Anda di halaman 1dari 14

3

LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN SUMBA TIMUR
TAHUN 2010 NOMOR 207
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR
NOMOR 13 TAHUN 2010
TENTANG
PERIZINAN USAHA KEPARIWISATAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUMBA TIMUR,
Menimbang :

a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan dibidang


kepariwisataan

di

daerah,

maka

usaha

pariwisata

perlu

diatur

keberadaannya agar memberi dampak positif bagi masyarakat dan daerah;


b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Sumba Timur Nomor 4 Tahun
1996 tentang

Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum, Peraturan Daerah

Kabupaten Dati II Sumba Timur Nomor 6 Tahun 1996 tentang Usaha dan
Penggolongan Hotel, Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Sumba Timur
Nomor 7 Tahun 1996 tentang

Usaha Rumah Makan tidak sesuai lagi

dengan tingkat perkembangan dewasa ini, sehingga perlu ditinjau kembali;


c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perizinan Usaha
Kepariwisataan;
Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1655);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
BAGIAN HUKUM

4389);
4. UndangUndang Nomor

32

Tahun

2004

tentang

Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,


Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

4437)

Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang


Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang

Nomor

10

Tahun

2009

tentang

Kepariwisataan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik

Indonesia Nomor 5059);


7. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1996

Nomor 101,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


3658);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
10.Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 6 Tahun 2002 tentang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2002 Nomor 7);
11.

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor


1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan
Kabupaten Sumba Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur
Tahun 2008 Nomor 151 Seri E);

12.

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 4

Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas dinas Daerah Kabupaten


Sumba Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008
Nomor 154 Seri D Nomor 3,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten

BAGIAN HUKUM

Sumba Timur Nomor 164);


Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
SUMBA TIMUR
dan
BUPATI SUMBA TIMUR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN DAERAH TENTANG PERIZINAN USAHA


KEPARIWISATAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1.

Daerah adalah Kabupaten Sumba Timur.

2.

Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumba Timur.

3.

Bupati adalah Bupati Sumba Timur.

4.

Dinas adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Timur.

5.

Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten


Sumba Timur.

6.

Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi,
Yayasan atau Organisasi yang sejenis lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta
bentuk badan usaha lainnya.

7.

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara.

8.

Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

9.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai


fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.

10.

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata


dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
BAGIAN HUKUM

Usaha Kepariwisataan adalah Usaha yang keseluruhan kegiatannya terkait

11.

dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
pengusaha untuk

menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.


Pengusaha Kepariwisataan adalah orang yang sehari hari memimpin dan

12.

bertanggung jawab atas pengusahaan Usaha Kepariwisataan.


13.

Izin Usaha adalah Izin untuk mengusahakan suatu Kegiatan Kepariwisataan.

14.

Izin Prinsip adalah persetujuan yang diberikan oleh Bupati kepada


perseorangan dan atau Badan Hukum untuk mendirikan Usaha Kepariwisataan sesuai
jenis Usaha Kepariwisataan yang akan diusahakan.
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

15.

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Usaha Daya Tarik Wisata adalah Usaha yang kegiatannya mengelola daya

16.

tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan/binaan
manusia.
Usaha Kawasan Pariwisata adalah Usaha yang kegiatannya membangun

17.

dan/atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan


pariwisata.
Usaha Jasa Transportasi Wisata adalah Usaha khusus yang menyediakan

18.

angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi


reguler/umum.
Usaha Jasa Perjalanan Wisata adalah Usaha Biro perjalanan wisata dan

19.

Usaha Agen perjalanan wisata.


Usaha Jasa makanan dan minuman adalah usaha jasa penyediaan makanan

20.

dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan, dapat berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar/kedai minum.
Hygiene dan Sanitasi adalah semua Kegiatan dan tindakan yang perlu

21.

dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran makanan.


Usaha penyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan pelayanan

22.

penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya,dapat


berupa

hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan

akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan pariwisata.


23.

Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum adalah setiap usaha komersial yang
ruang lingkup kegiatannya adalah untuk memberikan kesehatan jasmani dan rohani .

24.

Taman Rekreasi yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan berbagai
jenis fasilitas untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani yang mengandung unsur
hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai usaha pokok di suatu kawasan tertentu

BAGIAN HUKUM

dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makanan, minuman dan
akomodasi serta jasa lain yang terkait .
25.

Gelanggang Renang yaitu usaha yang menyediakan tempat dan berbagai


jenis fasilitas untuk berenang, taman dan arena bermain anak anak sebagai usaha
pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan, minum, serta
jasa lain yang terkait

26.

Kolam Memancing yaitu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
memancing ikan sebagai suatu usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan
jasa pelayanan makan, minum dan jasa lain yang terkait .

27.

