JANUARI 2016
REFERAT
KOLESTEATOMA
Oleh :
AZRIN NURFARAHIN BT ZAINAL ABIDIN
C11111873
C11111870
Pembimbing:
dr.RAIHANAH AZIZA
LEMBAR PENGESAHAN
C11111873
C11111870
Refarat
: KOLESTEATOMA
Universitas : FK UNHAS
Makassar,
Januari 2016
Pembimbing,
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.............................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
Pendahuluan.........................................................................................................................
Anatomi Telinga...................................................................................................................
Kolesteatoma
Epidemiologi.......................................................................................................................
Patogenesis dan Klasifikasi ...............................................................................................
Stadium Kolesteatoma.......................................................................................................
Gejala Klinis......................................................................................................................
Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................
Penatalaksanaan ................................................................................................................
Komplikasi ........................................................................................................................
Prognosis ...........................................................................................................................
Kesimpulan........................................................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................................
PENDAHULUAN
Kolesteatoma telah diakui selama puluhan tahun sebagai lesi destruktif dasar
tengkorak yang bisa mengikis dan menghancurkan struktur penting dalam tulang
temporal. Kolesteatoma berpotensi untuk menyebabkan komplikasi pada sistem saraf
pusat (misalnya, abses otak,meningitis) membuat lesi ini bersifat fatal.
Kolesteatoma pertama kali dijelaskan pada tahun 1829 oleh Cruveilhier,
tetapi dinamakan pertama kali oleh Muller pada tahun 1858. Sepanjang paruh awal
abad ke-20, kolesteatoma dikelola dengan eksteriorasi. Sel pneumatisasi mastoid
dieksenterasi, dinding posterior kanalis akustikus eksternus dihilangkan, dan
membuka saluran telinga sehingga menghasilkan rongga yang diperbesar untuk
menjamin pertukaran udara yang memadai dan untuk memudahkan melakukan
inspeksi visual.1
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebuah pendekatan baru diperkenalkan oleh
William dan Howard Otologic DPR Medical Group. Bedah anatomi wajah
digambarkan dan dijelaskan oleh William House, MD, seorang perintis ahli penyakit
telinga dari abad ke-20. Operasi melalui reses wajah menghasilkan akses ke telinga
tengah melalui tulang mastoid tanpa menghapus dinding kanal posterior. Dengan
teknik ini, kolesteatoma dapat dihilangkan tanpa menghancurkan dinding kanal
posterior.1
Seiring waktu, semakin banyak ahli bedah berusaha untuk membiarkan dasardasar struktur anatomi telinga dan tulang temporal tetap utuh dengan menjaga
keutuhan dinding kanal. Paham yang berupaya untuk menjaga anatomi di dekat
telinga tetap normal mengundang kontroversi besar. Para ahli bedah cenderung untuk
memilih antarateknik lama canal wall-down atau filosofi baru yaitu, canal wall-up.1
Selama dua dekade terakhir, sebagian besar ahli bedah otologi mengambil
jalan tengah. Kebanyakan ahli bedah otologi di Amerika Serikat sekarang melakukan
kedua teknik tersebut, memilih satu atau yang lain dari operasi ini tergantung pada
keadaan individual pasien masing-masing.2
ANATOMI TELINGA
Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam. Auris berfungsi
ganda: untuk keseimbangan dan untuk pendengaran. Membrana tymphanica
memisahkan auris externa dari auris media atau cavum tymphani. Tuba auditiva
(tuba Eustachius) menghubungkan auris dengan nasopharynx.2
Telinga Tengah
Auris media terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis. Auris media
terdiri dari cavitas tymphanica, yakni rongga yang terletak langsung di sebelah
dalam membrana tymphanica, dan recessuss epitymphanicus. Ke depan auris media
berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva. Ke arah poterosuperior
cavitas tympanica berhubungan dengan cellulae mastoidea melalui antrum
mastoideum. Cavitas tympanica dilapisi membran mukosa yang bersinambungan
dengan membran mukosa pelapis tuba auditiva, cellulae mastoidea, dan antrum
mastoideum.
