Anda di halaman 1dari 16

Sistem Kardiovaskuler

Sirkulasi Janin, Elektro Faal Otot Jantung & EKG,


Faal Jantung Sebagai Pompa, Faal Tekanan Darah
Dan Denyut Nadi

Oleh : Kelompok 10
Ni Wayan Septiastari

P07124214 001

Ni Putu Gita Arneni

P07124214 006

Ni Putu Devi Nita Sari

P07124214 027

Ni Nyoman Juni Astuti

P07124214 031

Ni Kadek Yuniasih

P07124214 046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2014
D. SIRKULASI DARAH JANIN

Peredaran darah yang terjadi pada bayi dalam kandungan agak berbeda
dengan peredaran darah orang yang telah dilahirkan atau orang dewasa.
Keistimewaan peredaran darah janin dalam kandungan yaitu oksigen dan
zat makanan yang diperlukan diambil dari darah ibu. Hal ini dimungkinkan
karena adanya :
1. Foramen ovale : Lubang antara atrium dekstra dan atrium sinistra. Lubang
ini akan tertutup sesudah bayi lahir.
2. Duktus arteriosus botali : Pembuluh darah yang menghubungkan arteri
pulmonalis dengan aorta.
3. Duktus venosus : Pembuluh darah yang menghubungkan umbilikalis
dengan vena kava inferior.
4. Plasenta : Jaringan dinding rahim yang banyak mempunyai jonjot
mengandung pembuluh darah tempat pertukaran zat yang diperlukan, yang
diambil dari darah ibu dan yang tidak berguna dikeluarkan. Plasenta
terbentuk kira-kira minggu ke-8 kehamilan, merupakan bagian konsepsi
yang menempel pada endometrium dan terikat kuat sampai bayi lahir.
Fungsi plasenta adalah menyediakan makanan untuk bayi dalam
kandungan yang diambil dari darah ibu yang bekerja sebagai paru fetus
dengan menyediakan oksigen, menyingkirkan sisa pembakaran dari janin,
menghalangi mikroorganisme penyakit masuk ke dalam janin.
5. Vena umbilikalis : Pembuluh darah yang membawa darah dari plasenta ke
peredaran darah janin. Darah yang dibawa banyak mengandung zat
makanan dan oksigen.
6. Arteri umbilikalis : pembuluh darah yang membawa darah janin ke
plasenta, banyaknya dua buah. Kedua pembuluh darah ini membawa zat
sisa makanan dan karbon dioksida dari tubuh bayi ke dalam plasenta.
Arteri dan vena umbilikalis terbungkus menjadi satu dalam satu saluran
yang disebut duktus umbilikalis ( tali pusat ).
PEREDARAN DARAH JANIN :
Mengingat semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilical,
maka sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini
menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua
arteri menjaadi pembuluh balik yang menyalurkan darah kea rah plasenta untuk
dibersihkan dari sisa metabolisme.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilical adalah sebagai
berikut. Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilical mengarah
ke atas menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan memasok
darah ke hati dan duktus venosus yang berdiameter lebih besar, akan bergabung
dengan vena kava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang masuk ke jantung
kanan ini mempunyai kadar oksigen seperti arteri- meski bercampur sedikit
dengan darah dari vena kava. Darah ini akan langsung menyemprot melalui
foramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui
ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh tubuh. Darah yang berisi banyak
oksigen itu terutama akan memperdarahi organ vital jantung dan otak. Adanya
Krista dividens sebagai pembatas pada vena kava memungkinkan sebagian besar

darah bersih dari duktus venosus langsung akan mengalir ke arah foramen ovale.
Sebaliknya, sebagian kecil akan mengalir ke arah ventrikel kanan. Darah dari
ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru. Karena paru belum berkembang,
sebagian besar darah dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan dialirkan
ke aorta melaui suatu pembuluh duktus arteriosus. Darah itu akan bergabung di
aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh
tubuh.
Curah jantung pada trimester akhir, sebagaimana eksperimen pada domba,
ditujukan ke plasenta 40%, karkas 35%, otak 5%, jantung 5%, gastro intestinal
5%, paru 4%, ginjal 2%, lain-lain 4%.Darah balik akan melalui arteri
hipogastrika, keluar melalui dinding abdomen sebagai arteri umbilical. Setelah
bayi lahir, semua pembuluh umbulikal, duktus venosus, dan duktus arteriosus
akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, di mana terjadi
pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan kadar
oksigen pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup
dalam 3 hari dan total pada minggu ke-2. Pada situasi di mana kadar oksigen
kurang yaitu pada gagal napas, duktus akan relative membuka (paten).

E. ELEKTRO FAAL OTOT JANTUNG DAN EKG


Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk
dan susunannya sama dengan serat otot melintang / otot lurik, ototnya bergaris
dan bercabang, tetapi cara kerjanya seperti otot polos yaitu diluar kemauan kita
( dipengaruhi oleh susunan saraf otonom ). Otot jantung juga disebut dengan
otot involunter ( tidak dipengaruhi oleh kehendak ). Fungsi otot jantung adalah
untuk memompa darah ke luar tubuh. Sedangkan fungsi dari otot involunter :
1.

Propulsi ( dorongan )

Substansi dalam bermacam-macam saluran, misalnya : makanan yang


berjalan disepanjang pembuluh darah, sel telur yang berjalan di sepanjang
saluran telur ( oviduct ), sperma yang berjalan di sepanjang saluran mani.
2. Ekspulsi ( pengeluaran )
Substansi yang ersimpan dalam kantung ( vesica ), misalnya empedu,
urine dan feses.
3. Regulasi ( pengaturan ) diameter lubang
Untuk mengatur besar kecilnya pupil mata, pylorus lambung, rectum
(anus).
4. Regulasi ( pengaturan ) diameter saluran
Untuk mengatur besar kecilnya pembuluh darah ( sel-sel darah yang
sangat fleksibel sehingga sel-sel darah dapat merubah bentuk dengan
segera pada saat sel darah tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang
berbeda, misalnya arteri, arteriol, kapiler, venula dan vena ). Dan untuk
mengatur besar kecilnya bronkiolus pulmo.
Otot jantung hanya ditemukan di jantung. Otot ini memiliki serat bergarisgaris yang sangat terorganisasi seperti otot rangka. Seperti otot polos unittunggal, sebagian serat otot jantung mampu menghasilkan potensial aksi, yang
menyebar ke seluruh jantung dengan bantuan gap jantung.
Bentuk dari otot jantung terdiri dari beberapa serabut otot yang bercabang
dan bersatu dengan serabut disebelahnya yaitu anastomosoma atau sinsitium
yang mempunyai garis berwarna gelap dan terang (tidak sejelas pada otot
rangka), intinya ada di tengah, pada interval tertentu terdapat keeping-keping
interkalar (intercalary disc) dan pada intercalary disc tedapat jaringan
purkinye yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls (kecepatan 4
m/s). Kontraksinya secara otomatis dan ritmis.
Otot jantung terdiri dari 3 tipe, yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat
otot khusus pengantar rangsangan sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot
atrium dan ventrikel berkontraksi denngan cara yang sama seperti otot rangka
dengan kontraksi otot yang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar
dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat
ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif dan menghambat irama serta
berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu system
pencetus rangsangan bagi jantung.

ELEKTROFISIOLOGI SEL-SEL OTOT JANTUNG


Aktifitas listrik jantung merupakan akibat dari perubahan permeabilitas
membran sel, yang memungkinkan pergerakan ion-ion melalui membran
tersebut. Dengan masuknya ion-ion ini, maka muatan listrik sepanjang
membran mengalami perubahan yang relatif.
Terdapat 3 ion yang mempunyai fungsi penting dalam elektrofisiologi sel
yaitu : K+, Na+, dan Ca+.

