Blok 12 DBD Anak
Blok 12 DBD Anak
Pendahuluan
Dengue ialah suatu infeksi Arbovirus. Arbovirus adalah singkatan dari arthropodborne viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropoda, misalnya nyamuk,
sengkerit atau lalat.
Demam Berdarah Dengue merupakan sebuah penyakit yang diakibatkan oleh hospes
nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini umumnya terjadi di daerah tropis dimana pada
lingkungan ini hospes umumnya tumbuh dan berkembang biak. Penyakit ini dapat menyerang
setiap orang tanpa mengenal batas usia dan dapat terjangkit kembali pada orang yang
sebelumnya telah menderita penyakit ini.
Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang (infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap infeksi oleh serotipe lain). Sabin adalah
orang pertama yang berhasil mengisolasi virus dengue.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesa
selalu didahului dengan pengambilan data identitas pasien secara lengkap kemudian diikuti
1
dengan keluhan utama dan selanjutnya baru ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang
dikeluarkannya, kemudian ditanyakan riwayat penyakit dahulu, dan riwayat kesehatan dan
penyakit dalam keluarga.
a. Identitas
Menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi
(misalnya pasien,
Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu
Untuk mengukur suhu tubuh, digunakan termometer demam. Tempat
pengukuran suhu meliputi rektum (2-5 menit), mulut (10 menit) dan aksia (15
menit). Suhu tubuh normal adalah 36-37C. Pada pagi hari suhu mendekati
36C, sedangkan pada sore hari mendekati 37C. Pengukuran suhu direktum
juga akan lebih tinggi 0,5-1C, dibandingkan suhu mulut, suhu mulut 0,5c
lebih tinggi dibandingkan suhu aksila. Pada keadaan demam, suhu akan
meninggi, sehingga suhu dapat dianggap sebagai termostat keadaan pasien.
Suhu merupakan indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan demam tidak
cukup hanya memberikan antipiretika, tetapi harus dicari apa etiologinya dan
bagaimana menghilangkan etiologi tersebut.
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami demam
tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.4
Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter, yaitu dengan
cara melingkarkan manset pada lengan kanan 1 cm diatas fossa kubiti
anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil meraba denyut A.
Radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik, kemudian tekanan
di turunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop pada fossa kubiti
anterior di atas A. Brakialis atau sambil melakukan palpasi pada A. Brakialis
atau A. Radialis. Dengan cara palpasi, hanya akan diadakan tekanan sistolik
aja. Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut nadi korotkov.
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami tekanan
darah menurun (tekanan sistole menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
Nadi
Pemeriksaan nadi biasanya dilakukan dengan melakukan palpasi A.
Radialis. Bila dianggap perlu, dapat juga dilakukan di tempat lain, misalnya A.
maupun
trombosit.
Di
daerah
endemis,
uji
tourniquet
adalah sebagai
berikut : P a s a n g m a n s e t p a d a l e n g a n a t a s ( u k u r a n m a n s e t s e s u a i k a n
d e n g a n u m u r anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas) kemudian pompa
tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik (pada saat kontraksi ) dan tekanan
diastolik (pada saat relaksasi). Kemudian ambil rata-rata antara tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara
sistolik dan diastolik (rata-rata kedua tekanan tersebut) selama 5 menit. Kemudian
baca hasilnya pada volar lengan bawah kira-kira 4 cm dibawah lipat siku dengan
penampang 5 cm, apakah timbul p e t e k i e s e b a g a i t a n d a p e r d a r a h a n .
4
N i l a i r u j u k a n y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e n e n t u k a n h a s i l u j i tourniquet
sebagai berikut : Abnormal (+) > 20 petekie ; Normal (-) < 10 petekie ; Dubia
(Ragu-ragu) 10-20 petekie.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit,
jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif
disertai gambaran limfosit plasma biru.
Parameter laboratorium yang dapat diperiksa:
a. Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif
(> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
b. Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 akibat depresi sumsum
tulang.
c. Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit
20% dari hematokrit awal. Sering ditemukan mulai hari ke-3.
d. Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
e. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan anti-dengue IgG, IgM.
IgM
Terdetaksi mulai hari ke 3-5, menigkat sampai minggu ke-3,
Pada infeksi dengue primer dan sekunder, ada kemunculan antibodi IgM
antidengue yang relatif sementara. Antibodi ini menghilang pada 6-12 minggu dan
dapat digunakan untuk menentukan saat infeksi dengue. Pada infeksi dengue
sekunder, kebanyakan antibodi adalah dari kelas IgG. Uji hemaglutinasi inhibisi (HI)
menunjukkan kenaikan titer cepat atau tetap tinggi (1: 640 atau lebih besar) pada
serum.
