II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas
anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei
kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3
berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia1. Sebagian besar diare akut
disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran
cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat
menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi1. Bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik2.
Secara
umum
penanganan
diare
akut
ditujukan
untuk
mencegah/
2.2
Definisi
Diare akut menurut Cohen4 adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih
yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut
Noerasid5 diare akut ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of Pediatrics
(AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi
dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda
seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7
hari6.
2.3
Epidemiologi
Diare merupakan penyakit yang umum terjadi pada hampir semua kelompok
usia dan merupakan penyakit kedua tersering setelah influenza (common
cold). Penyakit diare juga merupakan suatu masalah yang kerap kali terjadi di
dalam
kesehatan
masyarakat
dan
di
dalam
bagian
pelayanan
maka dapat disimpulkan bahwa sekitar 500 juta anak-anak yang berusia
dibawah 5 tahun akan mengalami diare sebanyak 1 kali setiap tahunnya. Di
negara maju seperti di Amerika Serikat maka hanya <10% dari kasus-kasus
diare tersebut yang dibawa ke tenaga medis untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Hal ini disebabkan karena pengobatan/perawatan di rumah yang
efektif (Karras, 2005). 9
Cara penularan diare pada umumnya adalah secara oro-fecal melalui 1)
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen, 2)
kontak langsung tangan dengan penderita atau baran-barang yang telah
tercemar tinja penderita, atau tidak langsung melalui lalat. Di dalam bahasa
Inggris maka terdapat 4 F di dalam cara penularan diare ini yaitu
food
(makanan), feces (tinja), finger (jari tangan), and fly (lalat) Karras, 2005). 9
2.4
Epidemiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik.
Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan
tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi10.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus,
Coronavirus, Minirotavirus10.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia,
Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium
perfringens,
coli,
Pleisiomonas,
Shigelloides,
Salmonella
spp,
diare
oleh
parasit
adalah
Balantidium
coli,
Capillaria
10
11
2.5
Epidemiologi
Penyerapan cairan di usus halus. Dalam keadaan normal, usus halus
mampu menyerap cairan sebanyak 7-8 liter sehari, sedangkan usus besar 1-2
liter sehari. Penyerapan air oleh usus halus ditentukan oleh perbedaan antara
tekanan osmotik di lumen usus dan didalam sel, terutama yang dipengaruhi
oleh konsentrasi natrium. Penyerapan natrium ke dalam enterosit dapat
melalui tiga cara yaitu 1) berpasangan dengan ion klorida, atau bahan nonelektrolit seperti glukosa, asam amino, peptida, dll, 2) pertukaran dengan ion
hidrogen, 3) pasif melalui ruang intraseluler (tight junction), yang dengan
cara ini hanya sebagian kecil saja yang dapat diserap. 11
Setelah masuk ke dalam enterosit , natrium ini akan dikeluarkan melalui
enzim Na-K-ATPase (terdapat di membran basolateral) ke dalam ruang
intraseluler dan selanjutnya diteruskan ke dalam pembuluh darah. Di dalam
ileum dan kolon, cairan klorida diserap melalui pertukaran dengan cairan
bikarbonat. 11
Sekresi cairan di usus halus. Proses sekresi merupakan kebalikan dari proses
absorpsi. Penyerapan pasangan NaCl akan meningkatkan anion klorida di
dalam sel kripta dan pada waktu yang bersamaan natrium akan dikeluarkan
dari sel kripta dengan bantuan enzim Na-K-ATPase. Sekresi klorida di dalam
sel kripta dapat pula ditingkatkan dengan adanya intracellular messenger
(berupa cyclic nucleotide, misalnya cAMP, cGMP, yang dapat menyebabkan
peninggian permeabilitas sel kripta) sehingga klorida dengan mudah keluar ke
lumen usus. 11
Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan
penyerapannya sampai 4400 ml sehari, bila terjadi sekresi cairan yang
12
berlebihan dari usus halus (ileosekal). Bila sekresi cairan melebihi 4400 ml
maka usus besar tidak mampu menyerap seluruhnya lagi, selebihnya akan
dikeluarkan bersama tinja dan terjadilah diare. 11
2.6
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. 10,11
2.6.1 Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil
siklase. Enzim ini selanjutnya akan mengubah ATP menjadi cAMP.
Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan sekresi aktif ion klorida,
yang akan diikuti secara positif ileh air, natrium, kaliumm dan
bikarbonat ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare dan muntahmuntah sehingga penderita cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi. 10,11
Pada anak, diare sekretorik ini sering disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme Vibrio, ETEC, Shigella, Clostridium,
Salmonella, Campylobacter. Toksin yang dihasilkannya tersebut akan
merangsang enzim adenil siklase, selanjutnya enzim tersebut akan
mengubah ATP menjadi cAMP. Diare sekretorik pada anak paling
sering disebabkan oleh kolera. 10,11
Gejala dari diare sekretorik ini adalah 1) diare yang cair dan bila
disebabkan oleh vibrio biasanya hebat dan berbau amis, 2) muntahmuntah, 3) tidak disertai dengan panas badan, dan 4) penderita biasanya
cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi. 10,11
2.6.2 Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme
dalam mukosa usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa
usus. Diare invasif ini disebabkan oleh Rotavirus, bakteri (Shigella,
Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia), parasit (amoeba). Diare
13
14
15
Usus Kecil
Usus Besar
Tampilan
Watery
Mukoid dan/atau
berdarah
Volume
Banyak
Sedikit
Frekuensi
Meningkat
Kemungkinan positif
tetapi tidak pernah darah
segar <5,5
Kemungkinan
Meningkat
Kemungkinan darah
segar
Substansi
pereduksi
Kemungkinan positif
Negatif
WBC
< 5/LPK
Serum WBC
Normal
Darah
Ph
Kemungkinan
> 10/LPK
Kemungkinan
leukositosis
Bakteri invasif
(E.coli, Shigella sp.,
Salmonella sp.,
Campylobacter sp,
Yersinia sp.,
Aeromonas
sp,
Toksin bakteri
(Clostridium
difficile
Parasit(Giardia sp.,
Cryptosporodium sp.)
Parasit (Entamoeba
histolytica)
Virus (Rotavirus,
Adenovirus, Calicivirus,
Astrovirs, Norwalk virus)
Organisme
>5,5
Inkubasi
Durasi
Muntah
Demam
Nyeri
Abdominal
Rotavirus
1-7 hari
4-8 hari
Ya
Rendah
Tidak
Adenovirus
8-10
5-12
Delayed
Rendah
Tidak
Norwalk virus
1-2 hari
2 hari
Ya
Tidak
Tidak
Astrovirus
1-2 hari
4-8 hari
+/-
+/-
Tidak
Calicivirus
1-4 hari
4-8 hari
Ya
+/-
Tidak
Aeromonas
None
0-2
+/-
+/-
Tidak
Campylobacter
2-4 hari
5-7 hari
Tidak
Ya
Ya
C difficile
Variable
Variable
Tidak
Sedikit
Sedikit
16
C perfringens
Minimal
1 day
Ringan
Tidak
Ya
Enterohemorrhagic
E coli
1-8 hari
3-6 hari
Tidak
+/-
Ya
Enterotoxigenic
1-3 hari
3-5 hari
Ya
Rendah
Ya
Plesiomonas
None
0-2 mg
+/-
+/-
+/-
Salmonella
0-3 hari
2-7 hari
Ya
Ya
Ya
Shigella species
0-2 hari
2-5 hari
Tidak
High
Ya
Vibrio species
0-1 hari
5-7 hari
Ya
Tidak
Ya
Yersinia
None
1-46
Ya
Ya
Ya
Giardia species
2 mg
1+
Tidak
Tidak
Ya
Cryptosporidiu
5-21
Bulan
Tidak
Rendah
Ya
Entamoeba
5-7 hari
1-2+ mg
Tidak
Ya
Tidak
2.7
Organism
Nonspecific
Underdeveloped tropics
C perfringens
Africa
Asia
V cholerae
Australia Canada -
Yersinia species
India
Japan
Vibrio parahaemolyticus
Mexico
New Guinea
Clostridium species
Dehidrasi dan Gangguan Keseimbangan Elektrolit dan Asam Basa.
Sebagai akibat diare adalah tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit yang
dikenal dengan nama dehidrasi. Dehidrasi ini terjadi karena 1) hilangnya
cairan melalui tinja atau muntah (concomitant water losses) selama
diare/muntah berlangsung. CWL ini banyaknya bervariasi tergantung dari
berat ringannya penyakit. Diperkirakan jumlahnya sekitar 25-30 ml/kgBB/24
17
Keadaan
Umum
Mata
Mulut/
Rasa Haus
Lidah
Tanpa
Dehidrasi
Baik, Sadar
Normal
Basah
Minum
Normal,
Tidak Haus
Dicubit
kembali
cepat
Dehidrasi
Ringan
Sedang
Gelisah Rewel
Cekung
Kering
Tampak
Kehausan
Kembali
lambat
Dehidrasi
Berat
Letargik,
Kesadaran
Menurun
Sulit, tidak
bisa minum
Kembali
sangat
lambat
Sangat
Sangat
cekung dan
kering
kering
Kulit
%
Estimasi
turun
def. cairan
BB
<5
50 %
5 10 50100 %
>10
>100 %
18
kalori
terjadi
pemecahan
protein
dan
lemak
yang
mengakibatkan
2.8
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik pada penderita diare maka dapat ditemukan
beberapa hal, antara lain adalah sebagai berikut ini :
1)
2)
Gagal untuk tumbuh dan malnutrisi. Penurunan massa otot dan lemak atau
terjadinya edema periferal dapat dijadiakan petunjuk bahwa terjadi
19
Nyeri perut. Nyeri perut yang nonspesifik dan nonfokal disertai dengan
kram perut merupakan hal yang biasa terjadi pada beberapa organisme.
Nyeri biasanya tidak bertambah bila dilakukan palpasi pada perut. Apabila
terjadi nyeri perut yang fokal maka nyeri akan bertambah dengan palpasi,
bila terjadi rebound tenderness, maka kita harus curiga terjadinya
komplikasi atau curiga terhadap suatu diagnosis yang noninfeksius .5,7,9
4)
5)
2.9
Pemeriksaan Laboratorium
Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat dinilai adalah sebagai berikut :
1.
Feses yang pH nya 5.5 atau kurang dari itu atau menunjukan adanya
substansi
yang
mereduksi
maka
menandakan
adanya
intoleransi
demikian,
adanya
leukosit
di
dalam
tinja
dapat
20
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan tinja untuk mencari ova dan parasit merupakan cara terbaik
untuk menemukan parasit penyebab diare. Lakukanlah pemeriksaan tinja
setiap 3 hari sekali atau setiap 2 hari sekali.10
7.
2.10
Penatalaksanaan
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam
terapi efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai
berdasarkan berat badan yang hilang sebagai persentasi kehilangan total
berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku emas.12
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral.
Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai
sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi
21
ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang
banyak (>100 ml/kgBB/hari) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga
penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat
(violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit
maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi
parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan
sirkulasi15. Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan
dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk
rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk
pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L
11
Anak
yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian
makanannya sesuai umur.
2.10.1 Dehidrasi Ringan-Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal
dapat diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam.
Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum
sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam
pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada
diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare
atau muntah.13
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9
pilar yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut
dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu13
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3-4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
22
terapi
cairan
diusahakan
agar
penderita
bila
Ringer
Laktat
(RL)
adalah
cairan
yang
banyak
demikian
kosentrasi
kaliumnya
rendah
dan
tidak
23
308
154
154
428
50
77
77
NaCl 0,225%
+D5
253
50
38,5
38,5
Riger Laktat
273
130
109
Laktat 28
Ka-En 3B
290
27
50
50
20
Laktat 20
Ka-En 3B
264
38
30
28
Laktat 10
311
111
90
80
20
Citrat 10
245
70
75
65
20
Citrat 10
213
60
60
70
20
Citrat 3
Standard WHOORS
Reduced
osmalarity
WHO-ORS
EPSGAN
recommendation
2.11
24
Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji
klinis.14 Obat anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati
kausa, tidak memperbaiki kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan
efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak diserap usus
seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat
memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. 14 Sebagian besar
kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). 14 Antibiotik hanya diperlukan
pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena
penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh
karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada
anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang
atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau
segala sepsis14,15. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat
menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth,
gangguan absorpsi dan sirkulasi.14,15
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain 15,16,17
- Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
- Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
- Amebiasis:
Metronidazol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
- Giardiasis :
25
2.12
Antisekretorik - Antidiare
Salazer lindo E dkk
18
2.13
Probiotik
Probiotik
merupakan
bakteri
hidup
yang
mempunyai
efek
yang
26
lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada
anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan
menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-2 kali.
Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah :
Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba
terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen
pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada
mukosa usus dan imunnomodulator.
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut
didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna
selama diare. Seng telah dikenali berperan di dalam metallo enzymes,
polyribosomes, selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam
pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan Sazawal S dkk melaporkan pada
bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis
penting dalam menurunkan lama dan beratnya diare. Strand Menyatakan
efek pemberian seng tidak dipengaruhi atau meningkat bila diberikan
bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut dengan vitamin A tidak
memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun frekuensi
diare. mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan plasebo
selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi
diare persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian
pada yang mendapat ASI. 14,15,16
2.14
27
anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan
mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat
kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya
harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh
Lama more RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu
formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak
oleh karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi
sel termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten. Pada anak lebih besar
makanan yang direkomendasikan meliputi tajin (beras, kentang, mi, dan
pisang) dan gandum (beras, gandum, dan cereal). Makanan yang harus
dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang
dapat memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga
makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan
lambatnya pengosongan lambung.16,17,18,19
Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita
yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan
kebanyakan adalah tipe yang ringan sehingga cukup memberikan formula
susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa
ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2-3 hari akan sembuh terutama
pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat
dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk
waktu yang lebih lama. Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang
sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Sabagaimana halnya
intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya
sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan
formula khusus.Pada situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada
fase penyembuhan diare, diet rendah lemak justru dapat memperburuk
keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik 16,17,18,19
2.15
28
Hiponatremia 16,17,18
Dapat diberikan larutan NaCl hipertonis 3 (13mEq/L) atau %
(855mEq/L). Tetapi untuk mencapai kadar Na yang aman (125 mEq/L)
maka Na yang dibutuhkan menurut rumus sebagai berikut ini : mEq Na =
12 Na darah x 0.6 x BB(kg) diberikan dalam 4 jam.
Hipernatremia 16,17,18
Bila terjadi dehidrasi berat disertai syok/presyok maka berikan NaCl
0.9% atau RL atau Albumin 5%. Setelah syok teratasi lalu berikan larutan
yang mengandung Na : 75-80 mEq/L, misalnya NaCl-dekstrosa (2A)
atau DG half strength sampai ada diuresis kemudian berikan K 40
mEq/L.
Hipokalemia : 16,17,18
Bila kadar K darah < 2.5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) larutan
KCl 3.75% i.v. dengan dosis 3- mEq/kgBB, maksimal 40 mEq/L.
Bila kadar K 2.5 3.5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala), cukup
diberikan K : 75 mg/kgBB/hari p.o. dibagi dalam 3 dosis.
