Anda di halaman 1dari 15

KEHAMILAN NORMAL DAN RISIKO TINGGI

Dr. Suparyanto, M.Kes


KEHAMILAN NORMAL DAN RISIKO TINGGI
PENGERTIAN

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai


sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. (Manuaba,
2008).

Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
(ovum) dan sel mani (spermatozoa) (saminem, 2000).

Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester:

1. Trimester pertama:hari pertama haid terakhir sampai minggu ke -12


2. Trimester kedua :minggu ke- 13 sampai ke- 27
3. Trimester ketiga:minggu ke- 28 sampai ke- 40 (13 minggu) (Varney Helen,
dkk, 2006: 492).
TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN

Tanda dugaan (presumptive signs) kehamilan

1. Amenore (terlambat datang bulan)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid
lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat
ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan persalinan.

2. Nause (mual) dan vomiting (muntah)

Mual terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan, kadangkadang disertai muntah. Sering terjadi pada pagi hari yang biasa disebut
morning sicknes.

3. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang


dengan makin tuanya kehamilan.

4. Sering miksi

Hal ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama


kehamilan tertekan uterus yang mulai membesar.

5. Pigmentasi kulit

Keluarnya MSH (Melanophore Stimulating Hormone) hipofisis anterior


menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada
dinding perut (striae livide, albican, nigra) sekitar mamae. Hal ini terjadi
pada kehamilan12 minggu ke atas.

6. Mamae menjadi tegang dan membesar

Pengaruh estrogen progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan


deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar dan
tegang.

7. Obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan


kesulitan untuk buang air besar.

8. Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

Terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan timbul
lagi (Sarwono, 2007: 125).

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA WANITA HAMIL

Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita.


Pengetahuan tentang kondisi fisiologis pada awal kehamilan penting
dimiliki untuk memahami tanda dugaan dan tanda kemungkinan
kehamilan. Pengetahuan ini juga penting untuk mengetahui adanya
kelainan pada kehamilan. Tanda dugaan kehamilan mencakup perubahanperubahan fisiologis yang dialami oleh wanita dan pada sebagian besar
kasus mengindikasikan bahwa wanita sedang hamil. Tanda kemungkinan
kehamilan meliputi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi, selain
tanda-tanda dugaan kehamilan, yang terdeteksi pada saat pemeriksaan dan
didokumentasi oleh pemeriksa. Tanda-tanda positif adalah tanda-tanda

yang secara langsung berhubungan dengan janin sebagaimana dideteksi


dan didokumentasi oleh pemeriksa (Varney Helen, 2007: 493).

Pada wanita hamil atau ibu yang sedang hamil penjelasan mengenai
perubahan alat kandungan sangatlah penting dan perlu, oleh karena masih
banyak ibu atau wanita yang sedang hamil belum mengetahui tentang
perubahan-perubahan yang ada pada diri mereka, baik alat kandungan
yang berada di dalam ataupun di luar. Maka dari itu peran dari bidan
sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menjelaskan tentang perubahan
yang terjadi pada tubuh ibu atau wanita yang sedang hamil dan juga
memberikan pelayanan kesehatan bio psikologis, sosial dan spiritual tanpa
membedakan suku, ras, agama terutama pada ibu hamil yang belum
mengetahui tentang perubahan fisiologis alat kandungan serta ibu hamil
yang mengalami kelainan pada alat kandungannya. Perubahan wanita
hamil antara lain meliputi perubahan pada uterus, perubahan pada kulit,
perubahan payudara, perubahan sirkulasi darah, paerubahan system
respirasi, perubahan tractus digestivus, dan perubahan traktus urinarius
(Sarwono, 2007).

Perubahan sistem reproduksi meliputi:

1. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh


estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Berat uterus normal
lebih kurang 30 gram. Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus
menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih
kurang 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti
buah advokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk
bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula,
lonjong seperti telur (Sarwono, 2007: 89).

