Anda di halaman 1dari 13

Gangguan pada Mekanisme Pendengaran yang

Menyebabkan Penurunan Fungsi Pendengaran


Albatros Wahyubramanto
10.2012.077, Kelompok BP7
Mahasiswa Kedokteran
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat : Fakultas Kedokteran - Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara
Nomor 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
email : albatros.wahyu59@gmail.com
Abstrak
Indera pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas
tiga bagian, yaitu telinga luar, yang menerima gelombang suara, telinga tengah, dimana
gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam, telinga
dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus
akustikus ke susunan saraf pusat. Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan
hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada
murni. Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan di
telinga luar atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga, eksostosis liang telinga, serumen,
sumbatan tuba eustachius serta radang telinga tengah.
Kata kunci: indera, pendengar, gelombang, suara, telinga.
Abstract
Auditory and balance contained in the ear. The human ear consists of three parts, the outer
ear, which receives sound waves, the middle ear, where sound waves are transferred from the
air to the bone and by bone to the inner ear, the inner ear, where the vibrations are
transformed into nerve impulses that travel through nerve specific acoustic to the central
nervous system. To check the required examination hearing by air conduction and bone by
using a tuning fork or a pure tone audiometer. By air conduction abnormalities causing
conductive deafness, meaning there are abnormalities in the outer ear or middle ear, such as
ear canal atresia, eksostosis ear canal, wax, eustachian tube obstruction and inflammation of
the middle ear.

Keywords: sense, the listener, the waves, the sound, ears.


Skenario
Seorang perempuan, usia 45 tahun mengeluh sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu
pendengaran telinga kiri terasa kurang jelas dibandingkan dengan telinga kanan.
Kemudian ia berobat ke Puskesmas, oleh dokter Puskesmas dilakukan test ketajaman
pendengaran telinga kiri dengan garpu penala dengan hasil sebagai berikut :
Test cara Rinne : ( - ) , cara Weber : lateralisasi ( + ) ke kiri , cara Schwabach : memanjang.
Kemudian ia disarankan ke dokter THT untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pendahuluan
Anatomi, fisiologi dan histologi adalah modal utama untuk memahami fungsi telinga.
Pada akhirnya adalah untuk memahami penatalaksanaan telinga dan keseimbangan. Fungsi
keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting dari fungsi pendengaran. Suatu
organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan
dengan lingkungannya. Karena itu mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi
organism terhadap lingkungan berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga
mengandung banyak vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap
lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendo dalam. Jadi
telinga adalah oegam pendengaran dan keseimbangan.1
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian: telinga luar, tengah dan dalam.
Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari
plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan congenital
sementara bagian lain bekembang normal.1
Struktur Makroskopik Alat Pendengaran
Telinga adalah bagian panca indra untuk pendengaran dan keseimbangan. Terletak di
sisi kepala. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah
(auris media), dan telinga dalam (auris interna).2
Telinga luar atau auris externa terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga
(meatus acusticus externus), dan dibatasi oleh gendang telinga atau membrana tympani.
Auricula dibentuk oleh tulang rawan elastinyang melekat erat dengan kulit, tanpa lapisan
subcutis. Auricula ini berbentuk seperti cekungan dengan bagian terdalam dinamakan concha
dan pinggiran bebasnya dinamakan helix. Pada concha terdapat lubang masuk liang telinga
(meatus acusticus externus). Liang telinga ini melengkung ke depan sehingga untuk dapat
melihat gendang telinga, daun telinga perlu ditarik ke belakang (untuk meluruskan liang ini).
(lihat gambar 1).
2

