Referat Mata Ajeng
Referat Mata Ajeng
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Retinopati prematuritas (ROP) digambarkan untuk pertama kalinya oleh Terry
pada tahun 1940 sebagai Retrolental Fibroplasia, yaitu penyakit / gangguan
perkembangan pembuluh darah retina pada bayi yang lahir prematur, hal tersebut terkait
dengan penyediaan oksigen yang tinggi dan tidak terkendali.
Sebanyak 7000 anak di Amerika Serikat dinyatakan buta akibat ROP. Lebih dari
50.000 anak di seluruh dunia setiap tahunnya dibutakan oleh ROP. Karenanya penting
untuk memahami patogenesis kondisi ini. Hubungan antara umur kehamilan yang rendah,
hambatan pertumbuhan, faktor pertumbuhan tergantung pada oksigen, dan hiperoksia
harus lebih jelas dipahami.1
Suatu Penilitian membagi bayi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama
mendapatkan terapi oksigen seperti biasa, dan kelompok lain mendapatkan terapi oksigen
dengan level yang lebih rendah ditemukan bahwa kelompok kedua mengalami
progesivitas penyakit yang lebih rendah dari kelompok yang pertama. Maka diambil
kesimpulan adanya toksisitas oksigen sebagai salah satu penyebab ROP.
Retinopati prematuritas penyebab utama kebutaan pada hayi berat lahir rendah/
berat badan lahir sangat rendah. Retinopati prematuritas terjadi akibat kepekaan
pembuluh darah retina di masa perkembangan terhadap oksigen konsentrasi tinggi.
Pajanan oksigen konsentrasi tinggi (hiperoksia) mengakibatkan tingginya tekanan
oksigen retina sehingga memperlambat perkembangan pembuluh darah retina sehingga
menimbulkan daerah iskemia pada retina.2
B. Tujuan
Tujuan penulisan referat yang berjudul Retinopati prematuritas adalah untuk
memperoleh informasi ilmiah mengenai Retinopati pada bayi prematur yang meliputi
deskripsi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis dan penatalaksanaan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel
retina, melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.
2.
kaca.
Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju ke nervus optikus. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
historis premature didefinisikan dengan berat badan lahir 2500 gram atau kurang, tetapi
sekarang bayi yang beratnya 2500 gram atau kurang pada saat lahir, bayi dengan berat
badan lahir rendah, dianggap prermatur dengan masa kehamilan pendek, menurut umur
kehamilanya, mereka mengalami retardasi pertumbuhan intraunterin. Prematuritas dan
IUGR dihubungkan dengan kenaikan morbiditas dan mortalitas neonatus. Idealnya
definisi BBLR untuk populasi individu harus didasarkan pada data yang sehomogen
mungkin, baik secara genetic maupun linkungan.
Selama tahun 1991, sebanyak 7,1% kelahiran hidup di amerika lahir dengan berat
kurang dari 2,500g. Sejak tahun 1981 frekuensi BBLR telah naik turun terutama karena
adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. 4
C. Retinopati Prematuritas
Definisi
Retinopati prematuritas adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
pembentukan pembuluh darah retina pada bayi prematur. Retinopati yang berat ditandai
dengan proliferasi pembuluh retina, pembentukan jaringan parut dan pelepasan retina.
