Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MADIRI

BLADDER TRAINING
Disusun untuk memenuhi tugas Blok Urinary

Oleh:
Puput Lifvaria Panta A
135070201111004
Kelompok 3 Reguler 2

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

1. DEFINISI BLADDER TRAINING


Bladder training merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien yang terpasang kateter dengan tujuan melatih otot detrusor
kandung kemih supaya dapat kembali normal setelah kateternya dilepas.
Setelah kateter dilepas, terdapat beberapa kemungkinan yang akan
dialami oleh pasien berhubungan dengan proses dan reflek berkemihnya.
Efek samping dari pemasangan kateter adalah terjadinya inkontinensia
urin dan retensi urine.
Terdapat 3 macam metode bladder training, yaitu delay urination
(menunda berkemih), scheduled bathroom trips (jadwal berkemih), dan
kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar
panggul) (Potter & Perry, 2005).
2. TUJUAN BLADDER TRAINING
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih
dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemih (Potter & Perry, 2005). Terapi ini
bertujuan
berbagai

memperpanjang
teknik

distraksi

interval
atau

berkemih

teknik

yang

relaksasi,

normal

sehingga

dengan
frekuensi

berkemih dapat berkurang, hanya 6-7x/hari atau 3-4 jam sekali. Melalui
latihan ini penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih (Livait
Jeddahwati, 2012).
Selain itu, juga ada tujuan yang lain yaitu:
a. Melatih klien melakukan BAK secara mandiri
b. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama
c. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu
tidak ada karena pemasangan kateter
d. Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
3. INDIKASI BLADDER TRAINING
a. Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama
b. Klien yang akan dilakukan pelepasan dower kateter
c. Klien yang mengalami inkontinensia (kebocoran) retentio urinea
d. Klien post-operasi
e. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
f. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine
4. KONTRAINDIKASI BLADDER TRAINING
a. Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal karena akan terdapat
batu ginjal, yang diobservsi hanya kencingnya
5. PERAN PERAWAT BLADDER TRAINING
Perawat melakukan pengkajian keperawatan, seperti:
a. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab. Bila terdapat ISK atau
penyakit lainnya, maka harus diobati dalam waktu yang sama.
b. Saat melepas kateter urin, perawat mengobservasi mengkaji dengan
teliti apakah ada tanda-tanda infeksi atau cidera pada meatus uretra
pasien.

c. Perawat perlu melakukan pengkajian dan pemantauan pola berkemih


setelah selesai bladder training dan pelepasan kateter urine. Infoini
memungkinkan perawat merencanakan sebuah progam yang sering
memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
d. Perawat medikal bedah juga harus responsif terhadap keluhan yang
timbul setelah kateter urine dilepas. Pasien diminta untuk segera
melaporkan pada perawat atau dokter jika ada keluhan yang dirasakan
pasien saat berkemih.
e. Kebutuhan klien akan bladder training. Pastikan bahwa pasien benarbenar membutuhkan bladder training.
6. PROSEDUR BLADDER TRAINING
Persiapan pasien:
a. Sampaikan salam
b. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Persiapan alat:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Catatan perawat
Klem
Jam
Air minum
Handscoon
Kassa
Kantong urine

Pesiapan lingkungan:
a. Jaga privasi klien dengan menutup pintu
b. Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif
Pelaksanaan:
Ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan tingkat bebas kateter
a. Tingkat masih dalam kateter:
Prosedur 1 jam
Cuci tangan
Klien diberi minum 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 pagi sampai 7

malam. Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem


Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 8 pagi

sampai jam 8 malam dengan cara klem kateter dibuka


Pada malam hari (setelah jam 8 malam) kateter dibuka dan klien

boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari


Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai progam

tersebut berjalan lancar dan berhasil


Prosedur 2 jam
Cuci tangan

Klien diberi minum 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 pagi sampai 7

malam. Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem


Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 9 pagi

sampai jam 9 malam dengan cara klem kateter dibuka


Pada malam hari (setelah jam 9 malam) kateter dibuka dan klien

boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari


Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai progam

tersebut berjalan lancar dan berhasil


b. Tingkat bebas kateter (prosedur ini dilakukan apabila prosedur 1 sudah
berjalan lancar)
Cuci tangan
Klien diberi minum setiap setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 7

pagi sampai 7 malam, lalu kandung kemih dikosongkan


Kemudian kateter dilepas
Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi
BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan
lakukan

pengosongan

kandung

kemih

setiap

jam

dengan

menggunakan urinal
Berikan minum terakhir jam 7 malam, selanjutnya klien tidak boleh
diberi minum sampai jam 7 pagi untuk menghindari klien dari

basahnya urine pada malam hari


Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya
dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK

sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya


Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan

kandung kemih dengan menggunakan urinal


Alat-alat dibereskan
Akhiri interaksi dengan mengucap salam
Cuci tangan
Dokumentasikan hasil tindakan

Evaluasi:
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7x/hari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan:
Maka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan

dari eksternal, misalnya dengan menepuk paha bagian dalam


Menggunakan
metode
untuk
relaksasi
guna
membantu
pengosongan kandung kemih secara total, misalnya menarik napas

dalam
Menghindari minuman yang berkafein
Minum obat diuretic yang telah diprogamkan atau cairan untuk

meningkatkan diuretic
c. Sikap

Jaga privasi klien


Lakukan prosedur dengan teliti

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, suddarth. 1998. Manual of Nursing Practice. Ed 4. Jakarta: EGC


Dina. 2013. Bladder Training. https://www.scribd.com/doc/168249364/BladderTraining (online, diakses pada tanggal 26 Mei 2015)
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. Vol 2.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai