Anda di halaman 1dari 15

REVIEW JURNAL

FINANCIAL DISTRESS
Dosen: Hj. Giriati, S.E., M.E.

DISUSUN OLEH:
ADIYATH RANDY YUDI MAMASE (B204 314 2010)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan Tugas Ekonomi Manajerial dengan
tepat waktu. Dalam laporan ini penyusun menjelaskan tentang Review Jurnal FINANCIAL
DISTRESS .
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut serta
dalam pengerjaan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis senantiasa terbuka terhadap kritik dan saran yang
membangun. Mudahmudahan makalah ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun
pembaca dalam rangka memahami aspek financial distress.

Pontianak, 13 Feberuari 2016


Penyusun

NO

1
2
3
4

10

12

PERIHAL
YANG
DIIDENTIFI
KASI
Judul
Nama
Penulis
Nama Jurnal
Penerbit
Latar
Belakang

Basis teori
yang
digunakan
dalam
penelitian
Model
Penelitian

JAWABAN

ANALISIS RASIO CAMELTERHADAP PREDIKSI KONDISI


BERMASALAH PADA LEMBAGA PERBANKAN PERIODA
2000-2002
Luciana Spica Almilia dan Winny Herdinigtyas
Fakultas Ekonomi STIE PERBANAS Surabaya
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan dimana
diperlukan bukti empiris untuk menganalisa pengaruh
faktor-faktor tersebut. Sampel penelitian terdiri dari dari
16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan
6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan
Altman Z-Score (1968)

Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data


yang diukur dalam suatu skala numerik (angka).
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data
berupa laporan keuangan tahunan dari bank-bank umum
swasta nasional perioda 2000-2002 yang terdaftar di
direktori Bank Indonesia.
Populasi penelitian ini adalah bank-bank umum swasta
nasional yang terdaftar dalam direktori Bank Indonesia.
Anggota sampelnya yaitu bank umum swasta nasional
yang terdaftar direktori Bank Indonesia perioda 20002002. Total aktiva yang dimiliki sebesar 100 juta 37
milyar Rupiah per 31 Desember 2000. Bank yang dijadikan
sampel terbagi menjadi dua kelompok yaitu bank
bermasalah dan tidak bermasalah.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah
metode purposive sampling, yaitu sampel ditarik
sejumlah tertentu dari populasi emiten dengan
menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu
(Sugiyono 1999).
Kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti sebagai
berikut (1) bank-bank umum swasta nasional yang
mempublikasikan laporan keuangan pada tahun 2000-

2002 2) Total aktiva yang dimiliki bank-bank tersebut


sebesar 100 juta 37 milyar per 31Desember 2000 3) Bank
yang dijadikan sampel terbagi menjadi dua kategori yaitu
(a) bank tidak bermasalah, yaitu: (i) bank-bank yang tidak
masuk program penyehatan perbankan dan tidak dalam
pengawasan khusus. Bank-bank tersebut masih beroperasi
sampai 31 Desember 2004 (ii) bank-bank tersebut tidak
mengalami kerugian pada tahun 2000-2003 (b) Bank
bermasalah yaitu (i) Bankbank yang dinyatakan bangkrut
atau telah ditutup oleh Bank Indonesia pada tahun 8 April
2004 (Peraturan Pemerintah RI No.25 tahun 1999), (ii)
bank-bank yang menderita kerugian minimal tiga tahun
berturut-turut yaitu 2000-2003 (Surifah 2002:34), dan (iii)
bank-bank yang mengalami kerugian lebih dari 75% modal
disetor pada tahun 2000-2003 (KUHD pasal 47 ayat 2).
Jumlah sampel akhir yang terpilih sebanyak 24 bank
umum swasta nasional yang terdaftar di direktori Bank
Indonesia dalam kurun waktu 2000 2002 yang terdiri dari
16 bank kondisi tidak bermasalah dan 8 bank kondisi
bermasalah. Berdasarkan kriteria tersebut maka 24 bank
yang terpilih sebagai sampel.

15

Hasil
Penelitian

Perumusan Variabel dalam penelitian ini adalah (1)


variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kondisi bermasalah suatu bank yang merupakan
variabel kategori, 0 untuk perusahaan tidak bermasalah
dan untuk bank bermasalah, (2) Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah rasio keuangan CAMEL
1. Dari 11 rasio keuangan CAMEL menurut Bank
Indonesia yang sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001 yaitu CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap
Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM,
BOPO, LDR. Rasio yang memiliki perbedaan yang
signifikan antara bank-bank kategori bermasalah
dan tidak bermasalah perioda 2000 2002 adalah
CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, BOPO.
2. Penggunaan alat analisis regresi logistik ini untuk
memprediksi kategori bank bermasalah dan tidak
bermasalah adalah correct yang ditunjukan dengan
0.05 persen.
3. Rasio CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya
semakin rendah rasio CAR, kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin besar.