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
-
Manifestasi Klinis
m Klinis
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi
perdarahan, dan leucopenia.
DD
DBD
Hepatomegali.
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
Hari ke 3-5 fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
DSS
: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji
torniquet positif.
Derajat II
: Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain (gusi
berdarah, perdarahan gastrointestinal, epistaksis).
Derajat III
: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun
(<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita
menjadi gelisah.
Derajat IV
: Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
Diagnosis Banding 4
7
Penyakit
Gejala Klinik
Pem. Fisik
Tipoid
Minggu
kepala,
pusing,
anoreksia,
demam,
nyeri
mual,
otot, adalah
muntah, dan
meningkat
terutama
perlahan-lahan
pada
sore
hingga
di
perut,
batuk
dan Anemia
epistaksis.
ringan,
trombositopenia.
Hepatosplenomegali.
ujung
merah
hepatomegali,
splenomegali,
meteorismus,
kesadaaran
Malaria
tremor,
gangguan
berupa
somnolen
sampai koma.
Trias malaria :
Splenomegali,
1. Periode dingin
Sekitar 15-60
hepatomegali,
menggigil,
gigi
gemetaran,
diikuti
peningkatan temperature.
2. Periode panas
Penderita muka merah,
nadi cepat, panas badan
tetapi
tinggi
beberapa
jam,
diikuti
keadaan
berkeringat.
3. Periode berkeringat
Penderita
berkeringat
banyak,
temperature
sehat.
Rhinitis :
Pneumonia berat :
Sering pada usia < 2 tahun Ditandai secara klinis oleh adanya
disebut common cold, 30-50% tarikan dinding dada kedalam.
rawat
jalan,
demam,
rewel, Pneumonia :
8
batuk,
diare
hidung
batuk,
nyeri
anoreksia.
napas
cepat.
Rinofaringitis,
Faringitis :
usia
4-7
tahun.
nyeri
tenggorokan,
hiperemis.
faringitis
Gejala
bakterialis
mual
akut,
demam,
sakit
eksudat,
KGB
leher
bengkak, ruam.
Laringitis :
Kelomopk yang dikenal dengan
istilah croup (batuk keras
sekali).
Gejala
cough,
Campak
barking
serak,
stridor
isnspirator.
Demam tinggi, bintik putih pada Ruam (bercak-bercak 7 hari) dimulai
bagian dalam pipi sebelah depan sekitar dahi (sekitar garis
gigi geraham, mata merah dan rambut), belakang
berair, tenggorokan sakit, pilek, telinga, dan leher bagian
batuk
kering.
penderitanya
terjadi
Terkadang
anak-anak
muntah-muntah,
jika erupsi
atas sebagai
makulopapular merah.
Chikungunya
Virus Chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari family
togaviridae. Virus ini menyebabkan gejala penyakit mirip dengue. Virus Chikungunya ini
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty dan Aedes africanus. Chikungunya tersebar di daerah
tropis dan sub tropis yang berpenduduk padat seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara. Masa
inkubasi Chikungunya ialah 1-6 hari. Virus ini masuk melalui gigitan nyamuk pada manusia
lalu menimbulkan gejala awal berupa demam mendadak, kemudian diikuti munculnya ruam
kulit dan limfadenopati, atralgia, myalgia, atau arthritis yang merupakan tanda khas
Chikungunya. Penderita merasakan ngilu bila berjalan karena serangan pada sendi-sendi.
Pendarahan jarang terjadi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya antibodi IgM dan IgG
dalam darah.5
Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Falvivirus merupakan virus dengan
diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal denga berat molekul 4x106.
Terdapat 4 serotype virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan DD atau DBD. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN3 merupatak serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan
Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encehphalitis dan West Nile virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus,
kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survei epidemilogi pada hewan ternak didapatkan
atibody terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada artropoda
menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan
Toxorhynchites.
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibis.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebarah di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.5
10
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus
dengue yaitu: 1). vektor: perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor
di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2). pejamu : terdapatnya
penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin; 3). lingkungan ; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.3
Meningkatnya kasus DBD berkaitan erat dgn :
1. Urbanisasi.
2. Ditemukan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor.
3. Masyarakat belum mendukung kebiasaan hidup bersih.
4. Letak geografi indonesia sebagai negara tropis, memungkinkan peningkatan
populasi nyamuk Aedes aegypti.
