Anda di halaman 1dari 6

SISTEM POLITIK INDONESIA

PAPER
STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM POLITIK

DISUSUN OLEH
S U PR IAD I

E 121 14 306

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Struktur Politik: Suprastruktur dan Infrastruktur
Struktur politik dibedakan dalam dua suasana, yaitu: (1) struktur politik dalam
suasana pemerintahan, disebut suprastruktur politik, dan (2) struktur politik dalam
suasana masyarakat, disebut infrastruktur politik.
Suprastruktur politik di Indonesia yaitu suasana kehidupan politik yang ada dalam
pemerintahan yakni ada pada lembaga-lembaga negara, meliputi:
a. Lembaga pelaksana fungsi pembuatan kebijakan umum/legislatif, dijalankan
oleh MPR, DPR, dan DPD. Lembaga legislatif lazimnya memainkan 3 fungsi
pokok, sebagai berikut;
i. Fungsi legislasi, yaitu fungsi membentuk undang-undang.
ii. Fungsi pengawasan/kontrol, yaitu fungsi mengawasi tindakan
pemerintah, misalnya melalui ratifikasi perjanjian internasional,
persetujuan atas pernyataan perang, pengangkatan duta, maupun
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan penggunaan
uang negara.
iii. Fungsi anggaran, yaitu fungsi menetapkan anggaran pendapatan dan
belanja negara.
b. Lembaga pelaksana fungsi penerapan kebijakan/eksekutif, yaitu presiden,
baik sebagai kepala negara maupun sebagai kepala pemerintahan. Presiden
dibantu oleh seorang wakil presiden dan beberapa orang menteri
c. Lembaga pelaksana fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan/yudikatif,
dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA), dan badan-badan peradilan yang
berada di bawahnya, serta Mahkamah Konstitusi(MK).

Infrastruktur Politik di Indonesia yaitu suasana kehidupan politik yang ada di


dalam masyarakat, yang memberi pengaruh terhadap pelaksanaan tugas-tugas
lembaga negara dalam pemerintahan; atau kekuatan politik riil di dalam
masyarakat. Disebut juga bangunan politik bawah.
Meliputi: Partai politik, Kelompok kepentingan, Kelompok penekan, Media
komunikasi politik atau pers atau media massa, dan Tokoh politik.
a. Partai Politik
Secara umum, partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Adapun
tujuan dibentuknya sebuah partai adalah untuk memperoleh kekuasaan politik,
dan merebut kedudukan politik dengan cara (yang biasanya) konstitusional yang
mana kekuasaan itu partai politik dapat melaksanakan program-program serta
kebijakan-kebijakan mereka. Misalnya dengan mengikuti pemilu legislatif. Di
samping itu juga dengan cara ilegal, seperti melakukan subversif, revolusi atau
kudeta.
b. Kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan adalah sekelompok manusia yang mengadakan
persekutuan yang didorong oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Kepentingan
ini dapat berupa kepentingan umum atau masyarakat luas ataupun kepentingan
untuk kelompok tertentu. Contoh persekutuan yang merupakan kelompok
kepentingan, yaitu organisasi massa, paguyuban alumni suatu sekolah, kelompok
daerah asal, dan paguyuban hobi tertentu. Kelompok kepentingan bertujuan untuk
memperjuangkan sesuatu kepentingan dengan mempengaruhi lembaga-lembaga
politik agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan
keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk
menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan perwakilan rakyat, melainkan cukup
mempengaruhi satu atau beberapa partai didalamnya atau instansi yang
berwenang maupun menteri yang berwenang.
c. Kelompok Penekan
Kelompok penekan merupakan sekelompok manusia yang berbentuk lembaga
kemasyarakatan dengan aktivitas atau kegiatannya memberikan tekanan kepada
pihak penguasa agar keinginannya dapat diakomodasi oleh pemegang kekuasaan.
Contohnya, Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Nasib Petani, dan Lembaga
Swadaya Masyarakat Penolong Korban Gempa, LSM Anti Korupsi seperti ICW.
Pada mulanya, kegiatan kelompok-kelompok ini biasa-biasa saja, namun
perkembangan situasi dan kondisi mengubahnya menjadi pressure group.
d. Media massa atau Pers
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada
tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain

untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari,


istilah ini sering disingkat menjadi media. Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang
Pers, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia.
e. Tokoh-tokoh Politik
Tokoh tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun
kontempoter antara lain adalah: Aristoteles, Adam Smith, Cicero, , Immanuel
Kant, John Locke, Karl Marx,Lenin, Nicolo Machiavelli, Rousseau, Samuel P
Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Pelaku politik : Barrack Obama,
Ahmadimejad, Aung San Suu Kyi,SBY, Boediono, Jusuf Kalla, Megawati,
Prabowo Subianto, Wiranto, Aburizal Bakrie, Joko Wi, Bibit Waluyo, dan lainlain.
Fungsi Sistem Politik
Teori Almond dipengaruhi juga oleh kerangka kerja David Easton tentang inputs,
outputs dan feedback yang ia rasakan bergerak ke arah "teori fungsional yang
sistematik". Tetapi teori David Easton ini masih diangap memiliki keterbatasan,
oleh karena itu ia kemudian membuat gambaran tentang kategori-kategori
fungsionalnya sendiri, dan memisahkannya sesuai dengan inputs dan outputs.
1. Fungsi-fungsi Inputs:
a. Sosialisasi dan rekrutmen politik
b. Artikulasi kepentingan
c. Agregasi kepentingan
d. Komunikasi politik
2. Fungsi-fungsi Outputs :
a. Pembuatan peraturam (rule making)
b. Penerapan peraturan (rule application)
c. Pengadilan peraturan (rule adjudication)

