Anda di halaman 1dari 16

STUDI KASUS BANK CENTURY

BAB 1
PENDAHULUAN
Kasus bank century merupakan contoh konkrit yang amat penting untuk diketahui
agar kemudian dapat menjadi suatu acuan bagi kita untuk bisa memahami dan mendalami
pengetahuan mengenai kondisi kesehatan suatu bank.
Pada hakikatnya bank dikatakan sehat apablila mampu melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi segala kewajibannya dengan
baik dengan cara cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku.
Bank dikatakan sehat apabila bisa bisa melakukan dengan baik kegiatan operasional
perbankannya meliputi :
1.

Kemampuan menghimpun dana baik dari masyarakat, lembaga lain, maupun dari modal
sendiri

2. Kemampuan mengolah dana


3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak
lain
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Apabila ada dari kegiatan operasional di atas tidak dapat dilaksanakan oleh bank, maka
dengan demikian suatu bank bisa dikatakan sakit (tidak sehat) .
Menurut Kasmir Sendiri kesehatan suatu bank dapat dianalisis dengan menilai aspek
CAMELS ( capital,assets, management, earning, liquidity, dan sensitivity.

Aspek permodalan ( Capital )


Dalam hal ini yang dinilai adalah permodalan yang di dasarkan kepada kewajiban penyediaan
modal minimum bank.

Aspek kualitas Aset (assets )


Yaitu menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank.

Aspek kualitas menejemen (Management )


Kualitas manajemen dapat di lihat dari kualitas manusianya dalam bekerja

Aspek earning

Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua
hutangnya.

Aspek likuiditas (liquidity)


Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya.

Aspek Sensitivitas ( sensitivity )


Perbankan harus sensitive terhadap resiko, ini penting untuk tujuan memperoleh laba dan
pada akhirnya kesehatan bank dapat terjamin.

BAB 2
PEMBAHASAN
Kembali pada topik kasus bank century, apakah bank century dapat diakatan dalam
kondisi sehat ? atau malah sebaliknya ? jawabannya adalah tidak sehat. Banyak kegiatan
operasional dalam bank century yang tidak berjalan secara normal. Denagn demikian
pemenuhan peraturan perbankan secara otomatis tidak akan dapat terpenuhi.
Kasus bank century menjadi topik terhangat baik dikalangan ekomom maupun
politikus, karena kasus bank century merupakan kasus besar yang berdampak besar pada
kondisi politik dan ekonomi. Dan bahkan konon ceritanya kasus ini melibatkan bebrapa
lembaga tinggi negara dan menyeret bebrapa pejabat tinggi di negeri ini.
Secara kronologi kasus Bank Century dimulai dengan tahun 1989 oleh Robert
Tantular yang mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC). Tahun 1999 pada
bulan Maret Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas pertama dan Robert Tantular
dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatutan oleh Bank Indonesia.
Pada tahun 2002 Auditor Bank Indonesia menemukan rasio modal Bank CIC amblas
hingga minus 83,06% dan CIC kekurangan modal sebesar Rp 2,67 triliun. Tahun 2003 bulan
Maret bank CIC melakukan penawaran umum terbatas ketiga.
Bulan Juni Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas keempat. Pada tahun
2003 pun bank CIC diketahui terdapat masalah yang diindikasikan dengan adanya surat-surat
berharga valuta asing sekitar Rp 2 triliun yang tidak memiliki peringkat, berjangka panjang,
berbunga rendah, dan sulit dijual.