Gambar 1. External Ear Anatomy2

Liang telinga yang panjangnya sekitar 2-3 cm mempunyai lapisan epitel dengan bulu
halus disertai kelenjar keringat dan lemak (sebum) yang menghasilkan cerumen (wax).
Bagian laur liang telinga dibentuk oleh tulang rawan sehingga bersifat mobile, sedangkan
bagian dalam dibentuk oleh tulang tengkorak.2
Membrana tympani mempunyai posisi miring menghadap ke bawah. Bentuknya tidak
rata, tetapi menyerupai kerucut dengan diameter sekitar 10 mm. bagian tengahnya dinamakan
umbo merupakan kedudukan tulang pendengaran (os maleus). Membrana ini terdiri dari
bagian keras (pars tensa) yang merupakan bagian terbesar dan bagian lunak (pars flaccida) di
bagian atas. Pada keadaan normal, penyinaran pada membrana ini akan memberikan pantulan
berupa gambaran segitiga di bagian depan bawah dengan puncak pada tonjolan umbo.2
Ruang telinga tengah atau auris media terdapat di sebelah dalam membrana tympani
dengan ukuran sekitar 3-6 mm. dindingnya dibatasi oleh gendang telinga (membrana
tympani) beserta tulang di sebelah atas dan bawahnya.
Ke arah depan rongga ini mempunyai saluran yang berhubungan dengan
kerongkongan (nasopharynx), yaitu melalui tuba auditivia atau tuba eustachii. Saluran ini
perlu untuk menyesuaikan tekanan di dalam ruangan itu dengan tekanan udara luar.
Penyesuaian tekanan itu dilakukan melalui gerakan menelan ludah jika seseorang merasa
telinganya tidak nyaman. Pada orang pilek, terutama pada anak-anak, saluran ini sering
tersumbat sehingga para pederita sering didapat keluhan telinga penuh. Telinga yang penuh
itu jika dibiarkan akan dapat menyebabkan infeksi dan penyakit otitis media. Akibat telinga

yang terinfeksi yang menghasilkan nanah, gendang telinga akan pecah jika nanah sudah
terlalu banyak terkumpul.2
Ke belakang rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang dinamakan
cellulae mastoidea, yaitu rongga yang berisi udara. Nanah yang banyak pada penderita otitis
media dapat juga mengalir ke sini sehingga didapati infeksi pada tulang yang dinamakan
mastoiditis.2
Dinding dalam auris media berbatasan dengan tulang pembatas telinga dalam. Pada
tulang ini terlihat penonjolan akibat keberadaan bangunan untuk penerima rangsang
keseimbangan bernama canalis semicircularis. Selain itu, terdapat tempat lekat tulang
pendengaran yaitu tulang sangurdi (os stapes). Di bawahnya terdapat lubang bulat (foramen
rotundum) yang tertutup membrana mucosa yang penting untuk memelihara keseimbangan
tekanan diruang telinga dalam. Selain itu, terdapat juga penonjolan akibat rumah siput
(cochlea) penerima rangsang pendengaran di telinga dalam. Getaran suara yang diterima
membrana tympani diteruskan melalui tulang pendengaran di telinga tengah, yaitu os maleus
(tukul), incus (landasan), dan stapes (sanggurdi). Selanjutnya, tulang ini meneruskan getaran
suara pada cairan endolymph dan setelah melalui reseptor pendengaran getaran dinetralkan
kembali melalui getaran membran pada foramen rotundum.2
Rongga telinga dalam dibatasi sekelilingnya oleh tulang tengkorak. Di dalamnya
terdapat sistem keseimbangan (vestibular) yang terdiri dari 3 saluran setengah lingkaran
(canalis semicircularis) bersama bagian bernama sacculus dan utriculus. Selain itu, terdapat
pula organ pendengaran yang terdiri dari cochlea. Cochlea ini menyerupai rumah siput
dengan permukaan dalam yang berbentuk spiral.2
Tuba auditiva (tuba eustachii) terdiri dari bagian tulang dan bagian tulang rawan (dua
pertiga depan), dengan penyempitan pada tempat peralihannya. Pada bayi dan anak kecil,
saluran ini pendek (10 mm) dan lurus, pada orang dewasa panjangnya sekitar 30-40 mmdan
melengkung. Pada posisi berbaring, tuba ini pada bayi dan anak kecil berkedudukan tegak
lurus sehingga memudahkan masuknya lendir (dan infeksi) dari sekitar hidung ke tuba ini.
Keadaan ini memudahkan terjadinya infeksi rongga telinga tengah pada bayi dan anak kecil
(otitis media acuta). (lihat gambar 2)

