Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Demokrasi adalah salah satu bentuk sistem pemerintahan suatu negara

sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat. Semua warga negara memiliki


persamaan hak untuk mengambil keputusan yang dapat mengubah kehidupan
mereka. Dalam praktik

demokrasi,

kedaulatan rakyat menjamin peran serta

masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan. Dengan


adanya peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tersebut,
setiap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan dapat
diharapkan benar-benar mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah
masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi
demokrasi. Dalam penyelenggaraannya, sejak awal kemerdekaan hingga saat ini
ada berbagai macam bentuk demokrasi di Indonesia. Demokrasi sendiri
mempunyai beberapa kelebihan dan juga kekurangan.
1.2

Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apakah hakikat demokrasi?


Bagaimana sejarah dan ragam pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
Apa saja prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia?
Apa saja kekurangan dan kelebihan demokrasi di Indonesia?

1.
2.
3.
4.

Tujuan
Menentukan hakikat demokrasi.
Memahami sejarah dan ragam pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Menentukan prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia.
Menentukan kekurangan dan kelebihan demokrasi di Indonesia.

1.3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Hakikat Demokrasi
Demokrasi

memiliki

pengertian

yang

bermacam-macam.

Secara

etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu demos dan kratos.
Demos artinya rakyat dan kratos artinya pemerintahan atau kekuasaan. Dengan
demikian, istilah demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan atau pemerintahan
yang berasal dari rakyat. Dalam pemerintahan, yang berkuasa adalah rakyat.
Rakyat selalu diikutsertakan dalam urusan pemerintahan negara. Sedangkan
pemerintah negara harus bertanggung jawab kepada rakyat.
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan kata lain, pemerintah mendapatkan mandat
untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut adalah dari rakyat. Rakyat adalah
pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara demokrasi, rakyat mengawasi
jalannya pemerintahan dan segala sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah sebagai
wakil rakyat adalah semata-mata untuk kesejahteraan rakyatnya.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan
negara Indonesia yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak mungkin
terlepas dari rasa kekeluargaan. Akan tetapi, yang menjadi pandangan kita
sekarang yaitu mengapa negara ini seperti mengalami sebuah kesulitan besar
dalam melahirkan demokrasi. Banyak para ahli berpendapat bahwa demokrasi
Pancasila itu merupakan salah satu wujud demokrasi yang mampu menjawab
tantangan zaman karena semua kehidupan berkaitan erat dengan nilai-nilai luhur
Pancasila. Berikut ini pengertian demokrasi Pancasila menurut para ahli.

Menurut Prof. Dardji Darmodihardjo, S.H.

Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian


dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang terwujud seperti dalam ketentuanketentuan pembukaan UUD.

Menurut Prof. dr. Drs. Notonegoro, S.H.

Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan perwakilan yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, yang
2

berkepribadian kemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan


Indonesia dan yang berkedaulatan bagi seluruh rakyat.
2.2

Bentuk Demokrasi
Secara umum, terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi langsung

dan demokrasi perwakilan.


1. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana
setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu
keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam
memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung
terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi langsung
digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di Athena dimana
ketika terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh rakyat
berkumpul untuk membahasnya. Di era modern, sistem ini menjadi tidak
praktis karena umumnya populasi suatu negara cukup besar dan
mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal yang sulit.
Selain itu, sistem ini juga menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat
sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk
mempelajari semua permasalahan politik negara.

Gambar 1. Demokrasi langsung di Athena

2. Demokrasi perwakilan

Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan


melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil
keputusan bagi mereka. Hal ini bisa dilihat dalam pemerintahan Indonesia,
dimana rakyat memilih wakil rakyat melalui pemilihan umum yang
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Melalui wakil
rakyat inilah aspirasi dari rakyat dapat tersampaikan.

Gambar 2. Pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat

2.3

Asas Pokok Demokrasi


Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah

pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai


kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar
tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:

Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan


wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung,

umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil; dan


Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan
pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan
bersama.

