Oleh:
Nama
: Fitria Dela
No. Bp
: 1410421006
Kelompok
:5B
Anggota
(1410422006)
4. Nabila Tsoerayya Gp
(1410422028)
I.
PENDAHULUAN
paru-paru dan tulang yang mereka dapatkan merupakan warisan nenek moyang
Krosopterigia. Dalam kelas amphibia ini ada tiga ordo yang biasa dikenal yaitu
Urodela, Anura, dan Gymnophiona. Anura merupakan kelas amphibia yang terdapat
di Indonesia, dan biasa dinamakan dengan kodok atau katak yang sudah maju
(Radiopoetra, 1996).
Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, yaitu
Gymnophiona dan Anura. Ordo Gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui
keberadaannya, sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah ditemukan di
Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis Anura di dunia.
Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia
(Iskandar, 1998).
Reptilia adalah kelompok hewan vertebrata yang hidupnya merayap atau
melata di dalam habitatnya. Reptil juga tergolong ke dalam hewan yang berdarah
dingin, yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Walaupun berdarah
dingin reptil melakukan pembiakan di darat. Tubuh reptil ditutupi oleh sisik-sisik
atau plot-plot dari bahan tanduk (horny scales or plates) yang kering atau tanpa
kelenjer. Umumnya reptil mempunyai dua pasang kaki, masing-masing mempunyai
lima jari yang bercakar, tetapi pada jenis-jenis tertentu kakinya mereduksi atau sama
sekali tidak ada. Rangka dari bahan tulang, oksipital, kondil hanya satu. Tipe gigi
pada reptil adalah labyrinthodont (pada reptile fosil), acrodont, pleurodont, dan
thecodont. Jantungnya mempunyai empat ruangan, dua atrium dan dua ventrikel,
tetapi pada sekat dari ventrikel kanan dan kiri belum sempurna benar. Habitat hidup
di darat, air tawar atau air laut, di daerah tropis dan daerah temperate (Carr,1977).
Reptil terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia atau
Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah pleurodira,
cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Squamata adalah sauria (kadal) dan
serpentes (ular). Sub ordo dari Crocodil adalah gavial, alligator, dan crocodilidae
(Pope, 1956).
Untuk mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi dari
amphibi dan reptilia maka diperlukan adanya identifikasi dari berbagai parameter
morfologi dari bentuk tubuh reptilia. Dengan mengamati morfologi amphibi dan
reptilia kita dapat mengelompokkannya berdasarkan karakter yang dimilikinya.
Sistem atau cara pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau
taksonomi kajian herpetofauna.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum Sistematika Hewan kelas Amphibi dan Reptil ini
adalah untuk identifikasi, morfologi dan kunci determinasi dari kelas amphibi dan
reptil.
Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang
belum tampak jelas. Sebagian kulit, kecuali pada tempat-tempat tertentu, terlepas
dari otot yang ada di dalamnya, sehingga bagian dalam tubuh katak berupa ronggarongga yang berisi cairan limfa subkutan (Djuhanda, 1982). Amphibi dewasa
memiliki mulut lebar dan lidah yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang
bawah. Paru-paru selalu ada seperti yang terdapat pada kelompok salamander, dan
sebagian besar pernafasan juga dilakukan oleh kulit (Djuhanda, 1974).
Pada katak sawah, kulit ini hampir selalu basah karena adanya sekresi
kelenjar-kelenjar mucus yang banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak
juga banyak mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea
magna dan arteri kutanea (Djuhanda, 1982). Selain kulit, pernafasan juga dilakukan
melalui epitel, mulut, dan larynxs. Bibir, mata, dan kelenjar yang menjaga
kelembaban mata juga ikut berkembang (Djuhanda, 1974).
Amphibi hidup didua tempat, di air dan tempat yang lembab dari daratan.
