Anda di halaman 1dari 26

7

II.

2.1

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas
anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei
kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3
berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia1. Sebagian besar diare akut
disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran
cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat
menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi1. Bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik2.
Secara

umum

penanganan

diare

akut

ditujukan

untuk

mencegah/

menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam


basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit
penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan
efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral
secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan
intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi
diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena
infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian
probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika
yang spesifik dan antiparasit3.

2.2

Definisi

Diare akut menurut Cohen4 adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih
yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut
Noerasid5 diare akut ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of Pediatrics
(AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi
dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda
seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7
hari6.
2.3

Epidemiologi
Diare merupakan penyakit yang umum terjadi pada hampir semua kelompok
usia dan merupakan penyakit kedua tersering setelah influenza (common
cold). Penyakit diare juga merupakan suatu masalah yang kerap kali terjadi di
dalam

kesehatan

masyarakat

dan

di

dalam

bagian

pelayanan

kegawatdaruratan, terutama untuk anak-anak dibawah usia lima tahun.


Diperkirakan terdapat 100 juta kasus diare akut setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Kasus-kasus tersebut merupakan 5% dari keseluruhan kunjungan ke
praktek pribadi dan 10% dari pasien-pasien yang dirawat inap (Frye, 2005) 7.
Walaupun telah banyak hasil yang diperoleh dibidang penanggulangan diare,
namun hingga kini diare masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian
pada bayi dan balita di negara berkembang. Episode diare setiap tahun di
Indonesia masih berkisar sekitar 60 juta dengan kematiannya sebanyak
200.000-250.000. Menurut survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan di
Indonesia pada tahun 1986 angka kematian karena diare merupakan 12%
diantara seluruh angka kematian kasar yang besarnya 7/1000 penduduk.
Angka ini merupakan angka yang tertinggi diantara semua penyebab
kematian. Sekitar 15% penyebab kematian bayi dan 26% kematian anak
balita disebabkan oleh diare (Sunoto, 1991) 8
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO maka anak-anak dibawah
usia 3 tahun mengalami 2-8 episode diare setiap tahunnya. Anak yang lebih
besar mengalami kejadian diare 1 kali setiap tahunnya. Dari data-data tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa sekitar 500 juta anak-anak yang berusia
dibawah 5 tahun akan mengalami diare sebanyak 1 kali setiap tahunnya. Di
negara maju seperti di Amerika Serikat maka hanya <10% dari kasus-kasus
diare tersebut yang dibawa ke tenaga medis untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Hal ini disebabkan karena pengobatan/perawatan di rumah yang
efektif (Karras, 2005). 9
Cara penularan diare pada umumnya adalah secara oro-fecal melalui 1)
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen, 2)
kontak langsung tangan dengan penderita atau baran-barang yang telah
tercemar tinja penderita, atau tidak langsung melalui lalat. Di dalam bahasa
Inggris maka terdapat 4 F di dalam cara penularan diare ini yaitu

food

(makanan), feces (tinja), finger (jari tangan), and fly (lalat) Karras, 2005). 9

2.4

Epidemiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik.
Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan
tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi10.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus,
Coronavirus, Minirotavirus10.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia,
Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium
perfringens,

coli,

Pleisiomonas,

Shigelloides,

Salmonella

spp,

staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan


penyebab

diare

oleh

parasit

adalah

Balantidium

coli,

Capillaria

phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia,

10

Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides


stercorlis, dan trichuris trichiura. 4,7,10
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan
infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan
yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak
dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.4,7
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca
dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak
berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri. 5,7
Sebuah studi tentang maslah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak
di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan,
hanya tiga agen infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan
meningkat pada anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp
dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut
yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas tropis dan iklim
sedang.13 Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu
seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang
pedas atau tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan
makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama antibiotika
dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal
usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan
berkembang bebas.7,14 Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu

11

sendiri juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan


penyakit lain misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi
sistemik lainnya misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis
media.4,7

2.5

Epidemiologi
Penyerapan cairan di usus halus. Dalam keadaan normal, usus halus
mampu menyerap cairan sebanyak 7-8 liter sehari, sedangkan usus besar 1-2
liter sehari. Penyerapan air oleh usus halus ditentukan oleh perbedaan antara
tekanan osmotik di lumen usus dan didalam sel, terutama yang dipengaruhi
oleh konsentrasi natrium. Penyerapan natrium ke dalam enterosit dapat
melalui tiga cara yaitu 1) berpasangan dengan ion klorida, atau bahan nonelektrolit seperti glukosa, asam amino, peptida, dll, 2) pertukaran dengan ion
hidrogen, 3) pasif melalui ruang intraseluler (tight junction), yang dengan
cara ini hanya sebagian kecil saja yang dapat diserap. 11
Setelah masuk ke dalam enterosit , natrium ini akan dikeluarkan melalui
enzim Na-K-ATPase (terdapat di membran basolateral) ke dalam ruang
intraseluler dan selanjutnya diteruskan ke dalam pembuluh darah. Di dalam
ileum dan kolon, cairan klorida diserap melalui pertukaran dengan cairan
bikarbonat. 11
Sekresi cairan di usus halus. Proses sekresi merupakan kebalikan dari proses
absorpsi. Penyerapan pasangan NaCl akan meningkatkan anion klorida di
dalam sel kripta dan pada waktu yang bersamaan natrium akan dikeluarkan
dari sel kripta dengan bantuan enzim Na-K-ATPase. Sekresi klorida di dalam
sel kripta dapat pula ditingkatkan dengan adanya intracellular messenger
(berupa cyclic nucleotide, misalnya cAMP, cGMP, yang dapat menyebabkan
peninggian permeabilitas sel kripta) sehingga klorida dengan mudah keluar ke
lumen usus. 11
Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan
penyerapannya sampai 4400 ml sehari, bila terjadi sekresi cairan yang

12

berlebihan dari usus halus (ileosekal). Bila sekresi cairan melebihi 4400 ml
maka usus besar tidak mampu menyerap seluruhnya lagi, selebihnya akan
dikeluarkan bersama tinja dan terjadilah diare. 11

2.6

Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. 10,11
2.6.1 Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil
siklase. Enzim ini selanjutnya akan mengubah ATP menjadi cAMP.
Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan sekresi aktif ion klorida,
yang akan diikuti secara positif ileh air, natrium, kaliumm dan
bikarbonat ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare dan muntahmuntah sehingga penderita cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi. 10,11
Pada anak, diare sekretorik ini sering disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme Vibrio, ETEC, Shigella, Clostridium,
Salmonella, Campylobacter. Toksin yang dihasilkannya tersebut akan
merangsang enzim adenil siklase, selanjutnya enzim tersebut akan
mengubah ATP menjadi cAMP. Diare sekretorik pada anak paling
sering disebabkan oleh kolera. 10,11
Gejala dari diare sekretorik ini adalah 1) diare yang cair dan bila
disebabkan oleh vibrio biasanya hebat dan berbau amis, 2) muntahmuntah, 3) tidak disertai dengan panas badan, dan 4) penderita biasanya
cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi. 10,11
2.6.2 Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme
dalam mukosa usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa
usus. Diare invasif ini disebabkan oleh Rotavirus, bakteri (Shigella,
Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia), parasit (amoeba). Diare

13

invasif yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba menyebabkan tinja


berlendir dan sering disebut sebgai dysentriform diarrhea. 10,11
Di dalam usus pada shigella, setelah kuman melewati barier asam
lambung, kuman masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak
sambil mengeluarkan enterotoksin. Toksin ini akan merangsang enzim
adenil siklase untuk mengubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi
diare sekretorik. Selanjutnya kuman ini dengan bantuan peristaltik usus
sampai di usus besar/kolon. Di kolon, kuman ini bisa keluar bersama
tinja atau melakukan invasi ke dalam mukosa kolon sehingga terjadi
kerusakan mukosa berupa mikro-mikro ulkus yang disertai dengan
serbukan sel-sel radang PMN dan menimbulkan gejala tinja berlendir
dan berdarah. 10,11
Gejala dysentriform diarrhea adalah 1) tinja berlendir dan berdarah
biasanya b.a.b sering tapi sedikit-sedikit dengan peningkatan panas
badan, tenesmus ani, nyeri abdomen, dan kadang prolapsus ani, 2) bila
disebabkan oleh amoeba, seringkali menjadi kronis dan meninggalkan
jaringan parut pada kolon/rektum, disebut amoeboma. 10,11
Mekanisme diare oleh rotavirus berbeda dengan bakteri yang invasif
dimana diare oleh rotavirus tidak berdarah. Setelah rotavirus masuk ke
dalam traktus digestivus bersama makanan/minuman tentunya harus
mengatasi barier asam lambung, kemudian berkembang biak dan masuk
ke dalam bagian apikal vili usus halus. Kemudian sel-sel bagian apikal
tersebut akan diganti dengan sel dari bagian kripta yang belum
matang/imatur berbentuk kuboid atau gepeng. Karna imatur, sel-sel ini
tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan sehingga terjadi
gangguan absorpsi dan terjadi diare. Kemudian vili usus memendek dan
kemampuan absorpsi akan bertambah terganggu lagi dan diare akan
bertambah hebat. Selain itu sel-sel yang imatur tersebut tidak dapat
menghasilkan enzim disakaridase. Bila daerah usus halus yang terkena
cukup luas, maka akan terjadi defisiensi enzim disakaridase tersebut
sehingga akan terjadilah diare osmotik. 10,11