Di dalam auris media terdapat 2 :
Ossicula auditoris (malleus, incus, stapes)
Musculus stapedius dan musculus tensor tympani
5
bersendi dengan keduanya. Ossicula auditoria dilapisi membran mukosa yang juga
melapisi cavum tympani.2
Bagian
superior malleus yang agak membulat, yakni caput mallei, terletak di dalam recessus
epitympanicus. Collum mallei terdapat pada bagian membran tympani yang kendur,
dan manubrium mallei tertanam di dalam membran tympani dan bergerak
bersamanya. Caput mallei bersendi dengan incus, dan tendo musculus tensor
tympani berinsersi pada manubrium mallei. Chorda tympani menyilang permukaan
medial collum mallei.2
7
KOLESTEATOMA
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma
bertambah besar. Istilah kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johannes Muller
pada tahun 1838 karena disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang
kemudian ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang diperkenalkan oleh para ahli
antara lain : keratoma (Schucknecht), squamos eipteliosis (Birrel, 1958),
8
Penderita sering tidak memiliki riwayat otitis media supuratif kronis yang berulang,
riwayat pembedahan otologi sebelumnya, atau perforasi membran
timpani.Kolesteatoma kongenital paling sering diidentifikasi pada anak usia dini (6
bulan 5 tahun). Saat berkembang, kolesteatom dapat menghalangi tuba estachius
dan menyebabkan cairan telinga tengah kronis dan gangguan pendengaran konduktif.
Kolesteatom juga dapat meluas ke posterior hingga meliputi tulangtulangpendengaran dan, dengan mekanisme ini menyebabkan tuli konduktif.3
2. Kolesteatoma akuisital, jenis ini terbagi dua :
a. Kolesteatoma akuisital primer
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrana
tymphani. Kolesteatoma timbul akibat proses invaginasi dari membran tymphani
pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba
10
11
Jenis Kuman
Pseudomonas aeruginosa
Proteus mirabilis
Difteroid
Streptococcus -hemolyticus
Enterobacter sp.
9
17
1
1
1
Jumlah temuan
31a,5%
58,5%
3,3%
3,3%
3,3%
12
Stadium Kolesteatoma
Terdapat beberapa klasifikasi stadium kolesteatoma antara lain:
A. Berdasarkan Saleh dan Mills, 1999
S1 : Bila kolesteatoma terbatas pada lokasi asal
S2 : Bila telah terjadi perluasan lokal
S3 : Bila mengenai tiga lokasi
S4 : Bila mengenai empat lokasi
S5 : Bila mengenai lebih dari empat lokasi Sesuai dengan komplikasi sebelum
dilakukannya tindakan operasi
Saleh dan Mills mengklasifikasikan OMSK dengan kolesteatoma dengan:
C1 : Bila tidak terdapat komplikasi
C2 : Bila terdapat komplikasi
C3 : Bila terdapat dua komplikasi atau lebih
B. Pembagian stadium kolesteatoma berdasarkan pembagian yang diajukan oleh The
Japan Otological Society (JOS) for Attic Cholesteatoma Staging System (2008) yang
dibagi atas:
Stadium I : Kolesteatoma tidak meluas melebihi atik
Stadium II : Kolesteatoma meluas melebihi atik
Stadium III : Kolesteatoma menyebabkan satu atau lebih komplikasi :
1. Kelumpuhan saraf fasialis
2. Komplikasi Intrakranial
3. Fistula Labirin
4. Kerusakan yang luas pada tulang liang telinga luar.
5. Sensorineural hearing loss berat
6. Adhesi total membran timpani.
C. Berdasarkan pembagian yang diajukan oleh Kuczkowski et al (2011). Derajat
destruksi tulang akibat kolestetoma terdiri dari :
Derajat ringan : Erosi pada skutum dan osikel
Derajat sedang : Destruksi pada tegmen dan seluruh osikel
Derajat berat : Destruksi seluruh osikel, tulang labirin, kanalis fasialis dan liang
telinga luar.
Derajat invasi kolesteatoma dan jaringan granulasi dikategorikan atas:
Meliputi 1 area: epitimpanum atau mesotimpanum
Meliputi 2 area: epitimpanum atau mesotimpanum dan antrum
Meliputi 3 area: mesotimpanum, epitimpanum dan antrum.
Gejala Klinis
Gejala khas dari kolesteatoma adalah otorrheatanpa rasa nyeri, yang terusmenerus atau sering berulang. Ketika kolesteatoma terinfeksi, kemungkinan besar
infeksi tersebut sulit dihilangkan. Karena kolesteatoma tidak memiliki suplai darah
(vaskularisasi), maka antibiotik sistemik tidak dapat sampai ke pusat infeksi pada
kolesteatoma. Antibiotik topikal biasanya dapat diletakkan mengelilingi
kolesteatoma sehingga menekan infeksi dan menembus beberapa milimeter menuju
14
pusatnya, akan tetapi, pada kolestatoma terinfeksi yang besar biasanya resisten
terhadap semua jenis terapi antimikroba. Akibatnya, otorrhea akan tetap timbul
ataupun berulang meskipun dengan pengobatan antibiotik yang agresif. 1,3,4,9
Gangguan pendengaran juga merupakan gejala yang umum pada
kolesteatoma. Kolesteatoma yang besar akan mengisi ruang telinga tengah dengan
epitel deskuamasi dengan atau tanpa sekret mukopurulen sehingga menyebabkan
kerusakan osikular yang akhirnya menyebabkan terjadinya tuli konduktif yang berat.
