TESIS
YETRI LAILI
1206311136
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN MAGISTER TEKNIK INDUSTRI
SALEMBA
JANUARI 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik
YETRI LAILI
1206311136
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN MAGISTER TEKNIK INDUSTRI
SALEMBA
JANUARI 2014
Universitas Indonesia
ii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
:
:
:
:
:
Yetri Laili
1206311136
Magister Teknik Industri
Rancangan Model Struktural Kelembagaan
untuk Peningkatan Capaian Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) Industri Hulu Migas
Indonesia
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal
: 4 Januari 2014
iii
Universitas Indonesia
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Teknik
Industri Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan thesis ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan thesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada :
(1) Bapak Dr.Ir. M.Dachyar, M.Sc dan Bapak Ir. Yadrifil, M.Sc, selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membantu dan mengarahkan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini;
(2) Ibu Dr. Ing. Amalia Suzianti, ST, MSc, Ibu Maya Arlini Puspasari, ST, MT,
MBA, Bapak Armand Omar Moeis, ST, MT, selaku dosen penguji atas
masukan dan pengarahan yang diberikan pada saat dilaksanakannya sidang
tesis ini;
(3) Ibu, Suami dan keluarga tercinta atas doa dan dukungannya;
(4) Seluruh pihak yang terkait dengan kebijakan penggunaan produksi dalam
negeri pada kegiatan usaha hulu migas yang telah mau dimintai pendapat
serta datanya;
(5) Bapak dan Ibu rekan kerja di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi;
(6) Asmirawati, Indramawan, Doddy, Setio, Novan dan teman-teman MTI
Salemba angkatan 2012 atas semangatnya.
Saya berharap akan mendapatkan balasan dari Allah SWT atas kebaikan dan
bantuan yang telah diberikan. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Salemba, 4 Januari 2014
Yetri Laili
iv
Universitas Indonesia
: Yetri Laili
NPM
: 1206311136
Program Studi
Departemen
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknik
Jenis Karya
: Tesis
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
(Yetri Laili)
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
Yetri Laili
Program Studi
Judul
Kata Kunci :
Tingkat Komponen Dalam Negeri, Industri Hulu Migas, Interpretive Structural
Modeling (ISM)
vi
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Yetri Laili
Program of Study
Title
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...............................v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Diagram Keterkaitan Masalah ................................................................................ 6
1.7. Rumusan Masalah .................................................................................................. 7
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 7
1.7. Metodologi Penelitian ............................................................................................ 7
1.7. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 10
2.4.2.
Infrastruktur Lokal..................................................................................... 20
2.4.3.
2.4.4.
Kapabilitas Lokal........................................................................................ 21
2.4.5.
viii
Universitas Indonesia
2.6.1.
2.6.2.
2.6.3.
2.6.4.
2.6.5.
2.6.6.
2.6.7.
3.1.2.
3.4.2.
3.4.3.
3.4.4.
3.4.5.
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Struktural
Kelembagaan
yang
Berpengaruh
dalam
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Target Penggunaan Produk Barang Dalam Negeri pada Kegiatan Usaha
Hulu Migas ........................................................................................... 36
Tabel 2.2 Target Penggunaan Produk Jasa Dalam Negeri pada Kegiatan Usaha
Hulu Migas ........................................................................................... 36
Tabel 2.3 Strategi Stakeholder Migas dalam Pencapaian Target TKDN............. 38
Tabel 2.4 Aplikasi dari ISM ................................................................................. 39
Tabel 2.5 Keterkaitan Antara Sub Elemen pada Teknik ISM .............................. 45
Tabel 3.1 Cadangan Minyak dan Gas Terbukti dan Potensial ............................. 46
Tabel 3.2 Produksi Minyak dan Gas di Indonesia ............................................... 47
Tabel 3.3 Nilai Pengadaan dan Tingkat Komitmen TKDN ................................. 48
Tabel 3.4 Target Nilai TKDN Industri Barang pada Kegiatan Usaha Hulu
Migas ................................................................................................... 49
Tabel 3.5 Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Barang ...................... 50
Tabel 3.6 Struktur Biaya, % Kandungan Dalam Negeri Vs Roadmap TKDN .... 62
Tabel 3.7 Tabel Perhitungan Geomeans ............................................................. 64
Tabel 3.8 Pengolahan SSIM ................................................................................. 65
Tabel 3.9 Pengolahan Reachability Matrix .......................................................... 66
Tabel 3.10 Level Partition Iterasi 1 ...................................................................... 67
Tabel 3.11 Level Partition Iterasi 2 ...................................................................... 67
Tabel 3.12 Level Partition Iterasi 3 ...................................................................... 67
Tabel 3.13 Level Partition Iterasi 4 ...................................................................... 68
Tabel 3.14 Level Partition Iterasi 5 ...................................................................... 68
Tabel 3.15 Level Partition Iterasi 6 ...................................................................... 68
Tabel 3.16 Level Partition Iterasi 7 ...................................................................... 69
Tabel 3.17 Level Partition Iterasi 8 ...................................................................... 69
Tabel 3.18 Final Reachability Matrix .................................................................. 69
Tabel 3.19 Canonical Matrix................................................................................ 70
xi
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia mempunyai sumber daya minyak dan gas yang diperkirakan
mencapai 87,2 miliar barel dan 594,4 triliun standar kaki kubik (TSCF) tersebar di
seluruh wilayah nusantara. Potensi itu berada dalam 60 cekungan sedimen yang
menjadi tempat berkumpulnya minyak atau gas alam (Saputra, 2013).
