Anda di halaman 1dari 57

PRESENTASI KASUS

DEMAM TIFOID PADA ANAK


Oleh:
Dr. Saputra Tri Nopianto
Pembimbing:
Dr. H. Suwandi Safitra, Sp.A
Pendamping:
Dr. Vivin J. Susilo
RSUD Rabain Muara Enim

IDENTIFIKASI

Nama : An. AA
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Berat Badan :23 kg
Agama : Islam
Alamat : Desa Tanjung Raja, ME
Kebangsaan : Indonesia
MRS
: 19 November 2014

ANAMNESIS

Riwayat Perjalan Penyakit

Riwayat makan:
Sebelum sakit pasien makan banyak 3
kali sehari atau lebih, porsi cukup dan
bervariasi. Kadang-kadang pasien suka
jajan makanan dan minuman di luar
rumah, seperti gorengan, jajanan
sekolah dan chiki-chikian. Namun, saat
sakit nafsu makan pasien berkurang.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Kesadaran
: CM
Nadi
: 100
x/menit, reguler, isi
dan tegangan cukup
Pernapasan
: 24
x/menit
Suhu
: 38,2
oC

Berat Badan
: 23
kg
Tinggi Badan
: 130
cm
Status Gizi
BB/U
:
23/26x100% = 88%
TB/U
:
130/128x100% =
101%
Kesan
: Gizi Baik

Kepala
Bentuk
UUB
Rambut
Mata
+),
Hidung
Telinga
Mulut
(+)
Leher

:
:
:
:

Normocephali
Tidak menonjol, sutura tidak melebar.
Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Pupil bulat isokor 2mm, reflek cahaya (+/
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
: simetris, sekret (-), napas cuping hidung (-/-).
: Sekret (-).
: Mukosa mulut dan bibir kering (-), lidah kotor
: Pembesaran KGB (-)

Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/ Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
: Vesikuler (+) normal, ronki (-),
wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: Thrill tidak teraba
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II normal, irama
reguler, murmur
(-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi
: Datar dan simetris.
Palpasi : Lemas, shifting dullness (-),
hepar/liet ttb
Perkusi : Timpani.
Auskultasi
: Bising usus normal
Lipat paha dan genetalia: Pembesaran KGB
(-)
Ekstremitas
: Akral dingin (-), sianosis
(-)

LABORATORIUM
Hb
Ht
Lekuosit
Trombosit
Diff.count
DDR

:
:
:
:
:
:

11,2 g/dl
32%
10.800/mm3
230.000/ mm3
0/0/0/39/37/23
-

Tes Widal
Antigen H:1/80
Antigen O :1/320

DIAGNOSA BANDING

Demam Berdarah Grade 1


Demam Tifoid

DIAGNOSIS KERJA

DEMAM
TIFOID

PENATALAKSANAAN

Tirah baring selama 7 minggu


Diet makanan lunak cukup kalori, cukup
protein, rendah serat.
IVFD KAEN IB gtt XVI x/m (makro)
Causal

Drip ceftriaxon 1 x 2g drip dalam D5% 100 cc

Simptomatis

Paracetamol: 3 x 2 cth
Domperidon : 3 x 1 cth

PROGNOSIS

FOLLOW UP
Tanggal 20-11-2014
S : Keluhan : Demam (+),
muntah(-)
O : Sensorium : CM
Vital sign :
N : 98 x/m, P : 24 x/m, T
: 38,20C
A : Demam Tifoid Hari Ke II
P:
IVFD KAEN IB gtt XVI x/m
(makro)
Drip ceftriaxon 1 x 2g
drip dalam D5% 100 cc
Paracetamol syr 3 x 2 cth
Domperidon syr 3 x 1 cth
Diet bubur saring

Tanggal 2111-2014
S : Keluhan : Demam (+),
muntah (-)
O : Sensorium : CM
Vital sign :
N : 90 x/m, P : 24 x/m, T
: 380C
A : Demam Tifoid Hari Ke
III
P:
IVFD KAEN IB gtt XVI x/m
(makro)
Drip ceftriaxon 1 x 2g
drip dalam D5% 100 cc
Paracetamol syr 3 x 2 cth
Domperidon syr 3 x 1 cth
Diet bubur saring