1,3,4,9
Pusing adalah gejala umum relatif pada kolesteatoma, tetapi tidak akan
terjadi apabila tidak ada fistula labirin akibat erosi tulang atau jika kolesteatoma
mendesak langsung pada stapes footplate. Pusing adalah gejala yang
mengkhawatirkan karena merupakan pertanda dari perkembangan komplikasi yang
lebih serius. 1,3,4,9
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang paling umum dari kolesteatoma adalah
drainase dan jaringan granulasi di liang telinga dan telinga tengah tidak responsif
terhadap terapi antimikroba. Suatu perforasi membran timpani ditemukan pada lebih
dari 90% kasus. Kolesteatoma kongenital merupakan pengecualian, karena seringkali
gendang telinga tetap utuh sampai komponen telinga tengah cukup besar.
Kolesteatoma yang berasal dari implantasi epitel skuamosa kadangkala
bermanifestasi sebelum adanya gangguan pada membran tympani. Akan tetapi, pada
kasus-kasus seperti ini, (kolesteatoma kongenital, kolesteatoma implantasi) pada
akhirnya kolesteatoma tetap saja akan menyebabkan perforasi pada membran
tympani. 1,3,4,9
Seringkali satu-satunya temuan pada pemeriksaan fisik adalah sebuah kanalis
akustikus eksternus yang penuh terisi pus mukopurulen dan jaringan granulasi.
Kadangkala menghilangkan infeksi dan perbaikan jaringan granulasi baik dengan
antibiotik sistemik maupun tetes antibiotik ototopikal sangat sulit dilakukan. Apabila
terapi ototopikal berhasil, maka akan tampak retraksi pada membran tympani pada
pars flaksida atau kuadaran posterior. 1,3,4,9
Pada kasus yang amat jarang, kolesteatoma diidentifikasi berdasarkan salah
satu komlikasinya, hal ini kadangkala ditemukan pada anak-anak. Infeksi yang
terkait dengan kolesteatoma dapat menembus korteks mastoid inferior dan
bermanifestasi sebagai abses di leher. Kadangkala, kolesteatoma bermanifestasi
pertama kali dengan tanda-tanda dan gejala komplikasi pada susunan saraf pusat,
yaitu : trombosis sinus sigmoid, abses epidural, atau meningitis. 1,3,4,9
15
erosi skutum
fistula labirin
cacat di tegmen
keterlibatan tulang-tulang pendengaran
erosi tulang-tulang pendengaranatau diskontinuitas
anomali atau invasi dari saluran tuba
16
MRI digunakan apabila ada masalah sangat spesifik yang diperkiraka dapat
melibatkan jaringan lunak sekitarnya. Masalah-masalah ini termasuk yang berikut:
a. keterlibatan atau invasi dural
b. abses epidural atau subdural
c. Herniasi otak ke rongga mastoid
d. Peradangan pada labirin membran atau saraf fasialis
e. trombosis sinus sigmoid
Penatalaksanaan
Terapi Medis
Terapi medis bukanlah pengobatan yang sesuai untuk kolesteatoma. Pasien
yang menolak pembedahan atau karena kondisi medis yang tidak memungkinkan
untuk anestesi umum harus membersihkan telinga mereka secara teratur.
Pembersihan secara teratur dapat membantu mengontrol infeksi dan dapat
memperlambat pertumbuhan kolesteatom, tapi tidak dapat menghentikan ekspansi
lebih lanjut dan tidak menghilangkan risiko komplikasi. Terapi antimikroba yang
utama adalah terapi topikal, akan tetapi terapi sistemik juga dapat membantu sebagai
terapi tambahan.4,7
Antibiotik oral bersama pembersihan telinga atau bersama dengan tetes
telinga lebih baik hasilnya daripada masing-masing diberikan tersendiri. Diperlukan
antibiotik pada setiap fase aktif dan dapat disesuaikan dengan kuman penyebab.