2.4

Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis

Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima


dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan
demokratis adalah sebagai berikut:
a) Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan);
b) Adanya pengakuan, penghargaan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
rakyat (warga negara);
c) Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang;
d) Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen
sebagai alat penegakan hukum;
e) Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara;
f) Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi
dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah;
g) Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat;
h) Adanya pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur
dan adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan
serta anggota lembaga perwakilan rakyat;
i) Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama,
golongan, dan sebagainya).
Menurut

Nurcholis

Madjid,

pandangan

hidup

demokratis

telah

berkembang, baik secara teoritis maupun pengalaman praktis di negeri-negeri


yang memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang cukup mapan yang
mencakup tujuh norma. Ketujuh norma itu adalah sebagai berikut:
a) Pentingnya kesadaran akan pluralisme

Seseorang akan dapat menyesuaikan dirinya pada cara hidup demokratis


jika ia mampu mendisiplinkan dirinya ke arah jenis persatuan dan kesatuan
yang diperoleh melalui penggunaan perilaku kreatif dan dinamis serta
memahami segi-segi positif kemajemukan masyarakat.
b) Musyawarah
Semangat musyawarah menuntut agar dapat menerima kemungkinan
terjadinya partial finctioning of ideals, yaitu pandangan dasar bahwa
belum tentu, dan tidak harus, seluruh keinginan atau pikiran seseorang
atau kelompok akan diterima dan dilaksanakan sepenuhnya.
c) Pertimbangan moral
Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara
haruslah sejalan dengan tujuan.
d) Pemufakatan yang jujur dan sehat
Suasana masyarakat demokrasi dituntut untuk menguasai dan menjalankan
seni permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna mencapai
permufakatan yang juga jujur dan sehat. Permufakatan yang dicapai
melalui engineering, manipulasi atau taktik-taktik yang sesungguhnya
hasil sebuah konfirasi, bukan saja merupakan permufakatan yang curang,
cacat atau sakit, malah dapat disebut sebagai pengkhianatan pada nilai dan
semangat demokrasi.
e) Pemenuhan segi-segi ekonomi
Warga masyarakat demokratis ditantang untuk mampu menganut hidup
dengan pemenuhan kebutuhan secara berencana, dan harus memiliki
kepastian bahwa rencana-rencana itu (dalam wujud besarnya ialah GBHN)
benar-benar sejalan dengan tujuan dan praktik demokrasi. Dengan
demikian,

rencana

pemenuhan

kebutuhan

ekonomi

harus

mempertimbangkan aspek keharmonisan dan keteraturan sosial.


f) Kerja sama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai itikad baik
masing- masing
Kerjasama antarwarga masyarakat dan sikap saling mempercayai iktikad
baik masing-masing, kemudian jalinan dukung-mendukung secara
fungsional antara berbagai unsur kelembagaan kemasyarakatan yang ada,
merupakan segi penunjang efesiensi untuk demokrasi.
g) Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan
sistem pendidikan.
6

2.5

Kondisi Demokrasi di Indonesia


Bagaimana kondisi kehidupan demokrasi dalam masyarakat kita?

Meskipun konsep demokrasi banyak dipandang berasal dari negara-negara


Barat/Eropa, akan tetapi sesungguhnya budaya demokrasi sudah lama
dipraktikkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Dalam tradisi masyarakat di
Indonesia sangat dikenal adanya kebiasaan bermusyawarah. Dalam musyawarah,
warga kelompok masyarakat itu membicarakan segala persoalan yang
menyangkut kepentingan bersama, misalnya persoalan kesejahteraan warga,
irigasi, keamanan kampung, dan lain-lain. Tidak jarang keputusan musyawarah itu
dilakukan dengan mufakat bulat, artinya disetujui oleh seluruh warga. Di kalangan
masyarakat Jawa, musyawarah itu biasa dilakukan di Balai Desa. Sementara itu di
kalangan masyarakat Minangkabau dikenal adanya Rumah Gadang, sebagai
sarana musyawarah. Untuk melaksanakan keputusan musyawarah itu biasanya
juga dikerjakan secara bersama-sama, yang dikenal dengan istilah gotong-royong.
Tradisi demokrasi dalam bentuk pengambilan keputusan bersama, bahkan
melaksanakan keputusan secara bersama itu, hingga kini masih berlangsung
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan.
Betapapun sederhananya corak demokrasi yang telah diuraikan, akan
tetapi hal itu tetap memiliki nilai yang berharga dalam proses perkembangan
demokrasi

di

Indonesia.

