Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah Agama Islam

Kewajiban Menuntut Ilmu

Disusun Oleh :
Alfi Mufidah
Dicky Fahriza
Henny Tri Utami
M. Adhytia Wana Putra
Rio Akbar Pasuma
Wahyu Nadin Syafitra

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


SMA Negeri 5
2015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB.

ii

PENDAHULUAN

............................................................................................

BAB
II PEMBAHASAN

.................................................................................
.....
2
I. Dakwah Rasulullah..................................................................................................
4
II. Strategi Dakwah Rasulullah................................................................................ 6
III. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
..................................

IV. Faktor Faktor yang Mendorong Kaum Quraisy Menentang Seruan Islam ........,,.
10
V. Hambatan

dan

Rintangan

Dakwah

Islam

Nabi

Muhammad

.............................

SAW

11

VI. Akhir Periode Dakwah Rasulullah Di Kota Mekah


.......................................................
dan

13

VII.

Sikap

Perilaku

VIII.

..................................................................................................... 14
Hikmah
Sejarah
Dakwah
Periode
Mekah

....................................................................
14
KESIMPULAN ....................................................................................................... 15

BAB I

Pendahuluan
1. Pengertian Menuntut Ilmu
2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
3. Hadits-hadits Tentang Kewajiban Menuntut

Ilmu
4. Hukum Menuntut Ilmu Menurut Islam
5. Menuntut Ilmu sebagai Ibadah
6. Pentingnya Menuntut Ilmu

7. Pentingnya Mengamalkan
Ilmu
8. Mensyukuri Nikmat Allah dengan Menuntut
Ilmu
9. Keutamaan Menuntut Ilmu
PENUTUP

Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas
salah satu mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat
manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai
agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih
menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut
ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik,
ekonomi dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yang kami hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Dan kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendalakendala yang kami hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Kewajiban Menuntut Ilmu bagi umat manusia. Makalah ini di sajikan
berdasarkan rangkuman dari hasil pengamatan yang bersumber dari
berbagai informasi, referensi, buku tentang islam dan berita.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
yang lebih luas. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada guru pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Bengkulu, Februari 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin. Untuk itu, maka
diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan.
Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi,
yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan
inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan
kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia
pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang
yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak
orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk
dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena
ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia
rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat.
Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama
sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk
merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak
kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan
hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu
diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia.
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya
Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi
makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT

B .Tujuan
1. Memeberikan penjelasan tentang pentingnya menuntut ilmu
2. Mengetahui hadits-hadits tentang kewajiban menuntut ilmu
3. Mengetahui hukum dari menuntut ilmu

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu dan Menuntut Ilmu
A. Pengertian Ilmu
Secara bahasa pengertian ilmu adalah lawan kata bodoh/Jahil,
sedang secara istilah berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkaplah
segala hakikat yang secara sempurna. Secara istilah Syari pengertian
ilmu yaitu, ilmu yang sesuai dengan amal, baik amalan hati, lisan maupun
anggota badan dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah Saw.
Ibnu Munir berkata : Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan
perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu
harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu merupakan
pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat
yang benar.
Dalam pengertian lain Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa
yang bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan
kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di dunia . . .

Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas dapat


disimpulkan

bahwa,

ilmu

merupakan

sesuatu

yang

penting

bagi

kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan


manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara
lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu
kesuksesan tak pernah ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting
dalam kehidupan seperti

kebutuhan

manusia

akan

oksigen

untuk

bernapas.
B. Pengertian Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena

pada

dasarnya

ilmu

menunjukkan

jalan

menuju

kebenaran

dan

meninggalkan kebodohan.
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad
Saw.
Artinya :
Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan
Muadz bin Jabbal berkata : Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu
karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah,
mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya
adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki
dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah
terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu
perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada
setiap individu.
2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
2.1. Dasar hukum menuntut ilmu yang pertama yaitu dari hadits
Rasullulah SAW,
Yang artinya :Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim,
waktunya adalah dari buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur.
Hadits dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali perintahnya, bahwa dalam
Islam menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang artinya adalah, jika
dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA, jika diabaikan,
disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat DOSA. Kita boleh
berhenti menuntut ilmu, hanya jika kita sudah masuk liang kubur / MATI,
jika kita sudah mati sudah tidak ada kewajiban lagi untuk menuntut ilmu.
2.2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah dalam Surat
Al-Ashr,
Yang berbunyi sbb :

Artinya :
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran". Ingatlah ALLAH SWT telah bersumpah
dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi peristiwa
yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini,
baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian,
kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu :

1.
2.
3.
4.