5. Pengetahuan
masyarakat
tentang
DBD
kurang,
sehingga
upaya
11
yang
berbeda.
Re-infeksi
menyebabkan
reaksi
amnestik
antibodi
sehingga
bahwa
infeksi
virus
dengue
menyebabkan
aktivasi
makrofag
yang
T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan
mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1,
PAF9platelet activating factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
sel endotel dan terjadi melalui kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui
aktivasi oleh kompleks virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1), Supresi sumsum
tulang, dan 2). destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang
pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan keadaan hiposelular dan supresi megakariosit.
Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk
megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin dalam darah saat terjadi trombositopenia justru
menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi
melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama
proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui
mekanisme gangguan pelepasan ADP, penigkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang
merupakan petanda degrenulasi trombosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan
disfungsi
endotel.
Berbagai
penelitian
menunjukan
terjadinya
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktvasi
koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik
(tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xia
namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein Cl-inhibitoh complex). 5
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi demam berdarah dengue diduga merupakan masa inkubasi
demam dengue. Perjalanannya khas pada anak yang sangat sakit. Fase pertama yang
relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala,
anoreksia dan batuk disertai sesudah 2-5 hari oleh deteriorasi klinis cepat dan
kollaps. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,
lembab, badan panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel dan nyeri midepigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spotan
mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi vena adalah
lazim. Ruam makular atau makulopapular mungkin muncul, dan mungkin ada
13
sianosis sekeliling mulut dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah,
cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati makin membesar sampai 4-6 cm
dibawah tepi kosta dan biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10 % penderita
menderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa
syok yang tidak terkoreksi.
Sesudah 24-36 jam masa krisis, konvalensen cukup cepat pada anak yang
sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardi dan
ekstrasistol ventrikel lazim selama konvalensen. Jarang, ada cedera otak sisa yang
disebabkan oleh syok lama atau kadang-kadang karena pendarahan intrakranial.
Strain virus dengue 3 yang bersikulasi di daerah Asia Tenggara sejak tahun 1983
disertai dengan terutama sindrom klinis berat, yang di tandai dengan ensefalopati,
hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok dan kadang-kadang ikterus.
Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang ssakit berat, infeksi
dengue skunder relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari infeksi
yang tidak jelas sampai penyakit saluran pernafasan atas yang tidak terdiferensiasi
atau penyakit seperti-dengue sampai penyakit yang serupa dengan penyakit yang
diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas. 3
Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
3. Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan tetesan 20 cc / Kg
BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1 1,5 liter di guyur (cor), selanjutnya 5 cc /
Kg BB / Jam atau 50 cc / Kg BB / 24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai
kebutuhan cairan rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik
4. Keadaan klinis dimonitor : TD, Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu ( minimal 2 kali
sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu pada status), jumlah urine perjam
(sebaiknya 50 cc / jam).
14
5. Rasa haus dan dehidrasi timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah.
Penderita perlu di beri minum banyak, 1-2 liter dalam 24 jam, berupa air teh
dengan gula, sirup atau susu.
6. Pada beberapa penderita di beri gastroenteritis oral solution (oralit). Minuman
diberi peroral, bila perlu satu sendok makan setiap 3-5 menit.
7. Hiperpireksia (suhu 40C atau lebih) diatasi dengan antipiretik dan bila perlu
surfae cooling dengan memberikan kompres es dan alkohol 70%.
8. Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, seperti
parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh 38,50 C dan
Metoklopramide bila terjadi muntah-muntah.
9. Kejang yang mungkin timbul diberantas dengan antikonvulsan. Anak yang
berumur lebih dari 1 tahun diberikan luminal 75 mg secara intramuskular. Bila
dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti pemberian luminal diulangi
dengan dosis 3 mg/kgBB. Anak yang di atas 1 tahun diberikan 50 mg dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital (pernafasan, jantung).
10. Pemberian intravenous fluid drip (IVFD) pada penderita tanpa renjatan
dilaksanakan apabila :
Penderita terus menerus muntah sehingga tidak mungkin diberikan
makanan peroral, sedangkan muntah-muntah itu mengancam terjadinya
dehidrasi dan asidosis.
