Oleh : Kelompok 10
Ni Wayan Septiastari
P07124214 001
P07124214 006
P07124214 027
P07124214 031
Ni Kadek Yuniasih
P07124214 046
Peredaran darah yang terjadi pada bayi dalam kandungan agak berbeda
dengan peredaran darah orang yang telah dilahirkan atau orang dewasa.
Keistimewaan peredaran darah janin dalam kandungan yaitu oksigen dan
zat makanan yang diperlukan diambil dari darah ibu. Hal ini dimungkinkan
karena adanya :
1. Foramen ovale : Lubang antara atrium dekstra dan atrium sinistra. Lubang
ini akan tertutup sesudah bayi lahir.
2. Duktus arteriosus botali : Pembuluh darah yang menghubungkan arteri
pulmonalis dengan aorta.
3. Duktus venosus : Pembuluh darah yang menghubungkan umbilikalis
dengan vena kava inferior.
4. Plasenta : Jaringan dinding rahim yang banyak mempunyai jonjot
mengandung pembuluh darah tempat pertukaran zat yang diperlukan, yang
diambil dari darah ibu dan yang tidak berguna dikeluarkan. Plasenta
terbentuk kira-kira minggu ke-8 kehamilan, merupakan bagian konsepsi
yang menempel pada endometrium dan terikat kuat sampai bayi lahir.
Fungsi plasenta adalah menyediakan makanan untuk bayi dalam
kandungan yang diambil dari darah ibu yang bekerja sebagai paru fetus
dengan menyediakan oksigen, menyingkirkan sisa pembakaran dari janin,
menghalangi mikroorganisme penyakit masuk ke dalam janin.
5. Vena umbilikalis : Pembuluh darah yang membawa darah dari plasenta ke
peredaran darah janin. Darah yang dibawa banyak mengandung zat
makanan dan oksigen.
6. Arteri umbilikalis : pembuluh darah yang membawa darah janin ke
plasenta, banyaknya dua buah. Kedua pembuluh darah ini membawa zat
sisa makanan dan karbon dioksida dari tubuh bayi ke dalam plasenta.
Arteri dan vena umbilikalis terbungkus menjadi satu dalam satu saluran
yang disebut duktus umbilikalis ( tali pusat ).
PEREDARAN DARAH JANIN :
Mengingat semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilical,
maka sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini
menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua
arteri menjaadi pembuluh balik yang menyalurkan darah kea rah plasenta untuk
dibersihkan dari sisa metabolisme.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilical adalah sebagai
berikut. Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilical mengarah
ke atas menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan memasok
darah ke hati dan duktus venosus yang berdiameter lebih besar, akan bergabung
dengan vena kava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang masuk ke jantung
kanan ini mempunyai kadar oksigen seperti arteri- meski bercampur sedikit
dengan darah dari vena kava. Darah ini akan langsung menyemprot melalui
foramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui
ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh tubuh. Darah yang berisi banyak
oksigen itu terutama akan memperdarahi organ vital jantung dan otak. Adanya
Krista dividens sebagai pembatas pada vena kava memungkinkan sebagian besar
darah bersih dari duktus venosus langsung akan mengalir ke arah foramen ovale.
Sebaliknya, sebagian kecil akan mengalir ke arah ventrikel kanan. Darah dari
ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru. Karena paru belum berkembang,
sebagian besar darah dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan dialirkan
ke aorta melaui suatu pembuluh duktus arteriosus. Darah itu akan bergabung di
aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh
tubuh.
Curah jantung pada trimester akhir, sebagaimana eksperimen pada domba,
ditujukan ke plasenta 40%, karkas 35%, otak 5%, jantung 5%, gastro intestinal
5%, paru 4%, ginjal 2%, lain-lain 4%.Darah balik akan melalui arteri
hipogastrika, keluar melalui dinding abdomen sebagai arteri umbilical. Setelah
bayi lahir, semua pembuluh umbulikal, duktus venosus, dan duktus arteriosus
akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, di mana terjadi
pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan kadar
oksigen pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup
dalam 3 hari dan total pada minggu ke-2. Pada situasi di mana kadar oksigen
kurang yaitu pada gagal napas, duktus akan relative membuka (paten).
Propulsi ( dorongan )
Kalium lebih banyak terdapat dalam sel, sedangkan Natrium dan Kalsium
diluar. Perpindahan ion Khlor juga terjadi pada sel-sel otot jantung. Dalam
keadaan istirahat sel-sel otot jantung mempunyai muatan positif dibagian luar
sel dan muatan negatif dibagian dalam sel. Ini dapat dibuktikan
dengan Galvanometer. Perbedaan muatan antara bagian luar dan bagian dalam
sel disebut resting membrane potential. Bila sel dirangsang akan terjadi
perubahan muatan. Didalam sel menjadi positif sedangkan diluar sel menjadi
negatif. Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan
disebut depolarisasi. Selanjutnya sel berusaha kembali pada keadaan semula,
proses ini dinamakan repolarisasi. Seluruh proses tersebut dinamakan aksi
potensial. Aksi potensial tersebut dapat disebabkan oleh rangsangan listrik,
kimia,mekanik,dantermis.
Penyebab-penyebab tersebut diatas akan mengakibatkan perubahan
permeabilitas membran terhadap ion-ion.
Aksi potensial dibagi atas lima fase sesuai dengan elektrofisiologi yang
terjadi, yaitu:
1. Fase Istirahat - Fase 4
Pada keadaan istirahat bagian luar sel jantung bermuatan positif dan bagian
dalam bermuatan negatif. Sel tersebut kemudian mengalami polarisasi.
Dalam keadaan polarisasi, membran sel lebih permeabel terhadap K+
daripada Na+ sehingga sebagian kecil K+ merembes keluar sel. Dengan
hilangnya K+ maka bagian dalam sel menjadi relatif negatif.
2. Fase Depolarisasi Cepat - Fase 0
Depolarisasi sel disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membran
terhadap Na+ sehingga Na+ mengalir dari luar masuk ke dalam sel dengan
cepat. Akibatnya muatan di dalam sel menjadi positif sedangkan diluar sel
menjadi negatif.
3. Fase Polarisasi Parsial - Fase 1
Segera setelah terjadi depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat
masuknya Cl- ke dalam sel, sehingga muatan positif di dalam sel menjadi
berkurang.
4. Fase Plato (keadaan stabil 1) - Fase 2
Fase 1 diikuti keadaan stabil yang agak lama, sesuai dengan masa refrakter
absolut dari miokard. Selama fase ini tidak ada perubahan muatan listrik.
Terdapat keseimbangan antara ion positif yang masuk dan keluar. Yang
menyebabkan fase plato ini adalah masuknya Ca++ dan Na+ ke dalam sel
secara perlahan-lahan, yang diimbangi dengan keluarnya K+ dari dalam sel.
5. Fase Repolarisasi cepat - Fase 3
Pada fase ini muatan Ca+ dan Na+ secara berangsur-angsur tidak mengalir
lagi, dan permeabilitas terhadap K+ sangat meningkat sehingga K+ keluar
dari sel dengan cepat. akibatnya muatan positif didalam sel menjadi sangat
berkurang, sehingga pada akhirnya muatan di dalam sel menjadi relatif
negatif dan muatan diluar sel menjadi relatif positif.
3. Gelombang T
Terjadi karena massa ventrikel kembali ke status listrik istirahat
(repolarisasi).
4. Gelombang U terlihat setelah gelombang T dan terkadang tidak terlihat.
Gelombang U sampai sekarang belum jelas namun diduga terkait dengan
repolarisasi otot papilaris atau serabut Purkinje. Gelombang U muncul
pada pasien dengan hipokalemia.
5. Interval PR
Menggambarkan penyebaran impuls dari atrium ke ventrikel, diukur dari
awal gelombang P ke awal kompleks QRS, normalnya panjang 0.12 0.2
detik atau 3-5 kotak kecil. Pemendekan atau pemanjangan interval PR
menandakan adanya kelainan blok jantung.
6. Interval QRS diukur dari permulaan QRS sampai akhir QRS, normalnya
kurang dari 0.10 detik.
7. Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dengan gelombang T, dimulai
dari akhir gelombang QRS sampai awal gelombang T, normalnya 0.080.12 detik (80-120 ms). Gelombang T merupakan gambaran repolarisasi
ventrikel.
B. Sadapan EKG
Arus listrik tubuh dapat disadap dengan menggunakan elektroda yang
dipasang di tubuh baik yang jauh dari jantung maupun yang dekat dengan jantung.
Ada 12 jenis sadapan EKG yaitu enam sadapan dinamakan sadapan ekstremitas
dan sadapan prekordial. Sadapan ekstremitas adalah sadapan yang diperoleh
dengan memasang elektroda pada ekstrimitas terdiri dari enam sadapan yaitu I, II,
III, aVR, aVL, dan aVF. Sadapan ekstremitas terbagi atas bipolar,sadapan bipolar
dan semipolar terdiri dari dua elektroda untuk mengukur perbedaan potensial
elektrik jantung dengan dua ekstrimitas. Yang termasuk bipolar adalah sadapan I,
II, III. Sedangkan sadapan unipolar untuk mengukur potensial listrik jantung dari
satu tempat ke tempat lain yaitu tiga ekstremitas lain dengan pusat jantung. Jenis
sadapan ini adalah aVR, aVL, dan aVF. Sadapan prekordial mencatat rangsangan
listrik jantung dengan memasang elektroda pada dinding dada. Jenis sadapan ini
adalah V1, V2, V3, V4, V5 dan V6. Sadapan V1, V2, V3 disebut sadapan
prekardial kanan, sedangkan sadapan V4, V5 dan V6 disebut sadapan prekardial
kiri.
Sadapan ekstremitas bipolar:
1. Lead I
Mengukur perbedaan potensial elektrik antara lengan kanan dan lengan
kiri.
2. Lead II
Mengukur perbedaan potensial elektrik antara kaki kiri dan lengan kanan.
3. Lead III
Mengukur perbedaan potensial elektrik antara kaki kiri dengan lengan kiri.
Sadapan ekstremitas unipolar:
1. aVR
dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume),
yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya
kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole
selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai
berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah
masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80
mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan
tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam
fase ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan
isovolumetrik.
Gambar 1.2 Fenomena yang terjadi saat siklus jantung (Saladin, 2003)
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel
melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga
tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada
ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan
Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang
tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV
ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi.
Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum
terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang
ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut
selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan
terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir
sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini
yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure. Misalnya
tekanan sistolik 120 mmHg dan diastolic 80 mmHg maka tekanan nadi sama
dengan 40 mmHg. (Stegemann, 1981).
Gambar 1.3 Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole (Guyton & Hall, 2006)
poplitea
(pada
belakang
lutut), arteri
temporalis
(pada
pelipis),
arteri apical
(pada
jantung),
arteri
tibialis
posterior
(pada kaki)
(Michael,
2006).
Gambar 1.1 Arteri pada ekstrimitas atas (Saladin, 2003)
Namun yang sering dilakukan pemeriksaan denyut nadi yaitu pada Arteri
Radialis
Terletak disepanjang tulang radialis lebih mudah teraba diatas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari, relaif mudah dan sering dipakai secara rutin.
Arteri brakhialis Terletak didalam otot biceps dari lengan atau medial
dilipatan siku (fossa antekubital) digunakan untuk mengukur tekanan darah
dan denyut nadi serta pada kasus cardiac arrest pada infant.
DAFTAR PUSTAKA