HERPES ZOSTER
Diajukan kepada :
dr. Siti Aminah TSE, Sp, KK, M.Kes
Disusun oleh
Esa Dima Utama (20100310125)
LEMBARAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Herpes Zoster
Disusun Oleh :
Esa Dima Utama (20100310125)
Mengetahui,
Dokter Pembimbing :
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Herpes Zoster adalah suatu penyakit yang membuat rasa sangat
nyeri dan disebabkan oleh virus herpes yang juga mengakibatkan cacar air
(virus varisela zoster). Seperti virus herpes yang lain, virus varisela zoster
mempunyai tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti oleh suatu
tahapan tidak aktif. Kemudian suatu saat virus ini menjadi aktif kembali.
Herpes zoster (atau hanya zoster), umum dikenal sebagai penyakit ruam
saraf yang ditandai dengan ruam kulit yang menyakitkan dengan lepuh di
wilayah yang terbatas pada satu sisi tubuh, sering kali dalam satu garis.
Kurang-lebih 20 persen orang yang pernah cacar air lambat laun akan
berkembang menjadi herpes zoster. Keaktifan kembali virus ini
kemungkinan akan terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang
lemah, termasuk orang dengan penyakit HIV, dan orang di atas usia 50
tahun.
Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf, termasuk dalam penyakit
infeksi virus yang manifestasinya terbatas pada area kulit yang diinervasi
oleh satu ganglion sensoris. Kekambuhan herpes zoster dimulai dengan
gatal, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang parah pada daerah
predileksi seperti di dada, punggung, atau hidung dan mata.
Walaupun jarang, herpes zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata.
Ini dapat menyebabkan nyeri di sekitar mulut, pada wajah, leher dan juga
kepala, dalam dan sekitar telinga, atau pada ujung hidung. Penyakit ini
hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh.
Setelah beberapa hari, ruam muncul pada daerah kulit yang berhubungan
dengan saraf yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi cairan.
Kemudian lepuh pecah dan berlubang. Jika lepuh digaruk, infeksi kulit
dapat terjadi. Ini membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan
mungkin menimbulkan bekas.
Biasanya, ruam hilang dalam beberapa minggu, tetapi kadang-kadang rasa
nyeri yang parah dapat bertahan berbulan- bulan bahkan bertahun-tahun.
BAB II
LAPORAN PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Bp. H
Usia
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Yogyakarta
Agama
: Islam
Pendidikan
: Petani
B. SUBJEKTIF
a. Keluhan Utama
Plenting pada kulit tangan serta punggung kanan
b. Riwayat penyakit sekarang
Seorang laki-laki usia 53 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dengan keluhan muncul plenting-plenting di
tangan serta punggung kanan sejak 2 hari yang lalu dan terasa sedikit nyeri
dan gatal sebelumnya hanya dilengan bawah sebelah kanan kemudian ada
di punggung belakang dan juga terdapat diwajah, awalnya hanya bentol
biasa kemudian berisi cairan tampak jernih beberapa sudah pecah karena
gesekan. Pasien mengaku banyak teman sekolahnya mengalami hal yang
sama.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnyaAlergi obat (-),
asma (-)
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa, Alergi obat (-), asma (-)
e. Riwayat personal sosial
Riwayat kontak dengan penderita serupa (-).
B. OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
C. STATUS DERMATOLOGIS
Pada lengan bawah dan atas kanan, dan punggung belakang kanan tampak
vesikel dasar eritem berkelompok multiple
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan tzank
E. DIAGNOSIS BANDING
- Varicella
- Herpes simpleks
F. PENATALAKSANAAN
Analgesik
Anti virus
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISIS KASUS
Riwayat penyakit sekarang
1. Sejak 2 hari yang lalu, muncul plenting pada tangan dan punggung
kanan.
Sejak 2 hari yang lalu menandakan penyakit ini bersifat akut,
mengenai plenting muncul mulai dari tangan kanan lalu menyebar ke
punggung kanan pasien, menjelaskan bahwa hal tersebut dikarenakan
mengikuti persyarafan dari dermatom torakal satu sampai empat.
2. Mulanya muncul merah merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu
bertambah banyak sampai.
Merah-merah atau kemerahan menandakan terjadinya proses
inflamasi, dan inflamasi merujuk pada interaksi antara infeksi dan
pertahanan tubuh.
3. Sehari sebelumnya pasien tidak enak badan dan demam ringan.
Sehari sebelumnya pasien tidak enak badan dan demam ringan. Tidak
enak badan dan demam ringan menunjukan terjadinya infeksi pada
pasien.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat cacar air waktu kecil tidak diketahui.
Tidak diketahui mengindikasikan bahwa suatu kejadian bisa benar
terjadi atau tidak terjadi. Apabila memang benar dahulu pasien pernah
Stadium makulo-papular
Timbul makula-makula eritematosa yang cepat menjadi
papul-papul terutama di muka dan ekstremitas termasuk
Stadium vesikulo-pustulosa
Dalam waktu 5-10 hari timbul vesikel-vesikel yang
kemudian menjadi pustule-pustul dan pada saat ini suhu
tbuh meningkat.
Stadium resolusi
Stadium ini berlangsung dalam waktu 2 minggu, timbul
krusta-krusta dan suhu tbuh mulai menurun. Kemudian
krusta terlepas meninggalkan sikatrik-sikatrik.
2. Herpes Simpleks
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus simpleks (virus
herpes hominis) tipe I atau
E. PENATALAKSANAAN
Perlu disampaikan kepada pasien hindari gesekan kulit agar tidak
mengakibatkan
pecahnya
vesikel,
istrahat.
Pengobatan
bersifat
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
PATOGENESIS
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang
setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang
virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis
sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.
Selama proses infeksi varicella, VZV lewat dari luka di kulit dan
permukaan mukosa ke akhiran saraf yang berdekatan dan ditranspor secara
sentripetal ke saraf sensoris ke ganglia sensoris. Dalam ganglia, virus
membentuk infeksi laten yang bertahan untuk hidup. Herpes zoster terjadi
paling sering pada dermatom di mana ruam dari varisela mencapai
densitas tertinggi yang pertama diinervasi oleh (ophtalmic) divisi saraf
trigeminal dan oleh spinal sensori ganglia dari T1 ke L2.
Walaupun virus bersifat laten, ganglia mempertahankan potensi
untuk inefektivitas penuh, reaktifasi yang terjadi bersifat sporadis, jarang,
dan terkait dengan imunosupresi, radiasi dari columna vertebralis, tumor,
trauma lokal; manipulasi bedah tulang belakang dan sinusitis frontalis.
VZV mungkin juga mengaktifkan kembali tanpa menghasilkan penyakit
yang nyata. Walaupun asimtomatik reaktivasi VZV tidak terbukti pasti,
kuantitas kecil antigen virus yang dilepaskan selama reactivasi diharapkan
dapat merangsang dan mempertahankan kekebalan host terhadap VZV.
Ketika resistensi host jatuh di bawah tingkat kritis, virus
berkembang biak dan menyebar dalam ganglion, kemudian menyebabkan
nekrosis neuron dan peradangan hebat, sebuah proses yang sering disertai
neuralgia berat. Infeksi VZV kemudian menyebar ke saraf sensorik,
beresiko neuritis hebat, dan dilepaskan di sekitar ujung akhiran saraf
sensorik di kulit, di mana ia menghasilkan karakteristik kluster vesikula
zoster.
