11 183actobatmalaria
11 183actobatmalaria
PENDAHULUAN
Berkembangnya resistensi pengobatan malaria
baik di luar negeri dan di dalam negeri, menjadikan penanganan malaria menjadi sulit karena
potensi malaria berat yang dapat mengakibatkan kematian maupun meluasnya/ meningkatnya kasus-kasus malaria. Laporan resistensi pengobatan malaria terhadap obat lama (klorokuin,
sulfadoksin-pirimetamin dan kina) dalam 10
tahun terakhir memang mengkhawatirkan,
terjadi di lebih dari 25% propinsi di Indonesia.
Keadaan ini menyebabkan Departemen Kesehatan melalui pertemuan-pertemuan komisi ahli
malaria (KOMLI) memutuskan mengubah strategi pengobatan malaria yakni dengan penggunaan obat ACT (artemisinin combination treatment). Hal ini seirama dengan pedoman WHO
yang secara global menganjurkan pengobatan
malaria berubah dengan menggunakan obat
ACT. Seperti pada pengobatan penyakit infeksi
umumnya, kecenderungan penggunaan obat
kombinasi semakin kuat untuk mengatasi dan
mencegah timbulnya resistensi. Pengobatan
malaria nasional diatur melalui rekomendasi
KOMLI dan penetapan pedoman pengobatan
nasional. Walaupun demikian di era otonomi
daerah perlu diketahui bahwa pengobatan
terbaik ialah tergantung situasi malaria di
daerah tersebut; pengobatan untuk propinsi
Papua mungkin berbeda dengan di daerah
lain.
ARTEMISININ SEBAGAI KOMPONEN OBAT
KOMBINASI
Artemisinin merupakan obat antimalaria kelompok seskuiterpen lakton yang bersifat skizontosida darah untuk P. falciparum dan P. vivax. Obat
ini berkembang dari obat tradisional Cina untuk
penderita demam yang dibuat dari ekstrak
tumbuhan Artemesia annua L (qinghao) yang
sudah dipakai sejak ribuan tahun lalu dan
ditemukan peneliti Cina tahun 1971.
WHO (2006) memberikan rekomendasi untuk
penggunaan derivat artemisinin (ART) sbb :
1. Untuk pengobatan malaria berat
2. Untuk pengobatan malaria ringan/tanpa
komplikasi
3. Untuk meningkatkan efikasi dan menghambat
resistensi terhadap derivat artemisinin harus
112
Artesunate + Sulfadoksin-pirimetamin
Artesunate + Mefloquine
Artemether - Lumefantrine (Coartem R)
Hari
Dosis tunggal
0 - 1 bulan
> 1 - 11 bulan
1 - 4 tahun
5 - 9 tahun
10 - 14 tahun
> 15 tahun
H1-3
DHP
3-4
Falc: H1
Primakuin
2-3
Primakuin
Vivaks: H1-14
Dihydroartemisinin : 2-4 mg/kg BB, Piperakuin : 16-32 mg/kg BB, Primakuin : 0.75 mg/kgBB
Umur
< 3 tahun
> 3 - 8 tahun
> 9 - 14 tahun
15 - 24 Kg
25 - 34 Kg
>34 Kg
3
3
2
4
4
2-3
> 14 tahun
Hari
Berat Badan (Kg)
Jam
A-L
A-L
Falc: Primakuin
0 jam
8 jam
12 jam
1
1
2
2
1
A-L
A-L
24 jam
36 jam
1
1
2
2
3
3
4
4
A-L
48 jam
A-L
60 jam
3
H
1 - 14
5 - 14 Kg
Vivaks :
Primakuin
Hari
Dosis Tunggal
1 - 14
10 - 14 tahun
> 15 tahun
2 - 11 bulan
1 - 4 tahun
5 - 9 tahun
1
1
2
2
Amodiakuin
4
4
Fal: Primakuin
2-3
Artesunate
0 - 1 bulan
Artesunate
Amodiakuin
Artesunate
Amodiakuin
Vivaks:
Primakuin
Tabel 4. Kombinasi Kina + Doksisiklin/ Tetra- siklin/ Clindamycin (bila gagal pengobatan ACT) :
Hari
Dosis Tunggal
2-7
0 - 11 bulan
1 - 4 tahun
Kina
*)
3x1
Doksisiklin
--
Fal: Primakuin
Kina
*)
3x
-
3x
Doksisiklin
--
Dosis Tetrasiklin
Dosis Clindamycin
1 - 14
Vivaks:
Primakuin
5 - 9 tahun
--
10 - 14 tahun
3 x 1
2 x 50 mg
> 15 tahun
3 x (2-3)
2 x 100 mg
2-3
3x1
3 x 1
3x2
--
--
2 x 50 mg
4 x 100 mg
---
---
---
4x4 mg/kg BB
4 x 250 mg
2x10 mg/kg BB
2x10 mg/kg BB
--
Keterangan :
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita dengan defisiensi enzim G-6-PD. Dosis: 0,75
mg/kgbb. dosis tunggal untuk Plasmodium falciparum. Untuk Plasmodium vivax dosis 0,25 mg/ kgbb. atau 1 tab
pada orang dewasa pada hari 1 14. Doksisiklin, Tetrasiklin atau Klindamisin diberikan pada hari 1 7 tergantung
kesediaan obat dan indikasinya
DAFTAR PUSTAKA
1. ACCESS. ACT NOW. To get malaria treatment that works in Afrika.Medicine Sans Frontieres, 2003
2. Gasem MH et al. Therapeutic efficacy of combination Artesunate plus Amodiaquine for uncomplicated malaria in
Banjarnegara district, Central Java. Proceeding Symposium of Malaria Control in Indonesia. TDRC Airlangga University
Surabaya, Novemver 29 30, 2004
3. Greenwood BM, Fidock DA, Kyle DE et al Malaria : progress, perils, and prospects for eradication. J. Clin. Invest, 2008 ; 118
: 1266 1276.
4. Hasugian AR, Purba HL, Kenangalem E et al. Didydroartemisinin-piperaquine versus Artesunate-amodiaquine :
superior efficacy and posttreatment prophylaktis against multidrug-resistant Plasmodium falciparum and
plasmodium vivax malaria. Clin Infect Dis. 2007; 44(8): 1075-7.
5. Inge Sutanto. Penggunaan artesnate-amodiaquine sebagai obat pilihan malaria di Indonesia. Proc. Symposium of
Malaria Control in Indonesia. TDRC Airlangga University Surabaya, November 29 30, 2004
6. Ratcliff A, Siswantoro H, Kenangalem E, et al. Two fixed-dose artemisinin combinations for drug-resistant falciparum
and vivax malaria in Papua Indonesia : an open-label randomized comparison. Lancet 2007; 369(9563): 757-65,
7. RBM : ACT : the way forward for treating Malaria. http://www.rbm.who.int/cmc_upload/0/000/015/364/RBInfosheet_9.htm
8. White NJ : Qinghaosu (Artemisinin): The Price of Success. Science 2008 ; 320 : 330 - 334
9. WHO; Guidelines for the treatment Malaria. WHO Geneve 2006.
10. WHO : The Use of Artemisinin & its derivates as Anti-Malarial Drugs. Report of a joint CTD/DMP/TDR Informal Consultation,
Geneve, 10 -12 June 1998
11. WHO : Antimalarial Drug Combination Therapy. Report of a WHO Technical Consultation. Geneve 4-5 April 2001.
Jenis obat
(Artecom)
dihidroartemisinin - piperakuin - trimetoprim
- primakuin (CV8)
dihidroartemisinin + naftokuin
H A SI L PEN ELI T I A N
113
114
Hari
Dosis tunggal
0 - 1 bulan
> 1 - 11 bulan
1 - 4 tahun
5 - 9 tahun
10 - 14 tahun
> 15 tahun
H1-3
DHP
3-4
Falc: H1
Primakuin
2-3
Primakuin
Vivaks: H1-14
Dihydroartemisinin : 2-4 mg/kg BB, Piperakuin : 16-32 mg/kg BB, Primakuin : 0.75 mg/kgBB
Umur
< 3 tahun
> 3 - 8 tahun
> 9 - 14 tahun
15 - 24 Kg
25 - 34 Kg
>34 Kg
3
3
2
4
4
2-3
> 14 tahun
Hari
Berat Badan (Kg)
Jam
A-L
A-L
Falc: Primakuin
0 jam
8 jam
12 jam
1
1
2
2
1
A-L
A-L
24 jam
36 jam
1
1
2
2
3
3
4
4
A-L
48 jam
A-L
60 jam
3
H
1 - 14
5 - 14 Kg
Vivaks :
Primakuin
Hari
Dosis Tunggal
1 - 14
10 - 14 tahun
> 15 tahun
2 - 11 bulan
1 - 4 tahun
5 - 9 tahun
1
1
2
2
Amodiakuin
4
4
Fal: Primakuin
2-3
Artesunate
0 - 1 bulan
Artesunate
Amodiakuin
Artesunate
Amodiakuin
Vivaks:
Primakuin
Tabel 4. Kombinasi Kina + Doksisiklin/ Tetra- siklin/ Clindamycin (bila gagal pengobatan ACT) :
Hari
Dosis Tunggal
2-7
0 - 11 bulan
1 - 4 tahun
Kina
*)
3x1
Doksisiklin
--
Fal: Primakuin
Kina
*)
3x
-
3x
Doksisiklin
--
Dosis Tetrasiklin
Dosis Clindamycin
1 - 14
Vivaks:
Primakuin
5 - 9 tahun
--
10 - 14 tahun
3 x 1
2 x 50 mg
> 15 tahun
3 x (2-3)
2 x 100 mg
2-3
3x1
3 x 1
3x2
--
--
2 x 50 mg
4 x 100 mg
---
---
---
4x4 mg/kg BB
4 x 250 mg
2x10 mg/kg BB
2x10 mg/kg BB
--
Keterangan :
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita dengan defisiensi enzim G-6-PD. Dosis: 0,75
mg/kgbb. dosis tunggal untuk Plasmodium falciparum. Untuk Plasmodium vivax dosis 0,25 mg/ kgbb. atau 1 tab
pada orang dewasa pada hari 1 14. Doksisiklin, Tetrasiklin atau Klindamisin diberikan pada hari 1 7 tergantung
kesediaan obat dan indikasinya
DAFTAR PUSTAKA
1. ACCESS. ACT NOW. To get malaria treatment that works in Afrika.Medicine Sans Frontieres, 2003
2. Gasem MH et al. Therapeutic efficacy of combination Artesunate plus Amodiaquine for uncomplicated malaria in
Banjarnegara district, Central Java. Proceeding Symposium of Malaria Control in Indonesia. TDRC Airlangga University
Surabaya, Novemver 29 30, 2004
3. Greenwood BM, Fidock DA, Kyle DE et al Malaria : progress, perils, and prospects for eradication. J. Clin. Invest, 2008 ; 118
: 1266 1276.
4. Hasugian AR, Purba HL, Kenangalem E et al. Didydroartemisinin-piperaquine versus Artesunate-amodiaquine :
superior efficacy and posttreatment prophylaktis against multidrug-resistant Plasmodium falciparum and
plasmodium vivax malaria. Clin Infect Dis. 2007; 44(8): 1075-7.
5. Inge Sutanto. Penggunaan artesnate-amodiaquine sebagai obat pilihan malaria di Indonesia. Proc. Symposium of
Malaria Control in Indonesia. TDRC Airlangga University Surabaya, November 29 30, 2004
6. Ratcliff A, Siswantoro H, Kenangalem E, et al. Two fixed-dose artemisinin combinations for drug-resistant falciparum
and vivax malaria in Papua Indonesia : an open-label randomized comparison. Lancet 2007; 369(9563): 757-65,
7. RBM : ACT : the way forward for treating Malaria. http://www.rbm.who.int/cmc_upload/0/000/015/364/RBInfosheet_9.htm
8. White NJ : Qinghaosu (Artemisinin): The Price of Success. Science 2008 ; 320 : 330 - 334
9. WHO; Guidelines for the treatment Malaria. WHO Geneve 2006.
10. WHO : The Use of Artemisinin & its derivates as Anti-Malarial Drugs. Report of a joint CTD/DMP/TDR Informal Consultation,
Geneve, 10 -12 June 1998
11. WHO : Antimalarial Drug Combination Therapy. Report of a WHO Technical Consultation. Geneve 4-5 April 2001.
Jenis obat
(Artecom)
dihidroartemisinin - piperakuin - trimetoprim
- primakuin (CV8)
dihidroartemisinin + naftokuin
H A SI L PEN ELI T I A N
113
114