Iman,
Amal Shaleh,
Saling menasehati supaya mentaati kebenaran,
Saling menasehati supaya menetapi kesabaran.

Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung
dan terlepas dari kerugian, maka kita harus :
1. Mempelajari agama Islam yang benar dengan jalan menuntut ilmu
dimana kita tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun
akhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam yang benar, karena
Iman hanya bisa kita capai dengan belajar dan menuntut ilmu.
2. Bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita dalam
kehidupan sehari-hari
3. Bersungguh-sungguh mendakwahkan dan menyampaikan serta
mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya (walaupun Cuma
satu ayat), dan janganlah kita takut jika ada rintangan seperti
ditolak, dimusuhi dan lain sebagainya, karena perintah yang
keempat adalah,
4. Bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan
manusia dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH lewat Alqur`an, dan hanya mengharap Ridho ALLAH SWT saja.
Jadi jika seseorang yang mempunyai akal dan pikiran yang cerdas dan
sensitive, mendengar atau membaca surat Al-Ashr` ini, pasti akan
berusaha untuk menyelamatkan diri dari kerugian, dengan berusaha
memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang diperintahkan dalam
Surat Al-Ashr`.
3. Hadits-Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak
mungkin disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits
pada umumnya menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan pentingnya
ilmu. Mereka bahkan menulis sebuah kitab yang khusus menjelaskan
betapa pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan, baik dalam
kehidupan dunia maupun akhirat.
Sabda Rasulullah SAW:
Artinya:
Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan
tidak ada kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian
tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun
untuk orang yang berilmu. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu
Hibban)

Kedudukan apa yang melebihi kedudukan seseorang


dimintakan ampun oleh para malaikat langit dan bumi?.

yang

selalu

Rasulullah SAW bersabda:


Artinya: Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu.
Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan
maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri. (HR. Al-Baihaqi)[6]
Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang,
dimana ia akan memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang
disekitarnya. Bahkan jika seorang yang berilmu terangsingkan dari
kehidupan sekitarnya, ilmu yang ia miliki akan memberikan manfaat
kepada dirinya sendiri, dan menjadi penghibur dalam kesendiriannya.
Tentang pentingnya ilmu Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi
kepahaman untuknya tentang ilmu, (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini adalah hadits yang urgen, dimana seolah-olah Allah
menggantungkan kebaikan seseorang terhadap kepahamannya terhadap
agama, dalam arti kwalitas dan kwantitas ilmunya dalam masalah agama.
Dari sini dapat diketahui bahwa ilmu adalah penting, karena ia menjadi
penentu baik dan buruk seseorang. Dengan ilmu ia akan membedakan
salah dan benar, baik dan buruk dan halal dan haram.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni
petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari
tanah itu ada yang gemburyang dapat menerima air lalutumbuhlah
padang rumput yang banyak. Dari panya ada yang keras dapat menahan
air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan
orang yang tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan
orang yang pandai agama Allah dan apa yang dituliskan kepadaku
bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar, dan perumpamaan orang
yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau menerima petunjuk
Allah, yang mana saya di utus dengannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Sahal bin Saad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali
bin Abi Thalib:
Artinya: Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang
karenamu, maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak (HR. Bukhari
Muslim)
Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala


seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi
sedikitpun dari phala-pahala itu. Barang siapa mengajak kepada
kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa-dosa orang yang
mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa itu (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya
kecuali dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan
anak shaleh yang mendoakannya (HR. Muslim)
Hadits-hadits
tersebut
menjelaskan
keutamaan-keutamaan
dan
pentingnya ilmu bagi manusia. Dan masih banyak hadits-hadits lain[7].
4. Hukum Menuntut Ilmu Menurut Islam
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik dari Nabi saw
bersabda,Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
Ilmu bisa kita dibagi menjadi dua macam :
4.1. Ilmu-ilmu syari
Menuntut ilmu-ilmu syari ini merupakan sebuah tuntutan akan tetapi
hukum menuntutnya disesuaikan dengan kebutuhan terhadap ilmu
tersebut. Ada dari ilmu-ilmu itu yang menuntutnya adalah fardhu ain,
artinya bahwa seseorang mukallaf (terbebani kewajiban) tidak dapat
menunaikan kewajiban terhadap dirinya kecuali dengan ilmu tersebut,
seperti cara berwudhu, shalat dan sebagainya, berdasarkan
hadits,Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Nawawi
mengatakan,Meskipun hadits ini tidak kukuh namun maknanya benar.
Menuntut ilmu-ilmu itu tidaklah wajib kecuali setelah ada kewajiban.
Diwajibkan terhadap setiap orang yang ingin melakukan jual beli untuk
belajar tentang hukum-hukum jual beli, sebagaimana diwajibkan untuk
mengetahui hal-hal yang dihalalkan maupun diharamkan baik berupa
makanan, minuman, pakaian atau lainnya secara umum. Adapun tentang
kewajiban yang segera maka mempelajari ilmu tentangnya juga harus
segera. Begitu juga dengan kewajiban yang tidak segera, seperti : haji
maka mempelajari tentangnya juga bisa tidak disegerakan, menurut
orang-orang yang berpendapat seperti itu.
Dari ilmu-ilmu syari itu ada yang menuntutnya adalah fardhu kifayah,
yaitu ilmu-ilmu yang mesti dimiliki oleh manusia dalam menegakan
agama mereka, seperti menghafal al Quran, hadits-hadits, ilmu tentang
keduanya, ushul, fiqih, nahwu, bahasa, mengetahui tentang para perawi
hadits, ijma, perbedaan pendapat ulama.
Ada pula ilmu-ilmu syari yang menuntutnya adalah disunnahkan, seperti
mendalami tentang pokok-pokok dalil, menekuninya dengan segenap
kemampuannya yang dengannya bisa menyampaikannya kepada fardhu
kifayah.

4.2. Ilmu-ilmu yang bukan Syari


Sedangkan hukum menuntut ilmu-ilmu yang bukan syari maka ada yang
fardu kifayah, seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung
urusan-urusan dunia, seperti ilmu kedokteran karena ilmu ini menjadi
sesuatu yang penting untuk memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena
ini menjadi sesuatu yang penting didalam muamalah (jual beli),
pembagian wasiat, harta waris dan lainnya. Ada juga yang menuntutnya
menjadi sebuah keutamaan, seperti mendalami tentang ilmu hitung,
kedokteran dan lainnya, Namun untuk melakukan ini tentunya
membutuhkan kekuatan dan kemampuan ekstra. Ada juga yang
menuntutnya diharamkan, seperti menuntut ilmu sihir, sulap, ramalan dan
segala ilmu yang membangkitkan keragu-raguan. Ilmu-ilmu ini pun
berbeda-beda dalam tingkat keharamannya.
Adapun untuk mendapatkan ilmu itu sendiri yang paling utama adalah
mendatanginya, sebagaimana riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairoh
bahwa Rasulullah saw bersabda, Barang siapa yang melalui suatu jalan
untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan
menuju surga. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu
Hurairoh dan dia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Hadits ini menunjukkan bahwa dianjurkan bagi seseorang untuk keluar
dari rumahnya mendatangi majlis-majlis ilmu walaupun dirinya harus
melakukan perjalanan yang jauh seperti kisah Nabi Musa dengan Khaidir.
Hal lain yang perlu diketahui oleh para penuntut ilmu ini adalah meyakini
bahwa orang-orang yang menjadi sumber ilmunya (guru) itu adalah
orang-orang yang shaleh, bertanggung jawab terhadap ilmunya, memiliki
prilaku yang baik, amanah, jujur, mengamalkan ilmunya.
Adapun cara untuk mendapatkan ilmu bisa dengan mendatangi sumber
ilmu secara langsung di majlisnya atau bisa juga dengan mencari atau
memperdalamnya melalui sarana-sarana media yang sangat mudah
didapat saat ini, baik cetak maupun elektronik. Setelah itu hendaklah
dirinya melakukan penelaahan terhadap setiap ilmu / pengetahuan yang
didapatnya untuk diterima atau ditolak. Karena setiap pendapat atau
perkataan seseorang bisa diterima atau ditolak kecuali pendapat
Rasulullah saw. Akan tetapi jika telah jelas kebenarannya maka tidak
boleh baginya untuk berpaling darinya karena pada dasarnyan kebenaran
itu berasal dari Allah swt.
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka
terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik
laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka
tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan
kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu,
baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban
menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad saw :
yang artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik
laki-laki maupun perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan

pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan,


mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami
hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang
didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan
ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala
kebutuhan hidup.
Nabi Muhammad saw.bersabda
yang artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan
dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin
(selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula;
dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki
ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu
bahasa 'arab, ilmu sains seperti perubatan, ilmu perundangan dan
sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yang tidak diwajibkan untuk
dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah ilmu fardhu
kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan berhitung adalah sunat
dipelajari tetapi perlu dipahami bahwa yang paling utama ialah
mempelajari ilmu fardhu 'ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu
fardhu 'ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yang wajib bagi
kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi
dosa jika tidak dituntuti. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu
adakalanya wajib 'ain dan adakalanya wajib kifayah. Ilmu yang wajib
kifayah hukum mempelajarinya, adalah ilmu-ilmu yang hanya menjadi
pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang
wajib dipelajari yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang
wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan haji.
5. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
ILMU merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan:
Ilmu adalah shalat yang tersembunyi dan ibadah hati. (Hilyah Thalibul Ilm
hal. 9)
Maka tentunya dibutuhkan keikhlasan dalam menuntutnya, yakni benarbenar karena Allah Subhanahu wa Taala, bukan karena kepentingan
dunia. Allah berfirman:
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah
dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya." (Al Bayyinah: 5)
Nabi juga bersabda:
"Barangsiapa mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah
Subhanahu wa Taala (ilmu syariat -pent), ia tidak mempelajarinya kecuali
untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan
bau surga pada hari kiamat." (Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim,
dan Baihaqi. Lihat Shahihul Jami: 6159)

Juga hendaknya ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya, karena


bodoh itu sifat tercela lebih-lebih menurut agama. Oleh karenanya, Nabi
Musa alaihis salam berlindung kepada Allah dari kebodohan, katanya:
"Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu agar tidak termasuk orangorang yang bodoh." (Al Baqarah: 67)
Demikian pula Nabi Yusuf alaihis salam berlindung kepada Allah dari
kebodohan. Allah Subhanahu wa Taala juga menasehatkan hal ini kepada
Nabi Nuh alaihis salam:
" Sesungguhnya Aku memperingatkanmu supaya kamu jangan
termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (Hud: 46)
Sebaliknya, ilmu syariat adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan. Maka
tentu saja, niat untuk berilmu dan menghindari kebodohan adalah niat
yang baik.
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya oleh muridnya yang bernama
Al Muhanna. Katanya: Apakah amalan yang terbaik? Jawab Imam Ahmad:
Menuntut ilmu. Kukatakan: Buat siapa keutamaan ini? Jawabnya: Bagi
yang niatnya benar. Kukatakan: Bagaimana niat yang benar? Jawabnya:
Berniat untuk bertawadhu padanya dan untuk
menghilangkan kebodohan dari dirinya. Dalam riwayat lain: Juga dari
umatnya. (Adab Syariyyah 2:38 dan Kitabul Ilmi-Ibnu Utsaimin hal. 27)
Termasuk niat yang baik adalah membela syariat. Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah menjelaskan, hendaknya penuntut ilmu berniat mencari ilmu
untuk membela syariat. Karena, membela syariat tidak mungkin dilakukan
kecuali oleh para pembawa syariat itu. Ilmu itu persis seperti senjata,
dan sesungguhnya bidah yang baru akan terus muncul sehingga
terkadang sebuah bidah tidak muncul di jaman terdahulu dan tidak
terdapat dalam buku-buku. Sehingga, tidak mungkin membela syariat ini
kecuali seorang penuntut ilmu. (Kitabul Ilmi-Ibnu Utsaimin:28
Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah Subhanahu
wa Ta'ala adalah dengan menuntut ilmu syari. Menuntut ilmu sebagai
jalan yang lurus (ash shirathal mustaqim), untuk memahami antara yang
haq dan bathil, yang bermanfaat dengan yang mudaharat
(membahayakan), yang dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa
memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus
dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang
abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu syari. Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224 dari
shahabat Anas bin Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)
6. Pentingnya Menuntut Ilmu
Sesungguhnya ilmu adalah cahaya dan petunjuk sedangkan
kebodohan adalah kegelapan dan kesesatan. Pelajarilah apa yang telah
Allah turunkan kepada rasul-Nya yaitu Alquran. Belajarlah dari para ulama