Antibiotik sistemik pertama dapat langsung dipilih yang sesuai dengan keadaan
klinis, penampilan sekret yang keluar serta riwayat pengobatan sebelumnya. Sekret
hijau kebiruan menandakan Pseudomonas , sekret kuning pekat seringkali
17
Dinding Utuh
Dinding Runtuh
Fisiologik
Lebih fisiologik
Kurang fisiologik
Residivitas
Lebih tinggi
Lebih rendah
Kesulitan
Lebih tinggi
Lebih rendah
Komplikasi (iatrogenik)
Lebih tinggi
Lebih rendah
Perbaikan pendengaran
Lebih tinggi
Lebih rendah
Ya
Tidak
Lebih baik
Lebih mudah
Sukar
Komplikasi
Komplikasi operasi pada mastoidektomi dan timpanoplasti dibagi
berdasarkan komplikasi segera dan komplikasi lambat. Komplikasi segera termasuk
parese nervus fasialis, kerusakan korda timpani, tuli saraf, gangguan keseimbangan,
fistel labirin, trauma pada sinus sigmoid, bulbus jugularis, likuor serebrospinal.
Infeksi pasca-operasi juga dapat dimasukkan sebagai komplikasi segera. 5
Komplikasi lambat termasuk kolesteatoma rekuren, reperforasi, lateralisasi
tandur, stenosis liangg telinga luar, displasi atau lepasnya prostesis tulang
pendengaran yang dipasang. Pada kebanyakan, kasus trauma nervus fasialis tidak
disadari pada waktu operasi. Trauma nervus fasialis yang paling sering terjadi adalah
pada pars vertikalis waktu melakukan mastoidektomi, bisa juga terjadi pada pars
horizontal waktu manipulasi daerah di dekat stapes atau mengorek daerah bawah
inkus baik dari arah mastoid ataupun dari arah kavum timpani. Trauma dapat lebih
19
mudah terjadi bila tpografi daerah sekitarnya sudah tidak dikenali dengan baik,
misalnya pada kelainan letak kongenital, jaringan parut karena operasi sebelumnya,
destruksi kanalis fasialis karean kolesteatoma. 5
Derajat parese harus ditentukan, paling sederhana adalah menurut klasifikasi
House-Bregmann. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan EMG untuk melihat derajat
kerusakan pada saraf dan menentukan prognosis penyembuhan spontan. 5
Trauma operasi terhadap labirin sukar diketahui dengan segera, sebab vertigo
pasca-operasi dapat terjadi hanya karena iritasi selam operasi, belum tentu karena
cedera operasi. Trauma terhadap labirin bisa menyebabkan tuli saraf total.
Manipulasi di daerah aditus ad antrum dan sekitarnya pada lapangan operasi yang
ditutupi oleh jaringa kolesteatoma dan matriks koleteatoma dapat menyebabkan
fistel labirin. 5
Trauma terhadap tulang pendengaran diperkirakan akan memperbuuk sistem
konduksi telinga tengah sedapat mungkin langsung rekonstruksi. Trauma terhadap
dinding sinus dan duramater sehingga terjadi perdarahan dan bocornya cairan otak,
bila tidak luas dapat ditungggu sebentar dan langsung ditutup dengan tandu komposit
sampai kebocoran berhenti. Trauma pada sinus lateralis, sinus sigmoid, bulbus
jugularis, dan vena emissari dapat menyebabkan perdarahan besar. 5
Prognosis
Mengeliminasi kolesteatoma hampir selalu berhasil, namun mungkin
memerlukan beberapa kali pembedahan. Karena pada umumnya pembedahan
berhasil, komplikasi dari pertumbuhan tidak terkendali dari kolesteatoma sekarang
ini jarang terjadi. Timpanoplasti dinding runtuh menjanjikan tingkat kekambuhan
yang sangat rendah dari kolesteatoma. Pembedahan ulang pada kolesteatoma terjadi
pada 5% kasus, yang cukup menguntungkan bila dibandingkan tingkat kekambuhan
timpanoplasti dinding utuh yang 20-40%. Meskipun demikian, karena rantai osikular
dan/atau membran tympani tidak selalu dapat sepenuhnya direstorasi kembali
normal, maka kolesteatoma tetaplah menjadi penyebab umum relatif tuli konduktif
permanen. 1,4,7
KESIMPULAN
Dari semua penjabaran mengenai kolesteatom pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun banyak teori yang berusaha menjelaskan
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited August 25,
2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.
2. Probst R,Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. A Step by Step Learning
Guide: ;Germany 2002
3. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI; 2008
21
22