Outputs adalah merupakan fungsi pemerintahan dan yang sesuai dengan kegunaan
tradisi dari tiga kekuasaan yang terpisah di dalam pemerintahan. Rule making
menggantikan badan pembuat undang-undang. Rule application menunjuk
administrasi. Rule adjudication berhubungan dengan proses judisial (pengadilan).
Almond berpendapat bahwa fungsi inputs atau fungsi politik, bukan fungsi
outputs atau fungsi pemerintahan, sifatnya penting untuk mengetahui ciri-ciri
sistem politik di negara-negara yang sedang berkembang. Fungsi-fungsi ini
mewakili bahanbahan dari sistem: yaitu siapa yang mengenali persoalanpersoalan; mengidentifikasikan, menjelaskan, dan memecahkan isu-isu; dan
memberikan pemecahan; dan bagaimana tindakan-tindakan tersebut dilakukan.
Spiro mengatakannya sebagai proses "aliran kebijakan" (policy flow), dan Easton
mengatakannya sebagai terdiri dari tuntutan dan dukungan bagi tindakan. Bagi
Almond sosialisasi politik mendorong orang berpartisipasi dalam kebudayaan
politik dari suatu masyarakat; sosialisasi terjadi melalui keluarga, sekolah,
pekerjaan, kelompok keagamaan, perkumpulan kesukarelawanan, partai politik,
dan bahkan lembaga pemerintahan. Sosialalisasi politik melibatkan rekruitmen
orang-orang yang berasal dari kelas-kelas, kelompok-kelompok etnis dan
semacamnya ke dalam sistem politik dari partai-partai politik, birokrasi, dan
sebagainya. Artikulasi kepentingan merupakan ekspresi kepentingan politik dan
tuntutan bagi tindakan. Agregasi kepentingan merupakan penggabungan
kepentingankepentingan dan tuntutan yang diartikulasikan oleh partai politik,
kelompok kepentingan, dan kesatuan-kesatuan politik lainnya. Komunikasi politik
menjamin semua fungsi-fungsi politik ini. Sosialisasi politik, rekruitmen politik,
artikulasi dan agregesi kepentingan terjadi melalui komunikasi.
Menurut Almond, sistem politik terdiri dari banyak bagian yang satu sama
lain saling bergantung. Bagian-bagian ini meliputi lembaga-lembaga
pemerintahan dan juga semua struktur dalam aspek-aspek politiknya. Garis batas
ada di antara sistem itu dengan lingkungannya. Input dan output mempengaruhi
sistem itu, dan feedback ada di antara sistem dan lingkungannya. Almond
menunjukkan empat contoh tuntutan dan empat contoh dukungan yang menjamin
sistem sebagai input. Ia juga menggambarkan empat jenis transaksi yang
berhubungan dengan output dari proses itu. Diagram ini selain memasukan tiga
aspek sebagaimana digambarkan oleh Easton, juga menggabungkan tiga tingkatan
fungsi ke dalam rumusannya sendiri. Tingkatan kegiatan yang pertama terdiri dari
enam fungsi konversi: artikulasi kepentingan (interest articulation), agregasi
kepentingan (interest aggregation), komunikasi politik (political comunication),
pembuatan peraturan (rule making), penerapan peraturan (rule application), dan
pengadilan peraturan (rule adjudication); fungsi-fungsi ini berhubungan dengan
inputs yang berupa tuntutan (demands) dan inputs yang berupa dukungan
(supports) dan dengan outputs yang berupa keputusan (decisions) dan outputs
yang berupa tindakan (actions) seperti telah terinternalisasi dalam sistem politik.
Tuntutan dirumuskan melalui artikulasi kepentingan dan digabungkan ke dalam
arah tindakan alternatif melalui agregasi kepentingan. Peraturan digambarkan
melalui pembuatan peraturan, dilaksanakan dan dipaksakan melalui penerapan
peraturan, dan kadangkadang mereka dinilai melalui pengadilan peraturan.
Komunikasi mempengaruhi semua kegiatan ini.

Tingkatan kegiatan yang kedua dari kegiatan ini berupa fungsi kapabilitas:
pengaturan (regulation), (pengekstrasian) exctraction, pembagian (distribution),
dan tanggapan simbolis (symbolic response); fungsi-fungsi ini berhubungan
dengan penampilan sistem itu didalam lingkungannya. Almond menerapkan
fungsi-fungsi ini pada masyarakat totaliter dan masyarakat demokratis. Ia merasa
bahwa dalam masyarakat demokratis: output dari "regulation", "extraction", dan
"distribution" lebih dipengaruhi oleh input yang berupa tuntutan dari kelompokkelompok yang ada dan bahwa masyarakat ini oleh karena itu memiliki kapasitas
responsif yang ebih tinggi. Sebaliknya masyarakat totaliter kurang responsif
terhadap tuntutan, mengatur perilaku melalui paksaan, dan mengekstrasikan
sumber yang sebanyak-banyaknya dari rakyat. Kapabilitas simbolis berhubungan
dengan mengalirnya simbol dari sistem politik ke lingkungan internasional.
Sedangkan tingkatan kegiatan yang ketiga adalah fungsi pemeliharaan
(maintenance) dan fungsi adaptasi yang meliputi sosialisasi politik dan rekruitmen
politik. Menurut Almond, teori sistem politik dapat didasarkan pada pemahaman
hubungan diantara tiga tingkat kegiatan ini serta hubungan diantara fungsi-fungsi
pada masing-masing tingkatan.

Anda mungkin juga menyukai