Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Tinjauan Botani


I.1.1 Klasifikasi
Menurut Syukur dan Hernani (2002) dalam Hasaanah
(2009) tumbuhan Centella asiatica (L) Urban dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:
Divisio
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Umbellales
Family
: Umbelliferae
Genus
: Centela
Spesies
: Centella asiatica (L) Urban
I.1.2

Deskripsi
Heni (2005) dalam Hasaanah (2009) menjelaskan
bahwa pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman
herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga
sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah
dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup
tanah.

Termasuk

tanaman

terna,

menahun,

tidak

berbatang, mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon


yang merayap panjang 10-80 cm. Akar keluar dari setiap
buku, banyak percabangan membentuk tumbuhan baru,
daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset
dan akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian daun
berbentuk ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, sedikit
berambut, diameter 1-7 cm. Bunga tersusun berbentuk
payung, tunggal atau 3-5 bunga, keluar dari ketiak daun
dan berwarna merah muda atau putih. Buahnya kecil,
bergantung, berbentuk lonjong, pipih, panjang 2-2,5 mm,
baunya

wangi

dan

rasanya

pahit.

Daunnya

dapat

dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan

dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji


(Lasmadiwati, dan Hetty, 2003 cit Hasaaanah 2009).
Winarto dan Surbakti (2003) dalam Hasaanah
(2009) menjelaskan bahwa buah pegagan berukuran
kecil, panjang 2 - 2,5 mm, lebar 7 mm, berbentuk lonjong
atau pipih dan menggantung. Selain itu rasanya pahit,
berdinding agak tebal, kulitnya keras, berlekuk dua,
berusuk jelas dan berwarna kuning. Akarnya berbentuk
rimpang dengan banyak stolon, berkelompok dan lama
kelamaan meluas hingga menutupi tanah, merayap, dan
berbuku-buku. Akar berwarna agak kemerah-merahan.

Gambar 1 Tumbuhan pegagan centella asiatica (Linn.) Urban


(Hasaanah, 2009)

I.1.3

Sinonim
Centella coroacea Nannfd., Hydrocotyle asiatica L., H. lunata
Lamk, H. Lurida Hance., Trisanthus cochichinensis Lour (Badan POM
RI, 2010).

I.1.4

Nama Daerah
Menurut Badan POM RI (2010) nama daerah dari Centella asiatica
adalah

Sumatera

: Pegaga (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga,


rumput kaki kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu),

Jawa

pegago, pugago (Minangkabau)


: Cowet gompeng, antanan, antanan bener, antanan
gede (Sunda), gagan-gagan, gangganan, kerok
batok, pantegowang, panigowang, rending, calingan

I.1.5

Nusa Tenggara

rambut, pacul gowang (Jawa), gan-gagan (Madura)


: Bebele (Sadak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere

Maluku
Sulawesi

(Sawo)
: Sarowati (Halmahera), koloditi manora (Ternate)
: pagaga, wisu-wisu (Maksar), cipubalawo (Bugis),

Papua

hisu-hisu (Salayar)
: Dogauke, gogauke, sandanan.

Nama Luar Negri


Nama-nama luar negeri dari tumbuhan pegagan (Hasaanah,
2009) adalah sebagai berikut :
Inggris
: Gotu kola, asiatica pennywort, Indian pennywort
Brunei
: Pegaga
Filipina
: Takip-kohol, tapingan-daga, hahang-halo
Singapura : Pegaga
Myanmar : Min-kuabin
Kamboja
: Tranchiek-kranh
Laos
: Phak nok
Thailand
: Bua bok, pa-na-ekhaa-doh, phak waen
Vietnam
: Rau m[as]. T[is]ch tuy [ees]t, th[ar]o.

I.1.6

Kandungan Kimia
Kandungan kimia pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
terbagi menjadi beberapa golongan, yakni asam amino, flavonoid,
terpenoid, dan minyak atsiri. Terpenoid, khususnya triterpenoid,
merupakan kandungan utama dalam pegagan, yang terdiri dari
asiatikosida, madekosida, brahmosida, dan brahminosida (glikosida
saponin) asam madekasat (Barnes et al. 2002 cit Hermanto et al, 2011).
Bermacam-macam kandungan kimia dari daun pegagan antara
lain senyawa glikosida triterpenoid disebut asiatikosida yakni suatu
senyawa heteroside. Asiatikosida merupakan senyawa metabolit
sekunder yang termasuk dalam kelompok terpen tersebut adalah lemak
yang disintesa dari metabolit primer Acetyl CoA melalui lintasan Asam

Mevalonat (MAP) atau intermediet dasar glikolisis lewat lintasan


Methylerythritol Phosphate (MEP) (Hermanto et al, 2011).