Gelanggang

Permainan

dan

Ketangkasan

yaitu

suatu

usaha

yang

menyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan ketangkasan atau mesin permainan
sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.
28.

Rumah Biliard yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk permainan biliard sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan
jasa pelayanan makan dan minum .

29.

Panti Pijat yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
pijat sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan
makan dan minum .

30.

Panti Mandi Uap yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk mandi uap sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan pijat dan
penyediaan jasa pelayanan makan dan minum serta jasa lain yang terkait .

31.

Karaoke yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
bernyanyi dengan diiringi musik rekaman sebagai usaha pokok dengan penyediaan jasa
pelayanan makan dan minum .

32.

Panggung Terbuka yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk pertunjukan di tempat terbuka sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan
penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

33.

Panggung Tertutup yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk menyediakan pertunjukan di ruang tertutup sebagai usaha pokok dan dapat
dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum .

34.

Salon Kecantikan yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk memelihara kecantikan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan
penyediaan jasa pelayanan minum.

35.

Fitness Centre yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk kesegaran jasmani sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa
pelayanan makan dan minum

36.

Bioskop yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
menyediakan pemutaran film di ruang tertutup.

37.

Pusat Seni dan Pameran yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat dan
fasilitas untuk pusat seni dan pameran Barang Barang kesenian sebagai usaha pokok

BAGIAN HUKUM

dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum serta jasa
lain yang terkait.
Dunia Fantasi (Theme Park) yaitu suatu usaha yang menyediakan tempat,

38.

fasilitas dan utilitas hiburan anak anak di suatu kawasan tertentu sebagai usaha pokok
dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum .
Taman Pentas Pertunjukan Satwa yaitu suatu usaha yang menyediakan

39.

tempat, fasilitas untuk pentas pertunjukan satwa sebagai usaha pokok dan dapat
dilengkapi dengan jasa pelayanan makan
dan minum.
40. Usaha

penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

adalah usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang,
menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas
prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan
informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan
internasional.
41. Usaha Jasa Informasi Pariwisata adalah Usaha yang menyediakan data, berita, feature,
foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk
bahan cetak dan/atau elektronik.
Usaha Jasa Konsultan Pariwisata adalah Kegiatan Usaha yang menyediakan

42.

saran dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha,


penelitian, dan pemasaran di bidang kepariwisataan.
Usaha Jasa Pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan/atau

43.

mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan


dan/atau kebutuhan biro perjalanan wisata.
Usaha Wisata Tirta adalah Suatu merupakan usaha yang menyelenggarakan

44.

wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya
yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.
Usaha SPA adalah usaha perawatan yang memberikan layanan dengan

45.
metode

kombinasi

terapi

air,

terapi

aroma,

pijat,

rempah-rempah,

layanan

makanan/minuman sehat, dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa
dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pemberian Izin Usaha Kepariwisataan dimaksudkan untuk pembinaan, penertiban dan
pengendalian atas usaha yang dilakukan oleh setiap orang maupun Badan.
Pasal 3

BAGIAN HUKUM

Tujuan pemberian Izin Usaha Kepariwisataan adalah :

a. melindungi kepentingan umum;


b. Memberikan kepastian berusaha bagi setiap orang atau Badan

yang melakukan

kegiatan Usaha Kepariwisataan.


BAB III
RUANG LINGKUP DAN JENIS PERIZINAN
Pasal 4
Ruang Lingkup Usaha Kepariwisataan adalah :
a. Usaha Daya Tarik Wisata;
b. Usaha Kawasan Pariwisata;
c. Usaha Jasa Transportasi Wisata;
d. Usaha Jasa Perjalanan Wisata;
e. Usaha Jasa makanan dan minuman;
f. Usaha Penyediaan Akomodasi;
g. Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum;
h. Usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran;
i. Usaha Jasa Informasi Pariwisata;
j. Usaha Jasa Konsultan Pariwisata;
k. Usaha Jasa Pramu Wisata;
l. Usaha Wisata Tirta;
m. Usaha SPA.
Pasal 5
Jenis Perizinan Usaha Kepariwisataan meliputi :
a. Izin Usaha Daya Tarik Wisata;
b. Izin Usaha Kawasan Pariwisata;
c. Izin Usaha Jasa Transportasi Wisata;
d. Izin Usaha Jasa Perjalanan Wisata;
e. Izin Usaha Jasa Makanan dan Minuman;
f. Izin Usaha Penyediaan Akomodasi;
g.Izin Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum:
1. Izin Usaha Taman Rekreasi;
2. Izin Usaha Gelanggang Renang;
3. Izin Usaha Kolam Memancing;
4. Izin Usaha Rumah Biliard;
5. Izin Usaha Panti Pijat;
6. Izin Usaha Panti Mandi Uap;
7. Izin Usaha Karaoke;