Kalium lebih banyak terdapat dalam sel, sedangkan Natrium dan Kalsium
diluar. Perpindahan ion Khlor juga terjadi pada sel-sel otot jantung. Dalam
keadaan istirahat sel-sel otot jantung mempunyai muatan positif dibagian luar
sel dan muatan negatif dibagian dalam sel. Ini dapat dibuktikan
dengan Galvanometer. Perbedaan muatan antara bagian luar dan bagian dalam
sel disebut resting membrane potential. Bila sel dirangsang akan terjadi
perubahan muatan. Didalam sel menjadi positif sedangkan diluar sel menjadi
negatif. Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan
disebut depolarisasi. Selanjutnya sel berusaha kembali pada keadaan semula,
proses ini dinamakan repolarisasi. Seluruh proses tersebut dinamakan aksi
potensial. Aksi potensial tersebut dapat disebabkan oleh rangsangan listrik,
kimia,mekanik,dantermis.
Penyebab-penyebab tersebut diatas akan mengakibatkan perubahan
permeabilitas membran terhadap ion-ion.
Aksi potensial dibagi atas lima fase sesuai dengan elektrofisiologi yang
terjadi, yaitu:
1. Fase Istirahat - Fase 4
Pada keadaan istirahat bagian luar sel jantung bermuatan positif dan bagian
dalam bermuatan negatif. Sel tersebut kemudian mengalami polarisasi.
Dalam keadaan polarisasi, membran sel lebih permeabel terhadap K+
daripada Na+ sehingga sebagian kecil K+ merembes keluar sel. Dengan
hilangnya K+ maka bagian dalam sel menjadi relatif negatif.
2. Fase Depolarisasi Cepat - Fase 0
Depolarisasi sel disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membran
terhadap Na+ sehingga Na+ mengalir dari luar masuk ke dalam sel dengan
cepat. Akibatnya muatan di dalam sel menjadi positif sedangkan diluar sel
menjadi negatif.
3. Fase Polarisasi Parsial - Fase 1
Segera setelah terjadi depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat
masuknya Cl- ke dalam sel, sehingga muatan positif di dalam sel menjadi
berkurang.
4. Fase Plato (keadaan stabil 1) - Fase 2
Fase 1 diikuti keadaan stabil yang agak lama, sesuai dengan masa refrakter
absolut dari miokard. Selama fase ini tidak ada perubahan muatan listrik.
Terdapat keseimbangan antara ion positif yang masuk dan keluar. Yang
menyebabkan fase plato ini adalah masuknya Ca++ dan Na+ ke dalam sel
secara perlahan-lahan, yang diimbangi dengan keluarnya K+ dari dalam sel.
5. Fase Repolarisasi cepat - Fase 3
Pada fase ini muatan Ca+ dan Na+ secara berangsur-angsur tidak mengalir
lagi, dan permeabilitas terhadap K+ sangat meningkat sehingga K+ keluar
dari sel dengan cepat. akibatnya muatan positif didalam sel menjadi sangat
berkurang, sehingga pada akhirnya muatan di dalam sel menjadi relatif
negatif dan muatan diluar sel menjadi relatif positif.

Elektrokardiogram EKG atau ECG


Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu
tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena
berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah
akar Yunani yang berarti "menulis". Analisis sejumlah gelombang dan vektor
normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang
penting. Aktivitas listrik jantung dapat direkam dengan alat elektrokardiograf dan
hasil rekamannya disebut elektrokardiogram. Sedangkan elektrokardiografi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang EKG. Elektrokardiogram pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ilmuwan Belanda yaitu Einthoven pada tahun 1903
dengan menggunakan Galvanometer. EKG sangat berguna dalam mendiagnosa
kelainan jantung seperti aritmia, iskemia, infark jantung, fungsi konduksi jantung,
gangguan elektrolit.
A. Rekaman EKG
Arus listrik jantung yang berasal dari SA Node dan menyebar ke atrium,
AV Node dan selanjutnya ke ventrikel dapat direkam dengan menggunakan kertas
khusus EKG yang berkotak. Setiap kotak kecil EKG berukuran 1mm 2, dengan
kecepatan mesin EKG 25 mm/detik, maka 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan
0.04 detik. 1 kotak besar terdiri dari 5 kotak kecil, sehingga kecepatan kotak besar
sama dengan 0.2 detik.
Rekaman impuls listrik pada kertas tampak adanya defleksi yang disebut
gelombangnya. Gelombang impuls listrik terdiri dari gelombang P, gelombang
Q,R,S, yang membentuk kompleks QRS, gelomang T dan gelombang U.
1. Gelombang P
Menggambarkan depolarisasi atrium, normalnya kurang dari 0.11 detik.
2. Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Karena ventrikel lebih banyak
massa ototnya dari atrium, sehingga kompleks QRS lebih besar dari
gelombang P. Defleksi ke bawah pertama disebut gelombang Q, defleksi
ke atas disebut gelombang R dan setiap defleksi di bawah garis dasar
pascagelombang R disebut gelombang S baik didahului gelombang Q
maupun tidak.

