebaliknya, ia (demokrasi), eksis karena secara sengaja diadakan, dibangun. Secara
demikian pendidikan demokrasi merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk
terus diupayakan dan dilaksanakan melalui proses pembelajaran, baik melalui sekolah
(school-based civic education) maupun dalam lingkungan masyarakat (community-based
civic education).
Pendidikan demokrasi di Indonesia berlandaskan pada :
14

Tap MPR RI Nomor IV/MPR/1999

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

2.4.2 Visi dan Misi


Visi dari pendidikan demokrasi adalah sebagai wahana substantive, pedagogis dan
social cultural untuk membangun cita-cita, nilai, konsep, prinsip, sikap dan keterampilan
demokrasi dalam warga Negara melalui pengalalaman hidup dan berkehidupan demokrasi
dalam berbagai konteks.
Misi pendidikan demokrasi dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut :
a. Memfasilitasi warga Negara untuk mendapatkan berbagai akses dan menggunakn
secara cerdas berbagai sumber informasi tentang demokrasi dalam teori dan
praktek untuk berbagai konteks kehidupan sehingga ia memiliki wawasan luas
dan memadai.
b. Memfasilitasi warganegara untuk dapat melakukan kajian konseptual dan
operasional secara ceramat dan bertanggung jawab terhadap berbagai citacita,instrumentasi, dan praksis demokrasi guna mendapatkan keyakinan dalam
melakukan pengambilan keputusan individu dan atau kelompok dalam kehidupan
sehari-hari serta berargumentasi atas keputusan itu.
c.

Memfasilitasi warga Negara untuk memperoleh dan memanfaatkan


kesempatan berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam praksis
kehidupan demokrasi di lingkungannya.

2.4.3 Strategi/Pendekatan
Menurut Gandal dan Finn (1992) Pendidikan demokrasi di sekolah (school based
democsiry education) perlu dikembangkan paling tidak dalam 4 alternatif bentuk sebagai
berikut :
1. Perhatian yang cermat diberikan pada the root and bramches of the democratic
idea atau landasan dan bentuk-bentuk demokrasi.
2. Adanya kurikulum yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi how the
ideas of democracy have been translated into institutions and practices around
the world and through the ages.

15

3. Adanya kurikulum yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi secarah


demokrasi di Negaranya untuk dapt menjawab persoalan apakah kekuatan dan
kelemahan demokrasi yang diterapkan di negarnya dalam berbagai kurun waktu.
4. Tersedianya kesempatan bagi siswa untuk memahami kondisi demokrasi yang
diterapkan di negar-negara di dunia, sehingga para siswa memiliki wawasan yang
luas tentang aneka ragam system sisosial demokrasi dalam berbagai konteks.
Di samping keempat hal tersebut, ditambahkan oleh Gandal & Finn, upaya yang perlu
dikembangkan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang bernuansa demokrasi dan
menjadikan sekolah sebagai lingkungan yang demokratis, dan pelibatan siswa dalam kegiatan
masyarakat.
Sementara itu, Sanusi (1999) menegaskan perlunya dikembangkan berbagai
kecerdasan untuk mendukung pelaksanaan pendidikan demokrasi, khususnya di Indonesia,
yang mencakup kecerdasan rohaniah, kecerdasan naqliyah, kecerdasan aqliyah (otaklogis-rasional), kecerdasan emosional (nafsiyah), kecerdasan menimbang (judgement),
kecerdasan membuat putusan dan memecahkan masalah (decision making and problem
solving), dan kecerdasan membahasakan serta mengkomunikasikannya. Atau dengan lain,
perlu dikembangkannya pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional yang
memungkinkan para siswa dapat mengembangkan dan menggunakan seluruh potensinya
sebagai individu dan warga Negara dalam masyarakat bangsa-negara yang demokratis.
2.4.4 Model Pembelajaran
Model pembelajarannya menerapkan pendekatan fungsional dan pendekatan berbasis
masalah. Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut :

Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat.

Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas

Mengembangkan Portofolio kelas

Menyajikan Portofolio

Melakukan Refleksi Pengalaman Belajar

Metode pembelajaran menggunakan kombinasi presentasi dosen,diskusi umum,


diskusi kelompok. Survei lapangan,studi kepustakaan, workshop dan simulasi dengar
pendapat.

16

Udin (2002) menyebutkan bahwa keberhasilan pembelajaran demokrasi sebagai suatu seni
akan ditentukan oleh prinsip-prionsip pembelajaran unteraktif model John Dewey, yakni :

Menghormati dan penuh perhatian kepada orang lain

Berpikir kreatif

Menghasilkan sejumlah solusi tentang masalah-masalah bersama.

Berusaha menerapkan soslusi-solusi tersebut.

Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu mempertimbangkan


kemampuan dasar (core competencies) untuk setiap dimensi atau aspek-aspek di atas.
Veldhuis (1998) menyebutkan bahwa kemampuan dasar yang sering disebut pula minimal
package ditentukan oleh : (1) kebutuhan individu untuk memecahkan isu-isu dan masalahmasalah sosial dan politik yang mereka sedang dan akan hadapi; 2) isu-isu dan masalah yang
telah menjadi topik dan agenda publik yang penting.
Udin (2002) mengatakan bahwa pendidikan demokrasi perlu terus diupayakan dan
dilaksanakan melalui proses pembelajaran, baik melalui sekolah (school-based civic
education) maupun dalam lingkungan masyarakat (community-based civic education).
Selanjutnya Udin mengatakan bahwa untuk mengembangkan pendidikan demokrasi
di Indonesia maka diperlukan adanya paradigma baru yang lebih mengembangkan
ksecerdasan warga negara (civic intelegence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, tanggung jawab warga negara (civic responsibility) serta partisipasi warganegara
(civic participation) agar terbentuk-nya warganegara Indonesia yang baik.
Proses

pendidikan

kewarganegaraan

kita

harus

membedakan

aspek-aspek

pengetahuan (knowledge) sikap dan pendapat (attitudes and opinions), keterampilan


intelektual (intellectual skills), and keterampilan partisipasi (participatory skills).
Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran perlu adanya sejumlah pengetahuan
dasar (core competencies) untuk setiap dimensi atau aspek di atas seperti a) kebutuhan
individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan politik yang mereka sedang dan
akan hadapi, dan b) isu-isu dan masalah yang telah terjadi menjadi topik dan agenda politil.
Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran demokrasi, yaitu
a) lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung dan b) karakteristik sosial, ekonomi
dan budaya peserta didik.

17

18

Anda mungkin juga menyukai