Anda di halaman 1dari 22

Dehidrasi

A. Definisi
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari
natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya cairan air dan natrium dalam jumlah yang sama
(dehidrasi isotonik) atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrrasi
hipotonik). (Sudoyo Ani,dkk 2009)
Tanda-tanda dehidrasi:
1. Dehidrasi Hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mEg/L)
dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmal/liter).
2. Dehidrasi isotonic di tandai dengan normalnya kadar natrium serum ( 135-145 mEg/L) dan
osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter)
3. Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 Mq/L)
dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter)
Klasifikasi dehidrasi
1. Tanpa dehidrasi
2. Dehidrasi ringan/sedang
3. Dehidrasi berat
Kebutuhan cairan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama (Djuanda Adhi)
Kebutuhan Cairan Rehidrasi Oral selama 4 jam pertama menurut usia
USIA
BB
CRO dalam mL

S/D 4 Bulan

4-12 Bulan

12 bulan s/d 2Th

2-5 Tahun

B. Etiologi
Bermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe/ jenis-jenis dehidrasi:
1. Dehidrasi
- Perdarahan
- Diaporesis
- Muntah
- Luka bakar
- Diare
- Puasa
- Hipersalivasi
- Terapi hipotonik
- Fistula
- Suction gastrointestinal (cuci Lambung)
- Ileustomi (pemotongan usus)

2. Dehidrasi hipotonik
- Penyakit DM
- Rehidrasi cairan berlebih

- Mal nutrisi berat dan kronis


3. Dehidrasi hipertonik
- Hiperventilasi
- Diare air
- Diabetes insipedus (hormone ADH menurun)
- Rehidrasi cairan berlebihan
- Disfagia
- Gangguan rasa haus, kesadaran
- Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat
C. Manifestasi Klinis
Gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya
1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
- Haus, gelisah
- Denyut nadi 90-110x/menit, nafas normal
- Tugor kulit normal
- Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
- Kesadaran baik
- Denyut jantung meningkat
2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)
a. Haus meningkat
b. Nadi cepat dan lemah
c. Tugor kulit kering, membrane mukosa kering
d. Pengeluaran urine berkurang
e. Suhu tubuh meningkat
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
a. Penurunan kesadaran
e. Pengeluaran urine tidak ada
b. Lemah, lesu
f. Hipotensi
c. Takikardi
g. Nadi cepat dan halus
d. Mata cekung
h. Ekstrimintas dingin
D. Masalah yang lazim muncul
1. Resiko syok (hipovolemik)b.d terjadinya perdarahan yang berulang-ulang
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

3. Kekurangan volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang
4. Gangguan ventilasi spontan b.d ketidak adekuatan mempertahankan pernapasan, penurunan
PO2, SaO2, dan PCO2 dan volume tidal.
5. Kerusakan integritas kulit b.d kulit turgor menurun
6. Keletihan
7. Penurunan koping keluarga
Discharge planning

1.
2.
3.
4.
5.

Obat-obatan Antlemetik (untuk mengatasi muntah)


Obat-obatan anti diare diberikan oralit
Pemberian air minum
Pemberian cairan intravena
Pemberian bolus cairan IV

Penatalaksanaan Rehidrasi
Pada dehidrasi ringan terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24 Jam
(30 ml/kg. BB/24 jam) untuk kebutuhan dasar, di tambah dengan penggantian deficit cairan dan
kehilangan cairan yang masih berlangsung.
Pada dehidrasi sedang sampai berat pasien tidak dapat minum per oral, selain pemberian cairan
enteral, dapat diberikan rehidrasi parental, jika cairan tubuh yang hilang terutama air, maka
jumlah air rehidrasi dapat di hitung dengan rumus.
RUMUS:
Deficit cairan (liter) = BB total (BBT) yang diinginkan BBT saat ini
BBT yang diinginkan =
BBT saat ini (pria) = 50% X berat badan (Kg)
BBT saat ini (wanita) =45% X berat badan (Kg)
Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidarsi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada
dehidrasi isotonic dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dektrosan 5% dengan kecepatan 2530% dari deficit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45%.
Dehidrasi Hipotonik ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan
diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ringan dengan oralit
Beri oralit di klinik sesuai yang di anjurkan selama periode 3 jam
Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
Umur

Sampai 4 bulan

4-12 bulan

12-24 bulan

2-3 tahun

Berat badan
< 6 kg
6-10 kg
10-12 kg
12-19 kg
Jumlah cairan
200-400
400-700
700-900
900-1400
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kg berat badan
- Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas, berikan sesuai
kehilangan cairan yang sedang berlangsung
- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air
matang selama periode ini
- Mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan
- Lanjutkan pemberian ASI
Tunjukan kepada ibu cara memberikan larutan oralit
- Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas
- Jika muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
- Lanjutkan ASI selama anak mau
Berikan tablet zink selama 10 hari
Setelah 3 jam
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
- Tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah
- Tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di rumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
- Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi
sesuai yang di anjurkan dalam Rencana Terapi A.
- Jelaskan 4 aturan peerawatan di rumah:
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN
2. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN
3. BERI TABLET ZINC SELAMA 10 HARI
4. KAPAN HARUS KEMBALI
Lihat rencana terapi A : mengenai jumlah cairan dan lihat Bagan KARTU NASIHAT IBU.
Beri tablet Zinc:
Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak di bawah umur 6 bulan: tablet (10
mg) per hari 6 bulan ke atas 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

DEKUBITUS
A. Definisi
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus
otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Apabila ini berlangsung lama, hal ini
dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoreksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat
mengakibatkan kematian sel.

B. Etiologi
1. Factor instrinsik: penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang menimbulkan
seperti DM,status gizi, underweight atau kebalikan overweight, anemia, Hipoalbuminea.
Penyakit-penyakit neurologic dan penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, keadaan
hidrasi/ cairan tubuh.
2. Factor ekstrinsik: kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan
medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu. Duduk yang buruk,
posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang kurang.
Tanda dan Gejala, stadium dan komplikasi
1. Stadium Satu
a. Adanya perubahan dari kulit yang di observasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang
norma, maka akan Nampak salah satu tanda sebagai berikut: perubahan temperature kulit
(lebih dingin atau lebih hangat)
b. Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)
c. Perubahan sensasi (gatal atau nyeri)
d. Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang
menetap. Sedangkan pda yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna yang
menetap, biru atau ungu.
2. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidemis atau demis, atau keduanya. Cirinya adalah
luka superficial,abrasi, melempuh, atau ,membentuk lubang yang dangkal.

3. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan
subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang
dalam.
4. Stadium Empat

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan,
kerusakam otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus yang juga
termasuk dalam stadium IV dan luka tekan.
Factor resiko
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
C.

Mobilitas dan aktivitas


Penurunan sensori persepsi
Kelembapan
Tenaga yang merobek (shear)
Pergesekan (friction)
Nutrisi
Usia
Tekanan arteriolar yang rendah
Stress emosional
Merokok
Temperature kulit
Manifestasi klinis
1. Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila di tekan ibu jari.
2. Pada cidera yang lebih berat ditemui ulkus dikulit.
3. Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistematik peradangan, termasuk demam dan
penigkatan hitung sel darah putih.
4. Dapat terjadi infeksi sebagai akibat kelemahan dan perawatan di Rumah Sakit yang
berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil

Penilaian dikubitus berdasarkkan skor Norton


Item
Kondisi fisik umum
Baik
Lumayan
Buruk
Sangat buruk
Kesadaran
Komposmentis

Apatis
Konfus/soporis
Stupor/koma

Skor

Aktifitas
-

Ambulan
Ambulan dengan bantuan
Hanya bias duduk
Tiduran

Mobilitas
Inkontinensia
Skor total

Bergerak bebas
Sedikit terbatas
Sangat terbatas
Tidak bisa bergerak
Tidak
Kadang-kadang
Sering inkontinensia urine
Sering inkotinensia alvi dan urine

D. Masalah yang Lazim Muncul


1. Resiko kekurangan volume cairan b.d gejala polyuria dan dehidrasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan ketidakseimbagan


insulin, makanan, dan aktifitas jasmani
3. Resiko infeksi
4. Kekurangan integritas jaringan
5. Nyeri akut
6. Gangguan citra tubuh
7. Gangguan rasa nyaman
8. Hambatan mobilitas fisik
E. Discharge Planing
1. Penkes tentang diskubitus bagi staf medis dan keluarga
2. Mengurangi/menghindari tekanan dari luar yang berlebihan daerah tubuh tertentu dengan
cara perubahan posisi tiap 2 jam di tempat tidur sepanjang 24 jam
3. Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan 2 kali sehari tetapi dapat sering pada daerah
potensial terjadi decubitus. Pemeriksaan kulit dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan
orang lain
4. Pembersihan dengan menggunakan sabun lunak dan menjaga kulit tetap bersih dari keringat,
urine dan faces bila perlu dapat diberikan lotion yang mengandung alcohol, bedak
5. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah decubitus. Secara umum dengan tindakan
pencegahan yang sudah dibicarakan di atas. Pengurangan tekanan yang sangat penting karena
decubitus tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang lama
6. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya,proses tersebut akan
menyebabkan proses kesembuhan menjadi lebih cepat dan baik
7. Mengangkat jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat jaringan granulasi dan
epitalisasi. Oleh karena itu, pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat kesembuhan
8. Menurunkan dan mengatasi infeksi
9. Perlu pemeriksaan kultur dan tes resisten antibiotic sistemik dapat diberikan bila penderita
mengalami sepsis, ulkus yang terinfeksi harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan
larutan antiseptic seperti larutan H2)2 30%, providon lodin

DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokosentrasi (peningkatan hemotokrit) atau oenumpukan cairan dirongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah yang di tandai
oleh renjatan/syok. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue
DD/DBD
DD

Derajad

DBD

Derajad
Demam disertai 2 atau
lebih tanda; myalgia,
sakit kepala, nyeri
retroarbital, arthralgia

Gejala diatas ditambah


uji bending positif
DBD
II
Gejala di atas ditambah
perdarahan spontan
DBD
III
Gejala diatas ditambah
kegagalan
sirkulasi( kulit dingin
dan lembab serta
gelisah)
DBD
IV
Syok berat disertai
dengan tekanan darah
dan nadi tidak terukur
Klasifikasi derajad DBD menurut WHO
Derajad 1
Derajad 2
Derajad 3
Derajad 4

laboratorium
Serologi
Leokopenia
dengue
Trombositopenia,
positif
tidak ditemukan
bukti ada kebocoran
plasma
Trombositopenia (<100.000/ul) bukti
kebocoran ada plasma

Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya menifestasi perarahan adalah
uji tornoquet positif
Derajad 1 disertai perdarahan spontan dikulit/atau perdarahan lain
Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (20mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan
pasien menjadi gelisah
Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur

B. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan den-3
serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap
serotype yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotype lain sangat
kurang, sehigga dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat di temukan di berbagao
daerah di Indonesia (Sudoyo Aru, dkk 2009)
C. Manifestasi klinis
1. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
menifestasi klinis sebagai berikut:
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Myalgia/arthralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leukopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan DD/DBD yang sudah di konfirmasi
pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi:
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biadanya bersifat bifasik
b. Manifestasi perdatahan yang biasanya berupa:
o Uji tourniquer positif
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
o Hermatemasis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul

d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan


o Peningkatan nilai hematocrit 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
o Penurunan nilai hematocrit 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD di atas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun 20mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab
D. Masalah yang lazim muncul
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
2. Nyeri akut
3. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
4. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intraveskuler
5. Resiko syok (hypovolemic) b.d perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intraveskular ke ekstraveskular
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
7. Resiko perdarahan b.d penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopenia)
8. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan,
nyeri, hipoventilasi
E. Discharge Planning
1. Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan (tidak harus jus jambu) dan
ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum
2. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup
3. Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung DEET saat
mengunjungi tempat endemic dengue

4. Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya


5. Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan aiar untuk mencegah
nyamuk berkembang biak dengan menutup tempat penampungan, mengosongkan air
tergenang dari ban bekas, kaleng bekas, dan pot bunga
6. Pada pasien DBD tidak boleh diberikan asetosal, aspirin, antiimflamasi nonsteroid karena
potensial mendorong terjadinya perdarahan
7. Melakukan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk mencegah
berkembangbiakanya nyamuk. Untuk abate yang ditaburkan kedalam tendon air, satu
sendok makan abate untuk baik ukuran 1 m x 1 m x 1 m atau 10 mg dalam 100 liter air,
jangan dikuran 1 bulan karena obat ini melapisi dinding baik air sehingga kalau ada
jentik, jentik akan mati.

DEMAM TIFOID
A. Definisi
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang di sebabkkan oleh salmonella
typhi. Penyakit ini di tandai oleh panas berkepanjangan, di topang oleh bacteremia tanpa
keterlibatan struktur endhotella atau endocardia dan invaksi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel fagosit monocular dari hati, limfa, kelenjar limfe usus dan peyers patch dan dapat
menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Sumarno,2002)
B. Etiologi
Salmonella typhi dengan salmonella yang lain adalah bakteri gramnegatif, mempunyai flagella,
tidak berkapsul, tidak membentuk spora,fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang
terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K)
yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat
memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.
C. Manifestasi klinik
1. Gejala pada anak: inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari
2. Demam meninggal sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minguu ke empat. Kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan
shock, stupor dan koma.
4. Ruam muncul [ada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual, muntah
9. Diare
10. Konstipasi
11. pusing
12. Nyeri otot
13. Batuk
14. Epistaksis
15. Bradikardi

16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Lidah yang berselaput ( kotor di tengah, tepid an ujung merah serta tremor)
Hepatomegaly
Splenomegali
Meteroismus
Gangguan mental berupa samnolen
Delirium atau psikosis
Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
Periode infeksi demam tifoid, gejala dan tanda
Keluhan dan gejala demam tifoid
Minggu pertama
Minggu pertama

keluhan
Panas berlangsung
insidious, tipe panas
stepkadder yang
mencapai 39-40oC,
menggigil, nyeri
kepala

gejala
Gangguan saluran
cerna

bakterinea

Minggu kedua
Minggu ketiga
Minggu keempat, dst
D. Masalah yang lazim muncul
1. Nyeri b.d proses peradangan
2. Ketidakefektifan termoregulasi b.d fluktuassi suhu lingkungan, proses penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh
5. Diare b.d proses infeksi, inflamasi, iritasi diusus

E. Diascharge planning
1. Hindari tempat yang tidak sehat
2. Hindari daerah endemis demam tifoid
3. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih
4. Makan lah makanan yang bernutrisi lengkap dan seimbang
5. Tingkatkan asupan cairan untuk mencegah dehidrasi yang di akibatkna demam dan diare
6. Gunakan air yang sudah di rebus untuk minum dan sikat gigi
7. Makanlah makanan yang telah dimasak
8. Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari botol
9. Lalat perlu dicegah menghindari makanan dan minuman
10. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kondisi fisik anak
11. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping
12. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk
mengatasi gejala tersebut
13. Tekanan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan

DIABETES MELITUS
A. Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana elin, 2009)
Kriteria diagnosis DM (Sudoyo Arum dkk 2009)
1. Gejala klasik DM+glukosa plasma 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu
3. Gejala klasik DM+ glukosa plasma126 mg/dl (7,0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori sedikitnya 8 jam
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTG 220 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75
gram glukosa anhidus dilarutkan kedalam air
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994): (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan karbohidrat yang cukup)
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
tanpa gula tetap dibolehkan
3. Di periksa konsentrasi gula darah puasa
4. Diberika glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan
dalam air 250 mL dan diminut dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi menjadi 3 yaitu: (Sudoyo
Aru,dkk 2009)
1. < 140 mg/dL
Normal
2. 140-<200 mg/dL
toleransi glukosa terganggu

3. 200mg/dL

diabetes

Klasifikasi diabetes mellitus:


1) Klasifikasi klinis :
a. DM
- Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses autoimun
- Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk meransang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
Tipe II dengan obesitas
Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2) Klasifikasi resiko statistic :
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
B. Etiologi
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang
disebabkan oleh:
- Factor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I
- Factor imunologi (autoimun)
- Factor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan ekstruksi si beta
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin,
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tiep II : usia, obesitas,
riwayat dan keluarga
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (Price&Wilson)

1. Kadar glukosa puasa tidak normal


2. Hiperhlikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresisi osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urine (polyuria) dan timbul rasa haus (polidispia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gelaja lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva.
D. Masalah yang lazim muncul
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan insulin,
makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok
3. Kerusakan integritas jaringan
4. Resiko infeksi
5. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan porifer b.d penurunan sirkukasi darah kerifer, proses
penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala polyuria dan dehidrasi
E. Discharge planning
1. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat
3. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
mengakibatkan flaktuasi ( ketidakstabilan) kadar gula darah
4. Ajarkan mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan
5. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayur dan sereal
6. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung nanyak kolesterol LDL,
antara lain : daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan makanan
pencuci mulut berlemak lainnya
7. Hindari minuman yang berakohol dan kurangi konsumsi garam

DIARE
A. Defenisi
Diare akut adalah buang air besar (defakasi) dengan tinja berbentuk air atau setengah cair
(setengah padat). Kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau
200 ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali
perhari. Buang air besar tersebut dapat/atau tanpa disertai lender dan darah.
Diare yang dapat diklasifikasikan berdasarkan: (Sudoyo Aru,dkk 2009)
1. Lama wakt diare :
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
- Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
2. Mekanisme patofisiologis: osmotok dan sekretorik dll
3. Berat ringan diare: kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non infeksi
5. Penyebab organic atau tidak: organic atau fungsional
Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak (Djuanda adhi)
Kebutuhan cairan rehidrasi oral selama 4 jam pertama menurut usia
USIA
BB
Jumlah Cairan
Rehidrasi Oral2

S/D 4 Bulan
<6kg
200-400mL

4-12 Bulan
6-<12 kg
400-700mL

12 Bulan s/d 2 Th
10-12<kg
700-900mL

2-5 Tahun
12-19kg
900-1400mL

B. Etiologi
1. Diare akut
Virus, protozoa; giardia lambdia, Entamoeba hystolitica;
Bakteri: yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfrinngens,coli, V cholera, C
difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella, Salmonella sp, Yersinia),
iskemia intestinal, Imflammatory Bowel Disease (acute on chronic), colitis radiasi
2. Diare kronik
Umumnya diare kronnik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis terjadinya
- Diare osmotic
- Diare sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamatorik

- Malabsorpsi
- Infeksi kronik
C. Menifestasi klinis
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak,
nyeri perut
- Nyeri pada kuadran bawah kanan disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2. Diare kronik
3.
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
(Yuliana elin,2009)
Bentuk klinis diare
Diagnose
Diare cair akut

Kolera

Disentri
Diare persisten
Diare dengan gizi buruk
Diare terkait antibiotika
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi

Didasarkan pada keadaan


Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
Tidak mengandung darah
Diare air cucian beras yang sering dan banyak
dan cepat menimbulkan dehidrasi nerat, atau
Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi
KLB kolera, atau
Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V.
cholera 01 atau0139
Diare berdarah ( terlihat atau dilaporkan)
Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare apapun yang disertai gizi buruk
Mendapat perngobatan antibiotic oral spectrum
luas
Dominan darah dan lender dalam tinja
Masa intra abdominal (abdominal mass)
Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi
Dehidrasi

Tanda-tanda atau gejala


Terdapat 2 atau lebuh tanda

Pengobatan
Beri cairan untuk diare
dengan

Berat

Dehidrsi
ringan
atau
sedang

Latergis/tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum, atau malas
minum
- Cubitan kulit perut kembali sangat
lambat (2 detik)
Terdapat 2 atau lebih tanda:
Rewel, gelisah
Mata cekung
Minum dengan lahap, haus
Cubitan kulit kembali dengan lambat

Tanpa
Tidak terdapat cukup tanda untuk
dehidrasi diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan
atau berat

Dehidrasi berat(lihat rencana terapi


C untuk diare dirumah sakit di baba
dehidrasi)

- Beri anak cairan dengan


makanan untuk dehidrasi ringan
(lihat rencana terapi B di bab
dehidrasi)
- Setelah rehidrasi, nasihati ibu
untuk penanganan dirumah dan
kapan kembali segera
- Beri cairan dan makanan untuk
manenagani diare di
rumah(lihat rencana terapi A)
- Kunjungan ulang dalam waktu
5 hari jika tidak membaik

D. Masalah yang lazim muncul


1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi usus (hal. 244)
2. Kekurangan voli=ume cairan b.d kehilangan cairan aktif (hal. 283)
3. Kerusakan integritas kulit b.d eksresi/BAB sering (hal. 288)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makakanan
(hal. 309)
5. Resiko syok (hipovolemik) (hal. 349)
6. Gangguan pertukaran gas (hal. 261)
7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan (hal. 230)
E. Discharge palnning
1. Ajarkan pada orang tua mengenal perawatan anak, pemberian makanan dan minuman (misal
oralit)
2. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak
elastis, membrane mukosa kering) dan segera di bawa kedokter
3. Jelaskan obat-oabatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya
4. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau menimalkan gangguan gizi yang terjadi
5. Banyak minum air

6. Hindari mengkonsumsi minuman bersoda/minuman ringan yang banyak mengandung


glokosa karena glukosa/gula dapat menyebabkan ao=ir tidak terserap ke usus sehingga
memperberat kondisi diare
7. Biasakan cuci tangan selurug bagian dengan sabun dan air tiap kali sesudah buanga air besar
atau kecil dan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan diare
8. Hindari produk susu dan makanan berlemak, tinggi serat atau sengat manis hingga gejala
diare membaik
Rencana terapi A
Penanganan diare di rumah
JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DIRUMAH : BERI
CAIRAN TAMBAHAN, BERI TABKET ZINC, LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN,
KAPAN HARUS KEMBALI
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN (sebanyak anak mau)
JELASKAN KEPADA IBU
- Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan cairan tambahan yang utama. Beri ASI
lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
- Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
- Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini : oralit,
cairan makanan (kuah, sayur atau tajin) atau air matang.
Anak harus diberikan larutan oralit dirumah jika:
- Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini
- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah

AJARKAN IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALIT. BERI IBU 6


BUNGKUS ORALIT (200 ml) UNTUK DIGUNAKAN DI RUMAH
TUNJUKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK CAIRAN TERMASUK ORALIT
YANG HARUS DIBERIKAN SEBAGAI TAMBAHAN BAGI KEBUTUHAN
CAIRANNYA SEHARI-HARI:
< 2 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
2 tahun 100 sampai 200 ml setiap kali BAB
Katakan kepada ibu:
- Agar meminunkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas.
- Jika anak muntah tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Anda mungkin juga menyukai