Dalam

perkembangannya

setelah

mengalami

kemerdekaan, bangsa Indonesia mampu menyesuaikan diri dengan sistem


demokrasi modern. Lembaga-lembaga perwakilan rakyat dipilih secara langsung
oleh rakyat melalui pemilihan umum. Di desa-desa pun kini dibentuk Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) yang fungsi serta peranannya mirip dengan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Itu semua merupakan bagian dari perkembangan
budaya demokrasi di Indonesia. Budaya demokrasi berarti menjadikan demokrasi
sebagai suatu kebiasaan hidup sehari-hari.
Ada beberapa contoh sederhana yang dapat ditunjukkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam lingkungan keluarga, misalnya membiasakan diri untuk
menghormati pendapat anggota keluarga yang lain. Dalam lingkungan sekolah,

tidak boleh memaksakan kehendak teman, serta mematuhi tata tertib sekolah.
Dalam suatu pertandingan olah raga misalnya, seluruh peserta harus mematuhi
aturan permainan (rule of the game), tunduk pada keputusan juri, sportif, bersedia
menerima kekalahan dan lain-lain. Meskipun tampak sederhana, justru dalam
kehidupan bermasyarakat itulah, kita perlu membiasakan hidup secara demokratis.
Pembudayaan demokrasi perlu menjadi agenda penting bagi bangsa Indonesia,
demi

terwujudnya

kesadaran

berdemokrasi

di

kalangan

masyarakat.

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh


rakyat, dan untuk rakyat. Menurut teori demokrasi, kedaulatan (kekuasaan
tertinggi) berada di tangan rakyat. Dalam pelaksanaannya, rakyat akan
mewakilkan diri kepada wakil-wakil rakyat, yang duduk di lembaga-lembaga
perwakilan rakyat. Para wakil rakyat itu mempunyai kewajiban untuk
menyalurkan keinginan atau aspirasi rakyat dalam pemerintahan. Dengan
demikian, pemerintahan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan aspirasi rakyat.
2.6

Sejarah Demokrasi di Indonesia


Berbicara tentang sejarah demokrasi di Indonesia, negara ini memang

memiliki pergolakan sejarah yang cukup panjang mengenai hal ini. Mulai dari
sebelum merdeka, pasca kemerdekaan, sampai pada saat ini demokrasi selalu
menuai perdebatan.

Gambar 4. Mahasiswa menduduki Gedung MPR pada tahun 1998, sebagai salah satu sejarah penting
demokrasi di Indonesia

Demokrasi pada umunya diartikan sebagai metode pendekatan politik


terhadap rakyat dengan penjabarannya yang lebih luas yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun, pada kenyataannya tidak sesuai
dengan pengimplementasiannya. Semua ini terbukti dari beberapa kasus dan
8

permasalahan yang hadir terus-menerus di tengah-tengah masyarakat dengan


mengatasnamakan kesalahan sistem, yaitu demokrasi.
Pembahasan mengenai perkembangan demokrasi memang tiada hentinya
sebelum tercapainya tujuan bersama dan negara yang salah satunya adalah
kesejahteraan. Realita pada saat ini yaitu beberapa kalangan di Indonesia
memandang demokrasi sebagai suatu sistem dan metode terbaik dibandingkan
dengan yang lain. Namun tidak semua kalangan sepakat akan hal tersebut, bahkan
ada pula yang menolak demokrasi secara keras dengan alasan-alasan
tertentu. Sejarah demokrasi di Indonesia terbagi menjadi empat periode dan setiap
periode memiliki ciri demokrasi tersendiri, secara singkat antara lain ialah:
1. Periode Demokrasi Parlementer (1945-1965)
Periode ini merupakan awal perkembangan demokrasi di Indonesia.
Namun sayangnya demokrasi pada periode ini tidak mempunyai modal cukup
untuk menjadi mapan dalam implementasinya, entah dalam teori, konsep dan
praktiknya. Demokrasi pada periode ini hanya menjadi pemersatu dan alat koalisi
antar suku dan agama yang beragam di Indonesia untuk dapat bersatu menjadi
suatu bangsa. Namun demokrasi parlementer ini ternyata kurang begitu cocok
diterapkan di Indonesia karena dalam prosesnya timbul banyak perpecahan politik
dan partai-partai politik yang mendominasi terpecah belah sehingga Demokrasi
Parlementer ini digantikan menjadi Demokrasi Terpimpin.
2. Periode Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959-1965)
Ciri-ciri