Gambar 2. Ear Anatomy3

Nervus Vestibulocochlealis
Nervus vestibulocochlearis keluar dari peralihan pons menjadi medulla oblongata dan
memasuki meatus acusticus internus bersama nervus facialis. Di sini nervus facialis VII
terpecah menjadi nervus vestibularis dan nervus cochlearis (lihat gambar 3). Serabut
vestibular yang berhubungan dengan keseimbangan, adalah akson yang berasal dari neuron
dalam ganglion vestbulare; ujung-ujung perifer memasuki macula utriculi, macula sacculi,
dan ampulla ductus semicircularis. Serabut koklear yang berhubungan dengan indera
pendengar , adalah akson yang berasal dari neuron dalam ganglion spirale; ujung perifer
memasuki organ spirale corti.4

Gambar 3. Nervus Vestibulocohlearis4


5

Meskipun nervus vestibularis dan nervus cochlearis pada hakekatnya bersifat mandiri,
kerusakan perifer seringkali menyebabkan gangguan klinis serempak karena hubungan yang
amat erat antara kedua saraf tersebut. Karena itu, kerusakan nervus craniales VIII dapat
menyebabkan tinitus (bunyi dering atau dengung dalam telinga), vertigo (kehilangan
keseimbangan), dan gangguan atau kehilangan pendengaran. Kerusakan sentral pada nervus
craniales VIII dapat terjadi entah pada bagian koklear atau bagian vestibular.4
Ada dua macam ketulian yaitu ketulian konduktif dan ketulian sensorineural. Ketulian
konduktif berhubungan dengan auris externa atau auris media (misalnya, disebabkan oleh
otitis media (peradangan auris media). Ketulian sensorineural yang disebabkan oleh penyakit
pada cochlea atau pada lintasan dari cochlea ke cerebrum. Neuroma akustik, tumor sel
schwann yang bersifat jinak dan tumbuh lambat, berawal sekeliling nervus vestibularis di
dalam meatus acusticus internus; gejala dini gangguan ini adalah kehilangan pendengaran.4
Proses Pendengaran
Gelombang Bunyi
Tipe Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Pada gelombang longitudinal,
getaran partikel media adalah sama arahnya dengan arah gerak gelombang. Gelombang
bergerak membentuk serangkaian kompresi dan ekspansi.
Gelombang bunyi pada gendang akan mengakibatkan peregangan (ekspansi)
pemampatan (kompresi) udara, yang akan menghasilkan gelombang longitudinal yang ke luar
dari udara. Gelombang bunyi (compressional waves) yang menyebabkan sebuah sumber
bervibrasi dan mampu menghasilkan sebuah sensasi dalam sistem audio disebut gelombang
bunyi.5
Ciri-ciri gel bunyi merupakan gelombang longitudinal, gelombang elastik, dan
getaran yang dapat didengar.
Jenis-Jenis Bunyi : - Bunyi infrasonik (sub sonik) < 20 Hz
- Bunyi sonik 20 Hz 1600 Hz
- Bunyi ultrasonik 16.000 Hz 20.000 Hz
Frekuensi getaran bunyi yang dapat merangsang telinga manusia berkisar antara 20
1600 Hz. Telinga manusia paling peka terhadap bunyi dengan frekuensi sekitar 1000 Hz. Hal
ini sangat menguntungkan, karena frekuensi ucapan-ucapan manusia berkisar sekitar
frekuensi tersebut, yaitu antara 300 3500 Hz ( daerah frekuensi bicara). Umur meningkat
maka kepekaan telinga terhadap bunyi menurun dan menurunnya daya dengar telinga pada
usia lanjut.5

Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan
eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang-seling,
mengenai membran timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di
membran timpani per satuan waktu adalah serangkaian gelombang, dan gerakan semacam itu
dalam lingkungan secara umum disebut gelombang suara. Gelombang berjalan melalui udara
dengan kecepatan sekitar 344 m/det pada 200 C setinggi permukaan laut. Kecepatan suara
meningkat seiring suhu dan ketinggian.5
Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar dan disalurkan sepanjang saluran
telinga ke gendang telinga. Dampak memukul suara gendang telinga menciptakan getaran
yang menyebabkan tiga tulang di telinga tengah - maleus, inkus, dan stapes (martil, landasan
dan sanggurdi) - untuk bergerak. Terkecil, stapes, cocok ke jendela oval antara telinga tengah
dan dalam. Ketika jendela oval bergetar, cairan di telinga dalam mengirimkan getaran ke
organ pendengaran, disebut koklea.5
Pusat ini menerjemahkan impuls ke otak suara bisa mengenali. Setelah getaran
memukul gendang telinga, reaksi berantai adalah berangkat. gendang telinga yang lebih kecil
dan lebih tipis daripada kuku di jari kelingkingnya, mengirimkan getaran ke tiga tulang
terkecil dalam tubuh.5 Pertama palu, kemudian landasan, dan akhirnya, sanggurdi. sanggurdi
yang melewati mereka getaran sepanjang bak melingkar di telinga bagian dalam yang disebut
koklea. Di dalam koklea terdapat ribuan ujung saraf rambut seperti, silia. Ketika Cochlea
bergetar, gerakan silia. Otak akan dikirim pesan-pesan ini (diterjemahkan dari getaran oleh
silia) melalui saraf pendengaran. Otak kemudian menerjemahkan semua itu dan memberitahu
anda apa yang anda dengar.5
Cara kerja telinga adalah sebagai berikut.
Getara suara > daun telinga > saluran telinga > gendang telinga > tiga tulang pendengaran >
rumah siput > sel-sel rambut dalam organ korti > sel saraf audiotori > otak.5
Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dapat dilakukan dengan audiometer dan garpu penala.
Test Rinne
Test pendengaran yang dilakukan dengan menyamarkan telinga yang
berlawanan. Garpu tala digetarkan pada frekuensi 256,512,1024 Hz, kemudian
tangkai garpu tala yang bergetar itu ditempatkan secara berganti-gantian pada
processus mastoideus dan inci dari meatus acusticus externus sampai bunyi

getarannya tidak terdengar lagi pada salah satu posisi tersebut. Bila konduksi udara
lebih besar daripada konduksi tulang ( uji Rinne positif), hal tersebut menunjukkan
pendengaran normal atau tuli sensorineural. Bila konduksi tulang lebih besar daripada
konduksi udara (uji Rinne negatif), hal tersebut menunjukkan tuli konduktif.6
Test Schwabach
Test pendengaran yang dilakukan dengan menutup telinga yang berlawanan
dengan garpu tala 256, 512, 1024, dan 2048 Hz. Tangkai garpu tala yang bergetar
ditempatkan secar bergantian pada processus mastoideus pasien dan pemeriksa (yang
pendengarannya normal) sampai tidak lagi terdengar lebih lama oleh salah seorang
darinya. Hasilnya dinyatakan sebagai Schwabach memanjang, bila terdengar lebih
lama oleh pasien (menunjukkan gangguan pendengaran konduktif), sebagai
schwabach memendek atau berkurang, bila terdengar lebih lama oleh pemeriksa
(menunjukkan gangguan pendengaran sensorineural) dan sebagai schwabach normal,
bila terdengar untuk waktu yangg sama oleh kedua pihak.6
Test Weber
Tangkai garpu tala yang bervibrasi ditempatkan pada verteks atau garis tengah
dahi. Bila suara terdengar paling jelas pada telinga yang ditutup, gangguan mungkin
bersifat konduktif. Bila terdengar paling jelas pada telinga yang tidak ditutup,
gangguan mungkin bersifat sensorineural.6

Gangguan Umum Alat Pendengaran


PRESBIKUSIS
Presbikusis adalah tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut akibat proses degenerasi
(penuaan) organ pendengaran. Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris ( terjadi pada
kedua sisi telinga).6 Penyebab gangguan pendengaran pada presbikusis umumnya merupakan
kombinasi dari beberapa hal sebagai berikut :

Degenerasi elastisitas gendang telinga

Degenerasi sel rambut di koklea.

