Disusun Oleh :
Alfi Mufidah
Dicky Fahriza
Henny Tri Utami
M. Adhytia Wana Putra
Rio Akbar Pasuma
Wahyu Nadin Syafitra
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB.
ii
PENDAHULUAN
............................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
.................................................................................
.....
2
I. Dakwah Rasulullah..................................................................................................
4
II. Strategi Dakwah Rasulullah................................................................................ 6
III. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
..................................
IV. Faktor Faktor yang Mendorong Kaum Quraisy Menentang Seruan Islam ........,,.
10
V. Hambatan
dan
Rintangan
Dakwah
Islam
Nabi
Muhammad
.............................
SAW
11
13
VII.
Sikap
Perilaku
VIII.
..................................................................................................... 14
Hikmah
Sejarah
Dakwah
Periode
Mekah
....................................................................
14
KESIMPULAN ....................................................................................................... 15
BAB I
Pendahuluan
1. Pengertian Menuntut Ilmu
2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
3. Hadits-hadits Tentang Kewajiban Menuntut
Ilmu
4. Hukum Menuntut Ilmu Menurut Islam
5. Menuntut Ilmu sebagai Ibadah
6. Pentingnya Menuntut Ilmu
7. Pentingnya Mengamalkan
Ilmu
8. Mensyukuri Nikmat Allah dengan Menuntut
Ilmu
9. Keutamaan Menuntut Ilmu
PENUTUP
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas
salah satu mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat
manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai
agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih
menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut
ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik,
ekonomi dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yang kami hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Dan kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendalakendala yang kami hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Kewajiban Menuntut Ilmu bagi umat manusia. Makalah ini di sajikan
berdasarkan rangkuman dari hasil pengamatan yang bersumber dari
berbagai informasi, referensi, buku tentang islam dan berita.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
yang lebih luas. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada guru pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin. Untuk itu, maka
diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan.
Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi,
yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan
inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan
kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia
pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang
yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak
orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk
dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena
ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia
rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat.
Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama
sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk
merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak
kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan
hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu
diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia.
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya
Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi
makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT
B .Tujuan
1. Memeberikan penjelasan tentang pentingnya menuntut ilmu
2. Mengetahui hadits-hadits tentang kewajiban menuntut ilmu
3. Mengetahui hukum dari menuntut ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu dan Menuntut Ilmu
A. Pengertian Ilmu
Secara bahasa pengertian ilmu adalah lawan kata bodoh/Jahil,
sedang secara istilah berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkaplah
segala hakikat yang secara sempurna. Secara istilah Syari pengertian
ilmu yaitu, ilmu yang sesuai dengan amal, baik amalan hati, lisan maupun
anggota badan dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah Saw.
Ibnu Munir berkata : Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan
perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu
harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu merupakan
pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat
yang benar.
Dalam pengertian lain Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa
yang bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan
kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di dunia . . .
bahwa,
ilmu
merupakan
sesuatu
yang
penting
bagi
kebutuhan
manusia
akan
oksigen
untuk
bernapas.
B. Pengertian Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena
pada
dasarnya
ilmu
menunjukkan
jalan
menuju
kebenaran
dan
meninggalkan kebodohan.
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad
Saw.
Artinya :
Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan
Muadz bin Jabbal berkata : Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu
karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah,
mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya
adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki
dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah
terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu
perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada
setiap individu.
2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
2.1. Dasar hukum menuntut ilmu yang pertama yaitu dari hadits
Rasullulah SAW,
Yang artinya :Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim,
waktunya adalah dari buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur.
Hadits dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali perintahnya, bahwa dalam
Islam menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang artinya adalah, jika
dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA, jika diabaikan,
disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat DOSA. Kita boleh
berhenti menuntut ilmu, hanya jika kita sudah masuk liang kubur / MATI,
jika kita sudah mati sudah tidak ada kewajiban lagi untuk menuntut ilmu.
2.2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah dalam Surat
Al-Ashr,
Yang berbunyi sbb :
Artinya :
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran". Ingatlah ALLAH SWT telah bersumpah
dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi peristiwa
yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini,
baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian,
kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu :
1.
2.
3.
4.
Iman,
Amal Shaleh,
Saling menasehati supaya mentaati kebenaran,
Saling menasehati supaya menetapi kesabaran.
Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung
dan terlepas dari kerugian, maka kita harus :
1. Mempelajari agama Islam yang benar dengan jalan menuntut ilmu
dimana kita tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun
akhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam yang benar, karena
Iman hanya bisa kita capai dengan belajar dan menuntut ilmu.
2. Bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita dalam
kehidupan sehari-hari
3. Bersungguh-sungguh mendakwahkan dan menyampaikan serta
mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya (walaupun Cuma
satu ayat), dan janganlah kita takut jika ada rintangan seperti
ditolak, dimusuhi dan lain sebagainya, karena perintah yang
keempat adalah,
4. Bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan
manusia dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH lewat Alqur`an, dan hanya mengharap Ridho ALLAH SWT saja.
Jadi jika seseorang yang mempunyai akal dan pikiran yang cerdas dan
sensitive, mendengar atau membaca surat Al-Ashr` ini, pasti akan
berusaha untuk menyelamatkan diri dari kerugian, dengan berusaha
memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang diperintahkan dalam
Surat Al-Ashr`.
3. Hadits-Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak
mungkin disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits
pada umumnya menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan pentingnya
ilmu. Mereka bahkan menulis sebuah kitab yang khusus menjelaskan
betapa pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan, baik dalam
kehidupan dunia maupun akhirat.
Sabda Rasulullah SAW:
Artinya:
Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan
tidak ada kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian
tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun
untuk orang yang berilmu. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu
Hibban)
yang
selalu
pada orang lain setidaknya telah diamalkan pada diri sendiri. Setinggi
apapun seseorang menuntut ilmu jika tidak di amalkan maka dengan
sendirinya ilmu tersebut akan mudah hilang, ilmu akan bertambah jika di
amalkan sebaliknya ilmu akan menghilang jika tidak di amalkan.
Sekecil apapun ilmu yang diajarkan kepada orang lain selama itu bersifat
kebaikan niscaya Allah akan senantiasa meridhainya. Ibnu Abbas berkata :
Sesungguhnya orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain,
maka setiap hewan melata akan menohonkan ampunan baginya,
termasuk pula ikan paus di lautan, (Mukhtasar Minhajul Qashidin ; 11).
Orang yang mengajarkan ilmu akan mendapatkan balasan pahala seperti
pahala orang yang mengamalkan ilmu tersebut, dan yang lebih utamanya
lagi ialah pahala seorang alim akan terus bermanfaat dan tidak akan
terputus meskipun telah wafat.
Dengan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menyeru
kepadaNya serta berlaku sabar dalam menjalaninya agar ilmu yang telah
diperoleh memiliki buah yang baik dan dapat berkembang, dengan
demikian banyak orang lain yang dapat memanfaatkan dari ilmu tersebut.
Hendaklah diketahui bahwa hanya dengan ilmu derajat seseorang bisa
terangkat, kecuali jika ilmu tersebut telah diamalkan. Dalam menafsirkan
ayat ; Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan
dengan ayat-ayat itu (QS. Al-Araaf ; 176). Ayat ini menunjukkan dengan
jelas bahwa hanya dengan ilmu, derajat seseorang tidak bisa terangkat,
karena Allah telah mengkhabarkan dalam ayat tersebut bahwa dia telah
mendatangkan kepada sekelompok orang ayat-ayat tersebut, dan ia tidak
bisa mengangkat derajat mereka. Sesungguhnya derajat orang yang
berilmu hanyalah terangkat sesuai dengan kadar pengemalannya dan
seseorang yang telah mengamalkan ilmu yang telah di dapatnya niscaya
Allah Swt akan mengajarkan kepadanya ilmu yang belum di
kehendakinya.
Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang yang baik, maka
ia akan difahamkan dalam urusan agama. [HR. Bukhari]
Islam mewajibkan kaum muslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu
sejak dari buaian sampai liang lahat, sebab orang yang berilmu di
masyarakat menduduki derajat yang tinggi, sedangkan yang tidak berilmu
menduduki derajat yang rendah.
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik,
apabila orang-orang Islam sendiri tidak mempunyai pengetahuan yang
matang dan pikiran yang sehat. Oleh karena itu, pengetahuan bagi Islam
bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia.
Surga.
Rasulullah
PENUTUP
Kesimpulan