Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN
A. Deskripsi Perusahaan
PT. Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahaan
dari PT. PLN Persero yang bergerak sebagai generating company.
Bidang

usaha

utama

yang

dikelola

perusahaan

sebagai

generating company adalah penyediaan tenaga listrik. Berikut ini


merupakan kegiatan usaha lainnya yang berkaitan dengan bisnis
utama
a. Jasa operasi & pemeliharaan, persewaan pembangkit.
b. Jasa konsultasi pembangkit tenaga listrik.
c. Perdagangan batu bara.
d. Cogeneration dan distribution.
Perusahaan

mengelola

kegiatan

operasional

Unit

Bisnis

Pembangkitan, yaitu Suralaya, Priok, Semarang, Perak & Grati,


Bali, Saguling, Mrica, dan Kamojang serta satu Unit Bisnis Jasa
Pemeliharaan (UBJP) yang berkedudukan di Jakarta. Selain itu,
perusahaan memiliki anak perusahaan, yaitu PT. Cogindo Daya
Bersama yang bergerak di bidang cogeneration, dan PT. Artha
Daya

Coalindo

yang

bergerak

di

bidang

trading

dan

transportasibatu bara.
B. Sejarah Perusahaan
Sejarah PT. Indonesia Power berawal pada akhir abad ke 19,
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari riwayat perkembangan
kelistrikan di Indonesia. Saat itu sejumlah perusahaan Belanda
yang bergerak di bidang perkebunan, pabrik gula dan pabrik teh
membangun

pembangkit

listrik

untuk

kepentingan

sendiri.

Selanjutnya, sebuah perusahaan gas swasta Belanda, bernama

NV NIGM (Naamloze Vennootschap Nederlandsche Indische Gas


Maatschappij) memperluas usahanya di bidang kelistrikan untuk
kepentingan umum dan memperoleh ijin konsesi berdasarkan
Ordonansi 1890 No. 190, tanggal 18 September 1890.
Seiring dengan peningkatan manfaat listrik bagi masyarakat,
Pemerintah pada tahun 1927 membentuk Lands Waterkracht
Bedrijven atau perusahaan listrik Negara yang mengelola Pusat
Listri Tenaga Air (PLTA) Plengan, Lamajan, Bengkok Dago, Ubruk
dan Kracak di Jawa Barat. Pembangkit- pembangkit inilah yang di
kemudian hari diserahkan dan dikelola oleh PLN PJB I, di tahun
1995, disamping beberapa pembangkit lain yang berkapasitas
lebih besar. PLN pun terus berupaya membangun bidang
ketenagalistrikan,

sedangkan

tugas

pembangkitan

dan

penyaluran tenaga listrik di Jawa dan Bali pada waktu itu


ditangani oleh PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian
Barat (KJB) dan PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian
Timur (KJT).
Pada tahun 1994, status PLN yang semula berbentuk
Perusahaan Umum beralih menjadi Persero. Pada tahun 1995
status baru tersebut diikuti dengan perubahan struktur PT PLN
(Persero), yang kemudian ditindak-lanjuti dengan peningkatan
fungsi PLN P2B dengan tambahan tugas Penyaluran, menjadi PLN
P3B. Dengan perubahan fungsi ini maka KJB dan KJT hanya
berfokus pada fungsi Pembangkitan. Dua organisasi inilah yang
menjadi cikal bakal anak Perusahaan PLN, yakni Pembangkit
Tenaga Listrik Jawa bali I (PJB I) dan Pembangkit Listrik Jawa Bali
II (PJB II). PLN PJB I mempunyai organisasi sendiri dengan tugas
mengelola delapan Unit Pembangkit, masing- masing Suralaya,
Saguling,

Mrica,

Priok,

Perak

dan

Grati,

Bali,

Kamojang dan satu Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan.