BI menyarankan merger untuk mengatasi ketidakberesan pada bank ini. Tahun 2004,
22 Oktober dileburlah Bank Danpac dan Bank Picco ke Bank CIC. Setelah penggabungan
nama tiga bank itu menjadi PT Bank Century Tbk, dan Bank Century memiliki 25 kantor
cabang, 31 kantor cabang pembantu, 7 kantor kas, dan 9 ATM. Tahun 2005 pada bulan Juni
Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah terbesar Bank Century Cabang Kertajaya
Surabaya.
Tahun 2008, Bank Century mengalami kesulitan likuiditas karena beberapa nasabah
besar Bank Century menarik dananya seperti Budi Sampoerna akan menarik uangnya yang
mencapai Rp 2 triliun. Sedangkan dana yang ada di bank tidak ada sehingga tidak mampu
mengembalikan uang nasabah dan tanggal 30 Oktober dan 3 November sebanyak US$ 56
juta surat-surat berharga valuta asing jatuh tempo dan gagal bayar.
Keadaan ini diperparah pada tanggal 17 November Antaboga Delta Sekuritas yang
dimiliki Robert Tantular mulai tak sanggup membayar kewajiban atas produk discreationary
fund yang dijual Bank Century sejak akhir 2007.
Pada 20 November 2008, BI melalui Rapat Dewan Gubernur menetapkan Bank
Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Keputusan itu kemudian disampaikan
kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani selaku Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan
(KSSK). Kemudian KSSK mengadakan rapat pada 21 November 2008.
Berdasarkan audit BPK, rapat tertutup itu dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri
Mulyani sebagai ketua KSSK, Raden Pardede selaku Sekretaris KSSK, Ketua Unit Kerja
Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi (UKP3R) Marsilam Simanjuntak, dan
Gubernur BI Boediono sebagai anggota KSSK.
Rapat itu kemudian ditindaklanjuti dengan rapat Komite Koordinasi yang dihadiri
oleh Ketua KSSK, Gubernur BI, dan Dewan Komisioner Lempaga Penjamin Simpanan
(LPS). Peserta rapat sepakat menyatakan Bank Century sebagai bank gagal berdampak
sistemik dan menerima aliran dana penanganan Bank Century melalui LPS.
Saat rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang dipimpin oleh Menteri
Keuangan Sri Mulyani untuk memutuskan nasib Bank Century, Marsilam masih menjabat
sebagai Ketua UKP3R. Akan tetapi keikutsertaanya dalam kapasitas sebagai penasihat
Menteri Keuangan RI dan seagai narasumber.
Dari rapat tersebut diputuskan menyuntikkan dana ke Bank Century sebesar Rp 632
miliar untuk menambah modal sehingga dapat menaikkan CAR menjadi 8%. Enam hari dari
pengambilalihan LPS mengucurkan dana Rp 2,776 triliun pada Bank Century untuk
menambah CAR menjadi 10%. Karena permasalahan tak kunjung selesai Bank Century

mulai menghadapi tuntutan ribuan investor Antaboga atas penggelapan dana investasi senilai
Rp 1,38 triliun yang mengalir ke Robert Tantular
Pada 5 Desember 2008 LPS menyuntikkan dana kembali sebesar Rp 2,2 triliun untuk
memenuhi tingkat kesehatan bank. Akhir bulan Desember 2008 Bank Century mencatat
kerugian sebesar Rp 7,8 triliun
Bank yang tampak mendapat perlakuan istimewa dari Bank Indonesia ini masih tetap
diberikan kucuran dana sebesar Rp 1,55 triliun pada tanggal 3 Februari 2009. Padahal bank
ini terbukti lumpuh.
Pada Bulan Juni 2009 Bank Century mencairkan dana yang telah diselewengkan
Robert sebesar Rp 180 miliar pada Budi Sampoerna. Namun, dibantah oleh Budi yang
merasa tidak menerima sedikit pun uang dari Bank Century. Atas pernyataan itu LPS
mengucurkan dana lagi kepada Bank Century sebesar Rp 630 miliar untuk menutupi CAR.
Sehingga, total dana yang dikucurkan kepada Bank Century sebesar Rp 6,762 triliun.

Hasil audit BPK


Hasil audit interim BPK atas Century itu telah diserahkan kepada DPR pada 28
September 2008. Pada tanggal 30 September laporan awal audit BPK mengungkapkan bahwa
banyak kejangggalan dalam masalah pengucuran dana pada Bank Century.
Pada akhirnya BPK menemukan 9 temuan dalam kasus Bank Century. Selain itu,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan bisa menangani sebagian besar dari
sembilan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam kasus Bank Century jika sesuai
dengan kewenangan KPK dan ditemukan cukup bukti.
Satu-satunya temuan BPK yang tidak bisa ditangani KPK adalah temuan ketujuh,
tentang penggunaan FPJP oleh manajemen Bank Century. Sementara enam temuan lain bisa
ditangani KPK jika memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang KPK.
KPK membagi temuan BPK dalam tiga periode. Pertama periode sebelum pengucuran
FPJP. Tiga temuan BPK masuk dalam periode itu, yakni ketidaktegasan BI dalam
menerapkan aturan akuisisi dan merger tiga bank menjadi Bank Century, ketidaktegasan
pengawasan BI, dan praktik tidak sehat oleh pengurus Bank Century.
Kedua, setelah kucuran FPJP. Selain temuan ketujuh, temuan ketiga juga dimasukkan
dalam periode ini. Temua ketiga berupa pemberian FPJP dengan mengubah ketentuan BI.

Ketiga, periode sejak ditangani LPS. Temuan BPK yang masuk periode ini penentuan
Century sebagai bank gagal berdampak sistemik tidak didasarkan data mutakhir (temuan
keempat), penanganan oleh LPS dilakukan melalui Komite Koordinasi yang belum dibentuk
oleh undang-undang (temuan kelima).
Kemudian penanganan Bank Century oleh LPS tidak disertai perkiraan biaya
penanganan sehingga terjadi penambahan (temuan keenam), pembayarankepada pihak ketiga
selama Bank Century berada dalam pengawasan khusus (temuan ketujuh), dan penggelapan
dana kas 18 juta dolar AS (temuan kedelapan).
Uang LPS yang dikucurkan adalah uang negara meski sudah dipisahkan. Pengertian
pemisahan dana LPS adalah dipisahkan dari APBN. Dengan demikian, uang LPS sama
statusnya dengan uang sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai uang negara
yang dpipisahkan dari APBN.

Panitia Khusus (Pansus) Century


Atas temuan BPK yang janggal tersebut DPR melakukan hak angket. Hak angket
adalah hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan kembali.
Panitia Khusus Hak Angket yang dibentuk terdiri dari 139 anggota dari 8 fraksi,
diketuai oleh Idrus Marham. Tujuan dari pansus ini adalah mengadakan penyelidikan selama
3 bulan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan yang berhubungan dengan bank
Century dengan meminta kesaksian dari ihak-pihak tersebut.
1. Kesaksian Menteri Keuangan Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani bertanggung jawab penuh atas keputusan
penyelamatan Bank Century berdasarkan data awal nilai bailout dari BI sebesar Rp 632
miliar. Pada 13 November 2008, Sri Mulyani pernah membicarakan krisis keuangan global
dan perbankan nasional kepada Presiden dan Wakil Presiden. Dalam pembicaraan tersebut
diberitahukan bahwa keadaan bisa memburuk karena Bank Century kalah kliring. SBY
mengatakan perlu ada langkah-langkah pencegahan, sementara JK tidak ingin ada penjamin
penuh

terhadap

Bank

Century.

Sri Mulyani telah melaporkan keputusan KSSK untuk memberikan dana talangan pada Bank

Century kepada Presiden SBY dan Wakil Presiden JK melalui SMS. SMS tersebut ia
kirimkan pada 21 November 2008 sekitar pukul 8.30 WIB. Komisi XI DPR, pada saat rapat
kerja pada 3 Desember 2008, juga menyatakan perlunya penjamin penuh atas Bank century.
Selain itu, Sri Mulyani tidak puas atas berubah-ubahnya data yang diberikan BI
terkait dana yang dibutuhkan untuk penalangan. Pada 21 November 2008, tiga hari data terus
berubah hingga mencapai Rp 6,7 triliun.
Menurutnya, tidak ada kerugian negara yang ditimbulkan dari bailout ini. Masyarakat
justru diuntungkan karena dana talangan mencegah Indonesia dari krisis ekonomi
internasional saat itu. Bank kecil seperti Bank Century, tidak termasuk ke dalam 15 bank
besar yang disebut Systematically Important Bank (SIP), juga bisa menimbulkan dampak
sistemik dalam situasi krisis.
Krisis yang sudah terjadi di Indonesia bisa menjadi sistemik seperti 1998 lalu jika
Bank Century tidak diselamatkan. Tanda-tandanya sudah ada. Semenjak 21 November 2008,
penanganan Bank Century oleh Lembaga Penjamin Simpanan tak lagi menggunakan Perppu
JPSK. Penanganan melalui bailout Rp 6,7 triliun tersebut berdasarkan UU LPS.

2. Kesaksian Mantan Gubernur BI Boediono


Boediono menyatakan, kehadiran Kepala Kerja Program Reformasi Marsilam
Simanjuntak dalam rapat KSSK sebagai narasumber. Boediono tidak ingat secara pasti detail
rapat KSSK. Pemberian dana talangan tidak wajib dilaporkan olehnya kepada Wakil
Presiden.
Dana Yayasan Kesejahteraan Karyawan BI (YKKBI) di Century bukan alasan
penyelamatan Bank Century. Berapa pun besarnya kerugian yang diderita BI untuk
menyelamatkan Bank Century di waktu krisis tidak akan menjadi masalah, dibandingkan
dengan harus menutup bank tersebut.
Mutasi mantan Direktur Pengawasan I Zainal Abidin pada bulan Desember 2008
bukan karena Zainal menentang perubahan aturan pemberian FPJP. Mutasi Zainal Abidin
pada saat itu bertujuan untuk meningkatkan kerja.
Boediono tidak mengumumkan pada public soal gagal kliring yang dialami Bank
Century, shingga menyebbakan bank tersebut rush. Definisi keuangan negara dalam LPS
diserahkan pada ahli hokum tata negara dan ahli hokum keuangan Negara