FOLLOW UP
Tanggal 22-11-2014
S : Keluhan : Demam (-),
muntah (-)
O : Sensorium : CM
Vital sign :
N : 98 x/m, P : 24 x/m, T :
37,20C
A : Demam Tifoid Hari Ke IV
P:
Pulang
Kloramfenicol 3 x 1 cth
Paracetamol syr 3 x 2 cth
(kp)

ANALISA KASUS

Demam typhoid pada anak gambaran


klinis yang ringan bahkan asimptomatis.
Gejala klinis:
(1) demam,
(2) gangguan saluran pencernaan,
(3) gangguan kesadaran.
Pada pasien ini di tegakkan diagnosa
demam typhoid tanpa komplikasi

Analisa kasus

Diagnosa ditegakkan berdasarkan :


Anamnesis:

Pasien demam 4 hari yang bersifat remitten dan


stepwise. Demam menjelang sore hari dan demam
turun pagi harinya sehingga pasien dapat
bersekolah pada pagi harinya (aktivitas pasien tidak
terganggu)
Demam disertai dengan gangguan pencernaan
berupa mual, nyeri diulu hati, muntah dan
konstipasi
Pasien sering jajan makanan dan minumam di luar
rumah, yang tidak jelas kebersihannya

Pemerikasaan fisik :

Didapatkan temperatur 38,20C, tanda-tanda


vital lain dalam batas normal, keadaan umum
yang sedang, tanpa gangguan kesadaran
Pada lidah pasien ditemukan kotor pada
tengahnya dan hiperemis pada pinggirnya,
tremor (-)

Pemeriksaan penunjang menegakkan


diagnosa demam typhoid dibagi dalam 3
kelompok, yaitu;

(1) isolasi kuman penyebab demam typhoid


melalui biakan kuman dari spesimen
penderita seperti darah, sumsum tulang, urin,
tinja, cairan duodenum dan rose spot,
(2) uji serologis untuk mendeteksi antibodi
terhadap antigen,
(3) pemeriksaan melacak DNA kuman S. Tyhpi

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan


serologis dan didapatkan hasil positif
pada serologi Salmonella typhi O
sebesar 1/320.

Penatalaksanaan pada pasien ini dengan perawatan;


Bed rest,
Pemberian diet yang lunak yang mudah dicerna
dengan kalori dan protein yang cukup dan rendah
serat.
Pemberiaan cairan rumatan KAEN IB gtt XVI x/m
Pemberiaan obat-obatan diberikan antibiotik Drip
ceftriaxon 1 x 2 g drip dalam D5% 100 cc per hari
sebagai pengobatan kausalnya.
Selain itu diberikan antipiretik (paracetamol) dan anti
emetik (domperidon) sebagai pengobatan simptomatis.

PROGNOSIS

Quo ad vitam
Quo ad functionam

: bonam
: bonam

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi sistemik bersifat akut


yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Istilah typhoid berasal dari kata Yunani:
typhos.
WHO 16-33 juta dengan 500-600 ribu
kematian tiap tahunnya.
Di hampir semua daerah endemik,
insidensi demam tifoid banyak terjadi
pada anak usia 5-19 tahun.

DEFINISI
Typus abdominalis atau
typhoid fever

penyakit infeksi akut yang biasanya


terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran

EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang, kasus demam tifoid
dilaporkan sebagai penyakit endemis
dimana 95% merupakan kasus rawat jalan
sehingga insidensi yang sebenarnya adalah
15-25 kali lebih besar dari laporan rawat
inap di rumah sakit
Umur penderita yang terkena di Indonesia
dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91%
kasus

ETIOLOGI

Salmonella typhi
dan paratyphi

Gram
Bergerak
Tidak berkapsul
Tidak membentuk
spora tapi punya
fimbria

Struktur dari
salmonella

Antigen somatik O
Antigen flagel H
Antigen Vi

Mikroskopik Salmonella
Typhi

Bakteri Salmonella
Typhi

Cara Penularan

Basil salmonella menular melalui


makanan dan minumam yang telah
dikonsumsi manuasia tercemar oleh
komponen feses atau urin dari pengidap
tifoid.