Retinopati prematuritas terjadi akibat kepekaan pembuluh darah retina di masa
perkembangan terhadap oksigen konsentrasi tinggi (kondisi ketika oeonatus hams
bertahan akibat ketidakmatangan paru). Pajanan oksigen konsentrasi tinggi (hlperoksia)
mengakihatkan tingginya tekanan oksigen retina sehingga memperlambat perkemhangan
pembuluh darah retina (vaskulogeuesis). Hal ini menimbulkan daerah iskemia pada
retina5
ROP terjadi bila pembuluh darah normal tumbuh dan menyebar ke seluruh retina,
jaringan lapisan bagian belakang mata. Abnormal pembuluh ini rapuh dan bisa bocor,
jaringan parut retina dan menariknya keluar dari posisi. Hal ini menyebabkan ablasi
retina. detasemen retina adalah penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan pada
ROP9
Epidemiologi
Frekuensi. Penelitian di Korea melaporkan insidensi 20.7% (88 dari 425 bayi
prematur) dan melaporkan bahwa usia gestasi 28 minggu dan berat lahir 1000 gr
adalah faktor risiko yang paling signifikan. Penelitian lainnya melaporkan insidensi
4
29.2% (165 dari 564 bayi dengan BBLASR). Usia median dari onset ROP adalah 35
minggu ( range 31-40 minggu).7
Mortalitas dan morbiditas. Setiap tahunnya, 500-700 anak mengalami kebutaan
akibat ROP di Amerika Serikat, 2100 bayi akan mengalami gejala sisa sikatrisial,
termasuk miopia, strabismus, kebutaan, dan ablasio retina. Terdapat kurang-lebih 20%
dari semua bayi prematur yang mengalami suatu bentuk strabismus dan kelainan refraksi
pada usia 3 tahun. Hal inilah mengapa bayi dengan usia gestasi kurang dari 32 minggu
atau berat kurang dari 1500 gr harus melakukan kontrol kesehatan mata setiap 6 bulan,
terlepas dari ada atau tidaknya ROP.7
Ras kulit hitam menderita ROP yang lebih ringan dibanding ras Kaukasian.
Insidens sedikit lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki. ROP adalah penyakit bayi
prematur. Semua bayi yang memiliki berat lahir kurang dari 1500 gr dan usia gestasi
kurang dari 32 minggu memiliki risiko untuk menderita ROP. Maka dibuat semacam
screening protocol sesuai dengan usia gestasi.7
Bayi yang lahir pada usia gestasi 23-24 minggu, harus menjalani pemeriksaan
Patofisiologi
ROP merupakan kelainan vascular retina imatur. Pembuluh darah retina belum
berkembang penuh sampai sekitar kehamilan 34-36 minggu. Semakin bayi kurang bulan,
semakin besar resiko menglami ROP. Vasokontriksi arteri retina terjadi sebagai respon
terhadap peningkatan tekanan oksigen arteri (PaO2), vasokontriksi ini merupakan respon
protektif dan tidak mebahayakan bagi retina yang sudah berkembang penuh, tetapi
hipoperfusi dan hipoksemia setempat pada retina dengan vaskularisasi tidak lengkap
merangsang proliferasi pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi) sebagai
upaya mensuplai daerah yang kurang mendapat perfusi. Perdarahan selanjutnya ke dalam
badan kaca dan retina menyebabkan proliferasi fibrosa, retraksi parut dan pada kasus
terburuk lepasnya retina dan kebutaan.6
Pajanan oksigen konsentrasi tinggi (hiperoksia) mengakibatkan tingginya tekanan
oksigen retina sehingga memperlambat perkembangan pembuluh darah retina
(vaskulogenesis) Hal ini menimbulkan daerah iskemia pada retina. Pada kondisi normal,
retina mempunyai kepekaan terhadap kerusakan oksidatif yang disebahkan tiga hal, yaitu
1. berlimpahnya substrat untuk reaksi oksidatif dalam bentuk asam lemah tak jenuh
ganda
Usia gestasi saat lahir, khususnya bila lebih kurang dari 32 minggu
Berat badan lahir kurang dari 1500 gr, khususnya yang kurang dari 1250 gr
Faktor risiko lainnya yang mungkin ( misalnya terapi oksigen, hipoksemia,
hipercarbia, dan penyakit penyerta lainnya)
Pemeriksaan Fisik. ROP dikategorisasikan dalam zona-zona, dengan stadium
yang menggambarkan tingkat keparahan penyakit. Semakin kecil dan semakin muda usia
bayi saat lahir, semakin besar kemungkinan penyakit ini mengenai zona sentral dengan
stadium lanjut.7
Pembagian zona.
Zona 1
o Zona 1 adalah yang paling labil. Pusat dari zona 1 adalah nervus optikus. Area ini
memanjang dua kali jarak dari saraf optik ke makula dalam bentuk lingkaran.
ROP yang terletak pada zona 1 (bahkan pada stadium 1, imatur) dianggap kondisi
yang kritikal dan harus dimonitor dengan ketat.
o Area ini sangat kecil dan perubahan pada area dapat terjadi dengan sangat cepat,
kadangkala dalam hitungan hari. Tanda utama dari perburukan penyakit ini
bukanlah ditemukannya neovaskularisasi tetapi dengan ditemukan adanya
pembuluh darah yang mengalami peningkatan dilatasi. Vaskularisasi retina
tampak meningkat mungkin akibat meningkatnya shunting ateriovena.