3. Kesaksian Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla


Mantan Wakil Presiden M. Jsufu Kalla menyatakan krisis yang mengganggu
perekonomian nasional hanya sebagai keadaan yang tidak biasa. Ada krisis, tetapi tidak
signifikan. Pada tahun 2008 tidak ada kepanikan. Pada 1998, inflasi mencapai 75%, tetapi
pada 2008 inflasi hanya 3%. Selain itu, suku bunga yang terjadi pada 1998 jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan suku bunga 2008. Pada 2008, kurs rupiah anjlok hingga Rp 12.000 per
dolar AS. Namun anjloknya nilai tukar saat itu dianggap wajar. Sebab, aliran dana asing
keluar dari Indonesia.
JK juga mengatakan bahwa Bank Century tidak mengalami rush atau kepanikan
dengan penarikan dana besar-besaran. Menurut JK yang terjadi adalah Bank Century kalah
kliring dan itu bukan disebabkan adanya rush. Bailout yang dikeluarkan untuk Bank Century
berpotensi merugikan negara. Bank Century seharusnya tidak perlu diselamatkan karena
dananya dirampok oleh pemilik bank itu sendiri, Robert Tantular.
Uang LPS masuk kategori uang negara. Hal ini disebabkan dalam Undang-Undang
LPS, LPS bertanggung jawab kepada Presiden. Selain itu, JK menolak usulan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4/2008, tentang Jaring Pengaman Sistem
Keuangan atau Perppu JPSK. JK juga tidak menerima laporan via SMS dari Menteri
Keuangan Sri Mulyani pada 21 November 2008. Laporan kebijakan melalui SMS adalah
suatu tindakan yang tidak patut untuk kebijakan penting
JK baru mengetahui adanya masalah Bank Century saat Sri Mulyani dan Gubernur BI
Boediono melapor di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, 25 November 2008 empat hari
setelah Bank Century diputuskan sebagai bank gagal berdampak sistemik. JK juga tidak
pernah mengintervensi penangkapan mantan pemilik Bank Century oleh polisi, melainkan
memerintahkan penangkapan itu.

4. Kesaksian Mantan Kabareskrm Komisaris Jenderal Susno Duadji


Mantan Kabareskrim Komisaris Jenderal Susno Duadji mengatakan Bank Indonesia
pernah melaporkan pemilik Bank Century, Robert Tatular, ke Mabes Polri. Namun, laporan
tersebut disampaikan setelah Robert Tantular ditangkap Mabes Polri atas perintah Wakil
Presiden Jusuf Kalla. BI menyerahkan berkas-berkas laporannya itu dua hari setelah
penangkapan Robert.
Susno Duadji mengakui bahwa Polri mendapat perintah penangkapan Robert Tantular
dari Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pada 25 November 2008 saat dirinya memberitahukan
kepada BI untuk mennagkap pemilik Bank Century, petinggi BI menganggap bukti-buktinya
belum cukup. Oleh karena itu, meski Wakil Presiden Jusuf Kalla telah memerintahkan kapolri
untuk menangkap Robert Tantular, baru setelah dua jam Kapolri bisa menangkapnya. Ketika
itu ada kekhawatiran Robert kabur mengingat semua keluarganya sudah diungsikan ke luar
negeri.
Menurut Susno, apa yang dilakukan Robert adalah murni perampokan. Uang nasabah
yang dicuri lebih kurang Rp 1,298 triliun yang disembunyikan di sejumlah negara dan
sebagian sudah dibekukan.
Sidang Paripurna DPR
Hasil akhir dari kerja pansus Century selama 3 bulan dibahas dalam sidang Paripurna
DPR yang dilaksanakan tanggal 2 sampai 3 Maret 2010. Sidang Paripurna yang dilaksanakan
2 hari tersebut hanya membahas 2 opsi kesimpulan dan rekomendasi penyelidikan yang
dihasilkan oleh Pansus Century.
Inti Opsi pertama (A) menyatakan pemberian Fasilitas Peminjaman Jangka Pendek
(FPJP) dan Penyertaan Modal Sementara (PMS) tidak bermasalah karena dilakukan untuk
mencegah krisis dan sudah berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan
opsi kedua (C), menyatakan baik pemberian FPJP maupun PMS bermasalah dan merupakan
tindak pidana.
Posisi sikap fraksi 6 : 3 untuk yang menganggap bailout bermasalah (opsi C). Enam
fraksi

memilih

opsi

C.

PKB,

PD,

dan

PAN

memilih

opsi

A.

Opsi A adalah posisi bagi mereka yang menganggap tidak ada penyalahgunaan wewenang.