Patogenesis

DI organ RES, kuman meninggalkan makrofag


dan hidup dan berkembangbiak diluar sel
masuk ke aliran darah Bakteremia II
Simptomatik
Di Hepar, kuman masuk ke kantung empedu
dan berkembangbiak disekresikan ke lumen
usus sebagian di buang melalui feses dan
sebagian masuk lagi kesirkulasi setelah
menembus usus berlangsung terus menerus
menimbulkan gejala reaksi inflamasi.

Patofisiologi
Demam Tifoid

MANIFESTASI
KLINIS

Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7


20 hari, dengan masa inkubasi terpendek 3
hari dan terpanjang 60 hari
Demam > 7 hari
(7-14 hari stlh
ingesti S.typhi)
Pola demam
remiten
Demam semakin
meningkat di
malam hari dan
turun saat pagi
Puncak demam
semakin
meningkat
103 to 104 F
(39 to 40 C)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN
DARAH TEPI
Anemia (ringan -sedang )
LED
Leukopenia / Leukosit normal /
leukositosis
trombositopenia
aneosinofilia
SGOT/SGPT

Pemeriksaan serologi

Tes Widal
Adalah reaksi antara antigen (suspensi
salmonella yang telah dimatikan) dengan
aglutinin yang merupakan antibodi spesifik
terhadap komponen salmonella didalam darah
manusia.
Prinsip terjadi aglutinasi antara antigen dan
aglutinin yang didetksi yakni antigen O dan H

Aglutinin O muali dibentuk pada akhir minggu


pertama demam puncaknya 3-5 minggu. Bertahan
6-12 bulan.
Aglutinin H mencapai puncak minggu ke 4-6 minggu
dan menetap 2 tahun.

2. UJI
SEROLOGIS

Tes Tubex
tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif
yang sederhana dan cepat dengan
menggunakan partikel yang berwarna
untuk meningkatkan sensitivitas
sangat akurat dalam diagnosis infeksi
akut karena hanya mendeteksi adanya
antibodi IgM dan tidak mendeteksi
antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.
C. Metode enzyme immunoassay (EIA)
DOT
D. Metode enzyme-linked

Banyak senter mengatur pendapat


apabila titer O aglutinin sekali
periksa
1/200
atau
pada
titer setelah
Aglutinin
O masih
tetap
dijumpai
4-6 bulan
sepasang
terjadi kenaikan 4 kali
Aglutinin
H menetap
lebihtifoid
lama antara
maka
diagnosis
demam
dapat9
bulan 2 tahun
ditegakkan.
Aglutinin H banyak
Antibodi
Vi timbul
lebih
lambat dan
dikaitkan
dengan
pasca
imunisasi
atau
biasanya menghilang setelah penderita
infeksi
masa
lampau,
sembuh
dari
sakit. sedang Vi
aglutinin
dipakai
pada deteksi
Deteksi
terhadap
Beberapa
jenis serotipe
Salmonella
Aglutinin
Antigen
O S.
pembawa
kuman
(karier).
lainnya
(misalnya
S. typhi
paratyphi
A, B, C)
(somatik)
danantigen
antigen
memiliki
OHdan H juga, sehingga
Banyak
peneliti
mengemukanan
bahwa
(flagella)
menimbulkan
silang
dengan
jenis
uji serologi
widalreaksi
kurang
dapat
dipercaya
Semakin
bakteri
lainnya,
dan bisa menimbulkan
tinggi
nilai
sebab
timbul
positif
palsu pada
hasildapat
positif
palsu (false
positive).
pengenceran
yang
kasus
demam
tifoid yang
terbukti
biakan
Widal
Test
positif
semakin
besar
Padahal
sebenarnya
yang
positif kuman
prediktif
penderita
darah
nonpositif.
S.
typhi (bukan tifoid).

deteksi antibodi antiS.typhi O9 pd serum


pasien
Antigen O9 bersifat
imunodominan
merangsang respon
imun secara cepat
sehingga deteksi
anti-O9 dapat dilakukan
lebih dini yaitu pada
hari ke 4-5 untuk
infeksi primer. Interpretasi hasil uji Tubex :

Tubex TF
test

< 2 Negatif tidak menunjuk infeksi


TF aktif
3 Borderline tidak dapat
disimpulkan bila ragu, ulangi
pengujian beberapa hari
kemudian
4-5 Positif menunjukkan infeksi

3. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS DENGAN


ISOLASI DAN BIAKAN KUMAN
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan
bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan
dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
duodenum atau dari rose spots.
Bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam
darah dan sumsum tulang pada awal penyakit,
sedangkan pada stadium berikutnya di dalam
urine dan feses.
4. PEMERIKSAAN KUMAN SECARA
MOLEKULER

mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin


bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik
hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA
dengan cara polymerase chain reaction (PCR)
melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik

DIAGNOSIS
1.

