Anda di halaman 1dari 7

A.

RESUME
Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan didunia.
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyebabkan infeksi
yang mengancam jiwa hati yang sering menyebabkan penyakit hati kronis
dan menempatkan orang pada risiko tinggi kematian dari sirosis hati dan
kanker hati. Infeksi virus hepatitis B adalah masalah kesehatan global
utama.
Di seluruh dunia, dua miliar orang diperkirakan telah terinfeksi
dengan virus hepatitis B (HBV), dan lebih dari 350 juta memiliki infeksi
hati kronis (jangka panjang)(1,3,5). Penyakit ini telah dianggap sebagai
persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan(5). Hal ini
karena selain prevalensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan
problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirroshis hepatitis dan
karsinoma hepatoseluler primer(5).
Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui
darah/darah produk yang mempunyai konsentrasi virus hepatitis B yang
tinggi, melalui semen, melalui saliva, melalui alat-alat yang tercemar virus
hepatitis B seperti sisir, pisau cukur, alat makan, sikat gigi, alat
kedokteran dan lain-lain.
Di Indonesia kejadian hepatitis B satu diantara 12-14 orang, yang
berlanjut menjadi hepatitis kronik, chirosis hepatis dan hepatoma. Satu
atau dua kasus meninggal akibat hepatoma(5). Maka diperlukan
pencegahan sedini mungkin. Pencegahan yang dilakukan meliputi
pencegahan penularan penyakit hepatitis B melalui Health Promotion dan
pencegahan penyakit melalui pemberian vasinasi.
Menurut WHO bahwa pemberian vaksin hepatitis B tidak akan
menyembuhkan pembawa kuman (carier) yang kronis, tetapi diyakini 95
% efektif mencegah berkembangnya penyakit menjadi carier.
B. PENDAHULUAN
i. Data Kasus Penyakit Hepatitis B Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan, lebih dari dua miliar penduduk dunia terinfeksi
hepatitis B (HBV) dengan angka kematian 250.000 orang per tahun dan
lebih dari 350 juta memiliki infeksi hati kronis (jangka panjang) (6,7).
Hepatitis B endemik di China dan bagian lain di Asia. Kebanyakan
orang di wilayah tersebut menjadi terinfeksi VHB selama masa kanakkanak(7). Di wilayah ini, 8% sampai 10% dari populasi dewasa terinfeksi
kronis(7). Kanker hati disebabkan oleh HBV adalah antara tiga penyebab
pertama kematian dari kanker pada pria, dan penyebab utama kanker
pada wanita(7).
Indonesia adalah negara dengan prevalensi hepatitis B dengan
tingkat endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8 persen yang sebanyak 1,5
juta orang Indonesia berpotensi mengidap kanker hati, hal ini berarti
bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan
termasuk negara yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya
pencegahan (Imunisasi) Pada tahun 2009, 177 negara melaporkan
bahwa mereka telah termasuk vaksin hepatitis B ke dalam program
nasional imunisasi bayi mereka (dua dari negara-negara dilaporkan

memperkenalkan di bagian negara saja). Ini adalah kenaikan besar


dibandingkan dengan 31 negara pada tahun 1992, tahun bahwa Majelis
Kesehatan Dunia mengesahkan resolusi untuk merekomendasikan
vaksinasi global melawan hepatitis B (1).
C. ISI
i. Triad Epidemiologi
a. Agen (5) Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B
termasuk DNA virus. Virus hepatitis B atau partikel Dane merupakan
partikel bulat berukuran 42nm dengan selubung fosfolipid (HbsAg) (2,5).
Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan
HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi
atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan
perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw terjadi di
Eropah, Amerika dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan
Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia.
Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.
b. Host (5) Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia
yang dapat mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B.
Faktor penjamu meliputi: Umur Hepatitis B dapat menyerang semua
golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko
untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana
pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23
-46 % dan pada orang dewasa 3-10% (Markum, 1997). Hal ini berkaitan
dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin
terhindar dari hepatitis kronis. Jenis Kelamin Berdasarkan sex ratio,
wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B Dibanding pria. Mekanisme
Pertahanan Tubuh Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah
lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering
terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat
imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang
sempurna. Kebiasaan Hidup Sebagian besar penularan pada masa
remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti
homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto,
pemakaian akupuntur. Pekerjaan Kelompok resiko tinggi untuk
mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi,
perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana
mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan
material manusia (darah, tinja, air kemih).
KELOMPOK RESIKO TINGGI TERKENA HEPATITIS B(5)
1. lndividu yang karena profesi / pekerjaannya atau lingkungannya
relatif lebih sering ketularan, misal : petugas kesehatan (dokter, dokter
gigi, perawat, bidan), petugas laboratorium, pengguna jarum suntik,