Telur-telur individu yang belum matang adalah normal hidup di dekat air dan dan
dewasa tidak pernah jauh dari air, dari kemampuan mereka disebuah lingkungan
daratan, lebih tepat lagi tidak berkembang. Dewasa ditemukan ditanah dekat kolamkolam, aliran sungai dan bagian lain dari air segar yang mana mereka dapat istirahat
dan mendapatkan ketenangan, atau ditempat-tempat lain yang lembab seperti
dibawah pohon atau dibawah batu, di kayu-kayu yang agak lembab. Amphibi daratan
yang agak terkenal adalah katak khususnya, sangat aktif saat malam ketika
kelembaban relatif tinggi (Bartlett, 1988).
Amphibia terdiri dari tiga ordo, yaitu ordo Urodela, Gymnophiona, dan
Anura. Ordo Urodela adalah amphibi yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor.
Tubuhnya berbentuk seperti kadal. Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai
insang, sedangkan jenis-jenis lain insangnya hilang. Sabuk-sabuk skelet hanya kecil
bantuannya dalam menyokong kaki. Tubuh dengan jelas terbagi atas kepala, badan,
dan ekor. Kaki-kakinya kira-kira sama besar. Jika aquatis, bentuk larva sama seperti
yang dewasa. Dari larva menjadi dewasa dibutuhkan waktu beberapa tahun. Contoh
yang terkenal adalah caudata. Bangsa caudata atau salamander merupakan satusatunya yang tidak terdapat hampir diseluruh Asia tenggara, termsuk indonesia.
Daerah terdekat yang dihuni salamander adalah vietnam utara dan thailand utara
(Bardach, 1972).
Anura mudah dikenal dari tubuh yang tampak berjongkok dengan empat kaki
untuk melompat dan tanpa ekor. Kaki belakang berfungsi untuk melompat, lebih
panjang dari pada kaki depan yang pendek dan ramping, dan berguna untuk
melompat mencari mangsa atau menghindarkan diri. Matanya sangat besar dengan
pupil mata horizontal dan vertikal. Pada beberapa jenis katak pupil matanya
berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi masing-masing kelompok. Ujung
jarinya mungkin tidak berbentuk, hanya silindris atau berbentuk piringa yang pipih
dan kadang-kadang mempunyai lipatan kulit lateral lebar. Kaki depan mempunyai
empat jari, sedangkan kaki belakang berjari lima. Selaput kulit tumbuh diantara jarijari. Selaput ini bervariasi dari tiap jenis. Beberapa jenis hampir tidak berselaput
tetapi pada jenis yang lain selaputnya meluas sampai menutupi jari atau pelebaran
ujung jari (Iskandar, 1998).
2.2 Kelas Reptil
Reptil merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas
dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas yang lain
adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi
seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub ordo tertentu
mengalami pergantian kulit . Pergantian kulit secara total terjadi pada anggota subordo ophidia dan pada anggota sub-ordo lacertilia pergantian kulit terjadi secara
sebagian. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah
mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali
kelenjar kulit (Jasin, 1992).
Reptilia tidak mempunyai banyak kelenjer pada kulitnya, kelenjer pada
reptilian terdapat pada rongga mulutnya. Kelenjer parapin pada langit-langit mulut,
lingual gland pada lidah, sub lingual gland (kelenjer dibawah lidah) dan labial gland
(pada bibir). Pada serpentes terdapat modifikasi dari labial gland di rahang atas.
Sedangkan pada squamata, satu-satunya spesies yang mempunyai kelenjer racun
adalah Heloderma suspectum., dimana kelenjer racun tersebut adalah modifikasi dari
sublingual gland. Pada crocodilia dan chelonian lidah tidak bisa dijulurkan, hanya
berada pada dasar mulut dan hanya digunakan untuk membantu menelan. Pada
squamata, lidah bagian depan sempit dan bias ditarik ke bagian belakang. Ujung
lidah mempunyai fungsi sensori untuk merasakan bau. Sedangkan pada serpentes,
lidah sempit dan bertakik dalam yang pada bagian ujungnya bertindak sebagai organ
sensori untuk merasakan bau, suhu dan partikel zat yang ada pada udara (Tim
Taksonomi Hewan Vertebrata, 2010).
Reptilia bernafas dengan paru-paru. Reptilia memiliki jantung yang terdiri
dari empat ruang yaitu dua atrium dan dua ventrikel. Pada beberapa reptil sekat
antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna sehingga darah kotor dan
darah bersih masih bisa bercampur. Reptilia merupakan hewan berdarah dingin yaitu
suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur
suhu tubuhnya itu, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah
sinar matahari (Djuhanda, 1982).
Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan
hewan akuatik seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo
Crocodilia dan beberapa anggota Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia,
terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia, bebepapa
anggota Ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota Sub-kelas Ophidia,
dan arboreal pada sebagian kecil Sub-ordo Ophidia dan Lacertilia (Weber, 1915).
Reptilia terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia atau
Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah pleurodira,
cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Squamata adalah sauria (kadal) dan serpents
(ular). Sub ordo dari Crocodilia adalah gavial, alligator, dan crocodilidae (Goin,
1971).
Kebanyakan jenis ularberkembang biak dengan bertelur, jumlah telurnya bisa
beberapa butir saja dan hingga puluha hingga ratusan butir, ular meletakkan
telurnyadilubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk dan di bawah timbunan daundaun kering beberapa ular sanca kembang mengrami telur-telurya, sebagianular
sperti kadut belang, ular pucuk,dan ular bangkai laut melahirkan anak. Sebetulnya
telurnya berkembang dan menetas ditubuh induknya (ovovivipar) lalu keluar sebagai
ular-ular kecil (Murphy, 1997).
Klasifikasi
Kelas
Ordo
Famil
Genus
Spesies
Sumber
: Amphibi
: Anura
: Ranidae
: Hylarana
Gambar
: Hylarana nicobariensis Stolizka,
1870 1.Hylarana nicobariensis
: (Ingerand Stuebing,1997)
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Fejervarya
Gambar
2. Fejervarya cancrivora
Spesies
: Fejervarya cancrivora Gravenhorst,
1829
Sumber
: (Inger and Stuebing, 1997)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, Fejervarya cancrivora memiliki
panjang badan (PB) 70 mm, panjang kepala (PK) 20 mm, lebar kepala (LK) 20 mm,
diameter tympanum (DT) 4 mm, panjang moncong (PM) 13 mm, diameter mata
(DM) 8 mm, jarak internares (JIN) 4 mm, jarak interorbital (JIO) 5 mm, panjang kaki
depan (PKD) 35 mm, panjang kaki belakang (PKB) 70 mm, panjang femur (PF) 25
mm, panjang tibio-fibula (PTF) 25 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 2>4>1>3,
urutan jari kaki belakang (UJKB) 2>3>1>4>5, tubuh halus dan tidak memiliki
tonjolan memiliki disk, tidak memiliki dorsolateral line, memiliki webbing berwarna
bening yang full, berwarna coklat kehijauan, panjang kaki belakang 2 kali panjang
kaki depan, memiliki gigi former.
Dari hasil praktikum kali ini dapat diketahui ciri-ciri dari morfologi
Fejervarya cancrivora yang telah di identifikasi sebelumnya. Fejervarya cancrivora
ini memiliki ciri-ciri dengan ukuran tubuh sedang, kulit yang licin, warna nya hijau
agak kecoklatan. Fejervarya cancrivora merupakan katak yang banyak ditemukan di
Indonesia. Katak ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan Fejervarya limnocharis
namun perbedaannya ada pada letak webbing di kaki bagian belakang.
Fejervarya cancrivora merupakan katak berukuran sedang sampai besar,
tekstur kulit memiliki lipatan-lipatan dan bintil-bintil memanjang searah dengan
sumbu tubuh. Warna kulit bervariasi, coklat lumpur kotor dengan bercak gelap. Jarijari kaki meruncing, selaput renang mencapai ujung kecuali 1 atau 2 ruas jari kaki
keempat (yang terpanjang). Habitat jenis ini sangat banyak dijumpai di sawahsawah. Terdapat dalam jumlah banyak di sekitar rawa dan bahkan di daerah berair
asin, seperti tambak atau hutan bakau. Penyebaran Indo-Cina, Hainan sampai ke
Filipina, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya (Introduksi). Katak
berukuran besar dengan lipatan- lipatan atau bintil- bintil memanjang parallel dengan
sumbu tubuh. Hanya terdapat satu bintil metatarsal dalam, selaput selalu melampaui
bintil subartikuler terakhir jari kaki ke 3 dan ke 5. Warnanya seperti lumpur yang
kotor dengan bercak- bercak tidak simetris berwarna gelap.Sering disertai dengan
garis dorsolateral yang lebar (Iskandar,1998)
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Bufonidae
Genus
: Dutaphrynus
Spesies
Sumber
melanostictus
atau
bisa
disebut
juga
dengan
Bufo
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Bufonidae
Genus
: Phrynoidis
Spesies
Sumber
Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Phrynoidis
asper memiliki panjang badan (PB) 70 mm, panjang kepala (PK) 30 mm, lebar
kepala (LK) 35 mm, panjang moncong (PM) 9 mm, diameter tymphanium (DT) 5
mm, diameter mata (DM) 7 mm, jarak inter nares (JIN) 5 mm, jarak inter orbital
(JIO) 7 mm, panjang kaki depan (PKD) 50 mm, panjang femur (PF) 30 mm, panjang
tibia-fibula (PT) 30 mm, panjang kaki belakang (PKB) 45 mm, urutan panjang jari
kaki depan (UPJKD) 3>4>1>2, urutan panjang jari kaki belakang (UPJKB)
4>5>3>2>1, ada berwarna hitam gigi former, warna tympanum berwarna hitam.
Dari praktikum yang dilakukan, hasil yang didapatkan sama dengan teori,
dimana Iskandar (1998) mengatakan kodok ini pada betina memiliki vent moncong
panjang 95-140 mm, sedangkan yang jantan memiliki moncong panjang vent 70-100
mm. berwarna coklat tua kehitaman, keabu-abuan, atau kehitam-hitaman. Kelenjar
parotoid berbentuk lonjong. Tangan dan kaki dapat berputar. Jari kaki berselaput
renang sampai ke ujung. Perkembangbiakkan masih belum diketahui. Namun para
pejantan diketahui memanggil dari tepi sungai terutama pada saat bulan purnama.
Phrynoidis asper memiliki tubuh besar dan kokoh. Kulit ditutupi dengan kutil atau
tuberkel; nama spesies ini berasal dari tekstur kulit yang kasar. Kepala lebar dan
tumpul, tanpa tulang puncak.Katak ini mempunyai bujur telur kelenjar parotoid
terhubung ke punggungan supraorbital oleh supratympanic punggungan. Tangan dan
kaki spinosus. Kaki keempat adalah terpanjang, dan semua jari-jari kaki kecuali
keempat sepenuhnya berselaput.Laki-laki memiliki bantalan upacara perkawinan
dasar jari pertama. Phrynoidis asper biasanya berwarna cokelat tua, abu-abu atau
berwarna hitam, dengan bercak hitam ventrally.Jantan memiliki warna kehitaman
pada leher mereka. Kecebong kecil, Phrynoidis asper mencapai 12-15 mm sebelum
metamorfosis (Iskandar, 1998).
4.1.6 Ichthyophis glutinosus
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Gymnophiona
Famili
: Ichthyophiidae
Genus
: Ichthyophis
Species
Sumber
Jenis amphibi ini adalah jenis amphibi yang kakinya tereduksi. Sekilas
Ichthyopis glutinosus terlihat seperti ular namun jenis ini bukanlah reptil. Ichthyopis
glutinosus merupakan amphibi yang paling primitif karena alat geraknya yang masih
belum jelas dan bergerak secara melata. Ichthyophis glutinosus kloaka berada
diujung, ekor dan mulut merunsing, terdapat gigi, segmen dan rahang. Bentuk seperti
oval.Ichthyophis glutinosus mempunyai bentuk seperti cacing, mempunyai gigi, mata
berbentuk titik hitam.
Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini
mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang
insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama
di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia
adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Duellman,
1986).
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
Ordo
Family
Genus
: Amphibia
: Anura
: Microphylidae
: Kalophrynus
Spesies
Sumber
Dari pengamatan didapatkan panjang badan (PB) 4,7 cm, panjang kepala (PK) 1,7
cm, lebar kepala (LK) 1,8 cm, diameter tympanum (DT) 0,4 cm, panjang moncong
(PM) 0,8 cm, diameter mata (DM) 0,5 cm, jarak inter nares (JIN) 0,4 cm, jarak inter
orbital (JIO) 0,6 cm, panjang kaki belakang (PKB) 2,2 cm, panjang femur (PF) 2,5
m, panjang tibia fibula (PTF) 2,3 cm, urutan panjang jari kaki depan (UPJKD)
4>1>2>3, urutan panjang jari kaki belakang (UPJKB) 4>3>2>5>1, warna tubuh abuabu, tutupan selaput renang 1,tidak memiliki gigi former, memiliki dorsolateral, dan
bentuk ujung jari gada.
4.2 Reptil
4.2.1 Eutropis rudis Boulenger, 1887
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Scincidae
Genus
: Eutropis
Species
Sumber
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada Eutropis rudis maka didapatkan
panjang total (TL) 1190 mm, panjang tubuh (SVL) 800 mm, panjang ekor (Tail) 390
mm, diameter mata (ED) 3 mm, lebar kepala (HW) 11 mm, jarak antara lubang
hidung (D-In) 4 mm, jarak antara sisik supraocular (D-Spoc) 2 mm , jumlah lingkar
badan (MSR) 18 mm, jumlah sisik ventral (VEN) 212, jumlah sisik ekor (SC) 136 ,
jumlah sisisk supralabial (SSL) 9, jumlah sisik infralabial (IL) 8. Spesies ini
memiliki bentuk pupil rounded, bentuk sisik ekor devided, bentuk kepala meruncing,
bentuk rostal rounded, bentuk tubuh silindris, sisik loreal 1 dan bentuk sisik anal
terbelah.
Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan Eutropis rudis memiliki ciri-ciri
berwarna coklat kehitaman dengan garis pinggir yang berwarna coklat muda atau
coklat terang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Das (2001), bahwa punggung
berwarna coklat zaitun atau perunggu, bagian pinggir berwarna coklat terang atau
coklat
keputih-putihan,
serta
abdominal
berwarna
kekuning-kuningan.
Kerongkongan pada hewan jantan dewasa berwarna merah terang berbintik gelap,
pada betina berwarna cream tidak berpola. Perut berwarna putih kehijauan. Tubuh
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Gekkomidae
Genus
: Gecko
Species
Sumber
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Family
: Agamidae
Genus
: Gonocephalus
Spesies
Sumber
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Testudinata
Famili
: Geoemydidae
Genus
: Dogonia
Species
Sumber
: Reptilia-database, 2015
Dari pengamataan yang dilakukan dapat diukur Total length (TL) 160 mm, Snout to
Vent Length (SVL) 140 mm, Fore foot length (FFL) 15 mm, Hind foot leight (HFL)
20 mm, Head Length (HL) 15 mm, Head Widght (HW) 20 mm, Snout Length (SL)
10 mm, Eye Diameter (ED) 5 mm, Limb Front foot Lenght (LFL) 6 mm, Limb
Hind foot Lenght (HFL) 5 mm, Body lenght (BL) 12 mm, bewarna coklat dengan
carapax yang lunak, dan kepala yang hampir sama panjang dengan panjang tubuh.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa Labilabi yang berukuran sedang, jarang besar, paling-paling hanya sekitar 250-400 mm.
Perisai berbentuk jorong atau memanjang, pipih datar. Warna punggungnya abu-abu
kehitaman, kecoklatan atau kemerahan; dengan pola atau bintik-bintik halus. Sebuah
garis lebar coklat tua terdapat di wilayah vertebral, memanjang dari depan ke
belakang. Kadang-kadang terdapat empat bercak yang tersusun berpasangan di
tengah punggung (Iskandar, 2000). Menurut Djarubito (1996), Dogania subplana
mempunyai skeleton yang sebagian bermodifikasi menjadi karapks (perisai dorsal)
dan plastrom (persai vetral). Rahang-rahang tidak bergigi, tetapi berzat tanduk.
Hidup dilaut, di air tawar, atau di darat. Tubuh lebar, karapaks keras dan bersatu di
sisi tubuh dengan plastron. Perisai tertutup dengan skutum polygonal. Tulang kuadrat
tidak dapat digerakkan. Rusuk-rusuk bersatu dengan perisai dorsal. Anus berupa
celah mellintang.
4.2.5 Hemidactylus frenatus
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Geckonidae
Genus
: Hemidactylus
Species
Sumber
: Reptilia-database, 2015
Dari praktikum yang dilaksanakan hasil pengukuran dari Hemidactylus frenatus yaitu
panjang total (PT) 85 mm, panjang standar (PS) 52 mm, panjang ekor (PE) 32 mm,
diameter timpanium (DT) 1 mm, diameter mata (DM) 3 mm, lebar kepala (LK) 12
mm, panjang kepala (PK) 20 mm, memiliki warna tubuh krem, moncong pendek,
dan dapat melakukan autotomi (pelepasan ekor).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwabadan
Hemidactylus frenatus seperti kadal atau berbentuk pipih dorsolateral dengan
terbungkus bintil-bintil sisik yang dapat terkelupas sebagian. Pada cicak, sisik
mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum.Pada lidah terdapat lekukan dangkal
pada ujung lidah.Hemydactylus frenatus sering dijumpai di rumah- rumah yang
merayap pada dinding.Cicak rumah memiliki warna yang lebih terang dan halus dari
tokek (Goin, 1971).Hewan ini memiliki warna kepala abu-abu gelap, warna pada
mulut coklat, memiliki gigi dengan tipe acrodont, bagian punggung berwarna abuabu dengan bercak hitam, memiliki hemiclitoris, bagian perut berwarna kuning
coklat (McCurley, 1999).
4.2.6 Dendrelaphis pictus
Klasifikasi
Kelas
: Reptil
Ordo
: Squamata
Famili
: Colubridae
Genus
: Dendrelapis
Spesies
Sumber
: IUCN, 2015
bentuk rostal rounded, bentuk tubuh silindris, sisik loreal 1 dan bentuk sisik anal
terbelah.
Hasil pengamatan sesuai dengan pendapat Stuebing dan Inger (1999), yang
menyatakan bahwa ular ini adalah ular yang kurus ramping, panjang hingga sekitar
1,5 m, meskipun pada umumnya kurang dari itu. Ekornya panjang, mencapai
sepertiga dari panjang tubuh keseluruhan. Warna dari ular ini adalah coklat zaitun
seperti logam perunggu di bagian punggung. Pada masing-masing sisi tubuh bagian
bawah terdapat pita tipis kuning terang keputihan, dipisahkan dari sisik ventral
(perut) yang sewarna oleh sebuah garis hitam tipis memanjang hingga ke ekor.
Kepala kecoklatan perunggu di sebelah atas, dan kuning terang di bibir dan dagu;
diantarai oleh coret hitam mulai dari pipi yang melintasi mata dan melebar di pelipis
belakang, kemudian terpecah menjadi noktah-noktah besar dan mengabur di leher
bagian belakang. Terdapat warna-warna peringatan berupa bintik-bintik hijau terang
kebiruan di bagian leher hingga tubuh bagian muka, yang biasanya tersembunyi di
bawah sisik-sisik hitam atau perunggu dan baru nampak jelas apabila si ular merasa
terancam. Sisik-sisik ventral putih kekuningan atau kehijauan.
4.2.7 Ahaetulla prasina
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Chordata
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Family
: Colubridae
Genus
: Ahaetulla
Species
Sumber
: (Tweedie, 1983)
memiliki bentuk pupil lurus, bentuk sisik ekor devided, bentuk kepala tumpul,
bentuk rostal meruncing, bentuk tubuh silindris, sisik loreal 3 dan bentuk sisik anal
devided.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, Ahaetulla mycterzans memiliki tubuh
yang memanjang seperti Ahaetulla prasina, yang membedakan diantara keduanya
adalah warna tubuhnya. Ahaetulla mycterizans memiliki warna hijau zaitun yang
gelap. Hal ini di dukung oleh pernyataan (Cox, van Dijk, Nabhitabhata, Thirakhupt,
1998) Spesies ular ini adalah ular diurnal dan agak berbisa. Habitatnya di hutan
sekunder primer dan matang di dekat sungai. Makanannya, seperti ular cambuk
lainnya, terutama terdiri dari katak dan kadal. Ular ini bergerak lambat, sering
muncul seperti tanaman merambat di antara dedaunan dan sulit dideteksi. Bagian
anterior tubuh dapat memperluas ketika terancam memperlihatkan sisik gelapnya.
Ular ini sering disamakan dengan Ahaetulla prasina (Ular gadung) tapi ular ini tidak
terdapat di daerah yang terganggu atau taman atau kebun, terutama dalam kisaran
distribusi nya Singapura. Ahaetulla myztericans dapat dibedakan dari Ahaetulla
prasina dengan mata besar dan sisi-sisi kurang garis kuning tipis yang dimiliki oleh
Ahaetulla myztericans, yang juga berukuran lebih kecil (sampai 1 m moncong untuk
melampiaskan panjang) jika dibandingkan dengan Ahaetulla prasina yang dapat
tumbuh hingga 2 m.
: Reptil
Ordo
: Squamata
Famili
: Viperidae
Genus
: Tripidolaemus
Spesies
Sumber
:IUCN, 2015
panjang total (TL) 620 mm, diameter mata (ED) 3 mm, lebar kepala (HW) 34 mm,
jarak internares (D-In) 10 mm, jarak antar mata (D-Spoc) 20 mm, jumlah sisik
lingkar badan (MSR) 148, jumlah sisik ventral (VEN)1 sisik, jumlah sisik ekor (SC)
35, jumlah sisik supra labial (SSL) 19, jumlah sisik labial (IL) 20, panjang kepala
(HL) 40 mm. Bentuk pupil elips, sisik kasar, anal plateentire, bentuk sisik ekor
double rows, bentuk kepala triangularis, bentuk rostral medium, bentuk tubuh
slindris, memiliki sisik loreal, memiliki loreal fit, bentuk sisik anal devided.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, Ciri-ciri tersebut sesuai dengan
pendapat Bennet (1999) bahwa Tropidolaemus waglerimemiliki panjang total sekitar
650 mm sampai 1000 mm. Spesies ini seksual dimorfik.Mereka memiliki kepala
besar berbentuk segitiga, Tropidolaemus waglerimuda berwarna hijau pucat terutama
dengan band sempit, dan Tropidolaemus wagleri dewasa berwarna hijau gelap
kekuningan dengan pita tebal.
4.2.9 Phyton curtus
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Phytonidae
Genus
: Phyton
Species
Sumber
: Zipcodezoo, 2015
Hemidactuylus frenatus
1.
5.1 Kesimpulan
Hylarana nicobariensis memiliki disk, memiliki dorsolateral line, memiliki webbing
2.
(setengah), berwarna bening, memiliki gigi former dan tidak memiliki gigi taring.
Fejervarya concrivora,tubuh halus dan tidak memiliki tonjolan memiliki disk, tidak
memiliki dorsolateral line, memiliki webbing berwarna bening yang full, berwarna
coklat kehitaman, bagian bawah perut berwarna kuning, panjang kaki belakang 2 kali
3.
4.
5.
6.
berbentuk titik hitam, bagian dorsal berwarna ungu, bagian abdomen berwarna ungu
lebih pudar daripada dorsal
7.
Eutropis rudis merupakan famili scincidae yang memiliki warna tubuh coklat
8.
9.
10.
yang panjang.
Dogonia subplana merupakan Testudinata yang memiliki karapaks yang lunak
11.
12.
hitam pada coklat muda dengan bercak hitam, memiliki scansor dan cakar.
Dendrelaphis pictus memiliki warna tubuh coklat zaitunseperti logam perunggu di
bagian punggung, kepala berwarna kecoklatan perunggu di sebelah atas, dan kuning
terang di bibir dan dagu, diantarai oleh coret hitam mulai dari pipi yang melintasi
mata dan melebar di pelipis belakang, kemudian terpecah menjadi noktah-noktah
13.
14.
Tropidolaemus wagleri muda memiliki berwarna hijau pucat terutama dan pada yang
dewasa berwarna hijau gelap kekuningan dengan pita tebal.
15.
Phython curtus memiliki tubuh gempal, moncong tumpul, warna coklat muda dengan
corak hitam atau kemerahan, bagian ekor meruncing berwarna hitam.
5.2. Saran
Dalam melaksanakan praktikum ini sebaiknya praktikan memperhatikan hal-hal
seperti melakukan pengamatan dan pengukuran dengan teliti sehingga data yang
didapatkan akurat, melakukan pembagian tugas untuk lebih mengefisiensikan waktu.
Hal-hal yang tidak dipahami dapat ditanyakan kepada asisten pendamping.Setelah
selesai melakukan praktikum, seluruh perlengkapan praktikum dicuci dan
dibersihkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kalimantan Tengah.
Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. Aquaculture. the Farming and
Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. http://id. wikipedia.
org/wiki/vertebrata. 23 Maret 2010.
Bartlett, R.D.1988. Frogs, Toads and Treefrogs, Barron's : New York.
Bennet, D.1999. Expedition Fieled Tachniques of Reptiland Amphibian. Royal
Geografhycal: London.
Brown, W. C. and Alcala, A. C. (1970). ''Population ecology of the frog Rana
erythraea in Southern Negros, Philippines.'' Copeia, 1970, 611-622.
Carr, a.1997.The Reptilia. Virginia: The time- life books Inc Alexandra.
DAS, I. & G. ISMAIL. 2001. A Guide to the Lizards of Borneo. Online
reference: Genus Gekko Laurenti. ASEAN Review on Biodiversity and
Environmental Conservation (ARBEC).
Djuhanda, T. 1974.Analisa Struktur Vertebrata. Armico: Bandung.
Djuhanda, T. 1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico.Bandung.
Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw Hill Book
Company. New York.
Goin CJ, Goin OB. 1971. Introduction to Herpetology. Second Edition. Freeman.
San Francisco
Inger, R.F, dan Stuebing, R.B. 1997. Sebuah Panduan Lapangan ke Frogs of
Borneo Terbatas Natural History. Publications (Borneo, Kota Kinabalu).
Inger, R. F., and Stuebing, R. B. 1968. A Field Guide to the Frogs of Borneo. Natural
History Publications (Borneo) Limited, Kota Kinabalu.
Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang
Biologi-LIPI.
Iskandar, D.T. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser : Jakarta
Iskandar, D.T. and W. R. Erdelen. 2006. Conservation of Amphibiaans and Reptiliaes
in Indonesia: Issues and Problems. Amphibiaan and Reptiliae Conservation 4
(1) : 60-87.
IUCN SSC Amphibian Specialist Group. 2015. Phrynoidis asper. The IUCN Red
List Of Treatened Species. Version 20143. www.iucnredlist.org. Download on
10 November 2015.
Jasin, M. 1984. Zologi Vertebrata. Armico. Bandung
McCurley, K. 1999. "New England Reptile" (On-line). Diakses pada tanggal 10
November 2015 melalui http://www.newenglandreptile.com.
Mistar. 2008.Panduan Lapangan Kawasan Leueser. Puslitbang Biologi-LIPI.
Pope, CH. 1956. The Reptiliae World. London: Routledge and Kegal Paul Ltd.
Radiopoetra. 1996. Zoologi. Erlangga : Jakarta.
Soesono, R, dkk. 1968. Diktat Asistensi Preparat. UGM : Yogyakarta
The Reptiliae Database. 2015. Species Number. www.reptiliae-database.org diakses
10 November 2015.
Tim Taksonomi Hewan Vertebrata.2010. Taksonomi Hewan Vertebrata. Universitas
Andalas: Padang
Weber, M. 1915. The reptilia of The Indo-Australian Archipelago. Amsterdam
LAMPIRAN