Layaknya hitam putih, opsi C adalah sebaliknya, fraksi yang menengarai penyalahgunaan
wewenang memilih opsi ini
Dari 6 fraksi yang memilih opsi C, hanya empat yang akan menyebut nama.
Nama-nama yang disebut diletakkan di matrik di bawah poin ketiga kesimpulan akhir Pansus
Century.
Misteri Hilangnya Satu Troli Dokumen Century
Peristiwa ini terjadi pada bulan Mei, 2010. Awalnya Wakil Ketua KPK saat itu,
Chandra M Hamzah mengatakan belum pernah menerima dokumen hasil investigasi DPR
atas kasus Bank Century, yang ia terima hanya beberapa lembar surat dari DPR. Kejadian ini
luput dari pemberitaan media, hingga kabarnya lenyap bak ditelan bumi.
Hal ini tentunya dapat mempengaruhi hasil audit forensik yang telah diserahkan BPK
kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) pada hari Jumat, 23/12. Dengan kata lain,
BPK mendapat informasi yang tidak sempurna dan hasil audit forensik yang diterima DPR
pun menjadi bermasalah.
Boleh jadi apa yang diungkap oleh Ketua BPK Hadi Purnomo itu terganjal dengan
adanya dokumen yang tidak sampai atau dihilangkan. Hadi mengatakan, bahwa ada lima
hambatan dalam melakukan audit investigasi ini.
Pertama, BPK tidak memperoleh akses ke sebagian personel kunci dalam kasus Bank
Century antara lain AT, DT, HT, RAR, HAW, HH dan KJ, yang diantaranya berstatus DPO
(daftar pencarian orang) atau dalam proses hukum. Karena tidak adanya akses hingga sampai
dengan laporan dibuat, BPK tidak memperoleh keterangan maupun dokumen terkait
pemeriksaan dari personel kunci tersebut. Kedua, BPK tidak memperoleh akses atas transaksi
di luar negeri yang terkait dengan kasus Bank Century karena terkendala oleh ketentuan
kerahasiaan transaksi perbankan di masing-masing negara. Ketiga,ketidak lengkapan data
nasabah dan atau transaksi di Bank Century. Keempat, BPK kurang memperoleh akses atas
dokumen dan informasi terkait kasus Bank Century yang sedang digunakan oleh aparat
penegak hukum dalam proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
pengadilan. Kelima, BPK tidak memperoleh akses atas dokumen dan informasi terkait PT.
Antaboga Deltasekuritas Indonesia (ADI).
Dokumen Lenyap
Kisah lenyapnya dokumen penting hasil investigasi DPR atas kasus Bank Century
yang banyaknya mencapai satu troli untuk belanja. Peristiwa ini terjadi saat pertemuan

pertama antara Tim Pengawas Century DPR dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada
bulan Mei 2010.
Terungkap bahwa selama ini KPK belum menerima dokumen hasil investigasi DPR
atas kasus Bank Century. Yang di terima hanya surat lima lembar yang bertandatangan
Ketua DPR, tidak ada data-data lain, kata Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah menjawab
pertanyaan anggota tim pengawas dari FPKS Fachri Hamzah dalam rapat tim pengawas
dengan KPK di Gedung DPR, pada hari Rabu (5/5/2010) tahun lalu.
Mendengar pengakuan Chandra, pimpinan rapat Wakil Ketua DPR Priyo Budi
Santoso terkejut. Saat mengkonfirmasi Setjen DPR soal pengakuan Chandra, Priyo mendapat
laporan data sebanyak satu troli itu memang belum diserahkan kepada KPK. Saya dapat
informasi dari Sekjen bahwa dokumen satu troli sudah diserahkan kepada Presiden, tapi
untuk KPK dan penegak hukum lainnya tidak mendapat fotokopinya, jelas Priyo.
Keterangan Priyo membuat anggota tim pengawas lainnya memanas. Misalnya
anggota tim dari FPG menuding ada penggelapan dokumen. Saya khawatir ada manipulasi
sehingga lampirannya digelapkan, protes Bambang. Chandra kemudian menjelaskan. Saya
terima 8 Maret 2010 hanya lima lembar ditandatangani Ketua DPR dan Sekjen DPR.
Pengakuan Chandra menuai kegemparan diantara para angggota Tim Pengawas.
Pasalnya, substansi investigasi DPR atas kasus Century justru terletak pada berlembar-lembar
dokumen yang sebanyak satu troli itu, bukan pada surat rekomendasi yang hanya berjumlah
lima lembar.
Seharusnya, surat beserta dokumen investigasi satu troli tersebut dikirimkan dalam
satu paket kepada KPK, Kejaksaan, Kepolisian, dan Presiden. Tim Pengawas pun bereaksi
keras dan meminta agar hal ini diusut tuntas, apakah kesalahan terletak pada DPR yang
teledor dalam mengirimkan dokumen itu atau pada KPK yang menerimanya. Kalau
dokumen itu belum diterima KPK, jadi ke mana hilangnya?
Lebih lanjut, rapat ini pun jadi dipertanyakan, apakah masih relevan atau tidak,
Sebab KPK ternyata belum membaca hasil investigasi DPR, ujar Mahfudz Siddiq, anggota
Tim Pengawas dari Fraksi PKS saat itu. Fahri Hamzah bahkan secara tegas meminta agar
rapat antara Tim Pengawas dengan KPK itu tidak lagi diteruskan.
Hal senada dikemukakan oleh Hendrawan Supratikno, anggota Tim Pengawas dari
Fraksi PDIP. Ini kejadian memalukan dan memilukan. Kami kira selama ini KPK
mengeluarkan pernyataan-pernyataan berdasarkan dokumen investigasi DPR yang satu troli
itu, ujar Hendrawan.