wanita tuna susila, pria homoseksual, supir, dukun bayi, bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi hepatitis B.
2. Individu dengan kelainan sistem kekebalan selular, misal
penderita hemofilia, hemodialisa, leukemia limfositik, penderita
sindroma Down dan penderita yang mendapat terapi imunosupresif.
a. Lingkungan (5) Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh
luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk
faktor lingkungan adalah: Lingkungan dengan sanitasi yang jelek.
Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi. Daerah unit
pembedahan: Ginekologi, gigi, mata. Daerah unit laboratorium.
Daerah unit Bank Darah. Daerah tempat pembersihan. Daerah
dialisa dan transplantasi. Daerah unit perawatan penyakit dalam.
ii. Transmisi Hepatitis B Mode transmisi
adalah sama bagi human immunodeficiency virus (HIV), tetapi HBV
adalah 50 sampai 100 kali lebih menular seperti HIV, VHB dapat
bertahan hidup di luar tubuh setidaknya selama 7 hari. Selama waktu
itu, virus tetap dapat menyebabkan infeksi jika memasuki tubuh orang
yang tidak terinfeksi. (7)
Sumber Penularan Virus Hepatitis B. (5) Dalam kepustakaan
disebutkan sumber penularan virus Hepatitis B berupa: Darah Saliva
Kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B Feces dan urine
Lain-lain: Sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang
terkontaminasi virus hepatitis B. Selain itu dicurigai penularan melalui
nyamuk atau serangga penghisap darah.
Cara penularan virus Hepatitis B (5) Penularan infeksi virus
hepatitis B melalui berbagai cara yaitu :
a. Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa
misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar
virus hepatitis B dan pembuatan tattoo b. Non Parenteral : karena
persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus
hepatitis B. Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis
B dibagi 2 cara penting yaitu: a. Penularan vertikal; yaitu
penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg positif
kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal.
Resiko terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi
antar negara satu dan lain berkaitan dengan kelompok etnik.
b. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B
dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain
disekitarnya, misalnya: melalui hubungan seksual. iii. Riwayat
Penyakit Masa inkubasi virus adalah 90 hari rata-rata, tetapi
dapat bervariasi dari sekitar 30 sampai 180 hari. HBV dapat
dideteksi 30 sampai 60 hari setelah infeksi dan menetap selama