4. Rasio APB mempunyai pengaruh yang tidak


signifikan terhadap kondisi bermasalah dan
pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio
ini, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah
semakin besar.
5. Rasio NPL mempunyai pengaruh tidak signifikan
terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya
positif artinya semakin tinggi rasio ini, kemungkinan
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
6. PPAPAP mempunyai pengaruh tidak signifikan
terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya
positif artinya semakin tinggi rasio PPAPAP
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil.
7. ROA mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap
kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya
semakin rendah rasio ROA kemungkinan bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil.
8. NIM mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap
kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya
semakin rendah rasio NIM maka kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
9. BOPO mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kondisi bermasalah dan pengaruhnya positif artinya
semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin besar.
10.
Hasil pengujian hipotesis II adalah Rasio
keuangan CAMEL (CAR, BOPO) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah
bank-bank umum swasta nasional di Indonesia
perioda 2000-2002.

NO

2
3
4

10

PERIHAL
YANG
DIIDENTIFI
KASI
Judul

Nama
Penulis
Nama Jurnal
Penerbit
Latar
Belakang

Basis teori
yang
digunakan
dalam

JAWABAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI


FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2008-2013
Suyatmin Waskito Adi , Aryani Intan Endah Rahmawati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Krisis ekonomi tahun 2008 yang bersumber dari Amerika
Serikat berlanjut di negara-negara lain yang mengarah
krisis ekonomi global. Hal ini berdampak pada
perekonomian di Indonesia karena Indonesia
menggunakan perekonomian terbuka dan sangat sensitif
terhadap faktor eksternal. Pabrik manufaktur adalah salah
satu perusahaan yang mengalami penurunan produksi.
Perusahaan yang terus menunjukkan penurunan kinerja
dikhawatirkan akan mengalami kesulitan keuangan yang
menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Elloumi dan
Gueye mendefinisikan financial distress sebagai
perusahaan yang memiliki laba per saham (earning per
share) negatif. Financial distress penting untuk dipelajari
karena berfungsi sebagai tanda bahwa perusahaan akan
bangkrut dalam rangka untuk mengambil tindakan
antisipatif untuk menceganya. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh rasio keuangan untuk kesulitan
keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008-2013.
Altman Z-Score (1968)

12

penelitian
Model
Penelitian

Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status
perusahaan yang diukur dengan menggunakan angka
dummy, 1 untuk perusahaan yang mengalami financial
distress dan 0 untuk
perusahaan yang tidak mengalami financial distress.
Variabel rasio profitabilitas di proxy dengan rasio Earning
Before Interest and Tax (EBITTA). Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola sumber dayanya secara efektif yang dapat
dilihat dari hasil penjualan dan investasinya (Sarbapriya
Ray, 2011).
Variabel rasio likuiditas di proxy dengan rasio Working
capital to total asset merupakan ukuran asset lancar
perusahaan dengan total kapitalisasinya (Lakhsan, 2013).
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan modal kerja bersih dari seluruh total asset
yang dimilikinya.
Variabel rasio leverage di proxy dengan rasio Market Value
Of Equity To Book Value Of Total Liability (MVTL). Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai
pendanaan dengan menggunakan sumber dana untuk
meningkatkan keuntungan pemegang saham dan pihak
eksternal. Pengukuran ini menunjukkan berapa banyak
penurunan nilai asset perusahaan sebelum liabilitas
melebihi asset sehingga terjadi kebangkrutan (Edward I.
Altman, 2000).
Variabel rasio perputaran aset di proxy dengan rasio
Retained Earnings by Total Aset (RETA). Rasio ini
menunjukkan tingkat pertumbuhan sebuah perusahaan
yang dapat diraih tanpa harus meminjam dana atau
pemasukan modal dari pihak lain. Sales to Total Asset
(SATA). Rasio perputaran modal di proxy dengan rasio
Sales to Total Asset (SATA). Rasio ini merupakan rasio
keuangan standar yang menggambarkan kemampuan
asset perusahaan dalam menghasilkan penjualan Edward
I. Altman, 2000).
Variabel rasio arus kas di proxy dengan rasio Cash Flow
From Operations to Total Asset (CFOTA). Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan aliran kasnya melalui asset yang dimiliki
(Lakhsan, 2013). Rasio arus kas meningkat berakibat
pada laba yang naik, nilai perusahaan yang tinggi, dan