Degenerasi fleksibilitas dari membran basilar

Berkurangnya neuron pada jalur pendengaran

Perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak

Degenerasi jangka pendek dan auditory memory


8

Menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak (central auditory


cortex )
Selain itu pada orang lanjut usia juga terjadi perubahan lain pada organ telinga lainnya

walaupun tidak berhubungan dengan presbikusis misalnya degenerasi otot-otot pada telinga
tengah dan arthritis tulang-tulang di telinga tengah.6
Gejala atau perubahan yang dijumpai pada presbikusis secara umum dibedakan menjadi :

Berkurangnya kemampuan mendengar

Berkurangnya kemampuan mengerti percakapan

Fisik dan emosional


Kemampuan mendengar penderita presbikusis akan berkurang secara berangsur,

biasanya terjadi bersamaan pada kedua telinga. Telinga menjadi sakit bila lawan bicaranya
memperkeras suara. Selain itu penderita presbikusis juga mengalami kesulitan dalam
memahami percakapan terutama di lingkungan bising, hal ini disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan membedakan (diskriminasi) suku kata yang hampir mirip.6
Penurunan fungsi dari organ tubuh yang terjadi pada proses menua disebut juga
sebagai proses degeneratif. Organ pendengaran juga tidak luput dari perubahan yang terjadi
pada proses degeneratif. Seringkali timbulnya gangguan pendengaran pada usia lanjut
dianggap sebagai suatu hal yang wajar saja dan membuat penderitanya tidak berobat atau
mencari tahu penyebab gangguan tersebut. Jenis ketullian yang dialami pada kelompok usia
lanjut umumnya dikarenakan adanya kerusakan pada saraf sehingga disebut juga sebagai tuli
saraf, namun juga dapat berupa tuli yang terjadi karena adanya gangguan hantaran udara (tuli
konduksi) atau campuran dari kedua jenis tuli tersebut.6
Selain mengenai saraf, proses degenerasi juga terjadi pada bagian telinga yang lain
antara lain berupa berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran daun telinga,
atrofi dan bertambah kakunya liang telinga, penumpukan serumen (kotoran tellinga),
penebalan dan kekakuan gendang telinga dan kekakuan sendi tulang-tulang pendengaran.
Selain itu kelenjar pada telinga yang menghasilkan serumen (sejenis (cairan minyak) juga
mengalami degenerasi sehingga serumen tersebut menjadi kering dan menggumpal (serumen
prop) yang menyumbat liang telingga yang tampak sebagai kotoran telingga yang sulit
dihilangkan . Gangguan-gangguan pada telingga tersebut akan menyebabkan penderitanya
mengalami gangguan pendengaran akibat adanya perubahan hantaran udara atau yang disebut
sebagai

tuli

konduktif.6

Tuli saraf pada usia lanjut atau yang dalam dunia medis dikenal sebagai presbikusis
merupakan gangguan pendengaran yang paling sering dialami pada usia lanjut dan biasanya
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun dan perjalan penyakitnya lebih cepat pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Selain karena prosses degeneratif pada organ pendengaran
timbulnya gangguan ini didasari oleh berbagai faktor (multifaktor) antara lain faktor-faktor
herediter (keturunan), kekakuan pembuluh darah, metabolisme, infeksi, bising, pola makan,
gaya hidup. Proses degeneratif yang terjadi pada organ pendengaran mengakibatkan
berubahnya struktur dari rumah siput (koklea) dan saraf pendengaran (N. Auditorius).
Perubahan struktur tersebut antara lain berupa mengecilnya (atrofi) dan degenerasi pada selsel rambut penunjang pada organ corti yang disertai dengan perubahan pendarahan pada
struktur tersebut. Selain itu juga terjadi pengurangan jumlah dan ukuran dari saraf. Kelainan
pada struktur tersebut menyebabkan penderitanya berkurang pendengarannya terutama pada
nada frekuensi tinggi (frekuensi 1000 Hz atau lebih).6
Gangguan pendengaran tersebut terjadi secara perlahan-lahan dan semakin memburuk
(progresif), dan terjadi pada kedua telinga. Awal terjadinya gangguan pendengaran tersebut
tidak diketahui secara pasti. Namun jika kita menelusuri lebih lanjut maka penderitanya akan
mengeluhkan adanya kesulitan dalam memahamii pembicaraan walaupun tetap dapat
mendengar pembicaraan yang didengarnya terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat
dengan latar belakang yang yang riuh sehingga sering disebut sebagai coctail party deafness.
Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga yang disebabkan adanya
faktor kelelahan saraf.6
Fungsi Alat Pendengaran
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di
sekitar kita. Telinga merupakan indra pendengaran yang menerima rangsang berupa suara
(fonoreseptor). Selain berungsi sebagai indra pendengaran, telinga juga sebagai alat
keseimbangan. Telinga tersusun atas telinga bagian luar, telinga bagian dalam, telinga bagian
tengah.7
Indra pendengar adalah telinga yang terdiri dari :
1). Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
2). Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil, landasan
dan sanggurdi) dan saluran eustachius.
3). Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah
lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)