periode variabel luas waktu. (7) Respon sel tubuh manusia pada
infeksi virus dapat menyebabkan keadaan berikut: 1) Tidak
terjadi proses peradangan dan sel hati masih berfungsi normal,
tetapi produksi virus berlangsung terus yang disebut dengan
infeksi persisten (pasien tetap sehat dengan titer HbsAg yang
tinggi). (3) 2) Terjadi proses peradangan sel hati dan sintesis virus
ditekan, yang disebut dengan hepatitis akut. (3) 3) Terjadi proses
peradangan yang berlebihan, dan keadaan ini akan menyebabkan
kerusakan sel hati, yang disebut dengan hepatitis fulminan(3).
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian
besar mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh
persen akan berakhir dengan kematian. Adakalanya penderita
belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi
pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada
pemeriksaan fisik hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat
menurun hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai
gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan
uremia(5). 4) Terjadinya proses yang tidak sempurna, yaitu
proses peradangan dan sintesis virus berjalan terus, yang disebut
sebagai hepatitis kronis(3). Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B
akut akan mengalami Hepatitis B kronik. Hepatitis ini terjadi jika
setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan yang mantap(5).
Terdapat 3 fase perkembangan penyakit, yaitu : 1. Fase Praikterik
(prodromal) (3,5) Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak
jelas, demam tinggi, anoreksia, mual, nyeri didaerah hati disertai
perubahan warna air kemih menjadi gelap. Pemeriksaan
laboratorium mulai tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum,
SGOT dan SGPT, Fosfatose alkali, meningkat). 2. Fase lkterik(3,5)
Gejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai
hepatomegali dan splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat
dengan puncak pada minggu kedua. setelah timbul ikterus, gejala
menurun dan pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati abnormal.
Air seni berwarna seperti teh, kulit menguning, serta keluhan
menguat. 3. Fase Penyembuhan (3,5) Fase ini ditandai dengan
menurunnya kadar enzim aminotransferase. pembesaran hati
masih ada tetapi tidak terasa nyeri, pemeriksaan laboratorium
menjadi normal.
iv. PENCEGAHAN PENULARAN HEPATITIS B (5)
Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health
Promotion baik pada host maupun lingkungan dan perlindungan
khusus terhadap penularan. . Health Promotion terhadap host
berupa pendidikan kesehatan, peningkatan higiene perorangan,
perbaikan gizi, perbaikan sistem transfusi darah dan mengurangi
kontak erat dengan bahan-bahan yang berpotensi menularkan
virus VHB. . Pencegahan virus hepatitis B melalui lingkungan,
dilakukan melalui upaya: meningkatkan perhatian terhadap

kemungkinan penyebaran infeksi VHB melalui tindakan melukai


seperti tindik, akupuntur, perbaikan sarana kehidupan di kota dan
di desa serta pengawasan kesehatan makanan yang meliputi
tempat penjualan makanan dan juru masak serta pelayan rumah
makan. . Perlindungan Khusus Terhadap Penularan Dapat
dilakukan melalui sterilisasi benda-benda yang tercemar dengan
pemanasan dan tindakan khusus seperti penggunaan sarung
tangan bagi petugas kesehatan, petugas laboratorium yang
langsung bersinggungan dengan darah, serum, cairan tubuh dari
penderita hepatitis, juga pada petugas kebersihan, penggunaan
pakaian khusus sewaktu kontak dengan darah dan cairan tubuh,
cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita pada
tempat khusus selain itu perlu dilakukan pemeriksaan HbsAg
petugas kesehatan (Onkologi dan Dialisa) untuk menghindarkan
kontak antara petugas kesehatan dengan penderita
PENCEGAHAN
PENYAKIT
Pencegahan
penyakit
dilakukan melalui immunisasi baik aktif maupun pasif

dapat

1. Immunisasi Aktif Pada negara dengan prevalensi tinggi,


immunisasi diberikan pada bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif,
sedang pada negara yang prevalensi rendah immunisasi
diberikan pada orang yang mempunyai resiko besar tertular(5).
Tujuan utamanya adalah prevalensi HBsAg kurang dari 1% pada
anak usia 5 tahun atau lebih(8). Strategi kunci untuk mencapai
tujuannya adalah imunisasi bayi universal dengan tiga dosis
vaksin hepatitis B, dengan dosis pertama, selanjutnya disebut
sebagai dosis lahir, diberikan dalam waktu 24 jam setelah
kelahiran(8). Intervensi harus diteruskan bahkan setelah tujuan
telah dicapai(8). Vaksin hepatitis diberikan secara intra muskular
sebanyak 3 kali dan memberikan perlindungan selama 2
tahun(5). Program pemberian sebagai berikut(5): Dewasa:Setiap
kali diberikan 20 g IM yang diberikan sebagai dosis awal,
kemudian diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6
bulan. Anak :Diberikan dengan dosis 10 g IM sebagai dosis
awal , kemudian diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah
6 bulan.
2. Immunisasi Pasif(5) Pemberian Hepatitis B Imunoglobulin
(HBIG) merupakan immunisasi pasif dimana daya lindung HBIG
diperkirakan dapat menetralkan virus yang infeksius dengan
menggumpalkannya. HBIG dapat memberikan perlindungan
terhadap Post Expossure maupun Pre Expossure. Pada bayi yang
lahir dari ibu, yang HBsAs positif diberikan HBIG 0,5 ml intra
muscular segera setelah lahir (jangan lebih dari 24 jam).
Pemberian ulangan pada bulan ke 3 dan ke 5. Pada orang yang
terkontaminasi dengan HBsAg positif diberikan HBIG 0,06 ml/Kg
BB diberikan dalam 24 jam post expossure dan diulang setelah 1