demokrasi

ini

adalah

dominasi

politik

presiden

serta

berkembangnya pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung


politik nasional. Dominasi kekuasaan politik presiden pada saat itu terbukti
melahirkan tindakan dan kebijakan yang menyimpang dari ketentuan UndangUndang Dasar 1945. Misalnya, pada tahun 1960 Presiden Soekarno membubarkan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) padahal dalam hal ini presiden tidak memiliki
wewenang. Namun sejak pada tahun 1959 diberlakukannya Dekrit Presiden,
setelah itu banyak penyimpangan konstitusi oleh presiden atas dasar dominasi

kekuatan politik presiden. Semua hal tersebut menyebabkan hilangnya social


control dan check and balance dari badan legislatif terhadap badan eksekutif.
Akhir dari sistem demokrasi terpimpin Soekarno yang berakibat pada perseteruan
politik ideologis antara PKI dan TNI adalah peristiwa berdarah yang dikenal
dengan Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI).
3. Periode Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965-1998)
Periode ini merupakan masa pemerintahan presiden Soeharto yang disebut
masa Orde Baru. Sebutan Orde Baru merupakan kritik terhadap periode
sebelumnya, Orde Lama. Demokrasi Pancasila pada periode ini secara garis besar
menawarkan tiga komponen demokrasi. Pertama, menegakkan kembali asas-asas
negara hukum dan kepastian hukum. Kedua, mengutamakan kehidupan yang
layak bagi semua warga negara. Ketiga, pengakuan dan perlindungan HAM,
peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Namun ternyata tawaran-tawaran dalam Demokrasi Pancasila hanya
retorika politik belaka, sehingga terjadi ketidakdemokratisan pernguasa Orde Baru
yang ditandai oleh: (1) dominannya peranan militer (ABRI); (2) birokratisasi dan
sentralisasi pengambilan keputusan politik; (3) pengebirian peran dan fungsi
partai politik; (4) campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik
dan publik; (5) politik masa mengambang; (6) monolitisasi ideologi negara; (7)
inkorporasi (peleburan) lembaga nonpemerintah.
4. Periode Pasca Orde Baru / Reformasi (1998 sekarang)
Periode pasca Orde Baru ini disebut Era Reformasi. Dalam periode ini,
rakyat mengajukan berbagai tuntutan mengenai pelaksanaan demokrasi dan HAM,
yaitu berawal dari lengsernya presiden Soeharto yang telah menjabat selama tiga
puluh tahun lamanya dengan Demokrasi Pancasilanya. Dalam periode ini, cita-cita
dari demokrasi yang mapan dan menjunjung tinggi HAM menjadi tantangan
utama sehingga dalam periode ini banyak terjadi perombakan baik secara aturan,
fungsi dan institusi. Wacana demokrasi pada pasca Orde Baru atau Era Reformasi
erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat madani (civil society) dan

10

penegakan HAM secara sungguh-sungguh serta mengembalikan kedaulatan


sesungguhnya kepada rakyat.
2.7

Ragam Pelaksanaan Demokrasi Sepanjang Sejarah di Indonesia


Ragam pelaksanaan demokrasi yang terjadi di Indonesia berhubungan

dengan periodisasi demokrasi yang berlangsung selama sepanjang sejarah di


Indonesia. Mirriam Budiardjo (2008) menyatakan bahwa dipandang dari sudut
perkembangan sejarah demokrasi Indonesia sampai masa Orde Baru dapat dibagi
dalam 4 (empat) masa, yaitu:
a. Masa pertama Republik Indonesia (1945-1959), yang dinamakan masa
demokrasi konstitusional yang menonjolkan peranan parlemen dan partaipartai sehingga dinamakan Demokrasi Parlementer.
b. Masa kedua Republik Indonesia (1959-1965), yaitu masa Demokrasi
Terpimpin dimana terdapat banyak aspek yang menyimpang dari
demokrasi konstitusional yang secara formal merupakan landasannya dan
menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.
c. Masa ketiga Republik Indonesia (1965-1998), yaitu masa Demokrasi
Pancasila yang merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan
sistem presidensiil.
d. Masa keempat Republik Indonesia (1998-sekarang), yaitu masa reformasi
yang menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi
terhadap praktik-praktik politik yang terjadi pada masa ketiga Republik
Indonesia.
Afan Gaffar (1999: 10) membagi alur demokrasi Indonesia terdiri atas:
a.
b.
c.
d.

Periode masa revolusi kemerdekaan (1945-1949)


Periode masa Demokrasi Parlementer (1950-1959)
Periode masa Demokrasi Terpimpin (1960-1965)
Periode pemerintahan Orde Baru / Demokrasi Pancasila (1966- 1998)
Pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1949), implementasi demokrasi

baru terbatas pada interaksi politik di parlemen dan pers berfungsi sebagai
pendukung revolusi kemerdekaan. Elemen-elemen demokrasi yang lain belum
sepenuhnya terwujud karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Pada

11

masa itu pemerintah masih disibukkan untuk berjuang mempertahankan


kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan.
Demokrasi Parlementer (1950-1959) merupakan masa kejayaan demokrasi
di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat kita temukan dalam
perwujudannya pada kehidupan politik di Indonesia yang ditandai dengan
karakter utama:
a. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang
sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan;
b. Akuntabilitas pemegang jabatan dan politisasi pada umumnya sangat
tinggi;
c. Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesarbesarnya untuk berkembang secara maksimal. Hal itu dibuktikan dengan
sistem banyak partai (multi-party system) sehingga pada saat itu ada
sekitar 40 partai yang terbentuk;
d. Pemilu tahun 1955 dilaksanakan dengan prinsip demokrasi; dan
e. Hak-hak dasar masyarakat umum terlindungi.
Masa Demokrasi Terpimpin (1960-1965) merupakan masa dimana
demokrasi dipahami dan dijalankan berdasarkan kebijakan pemimpin besar
revolusi dalam hal ini presiden Soekarno. Belajar dari kegagalan Demokrasi
Parlementer yang dianggap liberal maka presiden Soekarno mengajukan gagasan
demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Ciri yang muncul pada masa
itu antara lain:
a. Mengaburnya sistem kepartaian;
b. Peranan DPR-GR sebagai lembaga legislatif dalam sistem politik nasional
menjadi sedemikian lemah;
c. Basic human right sangat lemah, dimana Soekarno dengan mudah
menyingkirkan lawan-lawan politiknya yang tidak sesuai dengan
kebijaksanaannya atau yang mempunyai keberanian untuk menentangnya;
d. Masa puncak dari semangat anti kebebasan pers, dibuktikan dengan
pemberangusan harian Abdi dari Masyumi dan harian Pedoman dari PSIN;
dan
e. Sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan
pemerintah pusat dan daerah.

12

Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin di Indonesia jika dilihat dari berbagai


aspek seperti pembangunan, ekonomi, politik, dan Hak Asasi Manusia (HAM)
masih

memiliki

banyak

kekurangan dan

penyimpangan.

Dalam

aspek

pembangunan, pelaksanaan sistem Demokrasi Terpimpin dinilai kurang berhasil.


Hal ini disebabkan karena rencana pembangunan yang kurang matang, proyekproyek yang sering diterlantarkan, serta anggaran yang kurang memadai untuk
membangun infrastruktur. Dalam segi perekonomian, pembangunan ekonomi
tersendat karena sering terjadi pergantian kabinet yang menyebabkan programprogram yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh. Presiden
Soekarno secara langsung mengatur perekonomian yang terpusat pada pemerintah
pusat. Hal ini menyebabkan menurunnya kegiatan ekonomi sehingga mengalami
inflasi yang cukup parah. Selain itu, penyebab-penyebab kegagalan ekonomi
adalah penanganan masalah ekonomi yang tidak rasional (lebih besifat politis),
inflasi karena percetakan mata uang, dan tidak adanya suatu ukuran objektif
dalam menilai suatu usaha.
Demokrasi masa pemerintahan presiden Soeharto (1966-1998) dikenal
dengan Demokrasi Pancasila. Namun demikian pada masa itu, pelaksanaan
demokrasi memberi gejala-gejala antara lain:
a.
b.
c.
d.