Zona 2
o Zona 2 adalah area melingkar yang mengelilingi zona 1 dengan nasal ora serrata
sebagai batas nasal.
o ROP pada zona 2 dapat berkembang dengan cepat namun biasanya didahului
dengan tanda bahaya (warning sign) yang memperkirakan terjadinya perburukan
dalam 1-2 minggu. Tanda bahaya tersebut antara lain : (1) tampak vaskularisasi
yang meningkat pada ridge (percabangan vaskular meningkat); biasanya
merupakan tanda bahwa penyakit ini mulai agresif. (2) Dilatasi vaskular yang
meningkat. (3) tampak tanda hot dog pada ridge; merupakan penebalan vaskular
pada ridge; hal ini biasanya terlihat di zona posterior 2 (batas zona 1) dan
minggu.
Pada zona 2, sebaiknya dilakukan pemeriksaan setiap 2 minggu.
Pada zona 3, pemeriksaan setiap 3-4 minggu cukup memadai.
2. Stadium 1
Ditemukan garis demarkasi tipis diantara area vaskular dan avaskular pada retina.
Garis ini tidak memiliki ketebalan.
10
Pada zona 1, tampak sebagai garis tipis dan mendatar (biasanya pertama kali pada
nasal). Tidak ada elevasi pada retina avaskular. Pembuluh retina tampak halus,
Pada zona
72 jam.
Pada zona 2, apabila tidak ditemukan perubahan vaskular dan tidak terjadi
Prosedur Pemeriksaan
11
2)
3)
rubeosis retina, bila ada. Tahap selanjutnya adalah pemeriksaan pada kutub posterior,
untuk mengidentifikasi adanya penyakit plus. Mata dirotasikan untuk mengidentifikasi
ada atau tidaknya penyakit zona 1. Apabila pembuluh nasal tidak terletak pada nasal ora
serrata, temuan ini dinyatakan masih berada pada zona 2. Apabila pembuluh nasal telah
mencapai nasal ora serrata, maka mata berada pada zona 3.7
Penatalaksanaan
Terapi Medis
Terapi medis untuk retinopati prematuritas (ROP) terdiri dari screening
oftalmologis terhadap bayi-bayi yang memiliki faktor risiko. Terapi terapi lainnya yang
pernah dicoba dapat berupa mempertahankan level insulinlike growth factor (IGF-1) dan
omega-3-polyunsaturated fatty acids (PUFAs) dalam kadar normal pada retina yang
sedang berkembang.7
Terapi Bedah
a. Terapi bedah ablatif (Ablative surgery)
Dilakukan apabila terdapat tanda kegawatan
Terapi ablatif saat ini terdiri dari krioterapi atau terapi laser untuk
tindakan
b. Krioterapi
Krioterapi merupakan terapi utama ROP sejak era 1970an. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan anestesi umum ataupun topikal. Karena tingkat stress prosedur
yang cukup tinggi, maka mungkin dibutuhkan bantuan ventilator setelah prosedur ini
12
Prognosis
Prognosis ROP ditentukan berdasarkan zona penyakit dan stadiumnya. 7
14
BAB III
KESIMPULAN
15
REFERENSI
1.
2.
Tejiro B,2006. Retinopathy of prematurity. Dalam: arch soc esp oftalmol; 81:129-130.
Gargely K,2010. Retinopathy of prematurity-epidemics, incidence, prevalence, blindness.
3.
4.
Jakarta.
Alvin K Behrman. Prematuritas dan Retardasi pertumbuhan intrauterine. Dalam: Nelson
5.
Ilmu Kesehatan Anak: bayi berisiko-tinggi. Edisi 15. Jakarta : Penerbit EGC,2000.
Setiawan bambang, 2007. Peroksidase lipid dan penyakit terkait stress oksidatif pada bayi
6.
7.
EGC,2004.
Bashour M. Retinopathy of Prematurity. Emedicine. November 3, 2008. Cited November
8.
9.
hospital.2010
10. Anjli Hussain, 2004. Management of retinopathy in a tertiary care center. Dalam: Journal
of the Bombay ophtamologists association vol.3 no.1
16