Perubahan pada isthmus uteri menjadi lebih panjang dan lunak, sehingga
pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh.
Perlunakan isthmus disebut tanda Hegar. (Hidayati Ratna, 2008: 22)

2. Serviks

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon


estrogen. Kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi
maka konsistensi serviks menjadi lunak.kelenjar-kelenjar di serviks akan
berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.kadang
-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Keadan ini sampai batas tertentu masih
merupakan keadaan yang fisiologik.

3.Vagina dan vulva

Organ vagina dan vulva mengalami peningkatan sirkulasi darah karena


pengaruh estrogen, sehingga tampak makin merah dan kebiruan disebut
tanda Chadwick (Hidayati Ratna, 2008: 22). Pembuluh-pembuluh darah
alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena
oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat.

4. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis


sampai terbentuknya plasenta kira-kira 16 minggu. Korpus luteum
graviditasis berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian mengecil setelah
plasenta terbentuk. Korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. Diperkirakan korpus luteum adalah tempat sintesis dari
relaxin pada awal kehamilan (Sarwono, 2007: 95).

5. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan


memberikan ASI pada saat laktasi. perkembangan payudara dipengaruhi
oleh hormone estrogen, progesterone dan somatomammotropin.

Fungsi hormon :

a). Hormon estrogen


1. Menimbulkan hypertrofi system saluran payudara
2. Menimbulkan pertumbuhan lemak dan air serta garam, sehingga payudara
tampak makin besar
b). Hormon progesterone
1. Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
2. Menambah jumlah sel asinus
c). Hormon somatomammotropin
1. Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin dan
laktaglobulin

2. Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara


3. Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan. (Hidayati Ratna,
2008: 22-23)
6. Perubahan sistem sirkulasi

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor berikut ini :

1. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi


perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim
2. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retroplasenter
3. Pengaruh hormone estrogen dan progesterone
7. Perubahan peredaran darah antara lain :
a). Volume darah

Volume darah semakin meningkat, dimana jumlah serum sel darah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Curah
jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah
mulai tampak sekitar umur kehamilan 16 minggu.

b). Sel darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi


pertumbuhan janin dalam rahim tetapi pertambahan sel darah tidak
seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi
yang disertai anemia fisiologis (Hidayati Ratna, 2008: 24).

8. Perubahan system respirasi

Selama periode kehamilan, sistem respirasi mengalami perubahan. Hal ini


dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan O2 yang semakin meningkat.
Disamping itu juga terjadi desakan diafragma karena dongan rahim. Ibu
hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 -25 % dari biasanya.

9. Perubahan sistem pencernaan

Perubahan metabolism pada kehamilanantara lain :

1. Metabolism basal naik sebesar 15%sampai 20% dari semula, terutama


trimester ketiga.
2. Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, perkembangan organ kehamilan, serta persiapan laktasi.
3. Kebutuhan kalori bisa didapatkan dari karbohidrat, lemak, dan protein
4. Kebutuhan zat mineral (kalsium, fosfor, zat besi, air).
5. Berat badan ibu bertambah.

Sebab pengeluaran asam lambung

1. Hipersaliva
2. Daerah lambung terasa panas
3. Morning sicknes
4. Hiperemesis gravidarum
5. Obstipasi
10. Perubahan traktus urinalis

Pengaruh desakan pembesaran rahim seiring dangan bertambahnya usia


kehamilan yang menekan kandung kemih dan turunnya kepala bayi pada
hamil tua akan menyebabkan gangguan miksi dalam bentuk sering
berkemih.

11. Perubahan kulit

Kelenjar hipofise anterior yang dirangsang oleh kadar estrogen yang tinggi
akan meningkatkan sekresi hormone MSH (Melanophore Stimulating
Hormone). Pigmentasi yang lebih gelap terjadi pada :

1. Putting dan areola mamae


2. Wajah (kloasma gravidarum)
3. Linea nigra (Hidayati Ratna, 2008: 25-28).
KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa
mendatang, yaitu kemungkinan terjadi komplikasi obstetrik pada saat
persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, atau
ketidak puasan pada ibu atau bayi (Poedji Rochjati, 2003: 26).

