Analisa Integrasi Citra Ifsar Dan Landsat Untuk Pembuatan Peta Geologi Daerah Takalar-Sapaya Propinsi Sulawesi Selatan
Analisa Integrasi Citra Ifsar Dan Landsat Untuk Pembuatan Peta Geologi Daerah Takalar-Sapaya Propinsi Sulawesi Selatan
Abstrak
Pemetaan geologi di Indonesia dilakukan dengan metode konvensional dengan skala yang masih
relative kecil yakni 1:250.000, padahal kebutuhan akan peta geologi cukup tinggi dengan skala lebih besar
yaitu 1:50.000. Untuk menyelesaikan pemetaan secara konvensional dibutuhkan waktu sekitar 50 -100
tahun. Dengan kemajuan teknologi informasi maka penggunaan teknologi penginderaan jauh untuk
memetakan unsur geologi di seluruh wilayah Indonesia merupakan salah satu alternatif.
Citra IFSAR untuk pemetaan geologi merupakan salah satu aplikasi teknologi penginderaan jauh.
Data citra IFSAR yang mempunyai resolusi tinggi ini dianalisa sehingga dapat diperoleh infor masi
mengenai unsur geologi di daerah tersebut dengan skala 1:50.000. Data IFSAR berupa DSM (Digital
Surface Model) dan ORRI (Ortho Rectified Radar Image) didukung dengan citra Landsat ETM+7 dan data data sekunder lainnya diolah dengan menggunakan software ER Mapper 7.0 untuk pengolahan data citra
dan MapInfo 8.5 untuk proses klasifikasi dan kartografinya. Hasil dari penelitian ini adalah peta geologi
dengan skala 1:50.000, serta informasi unsur-unsur geologi daerah Takalar-Sapaya.
Dari hasil interpretasi dapat diketahui jika litologi daerah tersebut berupa satuan batu gamping,
satuan konglomerat, satuan tuf, diorite, basal, satuan breksi, satuan lava, endapan pantai, andesit, dan
endapan alluvial. Sedangkan untuk struktur geologi yang terlihat berupa kelurusan (lineaments)
Kata Kunci : Penginderaan Jauh, IFSAR, Pemetaan Geologi.
PENDAHULUAN
Pemetaan
geologi
merupakan
pekerjaan
pengumpulan dan penyajian data geologi, baik di
darat maupun lautan dengan berbagai macam
metode. Pemetaan geologi cukup penting untuk
memberikan informasi tentang suatu daerah.
Pemetaan geologi terdahulu telah dilakukan
dengan menggunakan metode konvensional.
Sedangkan memetakan seluruh pulau-pulau di
Indonesia dengan luas sekitar 1,9 juta km2
memerlukan metode serta pengukuran teliti. Jika
digunakan metode konvensional, pemetaan geologi
seluruh wilayah Indonesia dengan skala 1:50.000
membutuhkan waktu sekitar 50-100 tahun. Saat ini
telah tersedia peta geologi seluruh wilayah
Indonesia dengan skala 1:250.000. Maka
dimulailah pembuatan peta geologi dengan skala
1:50.000 menggunakan integrasi citra IFSAR dan
citra Landsat untuk pemetaan geologi. Wilayah
Sulawesi merupakan wilayah yang sering tertutup
awan dengan tutupan lahan berupa hutan, sehingga
untuk mempermudah pemetaan area digunakanlah
teknologi penginderaan jauh. Citra IFSAR yang
merupakan sistem aktif yang mampu menembus
Pengolahan Data
Adapun diagram alir untuk tahapan pengolahan
data adalah sebagai berikut :
3. Satuan tuf
Pengelompokan satuan ini berdasarkan ciri khas
pada citra, yaitu :
a. Warna satuan ini sangat bervariasi
b. Tekstur kasar
c. Morfologi
perbukitan
begelombang
sampai pegunungan
d. Pola aliran sungai yang berkembang
adalah sub-parallel dengan lembah lebar dan
dangkal.
e. Satuan ini berhubungan menjemari dengan
satuan konglomerat.
Penetapan batas litologi satuan tuf pada citra
juga cukup mudah, selain karena morfologinya
yang khas pada citra, asosiasi satuan ini juga
mempengaruhi penetapan, karena selalu
berhubungan dengan satuan konglomerat (Pusat
Survei Geologi Bandung).
Satuan ini di bagian morfologi pegunungan
ditutupi oleh hutan dan pada morfologi lebih
rendah biasanya digunakan sebagai sawah,
ladang, dan pemukiman
4. Batuan Diorit
Dapat diidentifikasi pada citra berdasarkan ciri
morfologi menonjol dan memamnjang yang
membentuk punggungan.