COOH
OH

OH
HOH3C

Asam Asiatikat

COOH
OH

OH
CH3OH

HO

Asam Madekasat

H
O
C

HO

OH

OH
H

H
OH

OH
H

O
H

OH

CH3

OH

OH
H
CH3

HO
HOH3C

Asiatikosida
Gambar 2. Struktur senyawa Asam Asiatikat, Asam Madekasat,
Asiatikosida (Hasaanah, 2009).

I.1.7

OH

CH2OH

Penggunaan Tradisional
Pegagan secara tradisional banyak digunakan untuk penyakit
kulit. Di samping untuk penggunaan topikal pegagan juga digunakan

untuk mengobati sakit perut, batuk, batuk berdarah dan disentri,


penyembuhan luka, radang, pegal linu, asma, wasir, tuberkulosis, lepra,
demam dan penambah selera makan (Badan POM RI, 2010).
I.1.8

Efek Farmakologis
Campuran triterpenoid dalam pegagan mempunyai khasiat
merangsang biosintesis kolagen dan digunakan dalam pengobatan lepra,
luka bekas operasi, luka bakar, keloid, fibrosis, dan radioterapi.
Pegagan (Centella asiatica) merupakan salah satu bahan
alam

yang

spermatogenik
dikandungnya

mempunyai
(antifertilitas).
adalah

khasiat

sebagai

anti

utama

yang

glikosida

yang

Bahan

triterpenoid

termasuk golongan steroid yang juga berfungsi sebagai


anti

kanker.

Steroid

merupakan

bahan

baku

untuk

mensintesis testosteron (Sastromidjoyo,1997). Tingginya


konsentrasi testosteron akan menyebabkan umpan balik
negatif ke hipofisis, pelepasan FSH dan LH terhambat,
sehingga akan menghambat proses spermatogenesis
(Partodihardjo,1980) .
Asiatikosida yang terdapat di dalam tanaman pegagan mampu
meningkatkan daya ingat, konsentrasi dan kewaspadaan. Hal ini
dimungkinkan karena asiatikosida yang terkandung di dalamnya mampu
membantu kelancaran sirkulasi oksigen dan nutrisi serta melindungi selsel otak dari kerusakan oksidatif oleh radikal bebas karena kandungan
asam lemak yang sangat tinggi dan mudah teroksidasi (Bermawi et al.
2005 cit Hermanto et al, 2011).
Cheng et al. (2004) dalam Hermanto et al (2011) melaporkan
bahwa ekstrak air pegagan dan senyawa asiatikosida, yang merupakan
senyawa aktif dalam ekstrak tersebut potensial sebagai ramuan aktif atau
obat untuk mencegah radang usus. Ditemukan pula bahwa glikosida total
yang terkandung dalam ekstrak pegagan dapat mencegah secara
signifikan efek fibrosis pada jaringan hati tikus percobaan (Ming et al.
2004).

Melalui penelitian kultur sel, terbukti bahwa ekstrak pegagan


mampu mereduksi oksidan nitrit oksida, yang terbentuk sebagai akibat
dari menumpuknya plak beta-amyloid di otak yang dikaitkan dengan
penyakit Alzheimer (Rao et al. 2006).
Pegagan juga mampu mempercepat proses regenerasi kulit pada
bagian yang terluka lebih cepat. Hal ini disebabkan asiatikosida dan
mukopolisakarida yang dikandungnya dapat memacu proliferasi sel
fibroblast yang berperan besar pada penyembuhan luka, yaitu melalui
kemampuannya dalam memproduksi substansi dasar pembentuk serat
kolagen. Serat kolagen inilah yang mempertautkan tepi kulit yang luka
(Barnes et al. 2002).
Dalimartha (2000) dalam Hermanto et al (2011) menambahkan
bahwa oksiasiatikosida dapat membunuh tuberkolosis. Seluruh bagian
I.1.9

tanaman pegagan dapat berfungsi sebagai obat kecuali akar.


Metoda Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder
A. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian sederhana dengan jalan
merendam bahan alam atau tumbuhan dalam pelarut dan waktu
tertentu, sehingga bahan akan jadi lunak dan larut. Kecuali
dinyatakan lain, dilakukan dengan cara berikut, 10 bahagian
simplisia atau campuran simplisia dengan derajat kehalusan tertentu,
dimasukkan ke dalam bejana, didiamkan selama 3-5 hari pada
tempat yang terlindungi cahaya dan diaduk berulang-ulang, serta
diperas, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya, hingga
didapatkan hasil maserasi sebanyak 100 bahagian. Pindahkan ke
dalam bejana tertutup biarkan di tempat yang sejuk, terlindungi dari
cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan, sambil mencegah penguapan
pelarutnya (Djamal, 2010).
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan
pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi senyawa metabolit sekunder karena
dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel karena adanya perbedaan tekanan antara di
dalam dan di luar sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik.


Ekstraksi senyawa dapat diatur dengan lama perendaman yang
dilakukan.

Pemilihan

pelarut

dalam metode

maserasi

akan

memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan


senyawa metabolit sekunder dengan pelarut yang digunakan (Syafni,
2007).
B. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah penyulingan dengan mengalirkan uap
pada evapor atau dikenal dengan metoda destilasi uap. Sampel
dengan air penyulingan berada pada tempat terpisah (Djamal, 2010)
Proses destilasi uap banyak digunakan mengekstraksi
senyawa bahan alam yang tahan pada suhu yang cukup tinggi, yang
lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Umumnya,
banyak digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri (Syafni, 2007).
C. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses untuk memisahkan kandungan
senyawa bahan alam atas perbedaan sifat kelarutannya dalam kondisi
yang ditentukan. Proses fraksinasi dilakukan apabila penyarian tahap
awal bertujuan untuk mendapatkan ekstrak total. Proses fraksinasi
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pelarut yang
memliki perbedaan kepolaran atau dengan membuat senyawa
berubah sifat kelarutannya akibat perubahan pH (Djamal, 2010).
D. Kromatografi
Kromatografi merupakan sebuah metode yang digunakan
untuk memisahkan suatu komponen dari suatu campuran yang
didasarkan pada interaksi komponen dengan fasa diam dan fasa
gerak yang tidak saling bercampur (Syafni, 2007).
Pada praktikum menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah salah satu teknik
kromatografi yang banyak digunakan untuk analisis kualitatif
senyawa organik, isolasi senyawa tunggal dari campuran
multikomponen, analisis kuantitatif dan isolasi skala preparativ.
Tenik KLT sangat bermanfaat untuk analisis obat dan bahan lain
dalam laboratorium karena hanya memerlukan peralatan sederhana,

waktu yang cukup singkat dan jumlah zat yang diperiksa cukup
kecil (Adhan, 1997).
a. Fase diam
Fase diam adalah lapisan tipis penyerapan yang seragam
atau media terpilih digunakan sebagai media pembawa.
Penjerap dilekatkan

pada penyangga sebagai pelapis untuk

mendapatkan lapisan yang stabil dengan ukuran yang sesuai.


Penyangga yang sering digunakan tersebut dari bahan glas,
plastik dan aluminium, sedangkan penjerap yang paling sering
digunakan antara lain silika gel, alumina, kieselguhr dan
selulosa (Touchstone dan Dobbins, 1983).
b. Fase gerak
Sifat dan komposis kimia fase gerak ditentukan oleh jenis
zat yang dipisahkan dan jenis penjerap yang digunakan untuk
pemisahan. Komposisi fase gerak dapat berupa pelarut murni
maupun campuran kompleks dari beberapa pelarut (Touchstone
dan Dobbins, 1983). Seluruh senyawa organik termaksud
pelarut digolongkan menurut kemampuan dasarnya untuk
membuat ikatan hidrogen. Terdapat pelarut yang merupakan
donor atau aseptor pasangan elektron dan mempunyai
kemampuan

untuk

membentuk

jembatan

intermolekular

(hidrofilik dan pelarut polar) ataupun pelarut yang tidak


mempunyai kemampuan tersebut (lipofilik, hidrofilik, pelarut
non polar). Diantara perbedaan ekstrem tersebut terdapat
pelarut

dengan

Schwarting, 1991).

polaritas

sedang

(Gritter,

Bobbit

dan

BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Wadah untuk maserasi, kolom kromatografi, corong, botol
100 ml, vila, pipet tetes, seperangkat alat rotary evaporator, chamber,
2.1.2

penotol.
Bahan
Daun pegagan kering (100 g), methanol, etil asetat, plat

KLT, kapas, norit, penampak noda untuk triterpenoid.