Rotasi kekuasaan eksekutif tidak pernah ada kecuali di tingkat daerah;


Rekrutmen politik tertutup;
Pemilu masih jauh dari semangat demokrasi; dan
Basic human right sangat lemah.
Masa

kepemimpinan

presiden

Soeharto

ini

merupakan

masa

kepemimpinan nasional yang bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD


1945 secara murni dan konsekuen serta bertujuan menegakkan keadilan dan
kebenaran dalam negara Republik Indonesia. Supersemar yang merupakan cikal
bakal dimulainya Orde Baru memperoleh dukungan rakyat dan aparatur negara
sehingga menjadi titik tolak terwujudnya tata kehidupan baru struktur
ketatanegaraan yang berdasarkan kemurnian Pancasila dan UUD 1945. Pada masa
ini, semua lembaga negara terbentuk dan berfungsi sesuai dengan UUD 1945.
Selain itu, pada masa ini telah dilaksanakan pemilu sebanyak 6 kali sebagai
perwujudan Demokrasi Pancasila.

13

Namun pada kenyataannya, terjadi ketidakpuasan masyarakat akibat


kepemimpinan yang bersifat sentralistik dan tidak memperhatikan kepentingan,
kemakmuran, dan kesejahteraan penduduknya. Salah satunya adalah tidak adanya
kebebasan masyarakat untuk menyampaikan kritik dan aspirasinya terhadap
pemerintah. Jika warga melakukan demonstrasi atau kritik terhadap pemerintah,
mereka akan ditangkap karena dianggap menghina pemerintah. Pemerintah tidak
dapat membedakan kritik dan penghinaan. Hal ini menjadi sarana untuk
membungkam masyarakat sehingga demokrasi tidak berjalan dengan semestinya,
tidak ada musyawarah dan mufakat.
Selain itu, beberapa penyimpangan dalam pelaksanaan Demokrasi
Pancasila adalah:
a) Bidang ekonomi
Pelaksanaan perekonomian cenderung monopolistik. Artinya, kelompok
tertentu yang dekat dengan elit kekuasaan mendapat prioritas khusus yang
mengakibatkan kesenjangan sosial.
b) Bidang politik
Mekanisme hubungan pusat dan daerah cenderung menganut sentralistik
kekuasaan. Keadaan ini menghambat pemerataan hasil pembangunan dan
pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab.
c) Bidang hukum
d) Undang-undang tentang pembatasan kekuasaan Presiden belum memadai
sehingga memberi peluang terjadinya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN). Selain itu, terjadi penyalahgunaan wewenang, pelecehan hukum,
dan pengabaian rasa keadilan.
e) Bidang pers
Pada waktu-waktu tertentu pers menikmati kebebasan yang longgar,
namun pada saat tertentu ketika suhu politik meninggi, pengawasan
pemerintah terhadap pers meningkat. Pengawasan yang ketat inilah yang
menyebabkan terjadinya kasus pemberedelan atau pelanggaran terhadap
sejumlah surat kabar dan majalah.
Perkembangan akhir menunjukkan

bahwa

setelah

berakhirnya

pemerintahan Soeharto atau masa Orde Baru, Indonesia memasuki Orde


Reformasi

(sejak

1998-sekarang).

Akibat

berbagai

penyimpangan

dan

penyelewengan yang berlangsung selama 32 tahun saat masa kepemimpinan


14

presiden Soeharto, masyarakat menginginkan perubahan yang memberikan


keadilan dan kesejahteraan secara merata. Setelah masyarakat, termasuk
mahasiswa melakukan cara dan desakan untuk melakukan perubahan, akhirnya
bangsa Indonsesia melakukan reformasi di segala bidang untuk memperbaiki
kondisi negara yang sudah semakin kacau saat itu.
Dalam pelaksanaan demokrasi di masa reformasi, contohnya pemilu,
masih banyak praktik-praktik kecurangan dan penyelewengan. Contohnya suap
atau pemberian imbalan dari pihak kandidat calon pemegang jabatan kepada
rakyat agar memilih partainya supaya menang di pemilu, pemakaian uang yang
berlebihan saat kampanye, dan lain-lain. Hal tersebut tentunya merupakan
penyelewengan yang tidak sesuai dengan prinsip Demokrasi Pancasila.
Dalam sistem berdemokrasi, pemerintah juga harus transparan terhadap
lembaga-lembaga lain terutama rakyat. Suatu lembaga tidak boleh lebih
diutamakan daripada lembaga yang lain. Dengan kata lain, suatu lembaga
menjalankan fungsi dan kewenangannya masing-masing, tidak ada yang lebih
mendominasi daripada yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa
reformasi ini telah terjadi perkembangan demokrasi dimana pada lembagalembaga pemerintahan diantaranya eksekutif, legislatif, serta yudikatif tidak ada
yang lebih menguasai lembaga lainnya, melainkan menjalankan hak atau
kewenangan

dan

kewajibannya

masing-masing.

Sangat

penting

untuk

menyamakan persepsi antara pemerintah dan masyarakat (didukung adanya proses


komunikasi, misalnya forum sebagai sarana komunikasi antar lembaga). Apabila
suatu

lembaga

terkoordinasi,

menjalankan
maka

hal

kewenangan-kewenangan

tersebut

akan

dapat

dengan

meningkatkan

baik

dan

kualitas

masyarakatnya, kualitas demokrasi, dan juga kesejahteraan masyarakat.


Gambaran mengenai pelaksanaan demokrasi di masa Reformasi dapat kita
ketahui dari naskah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025.
Dalam naskah tersebut dinyatakan tentang kondisi pembangunan demokrasi,
sebagai berikut:
a. Perkembangan demokratisasi sejak tahun 1998 sampai dengan proses
penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 telah memberikan peluang untuk

15

mengakhiri masa transisi demokrasi menuju arah proses konsolidasi


demokrasi;
b. Adanya pemilihan langsung presiden dan wakil presiden, pemilihan
langsung anggota DPR, DPD dan DPRD, serta pemilihan langsung kepala
daerah merupakan modal awal yang penting bagi lebih berkembangnya
demokrasi pada masa selanjutnya;
c. Perkembangan demokrasi selama ini ditandai pula dengan terumuskannya
format hubungan pusat-daerah yang baru yaitu penguatan desentralisasi
dan otonomi daerah;
d. Perkembangan demokrasi ditandai pula dengan adanya konsensus
mengenai format baru hubungan sipil-militer yang menjunjung tinggi
supremasi sipil dan hubungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) terkait dengan kewenangan dalam
melaksanakan sistem pertahanan dan keamanan; dan
e. Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan telah

berkembangnya

kesadaran-kesadaran terhadap hak-hak masyarakat dalam kehidupan


politik, yang dalam jangka panjang diharapkan mampu menstimulasi
masyarakat lebih jauh untuk semakin aktif berpartisipasi dalam mengambil
inisiatif bagi pengelolaan urusan-urusan publik.
2.8

Prinsip-Prinsip Demokrasi
Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan

politik dan sosial. Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara
demokrasi telah terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang
kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi" Menurutnya, prinsip-prinsip
demokrasi adalah:
a) Kedaulatan rakyat;
b) Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
c) Kekuasaan mayoritas;
d) Hak-hak minoritas;
16

e) Jaminan hak asasi manusia;


f) Pemilihan yang bebas, adil dan jujur;
g) Persamaan di depan hukum, dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:

Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak

berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat)


Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak

bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas)

Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat


h) Proses hukum yang wajar;
i) Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
j) Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
k) Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

2.9

Kelebihan Demokrasi
Berikut ini adalah kelebihan demokrasi terkait dengan pelaksanaannya di

Indonesia.
a) Pemegang kekuasaan dipilih menurut suara dan keinginan rakyat;
b) Mencegah adanya monopoli kekuasaan;
c) Kesetaraan hak membuat setiap masyarakat dapat ikut serta dalam sistem
politik;
d) Mendorong warga negara untuk meningkatkan kapasitas pribadinya,
misalnya meningkatkan kesadaran politik, meningkatkan pengetahuan
pribadi, dan lain-lain;
e) Kebebasan berbicara dan berpendapat mulai berjalan; dan
f) Jumlah partai politik tidak dibatasi.
2.10

Kelemahan Demokrasi

17

Berikut ini adalah kelemahan demokrasi terkait dengan pelaksanaannya di


Indonesia.
a) Masyarakat yang terlalu bebas, dan mengartikan kebebasan dengan
boleh berbuat sebebas-bebasnya. Akibatnya: banyak demo yang
berakhir rusuh, pilkada yang berakhir rusuh;
b) Kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan publik tidak dapat
c)
d)
e)
f)

dikontrol langsung oleh rakyat, tetapi harus melalui DPR;


Masih banyak pemaksaan yang dilakukan pihak-pihak tertentu;
Pendidikan politik rakyat masih rendah;
Masih adanya diskriminasi dalam pengambilan keputusan; dan
Kepercayaan rakyat dapat dengan mudah digoyangkan melalui
pengaruh-pengaruh, misalnya media.