Kemarahan lebih hebat diperlihatkan oleh Bambang Soesatyo, anggota Tim Pengawas
dari Fraksi Golkar. DPR telah bekerja selama dua bulan dan dibiayai oleh Rp 2,5 miliar
uang rakyat. Tapi hasil kerja yang satu troli itu justru tidak diterima KPK. Saya khawatir ini
ada unsur kesengajaan, sindir Bambang.
Padahal DPR kan meminta KPK untuk menindaklanjuti rekomendasi DPR. Jadi apa
yang mau ditindaklanjuti kalau dokumen lengkap rekomendasinya saja belum diterima,
sambung Akbar Faizal, anggota Tim Pengawas dari Fraksi Hanura.
Data Century ke KPK Disembunyikan Oknum DPR?
Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung menduga adanya unsur kesengajaan atas tidak
dikirimkannya dokumen hasil pemeriksaan kasus Bank Century oleh Pansus DPR ke KPK. Ia
menilai hal itu bukan semata-mata permasalahan teknis di Sekretariat Jenderal DPR.
Pramono mengungkapkan, rapat pimpinan DPR sebelumnya sudah menyepakati agar
dokumen hasil pemeriksaan beserta lampirannya dikirimkan ke lembaga terkait dan orangorang yang disebut dalam rekomendasi. Surat pemberitahuan pengiriman dokumen, kata dia,
juga ditembuskan ke seluruh pimpinan DPR.
Mantan Sekjen PDIP ini menambahkan, tidak boleh ada pihak-pihak yang mencoba
menghalangi atau menghambat diteruskannya rekomendasi DPR tentang kasus Bank Century.
Atas dugaan ini, Tim Pengawas juga akan menelusuri dugaan kesengajaan tersebut. Bagi
oknum yang terbukti, harus bertanggung jawab secara politik, tegas politisi PDIP ini.
Ditanya siapa kira-kira pihak yang diduga melakukan kesengajaan, Pramono
menjawab diplomatis. Pihak terkait yang berkepentingan agar proses ini (rekomendasi
Century) tidak dilanjutkan, jawab mantan Sekjen PDIP ini.
Mungkin Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung Lupa atas peristiwa hilangny segepok
dokumen yang ia ketahui saat itu. Hari Jumat (23/12/2011), ia mengakui hasil audit
investigasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap kasus Bank Century belum
memuaskan. Hasil audit investigasi BPK ini tidak ada hasil yang luar biasa, kata Pramono
Anung di Gedung DPR RI di Jakarta. Seperti yang dikutip antaraNews.
Pimpinan DPR RI menerima penyampaian hasil audit investigasi BPK terkait kasus
Bank Century. Audit investigasi BPK tersebut berangkat dari persoalan yang berkembang
pada Panitia Khusus Kasus Bank Century yang hasilnya sudah menjadi keputusan DPR RI
melalui rapat paripurna.
Semoga kasus hilangnya segepok dokumen penting hasil investigasi DPR atas kasus
Bank Century pada bulan Mei 2010 tersebut tidak menguap begitu saja. Paling tidak, yang

bertanggung-jawab untuk menindaklajuti dalam kasus ini adalah Tim Pengawas Century DPR
dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab perkara ini belum pernah diproses dan
terkesan sengaja ditutup.
Bagi pihak yang memahami kasus ini, silahkan menambahkan bukti-bukti untuk
melengkapi kekurangan informasi terkait. Dan bagi semua media hendaknya independen
dalam memberitakan dan tidak dipengaruhi kepentingan politis sepihak.
Testimoni Antasari Azhar tentang bail out Bank Century
Testimoni Antasari Azhar tentang bail out Bank Century membuka tabir baru untuk
dapat mengarah pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Didalam testimony
mantan ketua KOmisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut diungkap bahwa SBY lah yang
memimpin rapat bail out Bank Century.
Peryataan Antasari yang menyebut SBY memimpin rapat Bail Out, cukup memiliki
dasar. Sebab ketika itu, sebagai Ketua KPK ia juga sebagi salah satu peserta rapat.
Sedangkan terkait hasil Panita Angket Century pada 3 Maret 2010 lalu, SBY secara
resmi menggelar konferensi pers menyampaikan tanggapan. Dalam sambutannya ketika itu,
presiden mencoba menhindar dengan mengatakan, saat keputusan bailout Century dirinya
tidak berada di Jakarta.
Pada saat keputusan tentang penyelamatan Bank Century ditetapkan, saya sendiri
pada waktu yang sama sedang menjalankan tugas kenegaraan di luar negeri yaitu menghadiri
Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Amerika Serikat, serta APEC Summit di Peru, kata
Presiden SBY, Kamis (4/3/2010).
Nemun anehnya, ketika merespon testimony Antasari Azhar, SBY tidak dapat berkelit
kalau dirinya memimpin rapat bail out bank Century yang di hadiri pula oleh Kapolri
Bambang Hendarso Danuri, Jaksa Agung Hendarman Supanji, Menko Polhukam Widodo AS,
Menkeu Sri Mulyani dan Mensesneg Hatta Rajasa. Selain itu turut hadir Gubernur BI
Boediono, Juru Bicara Presiden Andi Mallarangeng, dan Staf Khusus Presiden Denny
Indrayana, minus Wapres Jusup Kala , karena pada waktu itu Yusuf Kalla menolak untuk
melakukan bail out terhadap bank Century.
Sejalan dengan waktu, setelah adanya testimony Antasari Azhar,SBY menanggapi
bahwa bail out bank century untuk meyelamtakan perekonomian dari krisis ekonomi, jelas
alasan inipun menjadi tidak masuk di akal. Sebab, dari data laporan keuangan dan
performance bank Century sejak tahun 2007, Bank Century bukanlah bank yang sehat
dimana CAR nya sudah negative serta bukan bank yang masuk kategori bank besar.
Jelas sekali kali bahwa bank century sekalipun di tutup tidak berpengaruh pada bank
bank lainya, karena tagihan dan transaksi antar bank yang dimiliki oleh Bank Century hanya
dalam jumlah kecil. Artinya kolaps Bank Century saat itu tidak memiliki pengaruh apapun.

Secara hitungan ekonomi, kalau Bank Century tidak di bail out pun ekonomi
Indonesia akan dapat melewati krisis ekonomi, dan tidak akan berdampak pada masyarakat
untuk melakukan rush terhadap bank seperti tahun 1998.
Dari sini, argumen SBY kebijakan membailout Bank Cantury jelas untuk
menyeralamatkan ekonomi sangat mengada- ada dan bohong besar saja.
Kenapa waktu kasus Bank Century diangketkan oleh DPR, dia tidak mengaku kalau
dia mengetahui dan ikut rapat bail out bank century.
Dalam melakukan Bailout terhadap bank century, sudah sangat jelas meyalahi aturan
karena bank century mengalami masalah bukan akibat imbas krisis ekonomi 2008, tapi
karena tindakan kejahatan bank yang dilakukan oleh pemiliknya. Sebab pemilik saat ini
sudah di penjara.
Lain dengan misalnya dalam kasus Bank BCA pada tahun 1998 yang di bail out juga
karena terkena dampak krisis ekonomi 1998.
Karena itu, untuk lebih memperjelas kasus perampokan ini KPK juga harus meminta
keterangan kepada semua yang hadir ketika SBY memimpin rapat bail out bank Century.
Karena Sri Mulyani dan Budiono sudah dimintai keterangan, maka KPK juga harus
memeriksa SBY dengan mengunakan lay detector dalam mengambil keterangan tentang
proses bail out.
Lay detector penting untuk digunakan jika KPK memeriksa SBY sebab dengan alat
tersebut jika dalam memberikan keterangan SBY berbohong seperti waktu menanggapi kasus
pansus century akan terdekteksi.
Argumen Logis Mengenai Kasus Bank Century
Berikut adalah analisis logis yang di berikan masyarakat, salah satunya saya ambil
dari pendapat seorang EksMa Fakultas filsafat UGM melalui pengamatannya pada Selasa, 29
Nopember 2011, dalam acara Indonesia Lowyer Club (ILC) di TVOne. Ada beberapa
pendapat yang di kemukakan pada saat itu
Pendapat-pendapat tersebut.
1.

Pendapat bahwa adanya beberapa kejanggalan yang dilakukan oleh BI (Boediono) dalam
proses pembuatan kebijakan bailout Bank Century.

2. Pendapat bahwa Bank Century sudah cacat sejak dalam kandungan.


3. Pendapat bahwa uang Bank Century dirampok pemiliknya. Yaitu, sekitar Rp 3 T dirampok
dua orang asing (Hesham Al Waraq dan Ravat Ali Rizvi atau HAW dan RAR),dan sekitar Rp
3 T dirampok Robert Tantular .

4. Pendapat nasabah Bank Century yang tertipu ulah Antaboga sekitar 114 orang dan uangnya
tetap di Bank Century atas nama Antaboga. Jumlahnya sekitar 1,7 T
5.