Didapatkan nilai hematrokit yang cendrung terus meningkat.
11. Bila TD sistolik menurun 20 mmHg, atau Nadi 110 x / menit, atau tekanan nadi
(TD sistol TD diastol 20 mmHg), atau jumlah urine 40 cc / jam, pertanda
adanya kebocoran plasma (plasma leakage) tambahkan cairan infus guyur 5 cc /
KgBB / Jam sampai keadaan kembali stabil. Setelah Tekanan darah dan nadi stabil,
kembali ke tetesan rumatan
12. Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi penurunan TD,
peningkatan Nadi, atau penurunan volume urine yang berlanjut, atau terjadi
perdarahan masif, atau penurunan kesadaran, perlu di periksa Hb, Ht, Trombosit.
Penurunan jumlah trombosit perlu dipantau secara laboratorium dan kondisi klinis.
Dan bila diperlukan periksa Haemorrhagic test.
13. Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin memberat atau
respons pemberian cairan minimal, maka penderita dinyatakan untuk dirujuk (bila
dirawat di Puskesmas atau klinik atau rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan
yang lebih intensif, kalau perlu di rawat di ICU.
15
14. Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang menyolok
disertai dengan tanda-tanda perdarahan masif. Bila terjadi perdarahan yang masif
dengan penurun kadar Hb dan Ht, segera beri tansfusi Whole blood.
15. Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan yang cukup sesuai
perhitungan, tanda-tanda perdarahan tidak nyata, dan pemantauan laboratorium tidak
menunjukkan perbaikan, maka pilihan kita adalah pemberian FFP (Fresh Frozen
Plasma) atau Plasma biasa.
16. Bila keadaan klinis stabil,
pemeriksaan
ulangan
laboratorium
pada
fase
penyembuhan.4
Pencegahan
Pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) sangat tergantung dengan pengendalian
pada vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis, maupun secara
kimiawi, seperti :
1. Lingkungan
Pemberantasan
sarang
nyamuk
(PSN)
pada
dasarnya
merupakan
pemberantasan jentik atau mencegah agaar nyamuk tidak dapat lagi berkembang biak.
Pada dasarnya PSN ini dapat dilakukan dengan :
Menutup
rapat
tempat
penampungan
air.
Supaya
agar
nyamu
tidak
Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya semunggu
sekali.
2. Biologis
16
mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan
antaranya dengan 3M. Yaitu : Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat-tempat
yang sering dijadikan perkembangbiakan nyamuk. Semoga dengan beberapa cara
tersebut dapat membantu anda dalam pencegahan demam berdarah serta
pemberantasan sarang nyamuk.6
Prognosis
Bila penanganan DBD dilakukan dengan manajemen medis yang baik yaitu
pemantau kadar trombosit dan hematokrit maka mortalitasnya dapat diturunkan dan
prognosisnya baik. Namun bila kebocoran plasma tidak terdeteksi secara dini dan
tidak dilakukan penanganan yang tepat sehingga jumlah trombosit <100.000/uL dan
hematokrit meningkat, maka harus mewaspadai terjadinya syok yang dapat berakhir
dengan prognosis yang buruk. 3
Kesimpulan
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk betina Aedes aegypti. Dibutuhkan berbagai
pemeriksaan untuk melakukan penegakan diagnosis. Penegakan diagnosis secara
cepat dan tepat tentunya akan membantu keberhasilan pengobatan DBD.
17
Daftar Pustaka
1. Makmun LH. Anamnesis . Edisi IV. Jilid I. Jakarta . Departemen ilmu
penyakit dalam FKUI. 2007. Hal 20-21.
2. Setiyohadi B dan Imam S. Pemeriksaan fisik umum. Edisi IV. Jilid I. Jakarta.
Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2007. Hal. 23-24.
3. Latief A, Partogi MN, Antonius P, Muhammad VG, Sukman TP. Ilmu
kesehatan anak FKUI. Jilid 2. Jakarta. Infomedika. 2007. Hal 607-621.
4. Suhendro, Leonard N, Khie C, Herdiman TP. Demam berdarah dengue. Edisi
IV. Jilid 2. Jakarta. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2007. Hal 17091713.
5. Wahab AS. Ilmu kesehatan anak (Nelson textbook of pediatrics). Edisi 15.
Jilid 2. Jakarta.EGC. 2007. Hal 1134-1136.
6. Nadesul H. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta. Buku
kompas. 2007. Hal. 36-39.
18
19