Interpretasi satuan ini pada citra cukup sulit
sehingga membutuhkan penglihatan yang teliti.
Ciri-ciri pada citra untuk batuan ini menyerupai
satuan basalt, maka dari itu, data-data lapangan
sangat dibutuhkan dalam menginterpretasi
satuan.
5. Batuan Basalt
Ciri-ciri batuan ini pada citra serupa dengan
satuan diorite, yang membedakan adalah batuan
ini arahnya menyebar terhadap gunung api
Camba.
6. Satuan Breksi
Pada citra, satuan ini dicirikan oleh morfologi
pegunungan dengan puncak-puncak meruncing,
pola aliran sungai menyebar (radial) dengan
lembah dalam dan sempit.
Satuan breksi pada citra dapat terlihat dengan
cukup mudah karena ciri morfologinya yang
khas, sehingga dapat ditetapkan batas
litologinya.
Bentang alam yang dibentuk berupa
pegunungan dengan vegetasi penutupnya hutan
yang sebagian telah dimanfaatkan untuk
ladang.(PSG, 2008)
7. Satuan Lava
Satuan ini terdapat lebih atas dari satuan breksi.
Pada citra, satuan lava dan satuan breksi
membentuk morfologi kerucut gunung api.
Jika terdapat satuan lava, maka pada area
tersebut nampak bercak-bercak biru yang
merupakan kenampakan endapan lava.
Bentang alam yang dibentuk merupakan
pegunungan dengan vegetasi penutupnya hutan,
sebagian kecil sawah dan ladang
8. Endapan alluvial dan pantai
Endapan ini terdiri atas kerikil, lempung, lanau,
dan lumpur yang merupakan hasil rombakan
batuan yang lebih tua. Endapan ini dapat
dijumpai di sepanjang lembah Sungai Berang.
Sungai ini dibendung di daerah Bili-Bili untuk
dibuat dam irigasi dan pembangkit tenaga
listrik.
Kelurusan / Lineaments
Struktur geologi yang dijumpai di daerah
penelitian berupa kelurusan-kelurusan. Ciri-ciri
kelurusan pada citra ditandai dengan adanya garis
lurus di antara batuan yang menyebabkan
terputusnya pola litologi (Pusat Survei Geologi)
Dalam citra integrasi IFSAR dan Lnadsat ini,
diperlukan
keterbiasaan
untuk
dapat
menginterpretasi kelurusan-kelurusan geologi pada
citra. Terkadang, terdapat sebuah kelurusan tetapi
karena kurang memahami ciri-ciri pada citra,
sehingga tidak melihatnya sebagai sebuah
kelurusan.
Perbandingan Hasil Kuantitas Antara Peta
Geologi Regional dengan Peta Geologi
Interpretasi
Dengan menggunakan software MapInfo 8.5, dapat
diperoleh hasil perhitungan masing-masing satuan
litologi dan panjang kelurusan pada Peta Geologi
Regional dan Peta Geologi Interpretasi. Pada hasil
penentuan batas litologi pada peta interpretasi
skala 1:50.000, terdapat perbedaan luas,
dikarenakan pada saat pembuatan peta hasil
interpretasi terdapat bangunan waduk seluas
10.967.582,02 m2 . Sedangkan untuk perbedaan
luasan litologi dan selisih lineasi didapatkan
sebagai berikut :
Untuk satuan breksi, terdapat selisih luasan
antara Peta Geologi Regional dengan Peta Hasil
Interpretasi sebesar 88.318.296,5 m2
PENUTUP
Kesimpulan
1. Citra IFSAR dapat digunakan untuk pemetaan
geologi teliti, karena resolusi spasialnya yang
tinggi dan dapat menampilkan kondisi
morfologi suatu daerah.
2. Kombinasi band citra Landsat yang sesuai
untuk interpretasi geologi adalah kombinasi
band RGB 457
3. Litologi daerah Takalar berupa satuan batu
gamping, satuan konglomerat, satuan tuf, diorit,
basal, satuan breksi, satuan lava, endapan
pantai, dan endapan alluvial
4. Satuan litologi yang terluas yaitu satuan
konglomerat seluas 456.783.821 m2 dan satuan
litologi minor yaitu diorit dengan luas
2.119.933,45 m2
5. Total panjang lineasi/kelurusan di daerah
Takalar Sapaya adalah 122,576 km.
6. Litologi wilayah pegunungan didominasi oleh
satuan breksi seluas 91.955.968,1 m2 dan satuan
6
LAMPIRAN 1. HASIL PENGOLAHAN CITRA IFSAR (DSM dan ORRI) DAN LANDSAT
ETM+7
Panjang (k m)
PETA GEOLOGI
REGIONAL
PETA HAS IL
INTERPRETAS I
95,6834
122,576
10
11