karena ulama sesungguhnya adalah pewaris para nabi. Sedangkan para


nabi tidak mewariskan harta benda dinar ataupun dirham. Mereka hanya
mewariskan ilmu maka barangsiapa yang berpegangan kepadanya berarti
ia telah mendapatkan bagian yang banyak dari warisan mereka. Tuntutlah
ilmu karena ia merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat dan pahala
yang terus-menerus sampai hari kiamat. Allah Taala berfirman dalam
surah Al-Mujaadalah ayat 11yang artinya Niscaya Allah akan
meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam pun mengatakan bahwa salah satu dari amalan yang tidak akan
putus pahalanya dari seorang muslim yang telah meninggal sekalipun
adalah ilmu yang bermanfaat.
Tidaklah mungkin akan sama antara orang yang berilmu dgn
orang yang tidak berilmu. Tidak mungkin sama orang yang berjalan
digelapan dengan cahaya di tangannya sebagai penerang jalan dengan
orang yang berjalan di kegelapan tanpa cahaya menerangi jalannya.
Renungkanlah sejenak firman Allah berikut yang artinya Dan apakah
orang yang telah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang dengannya ia dapat berjalan di tengahtengah manusia serupa dengan orang yang berada dalam gelap gulita
dan sama sekali tidak dapat keluar darinya?Demikianlah orang-orang
kafir itu dijadikan memandang baik apa yang telah mereka
kerjakan.Kebodohan
akan
membuat
orang
yang
memilikinya
memandang baik segala yang diperbuatnya. Itu karena ia tidak memiliki
ilmu yang dapat membedakan baik dan buruknya sesuatu.
Ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah selesai,
selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung badan selama itu
pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup
pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu
terus menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu
senantiasa menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika
manusia berhenti belajar sementara zaman terus berkembang maka
manusia akan tertinggal oleh zaman sehingga tidak dapat hidup layak
sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada zaman sekarang ini,
zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di tuntut untuk
memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan. Bahkan
kalau perlu menuntut ilmu di lakukan tidak hanya di tempat yang dekat
tetapi kalau perlu harus mengembara untuk menuntut ilmu di tempat
yang jauh. Sebagaimana sabda Rosull :
Makin tinggi seseorang menuntut ilmu, makin tinggi pula nilai ilmu yang
ia miliki, makin tinggi ilmu seseorang makin banyak kesempatan bagi
orang tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar,
dengan ilmu pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Seperti firman Allah dalam Surat Al-Mujaadilah
ayat ; 11

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Segala jenis pekerjaan yang dilakukan selalu memerlukan ilmu
pengetahuan, dalam kehidupan sehari-hari misalnya, dapat dilihat bahwa
pada umumnya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, taraf
kehidupannya lebih baik dari pada orang yang tidak memiliki ilmu
pengetahuan atau orang ilmu pengetahuannya rendah, baik ilmu agama
maupun ilmu umum biasanya tidak mengalami kesulitan dalam
memenuhi atau menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari, misalnya
untuk makan, pakaian, obat-obatan dan tempat tinggal.
Satu hal yang lebih penting lagi, bahwa orang yang berilmu memiliki
pendirian yang teguh, tidak mudah terombang-ambing tidak mudah
tergoda oleh bujukan syetan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
Artinya :Seseorang yang alim lebih sulit di goda oleh syetan dari pada
seribu orang yang ahli ibadah (tetapi tidak berilmu), (H.R. Turmudzi).
Dapat di lihat dalam kehidupan masyarakat terjadinya gangguan
ketertiban di akibatkan karena beberapa faktor, salah satunya ialah
kurangnya ilmu pengetahuan yang di miliki oleh anggota masyarakat itu,
seperti :
1. Kurangnya pengetahuan agama dalam suatu anggota masyarakat
mengakibatkan kurang mengerti / paham tentang batas-batas halal
dan haram sehingga cenderung berbuat seenaknya, tidak tahu
malu, dan tidak tahu sopan santun.
2. Kurangnya pengetahuan umum karena tidak bersekolah atau putus
sekolah, sehingga tidak terampil menciptakan pekerjaan sendiri,
sulit mencari pekerjaan akibatnya sulit mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika keadaannya demikian
ditambah lagi dengan kurangnya pengetahuan tentang agama
maka orang mudah terjerumus kedalam perbuatan yang dilarang
oleh agama seperti berjudi, mencuri, merampok, bahkan
membunuh.
Islam sangat memperhatikan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimana
firman Allah Swt, yang artinya, Peliharalah diri dan keluargamu dariapi
neraka. Keluarga adalah masyarakat terkecil, jika semua keluarga di
dalam masyarakat itu baik, maka baik pulalah kehidupan dalam
masyarakat dan alangkah indahnya sesuatu masyarakat yang anggota
masyarakatnya memiliki keterpaduan antara ilmu agama dan ilmu umum.
7. Pentingnya Mengamalkan Ilmu
Ilmu yang telah didapat dari usaha menuntut ilmu adalah untuk di
amalkan karena ilmu itu terjaga dan tidak mudah hilang apabila telah
diamalkan, terkhusus pada diri sendiri, apakah ilmu yang telah didapat di
amalkan pada kebaikan diri sendiri karena sebelum mengamalkan ilmu

