Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

SMALL GROUP DISCUSSION ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEPATITIS
A. DEFINISI PENYAKIT
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun
agen penyebab infeksi. (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131). Hepatitis adalah
keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi
untuk keperawatan, 2000;145). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang merupakan kumpulan perubahan klinis ,
biokimia, serta seluler yang khas. ( Brunner & Suddarth .2001:1169).
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit hepatitis
adalah peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan infeksi sistemik oleh virus atau
oleh toksin termasuk alkohol yang berhubungan manifestasi klinik yang berspektrum luas
dari infeksi tanpa gejala, melalui hepatitis ikterik sampai nekrosis hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan klinis ,biokimia, seta seluler yang khas.
B. ETIOLOGI
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis dapat
dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non virus.
Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus
disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia.
1. Penyebab hepatitis non virus :
a) Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi
akibat infeksi virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6
minggu setelah pemberian obat. Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis
menghilang setelah pemberian obat tersebut dihentikan. Namun beberapa
kasus dapat berkembang menjadi masalah hati serius jika kerusakan hati
(hepar) sudah terlanjur parah. Obat-obatan yang cenderung berinteraksi
dengan sel-sel hati (hepar) antara lain halotan (biasa digunakan sebagai obat
bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa (obat anti hipertensi),
fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan parasetamol (pereda
demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, parasetamol
merupakan obat yang aman. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan
parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (hepar) yang cukup parah
bahkan kematian.
b) Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). Konsumsi
alkohol berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak
hati.Pemakaian alkohol yang lama juga akan menimbulkan perubahan pada
mitokondria, yang menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk oksidasi
lemak. Semua yang tersebut di atas menyebabkan terjadinya perlemakan hati
(fatty lever). Perubahan pada MEOS yang disebabkan pemakaian alkohol

yang berlangsung lama dapat menginduksi dan meningkatkan metabolisme


obat-obatan, meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan hiperlipidemia,
berkurangnya penimbunan vitamin A dalam hepar, meningkatkan aktivasi
senyawa hepatotoksik, termasuk obat-obatan dan zat karsinogen.
c) Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan
komplikasi pada hati (hepar). Diabetes mellitus, hiperlipidemia
(berlebihannya kadar lemak dalam darah) dan obesitas sering menyebabkan
penyakit hati (hepar). Ketiga kelainan tersebut membebani kerja hati (hepar)
dalam proses metabolisme lemak. Akibat yang biasa timbul adalah kebocoran
sel-sel hati (hepar) yang berlanjut menjadi kerusakan dan peradangan sel hati
(hepar) yang biasa disebut steatohepatitis.
d) Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan
yang biasanya merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru
menyerang sel atau jaringan hati (hepar). Selain merupakan kelainan genetik,
gangguan ini dapat pula dicetuskan oleh virus ataupun zat kimia tertentu.
2. Penyebab Hepatitis adalah virus hepatitis yang dibagi menjadi :
a) Replikasi virus hepatitis A termasuk ke dalam jalur lisis. Pertama-tama virus
akan menempel di reseptor permukaan sitoplasma, RNA virus masuk pada
saat kapsid yang tetinggal di luar sel akan hilang, di dalam sel RNA virus
akan melakukan translasi , hasil dari translasi terbagi menjadi dua yaitu
kapsid baru dan protein prekusor untuk replikasi DNA inang, DNA sel inang
yang sudah dilekati oleh protein presukor virus melakukan replikasi
membentuk DNA sesuai dengan keinginan virus , DNA virus baru terbentuk ,
kapsid yang sudah terbentuk dirakit dengan DNA virus menjadi sebuah virion
baru, virus baru yang sudah matang keluar dan mengakibatkan lisis oleh selsel fagosit.( Brooks, 2005)
b) Hepatitis B. Varion menular melekat pada sel dan menjadi tidak terselubung .
dalam inti sebagian genom virus beruntai ganda dialihkan menjadi DNA
untai ganda sirkuler yang tertutup secara kovalen ( cccDNA). cccDNA
berfungsi sebagai cetakan untuk semua transkip virus, termasuk RNA pregenom 3.5 kb. RNA pre-genom menjadi terenkapsidasi dengan HbcAg yang
baru disentesis. Dalam inti sintesis polimerasi virus melalui transkripsi balik
salinan DNA untai negatif. Polimerase mulai mensintesis untai DNA positif,
tetapi proses ini tidak lengkap . inti mungkin bertunas dari sel, mendapatkan
HbsAg yang mengandung selubung . sebagai alternatif , inti dapat ditarik
kembali ke dalam nukleus dan memulai lagi rangkaian replikasi berkutnya
dari sel yang sama.
c) Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C ( HCV ) yangmerupakan virus
RNA kecil yang terbungkus lemak yang berdiameter sekitar 30 sampai 60
nm.

d) Hepatitis D , disebabkan oleh virus hepatitis D ( HDV ) yang merupakan


virus RNA detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B yang
berdiameter 35 nm.
e) Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E ( HEV ) yang merupakan virus
RNA rantai tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter kurang lebih 3235 nm.
f) Hepatitis F, baru ada sedikit kasus yang dilaporkan , saat ini para pakar belum
sepakat bahwa hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
g) Hepatitis G adalah gejala serupa dengan hepatiis C, seringkali infeksi
bersamaan dengan hepatitis B dan atau C. Tidak menyebabkan hepatitis
fulminan atau hepatitis kronik. Penularan melalui tranfusi darah dan jarum
suntik.
C. PATOFISIOLOGI