2.

Manifestasi klinis
a) Demam
b) gangguan saluran pencernaan
c) gangguan kesadaran
Pemeriksaan laboratorium
a) pemeriksaan darah tepi
CONFIRMED
b) Serologis
c) bakteriologis
TYPHOID

FEVER

PENATALAKSANAAN
NON-MEDIKAMENTOSA

MEDIKAMENTOSA
MEDIKAMENTOSA

1.Tirah baring
2.Nutrisi
makanan tinggi kalori
dan tinggi protein (TKTP)
rendah serat
3.Cairan
4.Kontrol dan monitor

1.Simptomatik
2.Antibiotik

Antibiotik

Chloramphenicol
50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis
untuk pemberian intravena biasanya cukup 50
mg/kg/hari.
Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7
hari setelah demam turun.

Cotrimoxazole
gabungan dari 2 jenis antibiotika trimetoprim dan
sulfametoxazole dengan perbandingan 1:5
Dosis Trimetoprim 10 mg/kg/hari dan
Sulfametoxzazole 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2
dosis.
Untuk pemberian secara syrup dosis yang
diberikan untuk anak 4-5 mg/kg/kali minum sehari
diberi 2 kali selama 2 minggu.
Efek samping: gangguan sistem hematologi
(Anemia megaloblastik, Leukopenia, dan
granulositopenia)

Ampicillin dan Amoxicillin


memiliki kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan chloramphenicol dan
cotrimoxazole
lebih aman dan cukup efektif
Dosis yang diberikan untuk anak 100-200
mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis selama 2
minggu
Penurunan demam biasanya lebih lama
dibandingkan dengan terapi chloramphenicol

Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone,


Cefotaxim, Cefixime)
efektifitasnya setara / lebih dari Chloramphenicol
dan Cotrimoxazole serta lebih sensitive terhadap
Salmonella typhi
Ceftriaxone: prototipnya dengan dosis 100
mg/kg/hari IVdibagi dalam 1-2 dosis (maksimal 4
gram/hari) selama 5-7 hari.
cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4
dosis.
Per oral: Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10
hari.

Demam tifoid berat kasus berat (delirium,


stupor, koma sampai syok) diberikan
kortikosteroid IV (dexametasone) 3
mg/kg dalam 30 menit untuk dosis awal,
dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48
jam

KOMPLIKASI
Komplikasi pada usus
halus
Perdarahan usus
Perforasi usus
Peritonitis

Komplikasi diluar usus


halus
Bronkitis dan
bronkopneumonia
Kolesistitis
Typhoid ensefalopati
Meningitis
Miokarditis
Infeksi saluran kemih
Karier kronik

PENCEGAHAN

Cuci tangan
Hindari minum air yang tidak dimasak
Tidak perlu menghindari buah dan
sayuran mentah
Pilih makanan yang masih panas

PENCEGAHAN DENGAN
VAKSINASI

Vaksin oral Ty 21a (kuman yang


dilemahkan)
Vaksin parenteral sel utuh (TAB vaccine)
Vaksin polisakarida

PROGNOSIS

Tergantung ketepatan terapi, usia,


keadaan kesehatan sebelumnya, dan
ada tidaknya komplikasi
Negara maju: terapi antibiotik adekuat,
angka mortalitas <1%.
Negara berkembang: angka
mortalitasnya >10%, karena
keterlambatan diagnosis, perawatan,
dan pengobatan

RELAPS

Individu yang mengeluarkan S.ser. Typhi 3


bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier
kronis.
Resiko menjadi karier pada anak anak rendah
dan meningkat sesuai usia.
Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh
pasien demam tifoid.

Anda mungkin juga menyukai