Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT SEKOLAH

MENENGAH ATAS

UNTUK MEMENUHI NILAI TUGAS MATA KULIAH


Seminar Masalah-Masalah/Isu-Isu Kebijakan Publik

Oleh
Fauzan Rizaldi

125030107111022

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MARET
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dunia pendidikan di Indonesia memang tidak pernah lepas dari
dinamika perubahan, salah satunya adalah perubahan kurikulum.
Kurikulum yang baru saja disahkan oleh pemerintah adalah kurikulum
2013. Kurikulum ini nantinya akan menggantikan kurikulum yang sudah
diberlakukan saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, proses
pembelajaran menurut kurikulum 2013 adalah suatu proses pendidikan
yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan
segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin
lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Kemampuan ini akan
diperlukan

oleh

siwa

tersebut

dalam

kehidupannya

dan

untuk

bermasyarakat, berbangsa dan untuk berkontribusi pada kesejahteraan


kehidupan umat manusia. Karena itu suatu kegiatan pembelajaran
seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi
siswa agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan.
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan
keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan
pengetahuan (knowledge). Sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003
sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35 bahwa kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.
Kurikulum

2013

dengan

segala

perubahannya

harus

diimplementasikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Tetapi tidaklah


mudah mengubah praktik pembelajaran dari kebiasaan lama ke hal baru
apalagi beserta mind setnya. Diperlukan waktu yang cukup lama dan perlu
dilakukan secara masal guna mempersiapkan hal tersebut agar memenuhi
target yang diinginkan. Hal ini juga salah satu yang diabaikan oleh
pemerintah dalam rencana implementasi kurikulum 2013. Penerapan
kurikulum 2013 masih terkesan kurang persiapan. Sehingga perlu
diadakan penelitian tentang bagaimana strategi guru dalam menyesuaikan

diri dengan perubahan yang ada dalam kurikulum 2013 dengan latar
belakang gaya mengajar ceramah.
Kurikulum 2013 diterapkan pada Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah
Menengah

Atas/Madrasah

Aliyah,

dan

Sekolah

Menengah

Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Tetapi pada paper ini kami akan


lebih fokus membahas kurikulum 2013 yang diterapkan di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA). Maka dari itu, kami mengangkat judul
Implementasi Kurikulum 2013 di Tingkat Sekolah Menengah Atas.
1.2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan kurikulum 2013 di tingkat Sekolah Menengah
Atas?
2. Apa hambatan-hambatan dalam penerapan kurikulum 2013 di Tingkat
Sekolah Menengah Atas?

1.3.

Tujuan
1. Mengetahui penerapan kurikulum 2013 di Tingkat Sekolah Menengah
Atas.
2. Mengetahui hambatan-hambatan dalam penerapan kurikulum 2013 di
tingkat Sekolah Menengah Atas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gg
2.1.

Pengertian Kurikulum
Menurut Zais (1976), kurikulum merupakan kumpulan mata
pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh peserta
didik. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi
pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional, yang memberi pedoman
dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.
Menurut Tyler (1949), kurikulum berisi tujuan pendidikan yang harus
dicapai di sekolah, pengalaman pendidikan yang harus disediakan untuk
3

mencapai tujuan pendidikan tersebut, pengelolaan pengalaman pendidikan


secara efektif, dan mengukur tercapainya tujuan pendidikan. Pandangan
Tyler disempurnakan oleh Taba (1962) dengan menambah analisis
kebutuhan dan seleksi materi sehingga kurikulum memuat pernyataan
tujuan

yang

mengacu

pengorganisasian

materi,

pada

analisis

pengelolaan

kebutuhan,
kegiatan

pemilihan

dan

pembelajaran,

dan

penilaian hasil pembelajaran.


Sementara itu, Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa kurikulum
dapat dilihat dalam tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem, dan
sebagai rencana. Dalam kurikulum sebagai ilmu berarti dikaji konsep,
landasan, asumsi, teori, model, praksis, prinsip-prinsip dasar tentang
kurikulum. Dalam kurikulum sebagai sistem, dijelaskan kedudukan
kurikulum dalam hubungannya dengan sistem dan bidang-bidang lain,
komponen-komponen kurikulum, kurikulum berbagai jalur, jenjang, jenis
pendidikan, manajemen kurikulum, dan sebagainya. Dalam kurikulum
sebagai rencana, tercakup macam-macam rencana dan rancangan atau
desain kurikulum. Kurikulum sebagai rencana ada yang bersifat
menyeluruh untuk semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, ada pual
yang khusus untuk jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Mengenai
rancangan atau desain kurikulum ada bermacam-macam, ada desain
kurikulum berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, kebutuhan
peserta didik, dan lain-lain. Kurikulum rancangan juga menyangkut
implementasi dan pengendaliannya.
Secara luas, kurikulum diartikan sebagai rancangan yang berfungsi
mengoptimalkan perkembangan peserta didik, dan semua pengalaman
belajar yang diperoleh peserta didik berkat arahan, bimbingan, dan
dipertanggungjawabkan oleh sekolah. Dengan mengacu pada pendapat
ahli di atas, maka menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1
Angka 19, pemerintah kemudian mendefinisikan kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2.2.

Kurikulum Tahun 2013


Kurikulum tahun 2013 atau yang lebih dikenal dengan kurikulum
2013

merupakan

pengetahuan,

kurikulum

keterampilan,

dan

yang
sikap

menekankan
secara

pengembangan

holistik.

Rasional

dikembangkannya kurikulum 2013 antara lain diberlakukannya Peraturan


Presiden No. 5 Tahun 2011 tentang Rencana

Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Pada sektor pendidikan terdapat 6


prioritas pendidikan yang harus disempurnakan, dua diantaranya adalah
metodologi dan kurikulum.
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Perpres No. 5 Tahun 2010
tentang RPJMN 2010-2014, kemudian dilakukan perubahan PP No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjadi Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Implikasinya adalah perlu dilakukannya penyempurnaan kurikulum 2006
yang kemudian menjadi kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013
menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap secara holistik (Kemdikbud, 2013). Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
2.3.

Teori dan Landasan Hukum


Menurut Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,
kurikulum 2013 dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan
standar (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang

untuk memberikan pengalaman belajar seluasluasnya bagi peserta didik


dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan,

dan

bertindak.

Kurikulum

2013

menganut:

(1)

pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk


proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah,
kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik
(learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan
kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual
peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
Landasan hukum Kurikulum 2013 adalah: 1. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3. Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional,

beserta

segala

ketentuan

yang

dituangkan

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan 4. Peraturan Pemerintah


Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Penerapan Kurikulum 2013 di Tingkat Sekolah Menengah Atas


Penerapan Kurikulum 2013 dilandasi oleh Peraturan Presiden No.
5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014 dan Peraturan Pemerintah No.
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 20015 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada kurikulum 2006,
pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan, sehingga Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyusun panduan penyusunan
kurikulum tingkay satuan pendidikan, sedangkan setiap satuan pendidikan
menyusun KTSP mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP meliputi:
Dokumen 1 visi misi, tujuan satuan pendidikan, struktur dan muatan
KTSP, beban belajar, dan kalender akademik; Dokumen 2 berupa silabus
setiap mata pelajaran yang disusun oleh setiap guru; Dokumen 3 berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh setiap guru
pula. Pada kurikulum 2013, pemerintah menetapkan Standar Nasional
Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Silabus, dan
Pedoman Implementasi Kurikulum, sedangkan setiap satuan pendidikan
menyusun KTSP Dokumen 1 dan 3 saja. Dokumen 2 disusun oleh
pemerintah, guru hanya mengopi dan menyusun menjadi satu kesatuan
KTSP yang penuh. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 69 Tahun 2013 (Kemdikbud 2013c).
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan

kompetensi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistik


7

(seimbang). Kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap ditagih


dalam rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta
didik. Kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan
mencipta agar menjadi pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak. Kompetensi sikap
peserta didik yang dikembangkan meliputi menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, mengamalkan sehingga menjadi pribadi yang
beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta
dunia dan peradabannya. Pada kurikulum 2013, ketiga kompetensi tersebut
ditagih dalam rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan
peserta didik sehingga guru wajib mengimplementasikannya dalam
pembelajaran dan penilaian.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga

kependidikan,

standar

sarana

dan

prasarana,

standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.


Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak
dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua
berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya
mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif
yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya

manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui


pendidikan agar tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi
akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan
tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern
seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association
of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific
Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,
dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam
studi International Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment
(PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang
dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain
banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai
berikut (Kemdikbud 2013):
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;

3. mengembangkan

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan

serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;


4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling

memperkuat

(reinforced)

dan

memperkaya

(enriched)

antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan


vertikal).
Secara garis besar ada empat dari delapan elemen standar
pendidikan nasional yang mengalami perubahan. Pertama, elemen
standar kompetensi lulusan. Kurikulum 2013 menekankan pada
peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dari kedudukan
mata pelajaran, kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran
berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Kedua,
elemen standar isi. Struktur kurikulum yang dikembangkan menjadi lebih
bersifat holistik yang berbasis sains (alam, sosial, dan budaya). Selain itu,
terdapat pengurangan mata pelajaran serta penambahan jam pelajaran.
Pada Kurikulum 2013, pemanfaatan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
harus dilakukan hampir di seluruh mata pelajaran. Untuk sekolah
menengah kejuruan terdapat penambahan jenis keahlian dan juga
memperbanyak mata pelajaran produktif yang disesuaikan dengan
kebutuhan industri. Ketiga, pada standar proses. Secara garis besar
perubahan pada elemen ini tejadi pada proses pembelajaran yang semula
terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan
mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta. Proses belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di
10

lingkungan sekolah dan masyarakat, ditambah dengan guru bukan satusatunya sumber belajar. Keempat, elemen standar penilaian. Pada
elemen ini perubahan terjadi pada acuan penilaian yang yang berbasis
kompetensi, pergeseran dari penilaian melalui tes menuju penilaian otentik
(mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil). Selain itu, penilaian dilakukan berdasarkan
pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya
terhadap skor ideal (maksimal), penilaian tidak hanya pada level
kompetensi dasar (KD), tetapi juga kompetensi inti dan standar
kompetensi lulusan (SKL), serta mendorong pemanfaatan portofolio yang
dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas terdiri atas (a)
Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan kelompok B; (b)
Kelompok mata pelajaran C yaitu pilihan kelompok peminatan terdiri atas
Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial, dan Ilmu-ilmu Bahasa dan
Budaya;
a. Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Kelompok mata pelajaran Wajib merupakan bagian dari pendidikan
umum

yaitu

pendidikan

bagi

semua

warganegara

bertujuan

memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai bangsa, dan


kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan pribadi peserta
didik, masyarakat dan bangsa. Struktur kelompok matapelajaran wajib
dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas adalah sebagai berikut :

11

Tabel : Matapelajaran Wajib Kurikulum Sekolah Menengah Atas


Keterangan:

Mata pelajaran Kelompok A dan C adalah kelompok matapelajaran


yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok
B adalah kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh
pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh

pemerintah daerah.
Satu jam pelajaran tatap muka 45 menit per minggu dan mapel yang
memiliki alokasi waktu belajar 2 jam pertemuan/minggu berarti
memiliki beban belajar tatap muka 2 X 45 menit per minggu; mapel
yang memiliki alokasi waktu belajar 3jp/minggu berarti memiliki

beban belajar tatap muka 3 X 45 menit per minggu; dan seterusnya.


Muatan Lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu dari

yang telah ditetapkan dalam struktur di atas.


Kegiatan ekstra kurikulum terdiri atas Pramuka (wajib), UKS, PMR,
dan lainnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik di masing-masing
satuan.

12

Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan


jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.

b. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan


Kelompok matapelajaran peminatan bertujuan (1) untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya dalam
sekelompok matapelajaran sesuai dengan minat keilmuannya di
perguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan minatnya terhadap
suatu disiplin ilmu atau ketrampilan tertentu.

Tabel : Matapelajaran Peminatan dalam Kurikulum

Sekolah

Menengah Atas
c. Pilihan Kelompok Peminatan dan Pilihan Matapelajaran Lintas
Kelompok Peminatan Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA)
dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar
berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum memperkenankan

13

peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk pilihan Kelompok


Peminatan dan pilihan Matapelajaran antar Kelompok Peminatan.
3.2.

Hambatan-Hambatan dalam Penerapan Kurikulum 2013 di Tingkat


Sekolah Menengah Atas
Dalam penerapan kurikulum 2013 tentu ada hambatan-hambatan
yang terjadi, diantaranya :
Kurangnya pelatihan kepada para guru terkait penerapan kurikulum
2013.
Seharusnya pemerintah dapat memberikan pelatihan kepada guru-guru
dengan maksimal sebelum kurikulum 2013 benar-benar diterapkan.
Sehingga ketika kurikulum 2013 benar-benar diterapkan, para guru
sudah memahami dan dapat mengaplikasikannya ke dalam kegiatan

belajar mengajar.
Pelaksanaan kurikulum terkesan dipaksakan karena belum adanya
buku yang menunjang pembelajaran sesuai kurikulum 2013.
Pemerintah harus lebih mempersiapkan dengan matang berbagai media
dan sarana prasaran penunjang kegiatan pembelajaran, salah satunya
buku. Karena buku merupakan kunci utama segala pengetahuan dan

informasi bisa didapatkan.