kemungkinan terjadinya financial distress yang rendah


(Almilia,
2006).
Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2008-2013 sebagai obyek penelitian. Metode
teknik sampling probabilitas digunakan untuk memilih
sampel. Jenis teknik sampling probabilitas yang digunakan
adalah sampling acak sederhana. Kriteria perusahaan
yang mengalami financial distress adalah perusahaan
yang mengalami EPS negatif selama dua tahun berturutturut dan akan diolah pada satu tahun dan dua tahun
sebelum mengalami financial distress. Sebagai kontrol
dipilih perusahaan yang tidak mengalami financial distress
yaitu perusahaan yang mengalami EPS positif selama dua
tahun berturut-turut yang memiliki kesamaan industri,
tahun terjadinya financial distress, dan kemiripan ukuran
asset dengan perusahaan yang mengalami financial
distress. Data perusahaan yang akan olah adalah data
perusahaan satu tahun dan dua tahun sebelum mengalami
laba positif.
Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode analisis data kuantitatif.
15

Hasil
Penelitian

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik pada


periode satu tahun sebelum financial distress (t-1)
maupun dua tahun sebelum financial distress (t2) variabel yang berpengaruh signifikan hanya
variabel Earnings Before Interest and Tax (EBITTA).
Variabel Working Capital to Total Asset (WCTA),
Market Value Of Equity to Book Value of Total Liability
(MVTL), Retained Earnings to Total Asset (RETA),
Sales to Total Asset (SATA), dan Cash Flow from
Operating to Total Asset (CFOTA) berpengaruh tetapi
tidak signifikan.
2.

Hasil analisis data dengan menggunakan regresi


logistik menghasilkan ketepatan prediksi sebesar
69,4% pada satu tahun sebelum financial distress
dan 54,2% pada dua tahun sebelum financial
distress.

NO PERIHAL
YANG
DIIDENTIFI
KASI
1
Judul

2
3
4

Nama
Penulis
Nama Jurnal
Penerbit
Latar
Belakang

JAWABAN

PENERAPAN
METODE
MULTIPLE
DISCRIMINANT
ANALYSIS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN
YANG
MENGINDIKASIKAN
GEJALA
FINANCIAL
DISTRESS PADA BANK UMUM SYARIAH
Suyatmin Waskito Adi , Aryani Intan Endah Rahmawati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Antusiasme masyarakat terhadap Bank Syariah yang
terbilang baru dalam kancah perekonomian Indonesia ini
semakin meningkat, termasuk di kalangan pebisnis.
Sebagai lembaga keuangan yang memiliki wewenang
melakukan banyak aktivitas, bank syariah dihadapkan

pada pelbagai macam risiko inherent (melekat). Risiko


yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi
bank jika tidak dideteksi dan dikelola sedini mungkin.
Pelbagai eksposur risiko tersebut bisa berupa penurunan
tingkat kesehatan bank hingga risiko kebangkrutan.
Salah satu contoh kasus mengenai risiko yang dihadapi
perbankan adalah krisis moneter tahun
1997. Krisis
moneter telah
memporak-porandakan sendi-sendi
perekonomian yang kemudian
bertransformasi menjadi
krisis ekonomi berkepanjangan yang memberikan efek
negatif terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Kondisi
tersebut tercermin dari banyaknya sejumlah bank yang
collapse
karena dianggap
tidak
mampu lagi
mempertahankan going concern-nya sehingga terpaksa
dilikuidasi.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi agar kejadian di
tahun 1997 tidak terulang kembali diperlukan suatu
tindakan sedini mungkin untuk mengukur kondisi serta
tingkat kesehatan bank.
Metode penilaian untuk menilai kondisi kesehatan bank
termasuk bank syariah sangat variatif. Salah satu metode
yang juga merupakan aturan
baku mengenai teknik
penilaian kesehatan bank
syariah
adalah metode
CAMELS. Teknik penilaian ini dikeluarkan oleh Bank
Indonesia
pada
tanggal
24 Januari
2007 melalui
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/1/DPbS/2007.