BAGIAN HUKUM

8. Izin Usaha Panggung Terbuka;

9. Izin Usaha Panggung Tertutup;


10. Izin Usaha Salon Kecantikan;
11. Izin Usaha Fitness Centre;
12. Izin Usaha Bioskop;
13. Izin Usaha Pusat Seni dan Pameran;
14. Izin Usaha Dunia Fantasi (Theme Park);
15. Izin Usaha Taman Pentas Pertunjukan Satwa;
h. Izin Usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran;
i. Izin Usaha Jasa Informasi Pariwisata;
j. Izin Usaha Jasa Konsultan Pariwisata;
k. Izin Usaha Jasa Pramu Wisata;
l. Izin Usaha Wisata Tirta;
m. Izin Usaha SPA.
BAB IV
BENTUK USAHA DAN PERMODALAN
Pasal 6
(1)

Usaha Kepariwisataan dapat berbentuk Badan atau Usaha perorangan.

(2)

Usaha Kepariwisataan dengan modal bersama antara Warga Negara Indonesia


dengan Warga Negara Asing bentuk usahanya disesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Perundang undangan.
BAB V
PENGUSAHAAN
Pasal 7

(1)

Pengusahaan Kepariwisataan meliputi penyediaan barang dan/atau jasa bagi


pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata sesuai dengan jenis
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

(2)

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh setiap
jenis pengusahaan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA KEPARIWISATAAN
Bagian Pertama
Hak
Pasal 8

BAGIAN HUKUM

Pengusaha Kepariwisataan berhak :


1. Mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha di bidang kepariwisataan.
2.

Membentuk dan menjadi anggota asosiasi kepariwisataan.

3. Mendapatkan perlindungan hukum dalam berusaha.


4. Mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 9
Pengusaha Kepariwisataan diwajibkan :
1. Menjaga dan menghormati norma agama,adat istiadat, budaya, dan nilai nilai yang
hidup dalam masyarakat setempat;
2. Memberi informasi yang akurat dan bertanggungjawab;
3. Memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif;
4. Memberikan kenyamanan,keramahan,perlindungan keamanan, dan keselamatan
wisatawan;
5. Memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan yang
beresiko tinggi;
6. Mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro,kecil dan koperasi setempat yang
saling memerlukan,memperkuat, dan menguntungkan;
7. Mengutamakan

penggunaan

produk

masyarakat

setempat,produk

dalam

negeri,memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal;


8. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan;
9. Berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana dan program pemberdayaan
masyarakat;
10. Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan
kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya;
11. Memelihara lingkungan yang sehat,bersih, dan asri;
12. Memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya;
13. Menjaga citra Negara dan bangsa Indonesia melalui kegiatan usaha kepariwisataan
serta bertanggung jawab; dan
14. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PERIZINAN,TATA CARA PERIZINAN DAN MASA BERLAKU
Pasal 10
(1)

Setiap

Pembangunan

atau

perluasan

tempat

Usaha

Kepariwisataan

yang

mempunyai dampak terhadap lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 wajib


memiliki Ijin Prinsip .

BAGIAN HUKUM

(2)

Tempat usaha Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf g angka


6,7,8,9,10 dan 11, jauh dari tempat Ibadah Umum dan Sekolah.

(3)

Untuk dapat beroperasinya setiap Usaha Kepariwisataan wajib memiliki Izin Usaha
Kepariwisataan.
Pasal 11

Untuk memperoleh Ijin Prinsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) Pengusaha
Kepariwisataan harus terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Bupati

dengan

melampirkan :
a. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Surat Keterangan Domisili
b. Foto Copi Akte pendirian Perusahaan
c. Surat Pernyataan Penyanding yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah
d. Foto copy bukti kepemilikan tanah dan atau bangunan
e. Proposal pendirian perusahaan
f. Denah Dan Tampak Bangunan.
g. Data Fasilitas Usaha Kepariwiataan yang direncanakan akan dibangun
h. Bukti pembayaran pajak terkahir
Pasal 12
(1) Untuk mendapatkan Izin Usaha Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
ayat (3) Pengusaha Kepariwisataan harus terlebih dahulu mengajukan permohonan
kepada Bupati dengan melampirkan :
a. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Keterangan Domisili
b. Foto copy NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak ) .
c. Foto copy Izin Prinsip .
d. Foto copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB) .
e. Foto copy Izin HO (Undang-undang Gangguan).
f.

Foto copy Status Tempat Usaha.

g. Daftar riwayat hidup pimpinan Perusahaan.


h. Laporan penyelesaian bangunan tempat usaha.
i.

Dokumen UPL dan UKL bagi Usaha Kepariwisataan yang tidak wajib AMDAL.

j.

Studi AMDAL bagi Usaha Kepariwisataan yang wajib AMDAL.