bulan. v. Pengobatan Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk


kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan
periksaan darah(10) . Setelah diagnosa ditegakkan sebagai
Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu
pengobatan telan (oral) dan secara injeksi(10). a. Pengobatan
oral yang terkenal adalah(10) ; - Pemberian obat Lamivudine dari
kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC.
Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian
obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu
penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara
oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi
akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal. - Pemberian obat
Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis
B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit
kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati.
Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum
dikatakan stabil. b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan
adalah(10) ; Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung
partikel radioaktif pemancar sinar yang akan menghancurkan
sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A,
INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau
lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama
pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek
lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit
menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian paracetamol. D. KESIMPULAN Hepatitis B merupakan
persoalan
kesehatan
masyarakat
yang
perlu
segera
ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang
ditimbulkan hepatitis B. Penularan hepatitis B terjadi melalui
kontak dengan darah / produk darah, saliva, semen, alat-alat
yang tercemar hepatitis B dan inokulasi perkutan dan subkutan
secara tidak sengaja. Penularan secara parenteral dan non
parenteral serta vertikal dan horizontal dalam keluarga atau
lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis B di masyarakat
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang meliputi aktivitas
seksual, gaya hidup bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan
kontak dengan darah dan material penderita. Pengendalian
penyakit
ini
lebih
dimungkinkan
melalui
pencegahan
dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian.
Pencegahan dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit
dengan kegiatan Health Promotion dan Spesifik Protection,
maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif.
SARAN Hepatitis B berasal dari infeksi virus hepatitis B, seperti
yang kita tahu bahwa pengobatan virus lebih susah maka lebih

diutamakan pencegahan. Pencegahan yang dilakukan meliputi


pencegahan penularan penyakit hepatitis B melalui Health
Promotion dan pencegahan penyakit melalui pemberian vasinasi.
E. Gambar Pendukung Virus Hepatitis B Vaksin Hepatitis B

DAFTAR PUSTAKA
1.
Badan
Kesehatan
http://who.int/immunization/topics/hepatitis_b/en/index.html

Dunia

2. Sastrawinata, Ucke Sugeng. 2008. Virologi Manusia. Bandung:


Penerbit PT Alumni
3. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi,
Pencegahan dan Pemberantasan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Penularan,

4. Profil Kesehatan Kota Palembang 2009, Dinas Kesehatan Kota


Palembang
diakses
dari
http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen35-37.pdf
5. Siregar, Fazidah Aguslina. Hepatitis B ditinjau dari Kesehatan
Masyarakat
dan
Upaya
Pencegahan.
FKM
USU.
Jurnal
online
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3706/1/fkm-fazidah.pdf
6.
Harian
Kompas
http://health.kompas.com/read/2011/07/26/09381955/Indonesia.Peringkat.K
etiga.Pengidap.Hepatitis
7.
Lembar
Fakta
http://who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/

Hepatitis

8. Manju Rani, Baoping Yang and Richard Nesbit. Hepatitis B controlled


by 2012 in The WHO Pacific Region: Rationale and implications
http://www.who.int/bulletin/volume/87/9/08-059220/en/
9.
LEMBAR
FAKTA
HEPATITIS
http://www.depkes.go.id/hepatitis/index.php/component/content/article/34press-release/799-lembar-fakta-hepatitis.html
10. Penyakit Hepatitis B http://www.infopenyakit.com

Anda mungkin juga menyukai