10

Fungsi bagian-bagian indra pendengar :


a. Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan
mengumpulkan gelombang bunyi.
b. Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian yang
lebih dalam.
c. Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat
getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
d. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput)
berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah lingkaran juga
berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
e. Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.7

Gambar 4. Anatomi telinga.7


Pembahasan kasus
Seorang perempuan, usia 45 tahun mengeluh sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu
pendengaran telinga kiri terasa kurang jelas dibandingkan dengan telinga kanan.
Kemudian ia berobat ke Puskesmas, oleh dokter Puskesmas dilakukan test ketajaman
pendengaran telinga kiri dengan garpu penala dengan hasil sebagai berikut :
Test cara Rinne : ( - ) , cara Weber : lateralisasi ( + ) ke kiri , cara Schwabach : memanjang.
Kemudian ia disarankan ke dokter THT untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pada kasus ini, seorang perempuan yang berusia 45 tahun mengalami gangguan
pendengaran. Hal itu terjadi karena adanya faktor usia sehingga pendengarannya berkurang.
Ketika dilakukan tes cara Rinne hasilnya negatif, berarti itu konduksi tulang lebih besar dari
pada konduksi udara (uji Rinne negatif), hal tersebut menunjukkan tuli konduktif. Kemudian
dilakukan cara Weber dan hasilnya positif, itu berarti dengungan bunyi penala pada salah satu
telinga lebih kuat suaranya. Lalu dilakukan tes cara Swachbach, dan hasilnya adalah
11

memanjang, itu berarti dengungan yang diterima terdengar lebih lama oleh pasien
(menunjukan gangguan pendengaran konduktif).
Kesimpulan
Setelah melakukan pembuktian hipotesa, dapat ditunjukkan bahwa hipotesa tersebut
benar. Hipotesa tersebut adalah gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh usia yang
sudah lanjut.
Penurunan fungsi dari organ tubuh yang terjadi pada proses menua disebut juga
sebagai proses degeneratif. Organ pendengaran juga tidak luput dari perubahan yang terjadi
pada proses degeneratif. Jenis ketullian yang dialami pada kelompok usia lanjut umumnya
dikarenakan adanya kerusakan pada saraf sehingga disebut juga sebagai tuli saraf, namun
juga dapat berupa tuli yang terjadi karena adanya gangguan hantaran udara (tuli konduksif).
Proses degeneratif yang terjadi pada organ pendengaran mengakibatkan berubahnya struktur
dari rumah siput (koklea) dan saraf pendengaran (N. Auditorius).

12

Daftar Pustaka
1. Moore KL, Agur AMR. Laksman H,alih bahasa. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2002. hal 401-8.
2. Snell RS. Sugiharto L,alih bahasa. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006. hal 782-92
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2011.
hal 176-88
4. Moore KL, Agur AMR. Essential clinical anatomy.USA: Lippincott Williams &
Wilkins;2002. hal 457-9.
5. Ganong WF. Alih bahasa; M. Djauhari Widjaya K. [et all]. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC: 2001. hal 76-88.
6. Soepardi A.Efiaty, Iskandar N.H. Buka ajar ilmu kesehatan telinga-hidungtenggorok.Jakarta:Fakultas Kedokteran Indonesia EGC;2003. hal 134-140
7. Sloane E.Anatomi dan fisiologi utnuk pemula.Jakarta:EGC;2003. hal 189-195.

13

Anda mungkin juga menyukai