BAB III
KESIMPULAN
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu
demos dan kratos. Demos artinya rakyat dan kratos artinya pemerintahan atau
kekuasaan. Dengan demikian, istilah demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan
atau pemerintahan yang berasal dari rakyat. Dalam pemerintahan, yang berkuasa
adalah rakyat. Rakyat selalu diikutsertakan dalam urusan pemerintahan negara.
Sedangkan pemerintah negara harus bertanggung jawab kepada rakyat.
Ragam pelaksanaan demokrasi yang terjadi di Indonesia berhubungan
dengan periodisasi demokrasi yang berlangsung selama sepanjang sejarah di
Indonesia. Sejarah demokrasi di Indonesia terbagi menjadi empat periode dan
setiap periode memiliki ciri demokrasi tersendiri, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Periode Demokrasi Parlementer (1945-1965)


Periode Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959-1965)
Periode Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965-1998)
Periode Pasca Orde Baru / Reformasi (1998 sekarang)

18

Dalam berdemokrasi, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu:


(a) kedaulatan rakyat; (b) pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang
diperintah; (c) kekuasaan mayoritas; (d) hak-hak minoritas; (e) jaminan hak asasi
manusia; (f) Pemilihan yang bebas, adil dan jujur; (g) persamaan di depan hukum;
(h) proses hukum yang wajar; (i) pembatasan pemerintah secara konstitusional; (j)
pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; dan (k) nilai-nilai toleransi, pragmatisme,
kerja sama, dan mufakat.
Selama diterapkan di Indonesia, budaya berdemokrasi pun memiliki
kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan demokrasi terkait dengan
pelaksanaannya di Indonesia.
a) Pemegang kekuasaan dipilih menurut suara dan keinginan rakyat;
b) Mencegah adanya monopoli kekuasaan;
c) Kesetaraan hak membuat setiap masyarakat dapat ikut serta dalam sistem
politik;
d) Mendorong warga negara untuk meningkatkan kapasitas pribadinya,
misalnya meningkatkan kesadaran politik, meningkatkan pengetahuan
pribadi, dan lain-lain;
e) Kebebasan berbicara dan berpendapat mulai berjalan; dan
f) Jumlah partai politik tidak dibatasi.
Berikut ini adalah kelemahan demokrasi terkait dengan pelaksanaannya di
Indonesia.
a) Masyarakat yang terlalu bebas, dan mengartikan kebebasan dengan boleh
berbuat sebebas-bebasnya. Akibatnya: banyak demo yang berakhir rusuh,
pilkada yang berakhir rusuh;
b) Kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan publik tidak dapat
c)
d)
e)
f)

dikontrol langsung oleh rakyat, tetapi harus melalui DPR;


Masih banyak pemaksaan yang dilakukan pihak-pihak tertentu;
Pendidikan politik rakyat masih rendah;
Masih adanya diskriminasi dalam pengambilan keputusan; dan
Kepercayaan rakyat dapat dengan mudah digoyangkan melalui pengaruhpengaruh, misalnya media.

19

DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 1996. Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Pancasila. Jakarta:
Gramedia.
Hisyam, Muhamad. 2003. Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Sumarsono, et. al. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
http://www.academia.edu/8064291/HAKIKAT_DEMOKRASI (diakses pada
tanggal 14 September 2015 pukul 19.37 WIB)
http://www.febrian.web.id/2014/03/hakikat-demokrasi-pengertian-dan
prinsip.html (diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 08.32 WIB)
http://dokumen.tips/documents/hakikat-demokrasi-pancasila.html (diakses pada
tanggal 5 Oktober 2015 pukul 22.54 WIB)
http://www.portalsejarah.com/sejarah-perjalanan-demokrasi-di-indonesia.html
(diakses pada tanggal 6 Oktober 2015 pukul 10.29 WIB)
http://teoripolitik.com/sejarah-demokrasi-di-indonesia/ (diakses pada 6 Oktober
2015 pukul 10.39 WIB)

20

21

Anda mungkin juga menyukai