3. Gelombang T
Terjadi karena massa ventrikel kembali ke status listrik istirahat
(repolarisasi).
4. Gelombang U terlihat setelah gelombang T dan terkadang tidak terlihat.
Gelombang U sampai sekarang belum jelas namun diduga terkait dengan
repolarisasi otot papilaris atau serabut Purkinje. Gelombang U muncul
pada pasien dengan hipokalemia.
5. Interval PR
Menggambarkan penyebaran impuls dari atrium ke ventrikel, diukur dari
awal gelombang P ke awal kompleks QRS, normalnya panjang 0.12 0.2
detik atau 3-5 kotak kecil. Pemendekan atau pemanjangan interval PR
menandakan adanya kelainan blok jantung.
6. Interval QRS diukur dari permulaan QRS sampai akhir QRS, normalnya
kurang dari 0.10 detik.
7. Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dengan gelombang T, dimulai
dari akhir gelombang QRS sampai awal gelombang T, normalnya 0.080.12 detik (80-120 ms). Gelombang T merupakan gambaran repolarisasi
ventrikel.
B. Sadapan EKG
Arus listrik tubuh dapat disadap dengan menggunakan elektroda yang
dipasang di tubuh baik yang jauh dari jantung maupun yang dekat dengan jantung.
Ada 12 jenis sadapan EKG yaitu enam sadapan dinamakan sadapan ekstremitas
dan sadapan prekordial. Sadapan ekstremitas adalah sadapan yang diperoleh
dengan memasang elektroda pada ekstrimitas terdiri dari enam sadapan yaitu I, II,
III, aVR, aVL, dan aVF. Sadapan ekstremitas terbagi atas bipolar,sadapan bipolar
dan semipolar terdiri dari dua elektroda untuk mengukur perbedaan potensial
elektrik jantung dengan dua ekstrimitas. Yang termasuk bipolar adalah sadapan I,
II, III. Sedangkan sadapan unipolar untuk mengukur potensial listrik jantung dari
satu tempat ke tempat lain yaitu tiga ekstremitas lain dengan pusat jantung. Jenis
sadapan ini adalah aVR, aVL, dan aVF. Sadapan prekordial mencatat rangsangan
listrik jantung dengan memasang elektroda pada dinding dada. Jenis sadapan ini
adalah V1, V2, V3, V4, V5 dan V6. Sadapan V1, V2, V3 disebut sadapan
prekardial kanan, sedangkan sadapan V4, V5 dan V6 disebut sadapan prekardial
kiri.
Sadapan ekstremitas bipolar:
1. Lead I
Mengukur perbedaan potensial elektrik antara lengan kanan dan lengan
kiri.
2. Lead II
Mengukur perbedaan potensial elektrik antara kaki kiri dan lengan kanan.
3. Lead III
Mengukur perbedaan potensial elektrik antara kaki kiri dengan lengan kiri.
Sadapan ekstremitas unipolar:
1. aVR

mengukur potensial elektrik antara pusat jantung dengan lengan kanan.


2. aVL
mengukur potensial elektrik antara pusat jantung dengan lengan kiri.
3. aVF
mengukur potensial elektrik antara pusat jantung dengan kaki kiri.
Tempat elektroda pada sadapan prekardial:
1. Sadapan V1 ditempatkan di ruang interkostal IV di kanan sternum.
2. Sadapan V2 ditempatkan di ruang interkostal IV di kiri sternum.
3. Sadapan V3 ditempatkan diantara sadapan V2 dan V4.
4. Sadapan V4 ditempatkan di ruang interkosta V di linea Midklavikula.
5. Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris
anterior.
6. Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea
midaxillaris.
Beberapa perbedaan lead untuk mengukur elektrik bagian jantung diantaranya:
1. Lead I, aVL, V5 dan V6 mencatat elektrik yang terjadi pada
permukaan lateral ventrikel kiri.
2. Lead II, III, dan aVF mencatat elektrik yang terjadi pada
permukaan inferior ventrikel kiri.
3. Lead V1, V2 mencatat elektrik yang terjadi pada permukaan
ventrikel kanan dan permukaan anterior ventrikel kiri.
4. Lead V3 dan V4 mencatat elektrik pada bagian septal ventrikel
kiri.
F. FAAL JANTUNG SEBAGAI POMPA
Pada setiap siklus jantung terjadi systole dan diastole secara berurutan dan
teratur dengan adanya katup jantung yang terbuka dan tertutup. Pada saat itu
jantung dapat bekerja sebagai suatu pompa sehingga darah dapat berdar ke
seluruh tubuh. Selama satu siklus kerja jantung terjadi perubahan tekanan di
dalam rongga jantung sehingga terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan ini
menyebabkan darah mengalir dari rongga yang tekanannya lebih tinggi ke
tekanan yang lebih rendah.
1. Fungsi atrium sebagai pompa.
Dalam keadaan normal darah mengalir terus dari vena-vena besar
ke dalam atrium. Kira-kira 70% aliran ini langsung mengalir dari atrium
ke ventrikel walaupun atrium belum berkontraksi. Kontraksi atrium
mengadakan pengisian tambahan 30% karena atrium berfungsi hanya
sebagai pompa primer yang meningkatkan efektivitas ventrikel sebagai
pompa. Kira-kira 30% tambahan efektivitas jantung terus dapat bekerja
dengan sangat memuaskan dalam keadaan istirahat normal.
2. Fungsi ventrikel sebagai pompa.

a. Pengisian ventrikel. Selama sistole ventrikel, sejumlah darah tertimbun


dalam atrium karena katub atrium ke ventrikel tertutup. Tepat setelah
sistolik berakhir tekanan ventrikel turun kembali sampai ke tekanan
diastolic yang rendah. Tekanan pada atrium yang tinggi dengan segera
mendorong katub antara atrium dan ventrikel membuka dan
memungkingkan darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel.
Periode pengisian berlangsung kira-kira 1/3 pertama diastolik. Selama
1/3 tengah diastolic darah sedikit mengalir ke ventrikel. Darah yang
terus masuk kedalam atrium dari vena-vena dan berjalan melalui
atrium langsung ke ventrikel.
b. Pengosongan ventrikel selama sistole. Bila kontraksi ventrikel mulai,
tekanan ventrikel meningkat dengan cepat, menyebabkan katub atrium
dan ventrikel menutup. Diperlukan penambahan 0,02-0,03 detik bagi
ventrikel untuk meningkatkan tekanan yang cukup untuk mendorong
katup-katup semilunaris aorta dan semilunaris arteri pulmonalis.
Selama periode ini terjadi kontraksi pada ventrikel tetapi tidak terjadi
pengosongan . periode ini dinamakan periode kontraksi sistemik.
3. Periode ejeksi. Bila tekanan ventrikel kiri meningkat sedikit diatas 80 mm
Hg , tekanan ventrikel dekstra sedikit diatas 8 mm Hg , tekanan ventrikel
sekarang mendorong membuka katup semilunaris segera darah mulai
dikluarkan dari ventrikel . sekitar 60% terjadi pengosongan selama
pertama sistole , dan 40% sisanya dikeluarkan selama 2/4 berikutnya ,
bagian sistole ni dinamakan periode ejeksi.
4. Diastole. Selama terakhir sistole ventrikel hamper tidak ada aliran
daarah dari ventrikel masuk ke arteri besar walaupun otot ventrikel tetap
berkontraksi.
5. Periode relaksasi isometric (isovolemik). Pada akhir sistole relaksasi
ventrikel mulai dengan tiba-tiba , mungkin tekanan dalam ventrikel turun
dengan cepat . peningkatan tekanan dalam arteri besar tiba-tiba mendorong
darah kembali ke arah ventrikel , menimbulkan bunyi penutupan katup
aorta dan pulmonal dengan keras selama 0,03 0,06 detik. Selanjutnya
otot ventrikel relaksasi dan tekanan dalam ventrikel turun dengan cepat
kembali ke tekanan diastole yang sangat rendah. Katup atrium dan
ventrikel membuka mengawali siklus pompa ventrikel yang baru.
Selama diastole , pengisian ventrikel dalam keadaan normal
meningkatkan. volume setiap ventrikel sekitar 120-130 ml. volume ini
dinamakan volume akhir diastolik. Pada waktu ventrikel kosong selama sistole
, volume berkurang kira-kira 70 ml,dinamakan isi sekuncup. Volume yang
tersisa dalam tiap-tiap ventrikel sekitar 50-60 ml dinamakan volume akhir
sistolik.
Katup trikuspidalis dan katup bikuspidalis mencegah pengaliran balik
darah dari ventrikel ke atrium selama sistole. Katup semilunaris aorta dan
katup semilunaris pulmonalis mencegah aliran balik dari aorta dan arteri
pulmonalis ke dalam ventrikel selama periode diastole. Semua katuk ini
membuka dan menutup secara pasif yaitu akan menutup bila selisih tekanan
yang membalik mendorong darah kembali dan membuka bila selisih tekanan
kedepan mendorong darah kearah depan.