2.2 Cara Kerja
a. Grinder sebanyak 100 g daun pegagan kering
b. Maserasi dengan 500 ml methanol selama 1x3 hari, saring
c. Uapkan maserat hingga volume 200 ml
d. Masukkan 100 g norit ke dalam kolom kemudian lewatkan
meserat ke dalam kololm, tapung
e. Uapkan eluet denga rotary evaporator hingga kering
f. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silika gel
60 F254, fase gerak etil asetat : metsanol : aquadest (4 : 1 : 0,5).
Semprotkan reagen vanillin asam sulfat pada plat KLT yang
sudah dielusi kemudian panaskan untuk melihat noda pada fase
diam.

BAB III

HASIL dan PEMBAHASAN

3.1 Hasil
1. Organoleptis
Bentuk
: endapan
Warna
: kream kehijauan
Bau
: berbau khas (agak bau)
Rasa
:Konsistensi : belum kering
2. Kelarutan
Dapat larut dalam etil asetat
3. Berat senyawa isolat
Berat vial kosong
= 9,820 gram
Berat vial + endapan = 9,994 gram
Berat endapan
= 0,174 gram
= 174 mg
4. Berat rendemen
berat isolat
berat sampel

x 100 % =

0,174 gram
100 gram

5. Profil KLT/ Rf
Rf 1

jarak yang ditempuh komponen


jarak yang ditempuh eluen

0
4.3

=0

Rf 2

jarak yang ditempuh komponen


jarak yang ditempuh eluen

0,5
4,3

x 100 % = 0,174 %

= 0,116
Rf 3

jarak yang ditempuh komponen


jarak yang ditempuh eluen
2,2
4,3

= 0, 511

0,5 cm

0 cm

4,3 cm 2,2 cm

Gambar 3. Hasil KLT asiatikosida, asam madekasat, asam asiatat


3.2 Pembahasan
Pada pemeriksaan triterpenoid dari pegagan (Centella asiatica (L)
Urban) yang digunakan adalah bagian daunnya yang telah disortir terlebih
dahulu. Daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban) yang digunakan
merupakan daun yang telah kering. Tujuan digunakan daun yang telah kering
agar simplisia bertahan lama dan tidak berjamur.
Untuk pemeriksaan triterpenoid ini kami menggunakan metode
maserasi. Dipilihnya metode ini karena metode ini lebih sederhana, hanya
dengan perendaman beberapa hari. Selain itu sampel yang digunakan dalam
jumlah yang banyak. Pelarut yang digunakan adalah metanol, karena metanol
ini merupakan pelarut yang universal yang bisa melarutkan semua senyawa
yang terkandung dalam simplisia. Selain itu harganya juga relatif lebih murah
dibandingkan dengan pelarut-pelarut lainnya.

Setelah dimaserasi dan uapakan dengan rotary evaporator, maserat


yang didapatkan dilewatkan ke norit yang bertujuan untuk menghilangkan
klorofil yang terdapat pada daun pegagan dan agar didapatkan senyawa yang
murni. Sehingga didapatkan larutan yang jernih yang kemudian diuapkan
kembali sehingga didapatkan arutn yang kental yang kemudian didiamkan
agar didapatkan endapan.
Setelah didapatkan endapan, kemudian dihitung berat rendemen dari
senyawa yang didpatkan sebanyak 0,174 %. Kemudian dilakukan cek KLT
dari endapan yang didapatkan. Didapatkan tiga nilai Rf yaitu Rf1 = 0, Rf 2 =
0,116. Rf 3 = 0, 511. Menurut penelitian Herlina et al (2010) nilai Rf dari
senyawa asiatikosida adalah Rf = 0,0476 dengan fase gerak yang digunakan
kloroform : metanol (4:1) sedangkan menurut penelitian Padmadisastra et al
(2007) nilai Rf dari zat aktif Asam asiatat Rf = 0, 26; Asam madekasat = 0,83
dan Asitikosida Rf = 0,9 dengan fase gerak yang digunakan adalah kloroform :
methanol : air (65:25:4). Fase gerak yang digunakan berbeda maka nilai Rf
yang dihasilan juga berbeda.

BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :

1. Pada tumbuhan Pegagan (Centella asiatica L) mengandung senyawa


triterpenoid. Senyawa triterpenoid yang terdapat pada pegagan adalah
asiatikosida, asam madekasat, asam asiatat.
2. Senyawa triterpenoid pada pegagan (Centella asiatica) dapat sebagai
pengobatan lepra, luka bekas operasi, luka bakar, keloid, fibrosis,
radioterapi, ani spermatogenik, dan anti radang usus.
3. Randemen dan Rf yang didapatkan pada saat praktikum adalah 0,174%
dan Rf1 = 0; Rf2 = 0,116; Rf3 = 0,511.
4.2 Saran
1. Teliti, hati-hati dan serius dalam melaksanakan percobaan, dan sesuai
2.
3.
4.
5.

dengan prosedur kerja.


Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan percobaan.
Pergunakan alat-alat praktikum yang benar-benar bersih dan kering.
Lakukan penambahan reagen secara kuantitatif.
Pergunakan pipet tetes yang berbeda untuk masing-masing reagen atau

larutan uji untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.


6. Sebelum di KLT pastikan dahulu kristal yang diperoleh sudah murni dan
bebas dari pengotor agar hasil KLT lebih baik dan nilai Rfnya sama
dengan literatur.

DAFTAR PUSTAKA
Adhan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta : Andi, 27-35
Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima Edisi Pertama.
Badan POM RI. 2010. Pegagan Centella asitica (L.) Urban. Jakarta : Direktorat
Obat Asli Indonesia
Barnes, J., L.A. Anderson, and J.D. Philipson. 2002. Herbal Medicines, Second
Edition. Pharmaceutical Press, London, 530 p.

Djamal, Rusjdi. 2010. Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi.


Universitas Baiturrahmah

Gritter, R, J., J. M. Bobbits, and A. E. Schwarting. 1987. Introduction to


Chromatography (Pengantar Kromatorafi), Edisi ke-2, diterjemahkan oleh
K. Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB
Hasaanah, Ifnaini Wirdatul. 2009. Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella
asiatica) terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus). Malang :
UIN Maulana Malik Ibrahim
Herlina dan L. Hutasoit. 2010. Pengaruh Senyawa Murni Dari
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Terhadap Fungsi
Kognitif Belajar dan Mengingat dan Efek Toksisitas Pada
Mencit (Mus musculus) Betina. Sriwijaya : FMIPA Universitas
Sriwijaya

Hermanto, M. Ghulamahdi, L. K. Darusman, A. Sutandi dan N. Bermawie. 2011.


Penetapan Bahan Diagnosis Status Hara NPK Pada Jaringan Tanaman
Pegagan. Bul. Littro, Vol. 22 No. 2, 2011, 186 197
Ming, Z., Liu, S., L. Cao, L. Tang. 2004. Effect of total glucosides of centella
asiatica on antagonizing liver fibrosis induced by dimethylnitrosamine in
rats. Zhongguo Zhongxiji Jiche Zazhi (China), 24 : 731-734.
Palmadisastra, Y., A. Syaugi dan S. Anggia. 2007. Formulasi Sediaan Salep
Antikeloidal yang Mengandung Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave
dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Seminar Kebudayaan
Indonesia Malaysia Kuala Lumpur, 28-31 Mei 2007
Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta:
Mutiara Sumber Widya.

Rao, K.G.M., S. Muddanna Rao, and S. Gurumadhva Rao. 2006. Centella


asiatica L. (Urban.) Leaf extract treatment during the growth spurt period
enhances hippocampal CA3 neuronal dendritic arborization in rats. Evid.
Based Complement, Altern. Med. 3 :349-357.

Syafni, Nova. 2007. Optimasi Isolasi Kaempferol dari Paku Resam


(Gleichenia linearis (Burm.) Clarke). Padang : UNAND

Touchstone, J. C., MF. Dobbins. 1983. Practice of Thin Layer Chromatography.


Canada : John Wiley & Sons, 2-12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


KIMIA BAHAN ALAM

ISOLASI TRITERPENOID DARI PEGAGAN


(Centella asiatica L)

OLEH :
FITRIA LAVITA AGRESA
1211013001
SELASA PAGI
KEL II (DUA)

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


KIMIA BAHAN ALAM

OLEH :
FITRIA LAVITA AGRESA
1211013001

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

Anda mungkin juga menyukai