seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang di Pulau Jawa. Ia telah ditetapkan sebagai
pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November
1975.
Asal-Usul Si Untung
Nama aslinya tidak diketahui. Menurut Babad Tanah Jawi ia berasal dari Bali yang ditemukan
oleh Kapten van Beber, seorang perwira VOC yang ditugaskan di Makasar.
Kapten van Beber kemudian menjualnya kepada perwira VOC lain di Batavia yang bernama
Moor. Sejak memiliki budak baru, karir dan kekayaan Moor meningkat pesat. Anak kecil itu
dianggap pembawa keberuntungan sehingga diberi nama Si Untung.
Ketika Untung berumur 20 tahun, ia dimasukkan penjara oleh Moor karena berani menikahi
putrinya yang bernama Suzane. Untung kemudian menghimpun para tahanan dan berhasil kabur
dari penjara dan menjadi buronan.
Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) berhasil menemukan kelompok Untung. Mereka
ditawari pekerjaan sebagai tentara VOC daripada hidup sebagai buronan. Untung pun dilatih
ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan ditugasi menjemput Pangeran Purbaya.
Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura. Datang pula pasukan
Vaandrig Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak terima
dan menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684.
Pangeran Purbaya tetap menyerah ke Tanjungpura, tapi istrinya yang bernama Gusik Kusuma
meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung kini kembali menjadi buronan
VOC. Antara lain ia pernah menghancurkan pasukan Jacob Couper yang mengejarnya di desa
Rajapalah.
Ketika melewati Cirebon, Untung bertengkar dengan Raden Surapati anak angkat sultan. Setelah
diadili, terbukti yang bersalah adalah Suropati. Surapati pun dihukum mati. Sejak itu nama
Surapati oleh Sultan Cirebon diserahkan kepada Untung.
Kapten Francois Tack (perwira VOC senior yang ikut berjasa dalam penumpasan Trunajaya dan
Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura bulan Februari 1686 untuk menangkap Suropati.
Amangkurat II yang telah dipengaruhi Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC.
Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur. Sebanyak 75 orang Belanda
tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan untung suropati.Tentara Belanda yang masih hidup
menyelamatkan diri ke benteng mereka.
Untung Suropati pun mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan bergelar Tumenggung
Wiranegara.
Pada tahun 1690 Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan untuk merebut Pasuruan. Tentu
saja pasukan ini mengalami kegagalan karena pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai
usaha mengelabui VOC.
Pada bulan September 1706 gabungan pasukan VOC, Kartasura, Madura, dan Surabaya dipimpin
Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di benteng Bangil akhirnya
menewaskan Untung Suropati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706. Namun ia berwasiat
agar kematiannya dirahasiakan.
Makam Suropati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan
membawa tandu berisi Suropati palsu.
Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia
menemukan makam Suropati yang segera dibongkarnya. Jenazah Suropati pun dibakar dan
abunya dibuang ke laut.
Perjuangan Putra-Putra Suropati
Putra-putra Untung Suropati, antara lain Raden Pengantin, Raden Suropati, dan Raden
Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang Jawa dan Bali). Sebagian dari
mereka ada yang tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.
Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Suropati masih setia
mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam pemberontakan Pangeran Blitar
menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil
dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Suropati dan para pengikutnya dibuang VOC ke
Srilangka.