Seseorang yang sedang istirahat jantungnya memompakan darah 4-6


liter/menit . dalam keadaan kerja berat mungkin diperlukan pemompaan darah
sebanyak 5 kali dari jumlah tersebut. Dua cara dasar pengaturan kerja
pemompaan jantung.
1. Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah yang
mengalir kedalam jantung . Hukum Frank dan starling : makin banyak
jantung terisi selama diastole makin besar jumlah darah dipompakan
kedalam aorta. Dalam batas fisiologis , jantung memompakan semua darah
yang masuk ke dalam jantung tanpa mungkin terjadinya bendungan darah
yang berlebihan dalam vena. Bila ventrikel terisi oleh tekanan atrium yang
lebih tinggi kekuatan kontraksi jantung meningkat , menyebabkan jantung
memompakan darah dalam jumlah yang lebih besar ke dalam arteri.
2. Refleks yang mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung
melalui saraf otonom. Saraf ini memengaruhi daya pompa jantung melalui
dua cara , yaitu dengan mengubah frekuensi jantung dan mengubah
kekuatan kontraksi jantung.
G. FAAL TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI
Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai
sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Selain dua
hal tersebut, biasanya dapat dilakukan pengukuran kolesterol dalam darah
yakni dengan mengukur rasio LDL atau kolesterol jahat terhadap HDL atau
kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan untuk menentukan
seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular. Pemeriksaan
ini menggunakan instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secara
akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke seluruh sistem
sirkulasi, termasuk tangan, kaki, tungkai, lengan dan leher (Sanif, 2008).
1. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap
satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat,
yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan
tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi
jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran,
yakni tekanan sistole dan diastole.
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus
jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh
darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus
jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun
dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah
dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan
pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri

dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume),
yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya
kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole
selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai
berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah
masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80
mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan
tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam
fase ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan
isovolumetrik.

Gambar 1.2 Fenomena yang terjadi saat siklus jantung (Saladin, 2003)
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel
melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga
tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada
ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan
Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang
tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV
ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi.
Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum
terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang
ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut
selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan
terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir
sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini

yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure. Misalnya
tekanan sistolik 120 mmHg dan diastolic 80 mmHg maka tekanan nadi sama
dengan 40 mmHg. (Stegemann, 1981).

Gambar 1.3 Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole (Guyton & Hall, 2006)

Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan


darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong
karet tiup.
Ketika manset diikatkan
pada lengan, inflasi dari kantong karet
memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk
tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan
tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan
dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana
terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya
dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan
tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi
puncak atau tekanan sistolik.
Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan
mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi
dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan
dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan
tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu.
Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama
meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras.
Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang
nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi
teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh
gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan,
suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi
normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi
pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang

ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi


parsial dari arteri brachialis.
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti
halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu
tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
Tekanan darah tidak selalu sesuai karena salah satu factor yang
mempengaruhinya adalah keadaan kesehatan dan aktivitas. Pusat pengawasan
dan pengaturan perubahan tekanan darah yaitu:
1. Sistem saraf
a. Presoreseptor dan kemoreseptor: serabut saraf aferen yang menuju pusat
vasomotor berasal dari baroreseptor arteri dan kemoreseptor aorta dan
karotis dari korteks serebri.
b. Hipotalamus: Berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku yang
berhubungan dengan pengaturan kardiovaskuler.
c. Serebrum: Mempengaruhi tekanan dari karena penurunan respons
tekanan, vasodilatasi, dan respons depressor meningkat.
d. Reseptor nyeri: bergantung pada intensitas dan lokasi stimulus.
e. Reflex pulmonal: inflasi paru menimbulkan vasodilatasi sistemik dan
penurunan tekanan darah arteri dan sebaliknya kolaps paru menimbulkan
vasokonstriksi sistemik.
2. Sistem humoral atau kimia: berlangsung local atau sistemik, misalnya
rennin-angiotensin, vasopressin, epineprin, asetikolin, serotonin, adenosine,
kalsium, magnesium, hydrogen dan kalium.
a. Sistem hemodinamik: lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah
contohnya perdarahan, aborsi, susunan kapiler contohnya banyak
sklerosis, perubahan tekanan osmotic co: karena albumin-gangguan
ginjal dan hati, dan hidrostatik bagian luar, dan dalam sistem vaskuler.
b. Sistem limfatik: komposisi sistem limfatik hampir sama dengan
komposisi kimia plasma darah dan mengandung sejumlah besar limfosit
yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke dalam aliran
darah.
2. Denyut Nadi
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi
jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan
secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba,
menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan
pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan
mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin,
2003).

Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan


titik yaitu arteri radialis (pada pergelangan tangan), arteri brakhialis (pada
siku bagian dalam atau lengan atas), arteri carotis communis (pada leher),
arteri femoralis (pada lipatan paha), arteri dorsalis pedis (pada kaki), arteri

poplitea
(pada
belakang
lutut), arteri
temporalis
(pada
pelipis),
arteri apical
(pada
jantung),
arteri
tibialis
posterior
(pada kaki)
(Michael,
2006).
Gambar 1.1 Arteri pada ekstrimitas atas (Saladin, 2003)

Namun yang sering dilakukan pemeriksaan denyut nadi yaitu pada Arteri
Radialis
Terletak disepanjang tulang radialis lebih mudah teraba diatas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari, relaif mudah dan sering dipakai secara rutin.
Arteri brakhialis Terletak didalam otot biceps dari lengan atau medial
dilipatan siku (fossa antekubital) digunakan untuk mengukur tekanan darah
dan denyut nadi serta pada kasus cardiac arrest pada infant.

Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui


arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara
periodik; kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan
relaksasi jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena.
Dengan demikian, pulse rate juga dapat mewakili detak jantung per menit atau
yang dikenal dengan heart rate (Quan, 2006). PMI, atau Point of Maximal
Impulse, dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke kiri dari
ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula
biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan
stetoskop.
Setiap orang berbeda jumlah denyut nadi nya, hal ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya:
1. Kebiasaan aktifitas sehari-hari
2. Sikap tubuh saat di ukur denyut nadinya
3. Suhu/ temperatur udara di sekelilingnya
4. Ukuran tubuh
5. Tingat emosi

6. Konsumsi obat saat di ukur.


Pada saat beristirahat atau tidak sedang beraktifitas tinggi seperti bekerja
atau sedang berolahraga, denyut nadi normal seperti berikut:
untuk orang dewasa
: 60 80 kali permenit
untuk anak-anak
: 80 100 kali permenit
pada bayi
: 100 140 kali permenit
Prinsip pengukuran denyut nadi :
a. Pembuluh darah yang digunakan untuk mengukur denyut nadi antara lain
adalah arteri radialis, arteri brakhialis, dan arteri karotis.
b. Analisa yang dicatat terkait dengan pengukuran denyut nadi adalah
frekuensi dan kualitas (teratur atau tidak teratur).

DAFTAR PUSTAKA

Dr.Aris,2009.Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta:Trans Info Media


Drs. H. Syaifuddin, AMK (2012). Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Jakarta : EGC.
http://fatmadianhusada.blogspot.com/p/elektro-fisiologi-otot-jantung.html?m=1
http://fatmadianhusada.blogspot.com/p/fungsi-jantung-sebagai-pompa.html?m=1
http://parzz.wordpress/2012/06/01/prosedur-spengukuran-pemeriksaan-denyutnadi/
http://www.fadlie.web.id/bangfad/karya-tulis-ilmiah-kebidanan-proses-sirkulasidarah-janin.html
http://www.google.co.id/url?
sa=t&&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&fed=OCDsqfjQFjAF&url=ht
tp&3a%2f%2fdera.files.wordpress.com&df2012&2
Prawirohardjo Sarwono,2011. Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo

Anda mungkin juga menyukai