Definisi yang erat hubungannya dengan risiko tinggi (high risk):

1. Wanita risiko tinggi (High Risk Women)

Adalah wanita yang dalam lingkaran hidupnya dapat terancam kesehatan


dan jiwanya oleh karena sesuatu penyakit atau oleh kehamilan, persalinan
dan nifas.

2. Ibu risiko tinggi (High Risk Mother)

Adalah faktor ibu yang dapat mempertinggi risiko kematian neonatal atau
maternal.

3. Kehamilan risiko tinggi (High Risk Pregnancies)

Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi


optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. (Manuaba,
2010: 241).

Risiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan


keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Untuk menurunkan angka
kematian ibu secara bermakna maka deteksi dini dan penanganan ibu
hamil berisiko atau komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik
fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat (Niken Meilani, dkk, 2009:
94).

FAKTOR-FAKTOR RISIKO IBU HAMIL

Beberapa keadaan yang menambah risiko kehamilan, tetapi tidak secara


langsung meningkatkan risiko kematian ibu. Keadaan tersebut dinamakan
faktor risiko. Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada ibu hamil,
semakin tinggi risiko kehamilannya (Syafrudin dan Hamidah, 2009: 223224). Bebarapa peneliti menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi
sebagai berikut :

1. Puji Rochayati: primipara mudaberusia < 16 tahun, primipara tua berusia >
35 tahun, primipara skunder dangan usia anak terkecil diatas 5 tahun,

tinggi badan < 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran,
pernah persalinan premature, lahir mati, riwayat persalinan dengan
tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, operasi sesar), pre-eklamsieklamsia, gravid serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum,
kehamilan dengan kelainan letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang
mempengaruhi kehamilan. b.Gastelazo Ayala: faktor antenatal, faktor
intrapartum, faktor obstetri dan neonatal, faktor umum serta pendidikan.
c.Ida Bagus Gde Manuaba 1.Berdasarkan anamnesis a)Usia ibu (<19
tahun, > 35 tahun, perkawinan lebih dari 5 tahun).
2. Riwayat operasi (operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor vagina,
operasi persalinan atau operasi pada rahim).
3. Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterin, sering
mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, anak terkecil
berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB, riwayat molahidatidosa atau korio
karsinoma).
4. Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat bayi
rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi, persalinan
dengan plasenta manual, persalinan dengan perdarahan postpartum,
persalinan dengan tindakan [ekstrasi vakum, ekstraksi forsep, letak
sungsang, ekstraksi versi, operasi sesar]).
2.Hasil pemeriksaan fisik
1. Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145 cm,
deformitas pada tulang panggul, kehamilan disertai: anemia, penyakit
jantung, diabetes mellitus, paru-paru atau ginjal).
2. Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu: hiperemesis
gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen, servik
inkompeten, kista ovarium atau mioma uteri, kehamilan trimester dua dan
tiga: preeklamsia-eklamsia, perdarahan, kehamilan kembar, hidrmnion,
dismaturitas atau gangguan pertumbuhan, kehamilan dengan kelainan
letak: sungsang, lintang, kepala belum masuk PAP minggu ke 36 pada
primigravida, hamil dengan dugaan disproporsi sefalo-pelfik, kehamilan
lewat waktu diatas 42 minggu).
3.Saat inpartu

Pada persalinan dengan risiko tinggi memerlukan perhatian serius, karena


pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan neonatus
(perinatal):