D. MANIFESTASI KLINIK
a) Fase penyakit hepatitis
Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas . keluhan yang disebabkan infeksi virus


berlangsung sekitar 2-7 hari . nafsu makan menurun ( pertama kali timbul ) ,
nausea, vomiting, perut kanan atas terasa sakit. Seluruh badan tersa pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, mudah lelah terutama pada sore hari ,
suhu badan meningkat sekitar 39 derajat celcius berlangsung selama 2-5 hari ,
pusing, nyeri persendian.
Fase IkterikUrine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan

suhu badan disertai bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meniningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14
hari . kadang-kadang disertai gatal-gatal seluruh badan, rasa lesu dan mudah lelah
dirasakan selama 1-2 minggu
Fase Penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit ulu hati,
disertai bertambahnya nafsu makan , rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik . warna urne tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,
namun masih lemas dan mudah lelah.
E. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatic.
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
F. PENATALAKSANAAN
Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien
penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran)
maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure,
reflesiologi, pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai
tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif. Terapi secara medis dapat
berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif adalah terapi yang membantu
agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada
pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna untuk
menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa antivirus pada
kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi
virus hepatitis B (HB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi peradangan
hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati maupun sirosis.
Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mencegah meningkatnya kadar serum
transminase dan komplikasi hepatitis yang lebih buruk. Terapi medis yang biasa diberikan
pada penderita penyakit hepatitis diantaranya adalah :
a. Tirah baring

b.

c.

d.

e.

f.

g.

Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat


mengalami fase akut. Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di
rumah sakit. Penderita harus mengurangi aktivitas hariannya.Tujuan dari istirahat
ini adalah memberi kesempatan pada tubuh untuk memulihkan sel-sel yang rusak.
Diet
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori. Pada stadium
dini persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual, dan bahkan muntah,
disamping hal yang menganggu yaitu tidak nafsu makan. Dalam keadaan ini jika
dianggap perlu pemberian makanan dapat dibantu dengan pemberian infus cairan
glukosa.
Obat-obatan
Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki
kematian/kerusakan sel hati dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis
virus akut.
Dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol. Biasanya penderita
penyakit hepatitis akut merasa mual di malam hari. Oleh karena itu sebaiknya
asupan kalori diberikan secara maksimal di pagi hari. Jika penderita mengalami
rasa mual yang hebat atau bahkan muntah terus menerus maka biasanya makanan
diberikan dalam bentuk cair melalui infus.
Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi
di hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus,
penderita diberi antiviral/antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian
antivirus ini adalah untuk menekan replikasi virus.Virus membutuhkan sel inang
untuk melakukan replikasi (menggandakan diri). Sel inang dalam kasus hepatitis
adalah sel-sel hati. Proses replikasi virus melalui beberapa tahapan. Tahap
pertama virus melakukan penetrasi (masuk) ke dalam sel inang (sel hati). Tahap
kedua virus melakukan pengelupasan selubung virus. Tahap ketiga adalah sintesis
DNA virus. Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap terakhir adalah tahap
pelepasan virus keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus baru. Virus-virus
baru inilah yang siap menginfeksi sel-sel hati lainnya.
Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis
antivirusnya. Beberapa macam antivirus diantaranya
adalahinterferon, lamivudin, ribavirin, adepovir dipivoksil, entecavir,
dan telbivudin. Antivirus diberikan berdasarkan hasil tes darah dan pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi antivirus akan
lebih efektif pada kasus hepatitis aktif.
Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga
efek samping dapat dicegah sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi
terapi interferon dan ribavirin adalah yang dianjurkan.

G. DATA FOKUS

a. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
urobilirubin direk
bilirubun serum total
bilirubin urine
urobilinogen urine
urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
protein totel serum
albumin serum
globulin serum
HbsAG
c. Waktu protombin
respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
AST atau SGOT
ALT atau SGPT
LDH
Amonia serum
2. Radiologi
a. foto rontgen abdomen
b. pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
c. kolestogram dan kalangiogram
d. arteriografi pembuluh darah seliaka
e. Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
biopsi hati
H. ANALISA DATA
SYMPTOM
DO :
-

Distensi abdominal
kanan atas

DS :
-

ETIOLOGI

Inflamasi hati

PROBLEM
Gangguan rasa nyaman : nyeri

perubahan sensori aferen


otak merespon

Klien mengeluh nyeri


di uluh hati

menimbulkan impuls eferen


persepsi nyeri

DO :
-

Intake alkohol
Suhu : 39OC
Peningkatan antitoksin hepar

DS :
-

Klien mengeluh demam


selama 2-5 hari

Peradangan pada hepar


Peningkatan suhu pada
hipotalamus

Gangguan rasa nyaman :


hipertermi

I. ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati.
b. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya).
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri
R/nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena
terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
Akui adanya nyeri
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan
bahwa ia mengalami nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
Jelaskan penyebab nyeri
Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan).
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
nyeri.
2. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan : Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi.

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur


R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit
dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan.
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur.
Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

Anda mungkin juga menyukai