14

Gejala diare yang disebabkan oleh rotavirus adalah 1) paling sering


pada anak usia dibawah 2 tahun dengan tinja cair, 2) seringkali disertai
dengan peningkatan panas badan dan batuk pilek, 3) muntah. 10,11
2.6.3 Diare Osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena tingginya tekanan
osmotik pada lumen usus sehingga akan menarik cairan dari intra sel ke
dalam lumen usus, sehingga terjadi diare berupa watery diarrhea.
Paling sering terjadinya diare osmotik ini disebabkan oleh malabsorpsi
karbohidrat. 10,11
Monosakarida biasanya diabsorpsi baik oleh usus secara pasif maupun
transpor aktif dengan ion Natrium. Sedangkan disakarida harus
dihidrolisa dahulu menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase yang
dihasilkan oleh sel mukosa. Bila terjadi defisiensi enzim ini maka
disakarida tersebut tidak dapat diabsorpsi sehingga menimbulkan
osmotic load dan terjadi diare. 11
Disakarida atau karbohidrat yang tidak dapat diabsorpsi tersebut akan
difermentasikan di flora usus sehingga akan terjadi asam laktat dan gas
hidrogen. Adanya gas ini terlihat pada perut penderita yang kembung
(abdominal distention), pH tinja asam, dan pada pemeriksaan dengan
klinites terlihat positif. Perlu diingat bahwa enzim amilase pada bayi,
baru akan terbentuk sempurna setelah bayi berusia 3-4 bulan. Oleh
sebab itu pemberian makanan tambahan yang mengandung karbohidrat
kompleks tidak diberikan sebelum usia 4 bulan, karena dapat
menimbulkan diare osmotik. 11
Gejala dari diare osmotik adalah 1) tinja cair/watery diarrhae akan
tetapi biasanya tidak seprogresif diare sekretorik, 2) tidak disertai
dengan tanda klinis umum seperti panas, 3) pantat anak sering terlihat
merah karena tinja yang asam, 4) distensi abdomen, 5) pH tinja asam
dan klinitest positif. Bentuk yang paling sering dari diare osmotik ini
adalah intoleransi laktosa akibat defisiensi enzim laktase yang dapat
terjadi karena adanya kerusakan mukosa usus. Dilaporkan kurang lebih
sekitar 25-30% dari diare oleh rotavirus terjadi intoleransi laktosa. 11

15

Tabel 1. Karakteristik tinja dan menentukan asalnya10,11


Karakteristik
Tinja

Usus Kecil

Usus Besar

Tampilan

Watery

Mukoid dan/atau
berdarah

Volume

Banyak

Sedikit

Frekuensi

Meningkat
Kemungkinan positif
tetapi tidak pernah darah
segar <5,5
Kemungkinan

Meningkat
Kemungkinan darah
segar

Substansi
pereduksi

Kemungkinan positif

Negatif

WBC

< 5/LPK

Serum WBC

Normal

Darah
Ph

Toksin bakteri (E.coli, C.


perfringens, Vibrio
spesies)

Kemungkinan
> 10/LPK
Kemungkinan
leukositosis
Bakteri invasif
(E.coli, Shigella sp.,
Salmonella sp.,
Campylobacter sp,
Yersinia sp.,
Aeromonas
sp,
Toksin bakteri
(Clostridium
difficile

Parasit(Giardia sp.,
Cryptosporodium sp.)