10

12

Basis teori
yang
digunakan
dalam
penelitian
Model
Penelitian

Metode lain yang dapat digunakan ialah metode multiple


discriminant analysis (MDA) yang dipelopori oleh Edward I.
Altman. Teknik penilaian ini dilakukan untuk menilai
eksistensi gejala financial distress (kesulitan keuangan)
yang mengarah pada kebangkrutan.
Altman Z-Score (1968)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini


adalah kuantitatif. Objek penelitian adalah bank umum
syariah yang telah beroperasi minimal lima tahun ya-itu,
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan
Bank Mega Syariah dengan kurun waktu empat tahun
yaitu periode 2007-2010.
Jenis data dalam penelitian ini ialah data dokumenter
berupa laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
secara independen. Sementara sumber data yang

diperoleh berupa data sekunder yakni pelbagai laporan


keuangan yang dikeluarkan oleh sejumlah lembaga yang
berwenang, seperti Bank Indonesia dan bank-bank
umum syariah yang menjadi target penelitian. Data-data
laporan tersebut tersedia di situs resmi BI dan BUS yang
menjadi objek penelitian.
Metode analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis rasio kesehatan CAMELSyang dalam penelitian
ini hanya digunakan faktor capital, assets, earnings, dan
liquiditserta metode multiple discriminant analysis
(MDA) Altman Z-Score. Perhitungan faktor capital, assets,
earnings, dan liquidity digunakan untuk menilai serta
menganalisis tingkat kesehatan bank syariah yang
menjadi objek penelitian. Pasca diketahui status atau
kondisi tingkat kesehatan bank-bank syariah tersebut,
maka tahap selanjutnya adalah menilai serta mengukur
eksistensi gejala financial distress menggunakan metode
MDA.
Multiple discriminant analysis (MDA) atau disebut juga
dengan analisis diskriminan ganda. Pada dasarnya,
analisis diskriminan merupakan suatu teknik analisis
yang bertujuan untuk mengelompokkan atau
memasukkan suatu objek ke dalam suatu grup.
Perbedaan dengan analisis diskriminan biasa adalah
terletak pada jumlah grup. Jika pada analisis diskriminan
hanya terdiri atas 1 atau 2 grup, pada analisis diskriminan
ganda (MDA) jumlah grup lebih dari 2.2
Metode MDA yang digunakan pada penelitian ini
merupakan metode yang dipopulerkan oleh Edward I.
Altman untuk mengukur gejala financial distress yang
terdiri atas lima variabel rasio dengan masing-masing
koefisien pengalinya (multiplier coefficient). Setelah
menghitung nilai dari masing-masing variabel yang terdiri
atas variabel X1 sampai dengan X5 kemudian dikalikan
dengan nnilai koefisien variabel masing-masing, maka
akan didapatkan nilai Z. Jika nilai Z < 1.81 maka
perusahaan atau bank mengalami kesulitan keuangan
dan risiko tinggi.untuk nilai Z antara 1.81 2.99, bank
dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area) dan
jika nilai Z dia atas 2,99 maka bank berada dalam
keadaan yang sehat dan kemungkinan akan adanya
kebangkrutan sangat kecil.3
Setelah diperoleh hasil berupa nilai Z pada setiap bank
di setiap tahunnya, penulis mencoba membuat formula
berupa persamaan fungsi diskriminan baru yang dibuat
berdasarkan hasil penelitian menggunakan formula
Altman. Proses ini dilakukan dengan memasukan semua
hasil penelitian ke dalam program SPSS 20.0 untuk
selanjutnya diolah menggunakan analisis diskriminan

guna mencari persamaan baru. Hal ini bertujuan untuk


membandingkan hasil penelitian yang menggunakan
fungsi diskriminan milik Altman dengan fungsi diskriminan
baru, di mana jumlah dan nilai pada masing-masing d
diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan formula
Altman.
15