Hiperkalemia : 16,17,18
Kadar K darah
Terapi
< 6 mEq/L
>7 mEq/L
29
2.16
Asidosis metabolik16,17,18
Apabila kadar bikarbonat <22mEq/L dan kadar base excess (BE) tidak
diketahui larutan bikarbonat 8.4% (1mEq = 1 ml) atau 7.5% (0.9 mEq
= 1ml) sebanyak 2-4 mEq/kgBB. Bila BE diketahui : mEq NaHCO3 =
BE x BB x 0.3
Alkalosis metabolik16,17,18
Tergantung derajat dehidrasi berikan NaCl 0.9%, 10-20ml/kgBB dalam 1
jam. Bila telah diuresis, dilanjutkan dengan cairan 0.45 NaCl atau 2,5%
dekstrosa (2A) 40-80ml/kgBB + KCl 38 mEq/L dalam 8 jam.
2.17
Komplikasi
-
Hemolytic
uremic
endothelial
syndrome
vascular
oleh
(HUS)
disebabkan
verotoksin
yang
oleh
kerusakan
dihasilkan
oleh
Pasien yang mengalami diare akut dikemudian hari dapat menjadi seorang
karier jika disebabkan oleh organisme tertentu : 3,4,5
30
Setelah terinfeksi oleh Salmonella, 1-4% pasien diare akut non tifoid
dapat menjadi karier. Keadaan karier dari Salmonella ini terutama
terjadi pada wanita, bayi, dan individu-individu yang mempunyai
penyakit saluran kandung empedu.
Karier C.difficile biasanya asimptomatik dan dapat ditemukan pada
20% pasien yang dirawat di rumah sakit yang mendapatkan terapi
antibiotika dan 50% pada bayi.
Rotavirus dapat diekskresikan secara asimptomatik di dalam tinja
seorang anak yang sebelumnya pernah mengalami diare.
Tabel 7. Komplikasi yang biasa terjadi akibat diare 3,4,5
2.18
Organisme
Komplikasi
Aeromonas caviae
Campylobacter
Cspecies
difficile
C perfringens
infection, pancreatitis,
Reiter syndrome (RS)
Chronic diarrhea
Enterohemorrhagic
serotype C
Hemorrhagic colitis
Enterohemorrhagic
E coli
HUS
E coli O157:H7
Plesiomonas
species
Salmonella species
Septicemia
Enteric fever, bacteremia, meningitis,
Shigella species
osteomyelitis,
Seizures,
HUS,myocarditis,
perforation, RS
RS
Vibrio species
Yersinia
Rapid dehydration
Appendicitis, perforation, intussusception,
enterocolitica
Rotavirus
peritonitis,
toxic megacolon,
cholangitis,
Isotonic
dehydration,
carbohydrate
intolerance
Giardia species
Cryptosporidium
speciesspecies
Entamoeba
Enteritis necroticans
Chronic diarrhea
Prognosis4,5
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, dengan penanganan
diare yang baik maka prognosis akan sangat baik. Kematian biasanya terjadi
akibat dari dehidrasi dan malnutrisi yang terjadi secara sekunder akibat dari
31
diarenya itu sendiri. Apabila terjadi dehidrasi yang berat maka perlu
dilakukan pemberian cairan secara parenteral. Bila terjadi keadaan
malnutrisi akibat gangguan absorpsi makanan maka pemberian nutrisi
secara parenteral pun perlu dilakukan karena bila terjadi gangguan dari
absorpsi makanan (malabsorpsi) maka kemungkinan untuk jatuh kedalam
keadaan dehidrasi yang lebih berat lagi akan semakin lebih besar.
2.19
Pencegahan 3,16,18
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:
a) sebelum makan,
b) setelah buang air besar,
c) sebelum memegang bayi,
d) setelah menceboki anak dan
e) sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan
cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.
32