Penyebaran infeksi ganglionic secara proksimal sepanjang radix
saraf posterior menuju meninges dan corda menghasilkan leptomeningitis
lokal, cairan cerebrospinal pleocytosis, dan segmental myelitis. Infeksi
motor neuron di kornu anterior dan radang pada syaraf di bagian radix
anterior dicatat untuk palsies lokal yang mungkin menyertai erupsi
kutaneus, dan perluasan infeksi di dalam sistem saraf pusat dapat
dihasilkan
pada
komplikasi
jarang
herpes
zoster
(misalnya,
kerusakan
eksitotosik
dan
kehilangan
penghambat
pathogenesis dari NPH. Kerusakan saraf afferent primer bisa menjadi aktif
spontan dan hipersensitif ke stimuli perifer juga ke stimulasi simpatis.
Pada gilirannya, kelebihan aktifitas nociceptor dan impuls generasi
ektopik bisa membuat peka neurons system saraf pusat, menghasilkan
memperpanjang dan menambah respon sentral menjadi tidak merusak
\sebagaimana stimuli yang beracun. Secara klinis, hasil mekanisme ini ada
pada allodynia (nyeri dan/atau sensasi yang tidak nyaman ditimbulkan
oleh stimulus yang secara normal tidak sakit, contoh : sentuhan halus)
dengan sedikit atau tidak ada kehilangan sensoris, dan menjelaskan
bentukan nyeri dengan infiltrasi local lidokain.
Neuralgia pasca-herpetik adanya nyeri di daerh kulit yang
dipersarafi oleh saraf yang terkena. Nyeri ini bisa menetap selama
beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya suatu episode
herpes zoster. Nyeri bisa dirasakan terus menerus atau hilang-timbul dan
bisa semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun
dingin. Nyeri paling sering dirasakan pada penderita usia lanjut; 25-50%
penderita yang berusia diatas 50% mengalami neuralgia pasca-herpetik.
Tetapi hanya 10% dari seluruh penderita yang mengalami neuralgia pascaherpetik. Pada sebagian besar kasus, nyeri akan menghilang dalam waktu
1-3 bulan; tetapi pada 10-20% kasus, nyeri menetap selama lebih dari 1
tahun dan jarang berlangsung sampai lebih dari 10 tahun. Pada sebagian
besar kasus, nyeri bersifat ringan dan tidak memerlukan pengobatan
khusus.
Perubahan Anatomis dan fungsional bertanggung jawab pada
kemunculan NPH yang akan dibentuk awal pada herpes zoster. Konsisten
dengan ini adalah korelasi untuk inisiasi nyeri hebat dan kehadiran nyeri
prodormal dengan pembentukan NPH dikemudiannya dan kegagalan
terapi antiviral untuk mencegah penuh NPH.
Komplikasi lain adalah yang terjadi pada mata akibat zoster
ophthalmikus baik sementara atau secara permanen dapat menyebabkan
penurunan ketajaman visual atau kebutaan. Komplikasi seperti infeksi
obat
antivirus
lainnya
(misalnya
BAB V
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dapat diambil kesimpulan pasien terkena herpes zoster.
2. Pengobatan pada pasien ini juga sudah tepat.
Daftar Pustaka
Anonym., observer extra: Herpes Zoster. 2006. www.cdc.gov
Djuanda Adhi., 2005. Ilmu penyakit kulit dan kelamin: edisi IV,. Jakarta :
Fakultas kedokteran universitas Indonesia
Phylai Verasny., Herpes Zoster., 2009. www.wikipedia.com
Sjamsoe E.S ., medical multimedia Indonesia., 2005. Penyakit kulit yang
umum di Indonesia. Pt-mmi@medical-e-book.com
Siregar., 2003. Atlas Beerwarna Saripati Penyakit Kulit: edisi II,. Jakarta:
EGC
Stankus SJ., 2000. Management of Herpes Zoster (Singles) and
Postherpatic Neuralgia. American Academy of Family of Physician
Timur FJ., Herpes Zoster., 2009. www.e-medicine.com
Wolf Clause et all., 2007., Fitzhpatricks color atlas and synopsys of
clinical dermatology., Mc GrawHill Company