Parasit (Entamoeba
histolytica)

Virus (Rotavirus,
Adenovirus, Calicivirus,
Astrovirs, Norwalk virus)
Organisme

>5,5

Tabel 2. Organisme penyebab diare dan gejala yang sering timbul 10


Organisme

Inkubasi

Durasi

Muntah

Demam

Nyeri
Abdominal

Rotavirus

1-7 hari

4-8 hari

Ya

Rendah

Tidak

Adenovirus

8-10

5-12

Delayed

Rendah

Tidak

Norwalk virus

1-2 hari

2 hari

Ya

Tidak

Tidak

Astrovirus

1-2 hari

4-8 hari

+/-

+/-

Tidak

Calicivirus

1-4 hari

4-8 hari

Ya

+/-

Tidak

Aeromonas

None

0-2

+/-

+/-

Tidak

Campylobacter

2-4 hari

5-7 hari

Tidak

Ya

Ya

C difficile

Variable

Variable

Tidak

Sedikit

Sedikit

16

C perfringens

Minimal

1 day

Ringan

Tidak

Ya

Enterohemorrhagic
E coli

1-8 hari

3-6 hari

Tidak

+/-

Ya

Enterotoxigenic

1-3 hari

3-5 hari

Ya

Rendah

Ya

Plesiomonas

None

0-2 mg

+/-

+/-

+/-

Salmonella

0-3 hari

2-7 hari

Ya

Ya

Ya

Shigella species

0-2 hari

2-5 hari

Tidak

High

Ya

Vibrio species

0-1 hari

5-7 hari

Ya

Tidak

Ya

Yersinia

None

1-46

Ya

Ya

Ya

Giardia species

2 mg

1+

Tidak

Tidak

Ya

Cryptosporidiu

5-21

Bulan

Tidak

Rendah

Ya

Entamoeba

5-7 hari

1-2+ mg

Tidak

Ya

Tidak

Tabel 3. Organisme yang menyebabkan keracunan makanan 10

2.7

Foreign Travel History

Organism

Nonspecific

Enterotoxigenic E coli, Aeromonas,

Underdeveloped tropics

C perfringens

Africa

Entamoeba species, Vibrio cholerae

South and Central

Entamoeba species, V cholerae

Asia

V cholerae

Australia Canada -

Yersinia species

India

Entamoeba species, V cholerae

Japan

Vibrio parahaemolyticus

Mexico

Aeromonas, Entamoeba, Plesiomonas,

New Guinea
Clostridium species
Dehidrasi dan Gangguan Keseimbangan Elektrolit dan Asam Basa.
Sebagai akibat diare adalah tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit yang
dikenal dengan nama dehidrasi. Dehidrasi ini terjadi karena 1) hilangnya
cairan melalui tinja atau muntah (concomitant water losses) selama
diare/muntah berlangsung. CWL ini banyaknya bervariasi tergantung dari
berat ringannya penyakit. Diperkirakan jumlahnya sekitar 25-30 ml/kgBB/24

17

jam, 2) kehilangan cairan melalui pernafasan, keringat, dan urin (insensible


water losses), 3) besarnya jumlah kehilangan cairan (previous water losses).
Kehilangan cairan yang normal (normal water losses) adalah banyaknya
kehilangan cairan/elektrolit melalui pernafasan, keringat, urin, tergantung dari
umur. Makin muda anak makin banyak kehilangan cairan dan makin
bertambah umur makin berkurang Selain itu NWL juga dipengaruhi oleh suhu
tubuh, makin tinggi suhu tubuh maka akan bertambah kehilangan cairannya.
Setiap kenaikan suhu 1C diatas normal (37C) akan menambah hilangnya
cairan sebanyak 10 ml.
Tabel. 4 Derajat dehidrasi
Gejala &
Tanda

Keadaan
Umum

Mata

Mulut/
Rasa Haus
Lidah

Tanpa
Dehidrasi

Baik, Sadar

Normal

Basah

Minum
Normal,
Tidak Haus

Dicubit
kembali
cepat

Dehidrasi
Ringan
Sedang

Gelisah Rewel

Cekung

Kering

Tampak
Kehausan

Kembali
lambat

Dehidrasi
Berat

Letargik,
Kesadaran
Menurun

Sulit, tidak
bisa minum

Kembali
sangat
lambat

Sangat
Sangat
cekung dan
kering
kering

Kulit

%
Estimasi
turun
def. cairan
BB
<5

50 %

5 10 50100 %

>10

>100 %

Sumber : Sandhu 200112


Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu :
dehidrasi hiponatremia (<130 mEg/L), dehidrasi iso-natrema (130-150
mEg/L) dan dehidrasi hipernatremia (>150 mEg/L). Pada umunya dehidrasi
yang terjadi adalah tipe iso-natremia (80%) tanpa disertai gangguan
osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15% adalah diare hipernatremia dan 5%
adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis
metabolik dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai
hiperkloremia. Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan
pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat pernapasan untuk
meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan eksresi
CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul) Untuk pemenuhan kebutuhan