pada orang lain setidaknya telah diamalkan pada diri sendiri. Setinggi
apapun seseorang menuntut ilmu jika tidak di amalkan maka dengan
sendirinya ilmu tersebut akan mudah hilang, ilmu akan bertambah jika di
amalkan sebaliknya ilmu akan menghilang jika tidak di amalkan.
Sekecil apapun ilmu yang diajarkan kepada orang lain selama itu bersifat
kebaikan niscaya Allah akan senantiasa meridhainya. Ibnu Abbas berkata :
Sesungguhnya orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain,
maka setiap hewan melata akan menohonkan ampunan baginya,
termasuk pula ikan paus di lautan, (Mukhtasar Minhajul Qashidin ; 11).
Orang yang mengajarkan ilmu akan mendapatkan balasan pahala seperti
pahala orang yang mengamalkan ilmu tersebut, dan yang lebih utamanya
lagi ialah pahala seorang alim akan terus bermanfaat dan tidak akan
terputus meskipun telah wafat.
Dengan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menyeru
kepadaNya serta berlaku sabar dalam menjalaninya agar ilmu yang telah
diperoleh memiliki buah yang baik dan dapat berkembang, dengan
demikian banyak orang lain yang dapat memanfaatkan dari ilmu tersebut.
Hendaklah diketahui bahwa hanya dengan ilmu derajat seseorang bisa
terangkat, kecuali jika ilmu tersebut telah diamalkan. Dalam menafsirkan
ayat ; Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan
dengan ayat-ayat itu (QS. Al-Araaf ; 176). Ayat ini menunjukkan dengan
jelas bahwa hanya dengan ilmu, derajat seseorang tidak bisa terangkat,
karena Allah telah mengkhabarkan dalam ayat tersebut bahwa dia telah
mendatangkan kepada sekelompok orang ayat-ayat tersebut, dan ia tidak
bisa mengangkat derajat mereka. Sesungguhnya derajat orang yang
berilmu hanyalah terangkat sesuai dengan kadar pengemalannya dan
seseorang yang telah mengamalkan ilmu yang telah di dapatnya niscaya
Allah Swt akan mengajarkan kepadanya ilmu yang belum di
kehendakinya.
Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang yang baik, maka
ia akan difahamkan dalam urusan agama. [HR. Bukhari]
Islam mewajibkan kaum muslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu
sejak dari buaian sampai liang lahat, sebab orang yang berilmu di
masyarakat menduduki derajat yang tinggi, sedangkan yang tidak berilmu
menduduki derajat yang rendah.
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik,
apabila orang-orang Islam sendiri tidak mempunyai pengetahuan yang
matang dan pikiran yang sehat. Oleh karena itu, pengetahuan bagi Islam
bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia.