(2) Izin

Usaha tidak boleh dipindahtangankan atau dipindahlokasikan kecuali dengan

persetujuan terlebih dahulu dari Bupati dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 13

BAGIAN HUKUM

(1) Izin Prinsip diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu)
kali untuk masa 1 (satu) tahun.
(2) Izin Usaha berlaku selama melakukan kegiatan Usaha Kepariwisataan.
(3) Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib didaftar ulang setiap tahun
dalam rangka pengendalian dan pengawasan.
BABVIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 14
Pembinaan dan pengawasan terhadap semua jenis Usaha Kepariwisataan dilakukan oleh
Bupati melalui Dinas.
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 15
(1) Izin Usaha yang dimiliki oleh setiap Usaha Kepariwisataan dapat dicabut apabila :
a. Tidak

melakukan

Kegiatan-kegiatan

pokok

sesuai

dengan

jenis

Usaha

Kepariwisataan yang diusahakan.


b. Melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 9.
c. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2).
(2) Pencabutan Izin Usaha Kepariwisataan dilakukan setelah melalui tahapan pembinaan.
(3)Tahapan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa teguran tertulis paling
tinggi tiga (3) kali, namun tidak diindahkan oleh Pengusaha Kepariwisataan.
(4)Jangka waktu antara teguran pertama,kedua dan ketiga sampai dilakukan pencabutan
izin Usaha Kepariwisataan, masing-masing paling lama 7 hari kalender.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku maka :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba Timur Nomor 4 Tahun 1996
tentang Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum (Lembaran Daerah Tahun 1996 Nomor 59
Seri: D Nomor 57);
2. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba Timur Nomor 6 Tahun 1996
tentang Usaha dan Penggolongan Hotel

(Lembaran Daerah Tahun 1996 Nomor 11

Seri: B Nomor 02);dan

BAGIAN HUKUM

3.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba Timur Nomor 7 Tahun 1996
tentang Usaha Rumah Makan

(Lembaran Daerah

Tahun 1996 Nomor 65 Seri: B

Nomor 04)
Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 17
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan Penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur.
Ditetapkan di

Waingapu

pada tanggal
BUPATI SUMBA TIMUR,

GIDION MBILIJORA
Diundangkan di Waingapu
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SUMBA TIMUR,
UMBU HAMAKONDA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 207

PENJELASAN

BAGIAN HUKUM

ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR
NOMOR 13 TAHUN 2010
TENTANG
PERIZINAN USAHA KEPARIWISATAAN
I . UMUM
Dengan berlakunya UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004
Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia

Tahun

tentang Pemerintahan

2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844), Daerah dituntut untuk harus

mampu mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri. Untuk maksud itu, daerah harus memberikan ruang yang layak kepada
pengusaha di bidang kepariwisataan untuk melaksanakan usaha kepariwisataan yang pada
gilirannya akan turut memberikan dampak positif bagi daerah. Sehubungan dengan itu,
maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba Timur Nomor 4 Tahun 1996
Tentang Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum, Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat
II Sumba Timur Nomor

6 Tahun 1996 tentang Usaha dan Penggolongan Hotel dan

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba Timur Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Usaha Rumah makan, tidak sesuai lagi dengan tingkat perkembangan dewasa ini sehingga
ditinjau kembali dan membentuk Peraturan Daerah tentang Perizinan Usaha Kepariwisataan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
a.

Cukup Jelas

b.

Cukup Jelas

c.

Cukup Jelas

d.

Cukup Jelas

e.

Cukup Jelas

f.

Penyediaan akomodasi berupa hotel digolongkan kedalam 2 ( dua )


kelas yaitu Hotel Bintang

dan Hotel

Melati.Golongan kelas Hotel

Bintang dibagi atas 5 ( lima) penjenjangan kelas hotel yaitu bintang 1 (

BAGIAN HUKUM

satu) sampai dengan bintang 5(lima). Sedangkan Golongan kelas


Hotel Melati hanya terdiri atas satu kelas sebagai hotel melati.
g.

Cukup Jelas

h.

Cukup Jelas

i.

Cukup Jelas

j.

Cukup Jelas

k.

Cukup Jelas

l.

Cukup Jelas

m.

Cukup Jelas

Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat ( 1)
Cukup Jelas
Ayat ( 2 ) Yang dimaksudkan jauh dari tempat ibadah umum dan sekolah
adalah dengan jarak sekurang kurangnya satu ( 1 ) kilometer.
Pasal 11

: Cukup Jelas

Pasal 12

: Cukup Jelas

Pasal 13

: Cukup Jelas

Pasal 14

: Cukup Jelas

Pasal 15

: Cukup Jelas

Pasal 16

: Cukup Jelas

Pasal 17

: Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 196

BAGIAN HUKUM

Anda mungkin juga menyukai