18

kalori

terjadi

pemecahan

protein

dan

lemak

yang

mengakibatkan

meningkatnya produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan


bayi. Keadaan dehidrasi berat dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam
yang menurun dan akumulasi anion asam secara bersamaan menyebabkan
berlanjutnya keadaan asidosis.13
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga
pada keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan
kalium juga melalui cairan tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat
koreksi asidosis dapat pula menimbulkan hipokalemia. Kelemahan otot
merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali pada otot anggota
badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus
paralitik, dan dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang
mendatar atau menurun dengan munculnya gelombang U. Pada ginjal
kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel tubulus dan
menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal
ginjal.13

2.8

Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik pada penderita diare maka dapat ditemukan
beberapa hal, antara lain adalah sebagai berikut ini :
1)

Dehidrasi. Dehidrasi merupakan hal yang utama sebagai penyebab


kesakitan dan kematian, sehingga perlu dilakukan penilaian pada setiap
pasien akan tanda, gejala, dan tingkat keparahan dehidrasinya. Letargi,
penurunan kesadaran, ubun-ubun besar yang mencekung, membran
mukosa yang mengering, mata cekung, turgor kulit yang menurun, dan
terlambatnya capillary refill perlu dijadikan suatu hal yang patut dicurigai
kearah dehidrasi. .5,7,9

2)

Gagal untuk tumbuh dan malnutrisi. Penurunan massa otot dan lemak atau
terjadinya edema periferal dapat dijadiakan petunjuk bahwa terjadi

19

malabsorpsi dari karbohidrat, lemak dan/atau protein. Organisme tersering


yang dapat menyebabkan malabsorpsi lemak dan diare yang intermiten
adalah Giardia sp.5,7,9
3)

Nyeri perut. Nyeri perut yang nonspesifik dan nonfokal disertai dengan
kram perut merupakan hal yang biasa terjadi pada beberapa organisme.
Nyeri biasanya tidak bertambah bila dilakukan palpasi pada perut. Apabila
terjadi nyeri perut yang fokal maka nyeri akan bertambah dengan palpasi,
bila terjadi rebound tenderness, maka kita harus curiga terjadinya
komplikasi atau curiga terhadap suatu diagnosis yang noninfeksius .5,7,9

4)

Borborygmi. Merupakan tanda peningkatan aktivitas peristaltik usus yang


menyebabkan auskultasi dan/atau palpasi yang meningkat dari aktivitas
saluran pencernaan. .5,7

5)

Eritema perianal. Defekasi yang sering dapat menyebabkan kerusakan


pada kulit perianal, terutama pada anak-anak yang kecil. Malabsorpsi
karbohidrat yang sekunder seringkali merupakan hasil dari feses yang
asam. Malabsoprsi asam empedu sekunder dapat menyebabkan dermatitis
disekitar perianal yang sangat hebat yang seringkali ditandari sebagai
suatu luka bakar. .7,9

2.9

Pemeriksaan Laboratorium
Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat dinilai adalah sebagai berikut :
1.

Feses yang pH nya 5.5 atau kurang dari itu atau menunjukan adanya
substansi

yang

mereduksi

maka

menandakan

adanya

intoleransi

karbohidrat, yang biasanya disebabkan secara sekunder oleh penyakit


virus. .9,10
2.

Infeksi yang enteroinvasif terhadap usus besar menyebabkan leukosit


terutama netrofil akan tampak di dalam tinja. Tidak adanya lekosit pada
tinja tidak menghilangkan kemungkinan adanya organisme enteroinvasif.
Meskipun

demikian,

adanya

leukosit

di

dalam

tinja

dapat

mengeliminasikan kemungkinan penyebab enterotoksigenik E.coli, Vibrio


sp., dan virus.

20

3.

Selalu lakukan kultur dari tinja untuk organisme-organisme Salmonella,


Shigella, dan Campylobacter serta Yersinia enterocolotica, terutama pada
tampilan gejala klinis yang menandakan adanya colitis atau jika ditemukan
adanya leukosit pada tinja. .9,10

4.

Diare yang berdarah dengan riwayat pernah memakan daging-dagingan


maka perlu dicurigai kemungkinan etiologi enterohemoragik E.coli. Jika
E.coli ditemukan di dalam tinja, maka perlu ditentukan apakah E.coli
tersebut termasuk ke dalam tipe O157:H7 atau bukan. Tipe E.coli tersebut
merupakan tipe yang sering ditemukan sebagai penyebab dari HUS
(hemolytic uremic syndrome). .10

5.

Adanya riwayat pernah memakan makanan laut (seafood) atau pernah


berpergian keluar negeri maka perlu dilakukan skrining tambahan untuk
mencari spesies Vibrio dan Plesiomonas. .10

6.

Pemeriksaan tinja untuk mencari ova dan parasit merupakan cara terbaik
untuk menemukan parasit penyebab diare. Lakukanlah pemeriksaan tinja
setiap 3 hari sekali atau setiap 2 hari sekali.10

7.

Hitung jenis leukosit biasanya tidak meningkat pada diare yang


disebabkan oleh virus dan toksin. Leukositosis seringkali terjadi tetapi
tidak secara konstan pada diare yang disebabkan oleh enteroinvasif
bakteri. Organisme shigella menyebabkan leukositosis dengan tanda
bandemia (netrofilia) dengan variasi pada total hitung jenis sel darahnya. 10

2.10

Penatalaksanaan
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam
terapi efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai
berdasarkan berat badan yang hilang sebagai persentasi kehilangan total
berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku emas.12
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral.
Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai
sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi

21

ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang
banyak (>100 ml/kgBB/hari) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga
penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat
(violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit
maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi
parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan
sirkulasi15. Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan
dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk
rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk
pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L

11

Anak

yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian
makanannya sesuai umur.
2.10.1 Dehidrasi Ringan-Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal
dapat diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam.
Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum
sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam
pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada
diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare
atau muntah.13
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9
pilar yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut
dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu13
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3-4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )

22

9. Anti diare tidak diperlukan


2.10.2 Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10%
untuk bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital
tubuh (somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik
sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral.
Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan
sebagai berikut 12,13,15 :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2 jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi
kebutuhan penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi
masalah besar karena hanya menyangkut waktu yang pendek.
Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana
biasanya. Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan
protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada
pemberian

terapi

cairan

diusahakan

agar

penderita

bila

memungkinkan cepat mendapatkan makanan/minuman sebagai


biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak
memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat
dilanjutkan.14
Pemilihan Jenis Cairan
Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan
atau tanpa syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat
volume darahnya, serta memperbaiki renjatan hipovolemiknya.
Cairan

Ringer

Laktat

(RL)

adalah

cairan

yang

banyak

diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat


serta cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat.
Namun

demikian

kosentrasi

kaliumnya

rendah

dan

tidak

mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL


dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung

23

elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan


parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan
sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN
3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti 210 268
mmol/1 dengan Na berkisar 50 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi
pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.15
Tabel 5. Komposisi cairan parenteral dan oral : 13,14,15
Osmolalitas
CIGlukosa(g/L) Na+(mEq/L)
K+(mEq/L) Basa(mEq/L)
(mOsm/L)
(mEq/L)
NaCl 0,9 %

308

154

154

NaCl 0,45 %+D5

428

50

77

77

NaCl 0,225%
+D5

253

50

38,5

38,5

Riger Laktat

273

130

109

Laktat 28

Ka-En 3B

290

27

50

50

20

Laktat 20

Ka-En 3B

264

38

30

28

Laktat 10

311

111

90

80

20

Citrat 10

245

70

75

65

20

Citrat 10

213

60

60

70

20

Citrat 3

Standard WHOORS
Reduced
osmalarity
WHO-ORS
EPSGAN
recommendation

Tabel 6. Komposisi elektrolit pada diare akut :13


Komposisi rata-rata
elektrolit mmol/L
Macam
Na
K
Cl HCO3
Diare Kolera Dewasa
140
13
104
44
Diare Kolera Balita
101
27
92
32
Diare Non Kolera Balita
56
26
55
14
Sumber : Ditjen PPM dan PLP,199920

2.11

Mengobati Kausa Diare

24

Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji
klinis.14 Obat anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati
kausa, tidak memperbaiki kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan
efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak diserap usus
seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat
memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. 14 Sebagian besar
kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). 14 Antibiotik hanya diperlukan
pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena
penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh
karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada
anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang
atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau
segala sepsis14,15. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat
menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth,
gangguan absorpsi dan sirkulasi.14,15
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain 15,16,17
- Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
- Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
- Amebiasis:
Metronidazol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
- Giardiasis :

25

Metronidazol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

2.12

Antisekretorik - Antidiare
Salazer lindo E dkk

18

dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional

Cayetano Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril


(acetorphan) yang merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti
sekretorik serta anti diare ternyata cukup efektif dan aman bila diberikan
pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu motilitas usus
sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan
rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan
dengan hanya memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga
didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih
luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat multi senter dan
melibatkan sampel yang lebih besar.23

2.13

Probiotik
Probiotik

merupakan

bakteri

hidup

yang

mempunyai

efek

yang

menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri


probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus
telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus.
Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai
dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan
oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang
tidak rasional rasional (antibiotik asociated diarrhea) dan travellers
diarrhea. 19
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana
diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan

26

lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada
anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan
menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-2 kali.
Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah :
Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba
terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen
pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada
mukosa usus dan imunnomodulator.
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut
didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna
selama diare. Seng telah dikenali berperan di dalam metallo enzymes,
polyribosomes, selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam
pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan Sazawal S dkk melaporkan pada
bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis
penting dalam menurunkan lama dan beratnya diare. Strand Menyatakan
efek pemberian seng tidak dipengaruhi atau meningkat bila diberikan
bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut dengan vitamin A tidak
memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun frekuensi
diare. mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan plasebo
selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi
diare persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian
pada yang mendapat ASI. 14,15,16

2.14

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi


Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare,
terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan
jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus
tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak makalah ini akan merupakan
faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik 29 Pemberian kembali
makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi

27

anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan
mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat
kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya
harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh
Lama more RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu
formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak
oleh karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi
sel termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten. Pada anak lebih besar
makanan yang direkomendasikan meliputi tajin (beras, kentang, mi, dan
pisang) dan gandum (beras, gandum, dan cereal). Makanan yang harus
dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang
dapat memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga
makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan
lambatnya pengosongan lambung.16,17,18,19
Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita
yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan
kebanyakan adalah tipe yang ringan sehingga cukup memberikan formula
susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa
ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2-3 hari akan sembuh terutama
pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat
dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk
waktu yang lebih lama. Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang
sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Sabagaimana halnya
intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya
sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan
formula khusus.Pada situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada
fase penyembuhan diare, diet rendah lemak justru dapat memperburuk
keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik 16,17,18,19

2.15

Penatalaksanaan Gangguan Elektrolit

28

Hiponatremia 16,17,18
Dapat diberikan larutan NaCl hipertonis 3 (13mEq/L) atau %
(855mEq/L). Tetapi untuk mencapai kadar Na yang aman (125 mEq/L)
maka Na yang dibutuhkan menurut rumus sebagai berikut ini : mEq Na =
12 Na darah x 0.6 x BB(kg) diberikan dalam 4 jam.

Hipernatremia 16,17,18
Bila terjadi dehidrasi berat disertai syok/presyok maka berikan NaCl
0.9% atau RL atau Albumin 5%. Setelah syok teratasi lalu berikan larutan
yang mengandung Na : 75-80 mEq/L, misalnya NaCl-dekstrosa (2A)
atau DG half strength sampai ada diuresis kemudian berikan K 40
mEq/L.

Hipokalemia : 16,17,18
Bila kadar K darah < 2.5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) larutan
KCl 3.75% i.v. dengan dosis 3- mEq/kgBB, maksimal 40 mEq/L.
Bila kadar K 2.5 3.5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala), cukup
diberikan K : 75 mg/kgBB/hari p.o. dibagi dalam 3 dosis.

Hiperkalemia : 16,17,18
Kadar K darah

Terapi
< 6 mEq/L

Kayeksalat 1 g/kgBB p.o., dilarutkan

dalam 2 ml/kgBB larutan


sorbitol 70%.
Kayeksalat 1 g/kgBB enema, dilarutkan dalam 10
ml/kgBB larutan sorbitol 70% diberikan melalui
kateter folley, diklem selama 30-60 menit.
6-7 mEq/L

NaHCO3 7.5% dosis 3 mEq/kgBB secara i.v. atau 1


unit insulin/5 g glukosa

>7 mEq/L

Ca glukonas 10%, dosis 0.1-0.5 ml/kgBB i.v.


dengan kecepatan 2 ml/menit

29

2.16

Gangguan Keseimbangan Asam-Basa


-

Asidosis metabolik16,17,18
Apabila kadar bikarbonat <22mEq/L dan kadar base excess (BE) tidak
diketahui larutan bikarbonat 8.4% (1mEq = 1 ml) atau 7.5% (0.9 mEq
= 1ml) sebanyak 2-4 mEq/kgBB. Bila BE diketahui : mEq NaHCO3 =
BE x BB x 0.3

Alkalosis metabolik16,17,18
Tergantung derajat dehidrasi berikan NaCl 0.9%, 10-20ml/kgBB dalam 1
jam. Bila telah diuresis, dilanjutkan dengan cairan 0.45 NaCl atau 2,5%
dekstrosa (2A) 40-80ml/kgBB + KCl 38 mEq/L dalam 8 jam.

2.17

Komplikasi
-

Demam enterik yang disebabkan oleh S. typhi. Sindroma tersebut


mempunyai gejala seperti malaise, demam, nyeri perut, dan bradikardia.
Diare dan rash (rose spots) akan timbul setelah 1 minggu gejala awal
timbul. Bakteri akan menyebar keseluruh tubuh pada saat itu dan
pengobatan untuk mencegah komplikasi sistemik seperti hepatitis,
miokarditis, kolesistitis atau perdarahan saluran cerna diperlukan. 4,5

Hemolytic

uremic

endothelial

syndrome

vascular

oleh

(HUS)

disebabkan

verotoksin

yang

oleh

kerusakan

dihasilkan

oleh

enterohemoragik E.coli dan Shigella sp. Trombositopenia, anemia


hemolitik mikroangiopati, dan gagal ginjal akut merupakan tanda-tanda
dari HUS. Gejala biasanya timbul setelah 1 minggu sejak diare pertama
kali timbul. 4,5
-

Reiter syndrome (RS) dapat menyebabkan komplikasi infeksi akut dari


diare ini dan hal tersebut ditandai dengan adanya arthritis, uretritis,
konjungtivitis, dan lesi pada mukokutan. Individu dengan RS biasanya
tidak menampilkan gejala-gejala tersebut secara keseluruhan saja. 4,5

Pasien yang mengalami diare akut dikemudian hari dapat menjadi seorang
karier jika disebabkan oleh organisme tertentu : 3,4,5

30

Setelah terinfeksi oleh Salmonella, 1-4% pasien diare akut non tifoid
dapat menjadi karier. Keadaan karier dari Salmonella ini terutama
terjadi pada wanita, bayi, dan individu-individu yang mempunyai
penyakit saluran kandung empedu.
Karier C.difficile biasanya asimptomatik dan dapat ditemukan pada
20% pasien yang dirawat di rumah sakit yang mendapatkan terapi
antibiotika dan 50% pada bayi.
Rotavirus dapat diekskresikan secara asimptomatik di dalam tinja
seorang anak yang sebelumnya pernah mengalami diare.
Tabel 7. Komplikasi yang biasa terjadi akibat diare 3,4,5

2.18

Organisme

Komplikasi

Aeromonas caviae
Campylobacter

Intussusception, gram-negative sepsis, HUS


Bacteremia, meningitis, cholecystitis, urinary tract

Cspecies
difficile
C perfringens

infection, pancreatitis,
Reiter syndrome (RS)
Chronic diarrhea

Enterohemorrhagic
serotype C

Hemorrhagic colitis

Enterohemorrhagic
E coli

HUS

E coli O157:H7
Plesiomonas
species
Salmonella species

Septicemia
Enteric fever, bacteremia, meningitis,

Shigella species

osteomyelitis,
Seizures,
HUS,myocarditis,
perforation, RS
RS

Vibrio species
Yersinia

Rapid dehydration
Appendicitis, perforation, intussusception,

enterocolitica
Rotavirus

peritonitis,
toxic megacolon,
cholangitis,
Isotonic
dehydration,
carbohydrate
intolerance

Giardia species
Cryptosporidium

Chronic fat malabsorption

speciesspecies
Entamoeba

Colonic perforation, liver abscess

Enteritis necroticans

Chronic diarrhea

Prognosis4,5
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, dengan penanganan
diare yang baik maka prognosis akan sangat baik. Kematian biasanya terjadi
akibat dari dehidrasi dan malnutrisi yang terjadi secara sekunder akibat dari

31

diarenya itu sendiri. Apabila terjadi dehidrasi yang berat maka perlu
dilakukan pemberian cairan secara parenteral. Bila terjadi keadaan
malnutrisi akibat gangguan absorpsi makanan maka pemberian nutrisi
secara parenteral pun perlu dilakukan karena bila terjadi gangguan dari
absorpsi makanan (malabsorpsi) maka kemungkinan untuk jatuh kedalam
keadaan dehidrasi yang lebih berat lagi akan semakin lebih besar.

2.19

Pencegahan 3,16,18
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:
a) sebelum makan,
b) setelah buang air besar,
c) sebelum memegang bayi,
d) setelah menceboki anak dan
e) sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan
cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.

32

Anda mungkin juga menyukai