1. Keadaan risiko tinggi dari sudut ibu (ketuban pecah dini, infeksi
intrauterin, persalinan lama melewati batas waktu perhitungan partograf
WHO, persalinan terlantar, rupture uteri iminens, ruptur uteri, persalinan
dengan kelainan letak janin: [sungsang, kelainan posisi kepala, letak
lintang], distosia karena tumor jalan lahir, distosia bahu bayi, bayi yang
besar, perdarahan antepartum [plasenta previa, solusio plasenta, ruptur
sinus marginalis, ruptur vasa previa]).
2. Keadaan risiko tinggi ditinjau dari sudut janin (pecah ketuban disertai
perdarahan [pecahnya vasa previa], air ketuban warna hijau, atau prolapsus
funikuli, dismaturitas, makrosomia, infeksi intrauterin, distress janin,
pembentukan kaput besar, retensio plasenta).
3. Keadaan risiko tinggi postpartum (perslinan dengan retensio plasenta,
atonia uteri postpartum, persalinan dengan robekan perineum yang luas,
robekan serviks, vagina, dan ruptur uteri).
4. Hebert Hutabarat, membagi faktor kehamilan dengan risiko tinggi
berdasarkan:
1. Komplikasi obstetri (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun),
paritas (primigravida primer atau skunder, grandemultipara), riwayat
persalinan (abortus lebih dari 2 kali atau lebih, riwayat kematian janin
dalam rahim, perdarahan pasca-persalinan, riwayat pre-eklamsi, riwayat
kehamilan mola hidatidosa, riwayat persalinan dengan tindakan operasi
[ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, ekstraksi versi, atau plasenta manual],
terdapat disproporsi sefalopelfik, perdarahan antepartum, kehamilan ganda
atau hidramnion, hamil dengan kelainan letak, dugaan dismaturitas,
serviks inkompeten, hamil disertai mioma uteri atau kista ovarium).
2. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia, hipertensi,
penyakit jantung, hamil dengan diabetes melitus, hamil dengan obesitas,
hamil dengan penyakit hati, hamil disertai penyakit paru, hamil disertai
penyakit lainnya.
e. J.S. Lesinki mengelompokkan faktor kehamilan dengan risiko tinggi
berdasarkan waktu kapan faktor tersebut dapat mempengaruhi kehamilan.
1. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan: faktor genetika dan Faktor
lingkungan. Faktor genetika yaitu, penyakit keturunan yang sering terjadi
pada keluarga tertentu, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan sebelum
kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan kelainan bawaan. Faktor
lingkungan dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan sosial ekonomi.

2. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil: keadaan umum menjelang
kehamilan, kebiasaan ibu (merokok, alkohol, kecanduan obat), penyakit
yang
mempengaruhi
kehamilan
(hipertensi,
gestosis-toksemia
gravidarum).
3. Faktor risiko yang bekerja saat persalinan
4. Faktor yang bekerja langsung pada neonatus. (Manuaba, 2010: 241-244).

Risiko tinggi pada kehamilan meliputi: hb kurang dari 8 g%, tekanan


darah tinggi (systole > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg), edema yang
nyata, eklamsi, perdarahan per vagina, ketuban pecah dini, letak lintang
pada usia kehamilan lebih dari 32 mianggu, letak sungsang pada
primigrafida, infeksi berat atau sepsis, persalinan premature, kehamilan
ganda, janin yang besar, penyakit kronis pada ibu (jantung, paru, ginjal,
dll), riwayat obstetri buruk, riwayat seksio sesarea, dan komplikasi
kehamilan (Syafrudin dan Hamidah, 2009: 224).

SKOR POEDJI ROCHJATI

Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan
yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun
bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun
sesudah persalinan (Dian, 2007). Ukuran risiko dapat dituangkan dalam
bentuk angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau
ringannya risiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat
risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan
dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2


2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12
(Rochjati Poedji, 2003: 27-28).
TUJUAN SISTEM SKOR
1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar
berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai
dengan kondisi dari ibu hamil.

2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat agar


peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental,
biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
FUNGSI SKOR
1. Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE bagi klien/ibu hamil, suami,
keluarga dan masyarakat.

Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, diingat,


dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan menunjukkan
adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukkan. Dengan demikian
berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi ke
Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat.

2. Alat peringatan-bagi petugas kesehatan.

Agar lebih waspada. Lebih tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis
penilaian/pertimbangan klinis pada ibu Risiko Tinggi dan lebih intensif
penanganannya.

CARA PEMBERIAN SKOR

Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4
dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor
awal. Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak sungsang,
letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsi berat/eklamsi diberi
skor 8. Tiap faktor risiko dapat dilihat pada gambar yang ada pada Kartu
Skor Poedji Rochjati (KSPR), yang telah disusun dengan format
sederhana agar mudah dicatat dan diisi (Rochjati Poedji, 2003: 126).