8. Mensyukuri Nikmat Allah dengan Menuntut Ilmu


Sesungguhnya wajib bagi kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala dengan cara melaksanakan kewajiban terhadap-Nya. Merupakan
kewajiban karena nikmat yang telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala
kepada kita. Seseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada
orang lain yang telah memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya,
ia adalah orang yang yang tidak tahu berterima kasih. Maka manusia
yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala adalah manusia yang paling tidak tahu berterima kasih.
Apakah kewajiban yang harus kita laksanakan kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala yang telah memberikan karuniaNya kepada kita? Jawabannya
adalah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan karuniaNya
kepada kita dengan petunjuk ke dalam Islam dan mengikuti Nabi
Muhammad Shallallahu'alaihi wa salam, maka bukti terima kasih kita yang
paling baik adalah dengan beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala secara ikhlas, mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala,
menjauhkan segala bentuk kesyirikan, ittiba (mengikuti) Nabi Muhammad
Shallallahu'alaihi wa salam, taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
RasulNya Shallallahu'alaihi wa salam, yang dengan hal itu kita menjadi
muslim yang benar.
Muslim sejati ialah muslim yang mengikhlaskan ibadah hanya kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala semata dan tidak menyekutukanNya dengan
sesuatu apapun, serta ittiba hanya kepada Nabi Muhammad
Shallallahu'alaihi wa salam. Oleh karena itu untuk menjadi seorang
muslim yang benar, ia harus menuntut ilmu syari. Ia harus belajar agama
Islam, karena Islam adalah ilmu dan amal shalih. Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa salam diutus Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
membawa keduanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya :
Dia-lah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al
Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (QS At Taubah:33
dan Ash Shaf : 9).
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman yang artinya :
Dia-lah yang telah mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan
agama yang hak agar dimenangkanNya terhadap semua agama. Dan
cukuplah Allah sebagai saksi. (QS Al Fath : 28).
Yang dimaksud dengan (petunjuk) ialah ilmu yang bermanfaat, dan
(agama yang benar) ialah amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta'ala
mengutus Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa salam untuk menjelaskan
kebenaran dari kebatilan, menjelaskan tentang nama-nama Allah
Subhanahu wa Ta'ala, sifat-sifatNya, perbuatan-perbuatanNya, hukumhukum dan berita yang datang dariNya, memerintahkan semua yang
bermanfaat untuk hati, ruh dan jasad. Beliau Shallallahu'alaihi wa salam
memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah
Subhanahu wa Ta'ala, mencintaiNya, berakhlak dengan akhlak yang
mulia, beramal shalih, beradab dengan adab yang bermanfaat. Beliau
Shallallahu'alaihi wa salam melarang perbuatan syirik, amal dan akhlak
yang buruk yang berbahaya untuk hati dan badan, dunia dan akhirat.

Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah


Subhanahu wa Ta'ala adalah dengan menuntut ilmu syari. Menuntut ilmu
sebagai jalan yang lurus (ash shirathal mustaqim), untuk memahami
antara yang haq dan bathil, yang bermanfaat dengan yang mudaharat
(membahayakan), yang dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya,
tanpa memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus
dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang
abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu syari. Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa salam bersabda yang artinya :
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224 dari
shahabat Anas bin Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)
9. Keutamaan Ilmu dan Menuntutnya
Ilmu memiliki keutamaan, diantaranya :
9.1. Menuntut ilmu adalah jalan menuju
Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :

Surga.

Rasulullah

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu,


maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. (HR Muslim
.4/2074 no. 2699 dan yang lainnya dari sahabat Abu Hurairah t)
9.2. Warisan para Nabi, sebagaimana sabda Rasulullah :
Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak
mewariskan dinar dan tidak pula dirham, namun hanya mewariskan ilmu.
Sehingga siapa yang mengambil ilmu tersebut maka telah mengambil
bagian sempurna darinya (dari warisan tersebut). (HR At Tirmidzie )
9.3. Allah mengangkat derajat ahli ilmu didunia dan akherat,
sebagaimana firmanNya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:Berlapanglapanglah dalam majlis, lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu.Dan apabila dikatakan:Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS. 58:11)
9.4. Ilmu Pintu kebaikan dunia dan akherat, sebagaimana sabda
Rasululloh :
Barang siapa yang Allah inginkan padanya kebaikan maka Allah fahamkan
agamanya.

PENUTUP

Kesimpulan

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi


manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim
jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia
ini.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya,
tanpa memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus
dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang
abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu syari. Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa salam bersabda yang artinya :
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224
dari shahabat Anas bin Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)

Anda mungkin juga menyukai