Semarang,

Didirikan pada 3 Oktober 1995 sebagai anak perusahaan


berdasarkan

Surat

Keputusan

Mentri

Kehakiman

Republik

Indonesia Nomor C212396 HT.01.01.TH.1995, PT Pembangkitan


Jawa Bali I (PT PJB I) merupakan anak perusahaan PT PLN
(Persero) yang bergerak dalam usaha pembangkitan tenaga
listrik didirikan pada 3 oktober 1995. Nama itu kemudian
berubah menjadi PT Indonesia Power pada tangaal 3 Oktober
2000. Perubahan nama tersebut mengukuhkan penetapan tujuan
Perusahaan untuk sepenuhnya berorientasi pada bisnis dan
mengantisipasi

kecenderungan

pasar

yang

senantiasa

berkembang. Dalam kurun waktu belasan tahun, Indonesai Power


telah berkembang dengan cepat melalui kinerja usaha yang
meyakinkan.
Indonesia Power mengoperasikan delapan Unit Bisinis
Pembangkitan (UBP) yang tersebar di UBH lokasi- lokai strategis
Jawa- Bali, Unit Bisnis Operasi dan Pemeliharaan (UBOH) dan Unit
Bisnis Jasa Pemeliharaan, dengan total kapasitas terpasang
sebesar 8.996 MW dari 133 unit pembangkit listriknya. Selain itu
melalui Unit Bisnis Operasi dan Pemeliharaan, PT. Indonesia
Power

juga

turut

andil

dalam

pengoperasian

beberapa

pembangkit listrik milik PLN di Indonesia, yaitu PLTU Banten 1


Suralaya, PLTU 2 Banten Labuan, PLTU Banten 3 Lontar, dan PLTU
Jawa

Barat

mengembangkan

Pelabuhan
sayap

Ratu.

dengan

Selanjutnya
pendirian

Perseroan

empat

anak

perusahaan, yaitu PT Cogindo Daya Bersama (CDB) pada tahun


1997 untuk mendukung usaha pembangkitan, outsourcing dan
kajian energy, serta PT Artha Daya Coalindo (ADC) pada 1998
yang bergerak di bidang manajemen dan perdagangan batubara
serta bahan bakar lainnya. Sebagai perusahaan terbesar di
bidang pembangkitan tenaga listrik di Indonesia, Indonesia Power

siap memasuki era pertumbuhan baru seiring prospek bisnis


yang menjanjikan dan penuh tantangan di masa depan.
C. PT. Indonesia Power UPJP Bali Unit Pesanggaran
PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan (UPJP) Bali adalah salah satu unit pembangkit
milik PT. Indonesia Power (Kantor Pusat) atau yang sebelum
berubah nama lebih dikenal dengan PT. PLN PJB I yang bertempat
di Jakarta. PT. Indonesia Power UPJP Bali yang membawahi
beberapa lokasi pembangkitan seperti PLTG Gilimanuk, PLTG
Pemaron, UJP PLTU Jeranjang, UJP PLTU Sanggau, UJP PLTU Barru
dan juga PLTD/G unit Pesanggaran atau yang diberi nama Unit
Pembangkitan

dan

Jasa

Pembangkitan

(UPJP)

Bali

Unit

Pesanggaran. PT. Indonesia Power UPJP Bali Unit Pesanggaran


berlokasi di Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 535 Pesanggaran,
Denpasar-Bali. Total daya mampu di PT. Indonesia Power UPJP Bali
Unit Pesanggaran sebesar 368 MW.
PT. Indonesia Power UPJP Bali Unit Pesanggaran memiliki
jumlah karyawan sebanyak 178 orang, jam kerja normal dimulai
pukul 07:30-16:30 wita. Total daya mampu yang dimiliki PT.
Indonesia Power UPJP Bali Unit Pesanggaran sebesar 368 MW
diperoleh dari komposisi unit PLTDG sebesar 200 MW, PLTG 1
sebesar 16 MW, PLTG 2 sebesar 16 MW, PLTG 3 sebesar 38 MW
dan 4 sebesar 38 MW, PLTDE Cogindo yang merupakan anak
perusahaan PT. Indoensia Power sebesar 10 MW dan PLTD milik
PT. Wijaya Karya sebesar 50 MW dengan bahan bakar yang
digunakan sebagian besar adalah High Speed Diesel (HSD) hanya
unit PLTD milik PT. Wijaya Karya yang menggunakan Marine Fuel
Oil (MFO).
D. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Berikut ini merupakan visi dan misi dari PT. Indonesia Power :
Visi
Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan
bersahabat dengan lingkungan
Misi
Melakukan usaha dalam bidang pembangkitan tenaga-listrik
serta mengembangkan usaha-usaha lain yang berkaitan,
berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna
menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam
jangka panjang.
Sedangkan yang menjadi tujuan dari PT. Indonesia Power adalah :
a. Memberikan nilai tambah bagi pelanggan, pegawai, dan
pemilik.
b. Menghasilkan

keuntungan

yang menjamin

pertumbuhan
yang berkesinambungan.
c. Mencapai tingkat kinerja setara dengan perusahaan
pembangkitan tenaga listrik kelas dunia.
d. Membangun budaya perusahaan yang memiliki nilai-nilai :
Integritas, Profesional, Harmoni, Pelayanan Prima, Peduli,
Pembelajar, dan Inovatif (IP HAPPPI).
E. Struktur Organisasi Perusahaan
PT Indonesia Power memiliki struktur organisasi yang
menjelaskan alur tugas kerja dan wewenang kepemimpinan dan
bawahan. Struktur organisasi perusahaan menunjukkan kerangka
dan susunan perwujudan pola tahap hubungan diantara fungsifungsi, bagian-bagian, dan posisi maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan tanggung jawab
yang berbeda-beda dalam suatu struktur organisasi. Dari struktur

organisasi tersebut akan membentuk suatu kerja sama yang baik


antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, serta bawahan
yang satu dengan yang lainnya. PT Indonesia Power UBP Bali
menggunakan struktur organisasi yang bersifat struktural.
Berikut ini adalah struktur organisasi secara umum pada PT
Indonesia Power:

Gambar 2.1 Struktur organisasi perusahaan PT Indonesia


Power

Adapun struktur organisasi PT Indonesia Power Unit Bisnis


Pembangkitan Bali Unit Pesanggaran adalah sebagai berikut:

GENERAL MANAGER

AHLI AUDIT ADMINISTRASI


AUDITOR TEKNIK
AUDITOR KEUANGAN
DAN
ADMINISTRASI

MANAJER

MANAJER

PROKURMEN

ENJINIRING

MANAJEROPERASI
& PEMELIHARAAN

MANAJER
KEUANGAN &
ADMINISTRASI

MANAJERUNIT
PLTG GILIMANUK

MANAJERUNIT
PLTG PEMARON

Gambar 2.2 Struktur organisasi PT Indonesia Power UPJP


Bali
F. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK 3)
Perusahaan akan mengembangkan program-program K3
dalam menetapkan dan menerapkan kebijakan-kebijakan K3,
prosedur-prosedur dan praktek-praktek kerja yang terfokus pada
pencegahan kecelakaan yang dapat mengakibatkan kecelakaan
personil dan cedera, kebakaran dan kerusakan peralatan jika
terdapat resiko yang intern untuk situasi darurat pada seluruh
operasi. Program ini juga dapat diarahkan untuk memastikan
kapabilitas seluruh personil dalam menangani tanggap darurat.
Beberapa peraturan yang berkaitan dengan K3 antara lain:
a. UU No.1/Thn. 1970, tentang keselamatan kerja.

b. UU No.2/ Thn. 1970, tentang pembentukan K2K3 (Panitia


Pembina).
c. UU No.2/Thn. 1980, tentang pemeriksaan kesehatan kerja.
d. UU No.1/ Thn. 1981, tentang kewajiban melaporkan
penyakit akibat kerja.
e. UU No.3/Thn. 1982, tentang pelayanan kesehatan tenaga
kerja.
f.

UU No.4/ Thn. 1987, tentang tata cara pembentukan P2K3


dan AK3 (Ahli K3)

g. UU No1/Thn. 1970, tentang SMK3 (Sistem Manajemen K3).


Faktor-faktor penyebab kecelakaan adalah pertama faktor
manusia. Dimana mereka mempunyai pandangan yang keliru
tentang K3 yang dipandang sebagai penghambat atau beban
selama

melaksanakan

lingkungan,
lingkungan

dimana
kerja

tugas/kerja.

mereka

adalah

Kedua

berpendapat

tanggung

adalah
bahwa

jawab

faktor
masalah

pemerintah

dan

perusahaan saja. Ketiga adalah faktor fasilitas, dimana mereka


berpandangan bahwa fasilitas yang dipakai telah kadaluarsa atau
kurang terpelihara sehingga memperbesar resiko kecelakaan.
Untuk menindaklanjuti penyebab kecelakaan dalam K3 adalah
sebagai berikut:
a. Faktor

manusia

meliputi

mahasiswa,

perlu

proaktif

membudayakan K3 dan menerapkan sistem manajemen K3


sesuai

standar

serta

meningkatkan

kemampuan

dan

keterampilan dalam bidang K3.


b. Faktor lingkungan meliputi peningkatan kebersihan dan
kesehatan serta keamanan lingkungan kerja.
c. Faktor fasilitas meliputi kebihakan manajemen

untuk

melengkapi fasilitas K3 tetap andal, aman dan siap pakai


setiap saat sesuai dengan fungsinya.

PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali,


memproduksi tenaga listrik menggunakan PLTD & PLTG, bertekad
memperhatikan secara utuh, konsisten dan kontinyu terhadap
semua persyaratan stakeholder yang berkaitan dengan aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mutu dan lingkungan
dalam menjalankan proses bisnis.
Berdasarkan hal tersebut pimpinan manajemen menetapkan
kebijakan sebagai bukti komitmen untuk diimplementasikan
secara menyeluruh untuk menciptakan dan memelihara tempat
kerja yang aman, selamat & sehat, seefisien dan produktif. Untuk
mencapai tujuan tersebut manajemen menetapkan sasaran,
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Mencapai Zero Accident.


Meningkatkan indeks kepuasan pelanggan.
Memenuhi syarat mutu lingkungan.
Menciptakan Sistem Keamanan Terpadu Terhadap Aset,
Data/Informasi, Serta Kegiatan.

Untuk mencapai 4 (empat) sasaran organisasi tersebut maka


pihak

manajemen

dan

segenap karyawan bertekad untuk

melakukan kerangka kerja, sebagai berikut:


a. Mematuhi semua peraturan dan perundang-undangan
tentang K3, lingkungan dan yang berkaitan dengan mutu,
persyaratan

pelanggan

serta

standar

nasional

dan

internasional yang berlaku dan berkaitan dengan proses


bisnis perusahaan
b. Menetapkan dan melaksanakan secara konsisten sistem
manajemen MLK3
c. Memenuhi kepuasan pelanggan dengan mempertahankan
serta

meningkatkan

pembangkit

faktor

kesiapan

keandalan

unit

d. Mencegah pencemaran terhadap air, tanah dan udara


serta

perbaikan

secara

berkelanjutan

dalam

kinerja

lingkungan.
e. Mengelola limbah padat dan cair baik bahan beracun dan
berbahaya (B3) terutama buangan pelumas/minyak bekas
dan limbah domestik serta material B3.
f. Mengurangi
pemakaian
Freon
untuk

mencegah

pencemaran udara serta mengelola pemakaian SDA


g. Melakukan prinsip-prinsip manajemen resiko untuk
mengurangi

resiko

bahaya

yang

dapat

menimbulkan

kecelakaan dan peyakit akibat kerja serta hal-hal lain yang


mengganggu proses produksi.
h. Memberikan pembinaan/pendidikan

dan

pelatihan

K3,

mutu dan lingkungan secara terus menerus kepada semua


karyawan baik yang organik maupun mitra kerja.
i. Mengkomunikasikan
kebijakan
ini
kepada
kontraktor/supplier

atau

mitra

kerja

untuk

seluruh
mengikuti

kebijakan ini, serta mengkomunikasikan kebijakan ini


kepada masarakat setempat.
j. Melaksanakan Program Coorporate Social Responsibility
sehingga

masyarakat

sekitar

ikut

mengamankan perusahaan.
k. Manajemen dan seluruh karyawan

membantu
serta

mitra

dan
kerja

bertanggung jawab atas pelaksanaan K3 guna terciptanya


rasa aman untuk meningkatkan gairah kerja
l. Melakukan penyempurnaan dan peningkatan secara terus
menerus terhadap susunan organisasi pada setiap proses
bisnis masing-masing bidang.
Kebijakan ini dapat ditinjau secara berkala, sesuai dengan
perubahan yang terjadi dalam peraturan perundangan, teknologi,
proses, atau lainnya untuk disempurnakan.
Adapun alat-alat pelindung diri (APD) yang terdapat di PT
Indonesia Power UBP Bali:

a. Pakaian Kerja (Wearpack)


Merupakan identitas para pekerja, dimana pakaian kerja
tersebut dibedakan menurut bidang dan keahliannya
masing-masing. Biru dongker untuk bidang pemeliharaan
sedangkan jingga untuk bidang operasi.
b. Sepatu Kerja
Sepatu kerja yang digunakan telah dirancang khusus
untuk keperluan kerja sehingga dapat melindungi kaki dari
bahaya kerja.
c. Helm Pengaman
Merupakan alat pelindung kepala yang wajib digunakan di
area pembangkit PT Indonesia Power UBP Bali.
d. Sumbat Telinga (Earplug)
Berfungsi

sebagai

pelindung

telinga

terhadap

suara

kebisingan dari mesin yang berpengaruh buruk terhadap


pendengaran.
e. Sabuk Pengaman
Berfungsi untuk melindungi pekerja saat bekerja pada
ketinggian sehingga pekerja merasa leluasa dan aman
untuk bergerak.
f.

Kacamata Pelindung
Berfungsi untuk melindungi mata pada saat melakukan
pekerjaan seperti mengelas, menggerida dan lain-lain.

g. Penutup Hidung/Masker
Berfungsi

untuk

melindungi

pernapasan

dan

wajib

digunakan di kawasan bahan berbahaya dan beracun.


h. Sarung Tangan
Berfungsi

untuk

melindungi

tangan

saat

pekerjaan yang dapat membahayakan tangan.

melakukan

G. Gedung dan Fasilitas PT Indonesia Power UPJP Bali Unit


Pesanggaran
Luas area yang ditempati PT Indonesia Power UBP Bali adalah
53.000 m2. Gedung dan fasilitas yang terdapat di PT Indonesia
Power UBP Bali antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Gedung kantor baru dan gedung kantor lama.


Gedung PLTD station A dan PLTD station B.
Lapangan olah raga yaitu lapangan tenis dan voli.
Ruang pompa PMK diesel bahan baka dan container.
Mess.
Tempat Ibadah.
Perpustakaan dan Laboratorium Kimia.
Lokasi Tangki bahan bakar, tangki penampungan dan

pengolahan limbah.
i. Gardu Induk Pesanggaran.
j. Tempat parkir, koperasi, dan kantin.
k. Gedung Pertemuan.
Lokasi PT Indonesia Power UBP Bali terbagi atas beberapa
bagian yaitu:
a. Lokasi mudah terbakar.
b. Lokasi evakuasi.
c. Lokasi tegangan tinggi.
d. Lokasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
e. Lokasi Getaran dan Kebisingan.
H. Pengelolahan Lingkungan
Berdasarkan hasil evaluasi dampak penting dalam andil dari
operasional PLTD, PLTG dan rencana pengembangan PLTGU,
diperkirakan beberapa jenis dampak besar dan penting yang
perlu dikelola sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Menurunnya kualitas udara


Meningkatnya kebisingan dan getaran
Menurunya kualitas atau potensi air bawah tanah
Menurunnya kualitas air permukaan
Timbulnya keresahan masyarakat

f. Terjadinya kebakaran
g. Terganggunya kesehatan masyarakat
Oleh sebab itu perlunya dilakukan pengelolaan lingkungan di
sekitar pembangkit. Hal-hal yang telah dilakukan oleh PT
Indonesia Power UBP Bali yaitu:
a. Terhadap Kualitas Udara
1. Menyediakan filter pada

masing-masing

cerobong

untuk menyaring gas buang yang dikeluarkan dari


proses pembakaran.
b. Meningkatnya Tingkat Kebisingan dan Getaran
1. Menggunakan Teknologi yang dapat meminimalisi
tingkat kebisingan yang disebabkan oleh pengoperasian
sistem pembangkit. Dengan menggunakan Glasswool
sebagai

media/bahan

peredam

bunyi

atau

menempatkan mesin-mesin yang mengeluarkan bunyi


bising pada ruang kedap udara.
Green Belt dari tanaman yang mampu

2. Membuat

meredam
pembangkit.

kebisingan

yang

dikeluarkan

mesin

Anda mungkin juga menyukai