Table 2.1 Skor Poedji Rochjati


Keterangan :
1. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh
tenaga kesehatan.
2. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS/DSOG
PENCEGAHAN KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi/KIE untuk kehamilan dan


persalinan aman.

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di


rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun
membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), ibu PKK membeti penyuluhan agar
pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes atau
puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada
letak lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk untuk
melahirkan di Rumah Sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan
dokter spesialis (Rochjati Poedji, 2003: 132).

Pengawasan antenatal, memberikan manfaat dengan ditemukannya


berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan
persalinannya.

1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat


kehamilan, saat persalinan, dank ala nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dank
ala nifas.
3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Manuaba,
2010: 109 dan 111)

Pendidikan kesehatan

1. Diet dan pengawasan berat badan, kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan (anemia, partus prematur, abortus,
dll), sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan (pre-eklamsia, bayi
terlalu besar, dll) (Sarwono, 2007: 161).
2. Hubungan seksual, hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan
hubungan seksual (Manuaba, 2010: 120). Pada umumnya hubungan

seksual diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hatihati (Sarwono, 2007: 160).
3. Kebersihan dan pakaian, kebersihan harus selelu dijaga pada masa hamil.
Pakaian harus longgar, bersih, dan mudah dipakai, memakai sepatu dengan
tumit yang tidak terlalu tinggi, memakai kutang yang menyokong
payudara, pakaian dalam yang selalu bersih (Sarwono, 2007: 160).
4. Perawatan gigi, pada triwulan pwrtama wanita hamil mengalami enek dan
muntah (morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi
yang tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies gigi,
gingivitis, dan sebagainya (Sarwono, 2007: 161).
5. Perawatan payudara, bertujuan memeliha hygiene payudara,
melenturkan/menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang
datar atau masuk ke dalam (Manuaba, 2010: 121).
6. Imunisasi TT, untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap
tetanus neonatorum (Sarwono, 2007: 161).
7. Wanita pekerja, wanita hamil boleh bekerja tetapi jangan terlampau berat.
Lakukanlah istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang-undang
perburuhan, wanita hamil berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan
sebelum bersalin atau satu setengah bulan setelah bersalin (Sarwono,
2007: 162).
8. Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik, ketiga kebiasaan ini
secara langsung dapat mempangaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dan menimbulkan kelahirkan dangan berat badan lebih rendah, atau
mudah mengalami abortus dan partus prematurus, dapat menimbulkan
cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental
(Manuaba, 2010: 122).
9. Obat-obatan, pengobatan penyakit saat hamil harus memperhatikan apakah
obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin
(Manuaba, 2010: 122).
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data. Surabaya : Salemba Medika
2. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta

3. Azwar. 2007. Sikap Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta


4. Departemen Kesehatan RI. 2008. Buku Kesehatan Ibu dan Anak Provinsi
Jawa Timur. Jakarta : Departemen Kesehatan dan JICA (Japan
International Cooperation Agency)
5. Dian. 2007. Risiko Tinggi. http:// www.info-wikipedia.com diakses
tanggal 29 Maret 2011
6. Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas
Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
7. Fallen, R dan R. Budi Dwi K. 2010. Catatan Kuliah Keperawatan
Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika
8. Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis
dan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
9. Hidayat, Sedarmayanti. 2002. Metodologi Penelitian Perilaku Kualitatif
dan Kuantitatif. Bandung: ALFABETA
10. Maimunah, Siti. 2005. Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta : EGC
11. Manuaba, Ida Ayu Candranita, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit
Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
12. Meilani, Niken, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :
Fitramaya
13. Notoatmodjo, Soekidjo.2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
14. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta : Rineka Cipta
15. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperwatan. Jakarta : Salemba medika
16. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
17. Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya :
Airlangga University Press
18. Saifuddin, Abdul Bari. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

19. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung : ALFABETA
20. Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA
21. Suririnah. 2008. Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi. http//www.
Info-wikipedia.com. diakses tanggal 11 Maret 2011
22. Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
23. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai