KAJIAN TEORITIS
2.1 Hakikat Latihan
Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang
makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa
dalam setiap cabang olahraga.
Latihan juga sangat penting dilakukan dalam membantu peningkatan
kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip
oleh Marino (2010: 36) Latihan atau training adalah proses yang sistematis dari
berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah
jumlah beban latihan serta intensitas latihannya.
Selanjutnya menurut Harsono yang di kutip Marino (2010: 36) latihan
adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara
berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau
pekerjaannya.
Kemudian menurut Mufidatul (2013: 8) mengatakan bahwa latihan adalah
proses sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang,
dengan kian hari kian menambah beban latihan atau pekerjaannya.
Training is usually defined as systematic process of repetitive,
progressive, having the ultimate goal of improving athletic performance. Artinya
yaitu bahwa latihan biasanya didefinisikan sebagai suatu proses sistematis yang
dilakuka secara berulang-ulang, progresif, dan mempunyai tujuan untuk
meningkatkan penampilan fisik (Bompa dalam Ahmad Nasrulloh, 2011: 4)
Latihan adalah peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan
untuk
meningkatkan
kapasitas
fungsional
fisik
dan
daya
tahan.
(http://www.trigonalworld.com/pengertian -latihan-menurut-ahli.html)
Kemudian menurut PASI yang di kutip oleh Mufidatul (2013: 8)
mengatakan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan
meningkatkan fitnes atau kesegaran seorang atlet dalam suatu aktivitas yang
dipilih.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa latihan adalah kegiatan yang
direncanakan guna menjadikan kebugaran pada diri seseorang dan dapat
mempersiapkan siswa baik dari segi penampilan, kondisi fisik maupun teknik
untuk menghadapi pertandingan.
2.1.1 Tujuan Dan Sasaran Latihan
Untuk memberikan materi latihan kepada anak latih, seorang pelatih harus
memperhatikan berbagai aspek dan dukungan pula oleh teori-teori tentang cabang
olahraga. Karena objek dari sasaran latihan adalah manusia. Untuk itu aspek fisik
dan psikis dapat berjalan seimbang dan sesuai dengan yang direncanakan, maka
perlu disusun sesi latihan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran latihan.
Sasaran latihan dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan dan
kesiapan olahraga dalam mencapai puncak prestasi. Sedangkan tujuan latihan
adalah untuk mengembangkan performa dan keterampilan siswa.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Latihan
Pada dasarnya latihan yang dilakukan pada setiap cabang olahraga harus
mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Dengan memahami
kepada anak didik secara bertahap dan meningkat menjadi semakin berat sesuai
dengan batas-batas kemampuannya, Biasworo (2009: 25). Dalam pelaksanaan
latihan, beban yang diberikan cukup berat, diatas ambang rangsang. Tubuh akan
beradaptasi dengan beban latihan yang diberikan tersebut. Menurut Pete.
R,Rotella. R. & McClenagham B. Yang di kutip Marino (2010: 37) bahwa,
sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi
yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh
Sasaran latihan olahraga adalah perkembangan fisik atlet secara
menyeluruh. Kondisi fisik siswa merupakan satu kesatuan utuh dari berbagai
kompenen-komponen yang ada. Meskipun pada akhirnya tujuan dalam latihan
adalah kemampuan yang bersifat khusus, namun kemampuan yang bersifat khusus
tersebut harus didasari oleh kemampuan kondisi fisik yang baik secara
menyeluruh.
Perkembangan menyeluruh merupakan dasar-dasar keterampilan gerak
yang kokoh, guna menunjang spesialisasi yang terpilih. Kesiapan dan kemampuan
atlet untuk melaksanakan program latihan juga tergantung pada kondisi fisik
siswa secara menyeluruh.
3)
Prinsip Speasilisasi
Prinsip sprsialisasi dapat juga disebut prinsip kekhususan. Pengaruh yang
ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi
fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang
diajukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang
besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan hal tersebut, agar aktivifitas
latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang dilakukan harus bersifat
khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan
dikembangkan.
4)
Prinsip Individual
Latihan yang diberikan pada atlet hendaknya bersifat individual. Menurut
c. Order Of Exercises
Order Of Exercises dalam program latihan kekuatan secara signifikan
dapat mempengaruhi efektivitas sesi latihan. Latihan yang melibatkan kelompok
otot besar, latihan yang melibatkan banyak sendi harus dilakukan pada awal sesi
pelatihan, karena latihan-latihan ini merupakan dasar pengembangan kekuatan dan
perlu dilatih saat atlet memiliki bayak tenaga.
d. Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan biasanya diukur dengan jumlah kali latihan per minggu
yang melibatkan kelompok otot tertentu atau seberapa sering atlet berlatih dengan
melibatkan seluruh tubuh. Semakin besar frekuensi latihan, semakin besar
perolehan kekuatan.
e. Jumlah Set
Jumlah pengulangan dalam suatu latihan yang diikuti istirahat interval.
Terdapat hubungan terbalik antara kebutuhan latihan (jumlah repetisi) dengan
jumlah set.
f. Istirahat Selama Interval
Panjang pendeknya waktu interval tergantung dari jenis kekuatan yang
diinginkan. Menurut Ozalin dalam Johansyah Lubis (2013: 67) menyatakan
bahwa dalam mengembangkan kekuatan maksimum waktu interval antara 2-5
menit.
g. Volume Latihan
Volume latihan adalah lamanya dan ulangan semua beban latihan pada
satu unit latihan atau bisa juga dikatakan bahwa volume adalah jumlah
keseluruhan beban yang digunakan untuk latihan kekuatan.
2.2 Hakikat Daya Ledak Otot Tungkai
Daya ledak otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai untuk
melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga. Menurut
Dikdik (2013: 28). Power endurance yang merupakan kemampuan gabungan dari
kemampuan kecepatan, kekuatan, dan daya tahan menunjukkan kualitas yang
sangat kompleks.
Menurut Nurhasan (2011: 16). daya ledak (power) merupakan gabungan
antara kekuatan dan kecepatan, atau pengerahan otot secara maksimum dengan
kecepatan maksimum.
Pada kehidupan sehari-hari, sering membutuhkan power untuk melakukan
suatu pekerjaan yang sangat membutuhkan tenaga, baik itu kebutuhan tenaga
untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain secara tiba-tiba,
sengaja atau tidak tahu membutuhkan daya ledak. Menurut Novita (2010: 85)
Power otot merupakan suatu aspek performa otot berkaitan dengan kekuatan dan
kecepatan otot.
Selanjutnya menurut Sarjono dan Sumarjo (2010: 55) Daya ledak
(eksplosif power), berhubungan dengan laju ketika seseorang kegiatan. Daya
ledak merupakan hasil dari kekuatan dikalikan dengan kecepatan.
Daya
ledak
(power)
adalah
hasil
kesatuan
dan
kecepatan.
(http://djiastuti.blongspot.com/kebugaran-jasmani.html)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa daya ledak otot
tungkai merupakan salah satu komponen kondisi fisik guna mendukung
komponen-komponen lainnya.
2.3 Hakikat Side Jump
Side jump Sprint
Plyometric adalah salah satu latihan yang digemari oleh banyak pelatih saat ini,
terutama pada olahraga yang membutuhkan daya ledak otot.
Menurut Marino (2010: 51) Side Jump Sprint adalah salah satu model
latihan yang menggunakan bangku rendah, atau objek
diloncati dan kerucut digunakan sebagai garis finish. Ini merupakan latihan
kombinasi mulai dari Lateral Jump hingga lari cepat penuh dalam jarak tertentu.
Selanjutnya menurut I Kadek Mastikayasa (2012: 3) Side Jump Sprint
merupakan salah satu dari pelatihan-pelatihan Plaiometric. Latihan ini
memerlukan kotak yang rendah, atau objek serupa yang tingginya 20-45 cm untuk
diloncati (dalam penelitian ini tinggi kotak 35 cm) dan kerucut yang digunakan
sebagai garis finish. Latihan ini melibatkan otot-otot quadriseps, hamstrings,
fleksor punggung, gastroneius, dan gluteus, dan juga melatih koordinasi yang
diperlukan untuk perubahan arah yang cepat.
Adapun cara melakukan latihan ini sebagai berikut:
Posisi awal : berdirilah pada salah satu sisi bangku dengan kedua kaki dan
menunjuk lurus kedepan. Kerucut ditematkan 15-20 yard di depan
titik pangkal yang digunakan sebagai garis finish.
Pelaksanaan : mulailah meloncat ke belakang dan ke depan melewati bangku
sebanyak 4-10 ulangan. Setelah mendarat pada loncatan terakhir
lakukan lari cepat sampai di garis finish, dengan menggunakan
bangku atau sasaran loncatan yang berbeda. Atlet harus
menyelesaikan jumlah loncatan yang telah dirancang. Hal ini
mendorong
atlet
melakukan
loncatan
kesamping
secepat
deskripsi
dan
teori
berpikir
di
atas
serta