Pendapat bahwa uang negara Rp 6,7 T masih ada di penerus bank Century, yaitu Bank
Mutiara.
Pertanyaannya

1. Kasus Bank Century sudah ada sejak lama, tetapi kenapa Boediono tetap ngotot melakukan
bailout dengan cara-cara yang tidak lazim? Antara lain mengubah peraturan tentang
ketentuan besarnya CAR,dll.? Ada apa?
2.

Bukankah uang yang dirampok dua orang asing (HAW dan RAR) dan Robert Tantular
nilainya sekitar Rp 6 T? Jika ditambah uang nasabah korban Antaboga sekitar Rp 1,7 T dan
jika dijumlah Rp 6,7 T? Apakah benar demikian?

3.

Bukankah dengan demikian uang Bank Century yang mengalir liar jumlahnya Dengan
demikian dikesankan uang Bank Century-lah yang mengalir liar (kabarnya,termasuk ke salah
satu tim sukses capres tertentu) dan bukan uang negara?

4. Bukankah dana talangan semula hanya Rp 689 M kemudian membengkak Rp 6,7 T. Kemana
selisinya senilai Rp 6,011 T?
5.

Benarkah uang negara Rp 6,7 masih ada dan dikelola Bank Mutiara (penerus Bank
Century?).
Logika-logika yang realistis

1.

Bank Century sudah cacat/bermasalah sejak awalnya. Tidak mungkin Gubernur Bank
Indonesia (Boediono) tidak tahu itu. Terlalu kalau tidak tahu.

2. Gubernur Bank Indonesia, tentu tahu kemana aliran dana dana bailout Rp 6,7 T itu.Terlalu
kalau tidak tahu.
3. Gubernur BI pasti tahu dibawa kemana saja penarikan cash sebanyak itu. Gubernur BI dan
para deputi gubernur BI wajib tahu kemana uang itu dikirimkan dan siapa yang akan
menerimanya di alamat tujuan. Dan Boediono pasti tahu kemana aliran dana bailout yang
tidak sampai ke bank Century. Terlalu kalau tidak tahu.
Kuncinya di hasil audit forensik BPK

Rasa-rasanya tak ada gunanya berdebat soal sistemi atau tidak sistemik. Logikanya,
uang negara sebesar Rp 6,7 terlanjur mengalir. Jadi, logika yang benar yaitu logika untuk
mengetahui aliran dana Bank Century. Tepatnya, kemana uang Rp 6,7 T itu mengalir?
caranya, BPK harus melakukan audit forensik.
Info Senin,28 November, BPK telah menyelesaikam 70% aliran dana Bank Century
yang katanya akan selesai 100% pada 23 Desember 2011 dan akan diserahkan ke DPR.
msalahnya, Tim Pengawas Bank Century telah habis masa tugasnya pada awal Desember
2011.
Jika BPK benar-benar serius mengurai 100% aliran dana Bank Century (dari siapa
untuk siapa), maka kasus ini akan menjadi terang benderang.
Langkah selanjutnya?
Jika laporan hasil audit forensik BP telah diterima DPR, apa langkah selanjutnya?
Sebab, hasil audit tersebut bisa berkata:Tidak ada kasus korupsi atau Ada kasus korupsi.
Jika ada kasus korupsi, DPR bis mendesak KPK untuk menangani kasus-kasus tersebut.
Tetapi jika hasilnya Tidak ada kasus korupsi, apa yang akan dilakukan DPR?
Logika terakhir
Ada kasus korupsi atau tidak ada kasus korupsi, Pansus DPR dulu sudah memilih opsi
C yang menyatakan adanya kesalahan kebijakan yang dilakukan oleh Gubernur Bank
Indonesia (saat itu Boediono). Kalau begitu, DPR perlu mengajukan opsi C tersebut ke
Mahkamah Konstitusi. Jika ditolak MK, kasus Bank Century selesai. Jika diterima, bisa
dilanjutkan ke Hak Menyatakan Pendapat (HMP).Jika HMP ditolak, persoalan selesai. Jika
diterima, bisa dilanjutkan. Ada pemakzulan atau tidak ada pemakzulan, lain persoalan.
Logika yang benar
Yang penting kasus Bank Century harus segera diselesaikan, baik secara hukum
maupun secara politik. Itu logika yang benar.

BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan :

Dari fenomena-fenomena yang terjadi pada kasus Bank Century kita telah melihat
bahwa bank ini jelas dalam kondisi tidak sehat. Bank ini tidak menjalankan oprasional
kegiatan dengan normal dan tidak memenuhi kewajiban-kewajiban perbankannya serta telah
melanggar banyak ketentuan-ketentuan perbankan. Apalagi bank ini telah di jadikan alat
konspirasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan bagi
dirinya atau kelompoknya, hingga merugikan nasabah century sendiri secara khusus dan
masyarakat secara umum.

Anda mungkin juga menyukai