Hasil
Penelitian

1. Hasil SPSS menunjukan variabel yang paling


berperan adalah variabel X2 (retained earnings to
total assets) dan X5 (sales to total assets).
2. Perhitungan mengenai tingkat kesehatan bank
yang mengacu pada standar pengukuran
kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yaitu, metode CAMELS di mana penulis
membatasinya dengan hanya menggunakan empat
faktor penilaian yakni, capital (permodalan),
assetquality (kualitas aset), earning (rentabilitas)
dan liquidity (likuiditas)diperoleh hasil berikut:
Pertama, Bank Muamalat Indonesia masuk dalam
kategori sehat kecuali pada tahun
2009, tingkat kesehatan bank menurun 1 tingkat
ke peringkat 3 yang mengakibatkan bank masuk
dalam kategori cukup sehat.
3. Kedua, Bank Syariah Mandiri secara konsisten
berada dalam kategori cukup sehat. Salah satu
faktor penyebab keadaan tersebut adalah jumlah
kegiatan operasional bank yang tinggi, sehingga
mengakibatkan inefisiensi kegiatan operasional. Hal
ini sekaligus membuktikan bahwa tingkat total
aset yang dimiliki oleh bank tidak mempengaruhi
hasil penilaian tingkat kesehatan metode CAMELS,
melainkan kinerja yang optimal dalam mengatur
dan mengelola bank lah yang mempengaruhi hasil
penelitian ini.
4. Ketiga, Bank Mega Syariah memiliki tingkat
kesehatan bersifat fluktuatif dan cenderung
menurun. Diawali dengan predikat bank yang
sangat sehat di tahun 2007, kemudian menjadi
bank sehat di tahun 2008 dan kembali turun
menjadi bank yang tergolong cukup sehat di
tahun 2009 dan 2010.
5. Berdasarkan hasil perhitungan yang menggunakan
metode multiple discriminant analysis (MDA) untuk
mengukur tingkat gejala financial distress pada

bank syariah, diperoleh hasil bahwa seluruh bank


syariah yang menjadi sampel kasus dalam kurun
waktu empat tahun penelitian (2007-2010) berada
dalam kategori bangkrut. Hal ini disebabkan oleh
Z-Score yang kurang dari 1.81. Selain itu, trend
kebangkrutan pada ketiga bank syariah tersebut
bersifat fluktuatif dan cenderung menurun.
6. Hasil penelitian menggunakan formula MDA baru
yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya dengan menggunakan formula MDA
Altman menyatakan bahwa, tidak semua objek
dalam penelitian ini masuk dalam kategori
bangkrut. Selain itu, 11 dari 12 sampel tepat
prediksi

PERSAMAAN
1. Tingkat total aset yang
dimiliki oleh bank tidak
mempengaruhi hasil penilaian
tingkat kesehatan metode
CAMELS, melainkan kinerja
yang optimal dalam
mengatur dan mengelola
bank.

PERBEDAAN
ANALISIS RASIO CAMELTERHADAP
PREDIKSI KONDISI BERMASALAH
PADA LEMBAGA PERBANKAN
PERIODA 2000-2002
1. Rasio CAR mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya
negatif artinya semakin rendah
rasio CAR, kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin
besar.
2. Rasio APB mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan terhadap
kondisi bermasalah dan
pengaruhnya negatif artinya
semakin rendah rasio ini,
kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar.
3. Rasio NPL mempunyai pengaruh
tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya
positif artinya semakin tinggi rasio
ini, kemungkinan bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil.
4. PPAPAP mempunyai pengaruh tidak
signifikan terhadap kondisi

bermasalah dan pengaruhnya


positif artinya semakin tinggi rasio
PPAPAP kemungkinan bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil.
5. ROA mempunyai pengaruh tidak
signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya
negatif artinya semakin rendah
rasio ROA kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.

6. NIM mempunyai pengaruh tidak


signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya
negatif artinya semakin rendah
rasio NIM maka kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.
7. BOPO mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya
positif artinya semakin tinggi rasio
BOPO maka kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin
besar.
8. Hasil pengujian hipotesis II adalah
Rasio keuangan CAMEL (CAR,
BOPO) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap prediksi kondisi
bermasalah bank-bank umum
swasta nasional di Indonesia
perioda 2000-2002.
ANALISIS RASIO KEUANGAN
TERHADAP KONDISI FINANCIAL
DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2008-2013
1.

variabel

yang

berpengaruh

signifikan hanya variabel Earnings


Before Interest and Tax (EBITTA),
Variabel Working Capital to Total
Asset (WCTA), Market Value Of
Equity to Book Value of Total
Liability (MVTL), Retained Earnings
to Total Asset (RETA), Sales to Total
Asset (SATA)
2. Cash Flow from Operating to Total
Asset (CFOTA) berpengaruh tetapi
tidak signifikan.
PENERAPAN METODE MULTIPLE
DISCRIMINANT ANALYSIS UNTUK
MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN
YANG MENGINDIKASIKAN GEJALA
FINANCIAL DISTRESS PADA BANK
UMUM SYARIAH
1. Hasil SPSS menunjukan variabel
yang paling berpengaruh adalah
variabel retained earnings to total
assets dan sales to total assets.

Anda mungkin juga menyukai