Sosialisasi yang tidak merata dan minimnya uji coba kurikulum 2013.
Pemerintah harus lebih merata dalam mensosialisasikan kurikulum
2013 kepada seluruh sekolah dan melakukan uji coba pada sekolah
yang dijadikan contoh penerapan kurikulum 2013. Sehingga ke
depannya, sekolah-sekolah lain dapat menerapkan kurikulum 2013
dengan baik dan mengacu pada sekolah yang dijadikan contoh
tersebut. Model penilaian dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 juga
berubah. Kurikulum 2006 didasarkan pada potensi, perkembangan, dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Sementara kurikulum 2013 lebih menekankan pengembangan
kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara
holistik (seimbang).

14

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Angka 19,
pemerintah kemudian mendefinisikan kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.


Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta

didik.
Kurikulum

2013

menekankan

pengembangan

kompetensi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistik


(seimbang).

15

Tantangan internal dalam penerapan kurikulum 2013 antara lain terkait


dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang
mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang
meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan. Selain itu, mengupayakan agar sumberdaya
manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan

keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.


Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Tantangan eksternal
juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan
imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang

pendidikan.
Penerapan kurikulum 2013 di tingkat Sekolah Menengah Atas terdiri
dari

kelolmpok

matapelajaran

wajib,

kelompok

matapelajaran

peminatan, dan kelompok pemintan dan pilihan matapelajaran lintas

kelompok.
Terdapat beberapa hambatan dalam penerapn kurikulum 2013 seperti
kurangnya pelatihan kepada para guru terkait penerapan kurikulum

2013, dan sebagainya.


Secara garis besar ada empat dari delapan elemen standar pendidikan
nasional yang mengalami perubahan yaitu, elemen standar kompetensi
kelulusan, elemen standar isi, standar proses, dan elemen standar
penilaian.

4.2.

Saran
Seharusnya pemerintah dapat memberikan pelatihan kepada guru-guru
dengan maksimal sebelum kurikulum 2013 benar-benar diterapkan.
Sehingga ketika kurikulum 2013 benar-benar diterapkan, para guru

16

sudah memahami dan dapat mengaplikasikannya ke dalam kegiatan

belajar mengajar.
Pemerintah harus lebih mempersiapkan dengan matang berbagai media
dan sarana prasaran penunjang kegiatan pembelajaran, salah satunya
buku. Karena buku merupakan kunci utama segala pengetahuan dan

informasi bisa didapatkan.


Pemerintah harus lebih merata dalam mensosialisasikan kurikulum
2013 kepada seluruh sekolah dan melakukan uji coba pada sekolah
yang dijadikan contoh penerapan kurikulum 2013.

DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Faridah. 2013. Dampak Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap Guru.
http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V19-I-P3DI-Oktober-2013-56.pdf (Online) diakses 20 Maret 2015.
Anonim. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaam No 69
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/06/07-b-salinanlampiran-permendikbud-no-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma.pdf
(Online) diakses 27 Februari 2015
Widyastono, Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah
dari Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara
Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

17

Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur


Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

1. Secara penulisan redaksional ditemukan beberapa kesalahan ketik


2. Dalam kajian pustaka, dapat ditambahkan beberapa teori terkait dengan
pengembangan kurikulum, sehingga bisa menjadi dasar dalam analisa di
pembahasan. (teori pendidikan modern seperti students center active learning,
contectual learning, contructivisme theory, democtratic and humanis learning).

3. Secara isi dari paper secara holistic, pembahasan hanya persifat normative,
artinya berdasarkan prosedur. Pembahasan belum menyentuh permasalahan yang
kompleks seperti beban kerja guru, sistem otonomi sekolah, ketimpangan
prosedur antar wilayah,dll.
4. masih kurangnya informasi mengenai pengukuran pencapaian yang jelas
terhadap urikulum ini. Bisa di bandingkan keberhasilan kurikulum ini
menggunakan komparasi pada kurikulum sebelumnya.
5. bagaimana pencapaian yang telah ada dalam kurikulum 2013 terhadap 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan ? sejauh mana evaluasi terhadap tingkat keberhasilan sistem
kurikulum 2013 ini ?

18

6. Bagaimana uji publik (bersifat sampling terkesan tidak memiliki konsep hanya
mengambil sample dari beberapa daerah saja) terhadap kebijakan kurikulum 2013
ini sendiri ? apakah kebijakan kurikulum 2013 ini telah dikonsepka secara matang
? polemic yang terjadi pada kurikulum 2013 ini ada paradigmatic dan problem
teknis. Apa yang menyebabkan kurikulum 2013 ini diubah kembali ke sistem
KTSP ?

Penghentian kurikulum ini dilandasi antara lain karena masih ada masalah dalam
kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendamping guru dan pelatihan
kepala sekolah yang belum merata

19

Anda mungkin juga menyukai