Dari 60 cekungan, sebanyak 38 di antaranya sudah dieksplorasi dengan
hasil lebih dari 38 persen ditemukan kandungan hydrocarbon dan sebagian sudah
berproduksi. Sisanya sebanyak 22 cekungan sama sekali belum dilakukan
pengeboran, khususnya di wilayah laut dalam dan offshore di bagian Timur
Indonesia, seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, Halmahera dan Maluku, serta Papua.
Rata-rata rasio penemuan cadangan sebesar 30 persen, Indonesia tergolong
menarik bagi investor asing.
Tahun 2001, merupakan titik awal perubahan di industri migas dalam satu
dekade terakhir. Lahirnya Undang - Undang Migas No. 22 Tahun 2001 telah
mengubah banyak hal. Ini tidak hanya membuat kontribusi Pertamina dan
perusahan nasional lainnya yang semakin meningkat, melainkan keterlibatan
pemain lokal yang juga semakin banyak.
Kondisi di atas berbeda jauh dengan situasi sebelum Undang - Undang
Migas 2001, dimana peran pemain multinasional sangat menonjol. Karakter
kegiatan usaha migas yang membutuhkan teknologi canggih, investasi besar,
resiko tinggi serta beroperasi di kawasan terpencil, membuat bisnis ini didominasi
investor dari negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis,
Inggris dan Jepang. Saat itu, Pertamina menjadi pemilik ladang minyak dan
dilarang bermain di bisnis hulu migas lantaran faktor keterbatasan modal dan
resiko tinggi. Porsi Pertamina terhadap produksi minyak masih sangat kecil. Pada
1997 misalnya, Pertamina berada di urutan ke-7 dengan menyumbang 4,6 persen
atau sekitar 68 ribu barrel per hari dari total produksi minyak nasional pada saat
itu sebesar 1,5 juta barrel per hari.
1
Rancangan model..., Yetri Laili, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Namun,
setelah
reformasi
yang
diikuti
dengan
perubahan
Undang - Undang Migas pada 2001, BUMN Pertamina fokus pada pengembangan
bisnis, tercatat produksi minyak Pertamina mencapai 196 ribu barrel per hari pada
tahun 2012, merupakan produsen terbesar kedua dengan pangsa lebih dari 20
persen. Perusahaan migas lainnya, Medco menempati posisi deretan lima besar
produsen minyak dengan produksi 85 ribu barrel per hari pada tahun 2002,
kendati pada tahun-tahun berikutnya produksinya menurun.
Sekarang dari total 308 wilayah kerja migas (termasuk Gas Metana Batu
Bara) yang dikelola perusahaan nasional sebanyak 137 atau 44,4 persen. Itu belum
termasuk para pengusaha domestik yang turut mengelola ladang-ladang minyak
Pertamina melalui sistem Technical Assistant Contract (TAC).
Kepemilikan Wilayah Kerja Sebelum
UU Migas 2001
101
171
16
137
Asing
Nasional
jasa
pada
kegiatan
usaha
hulu
migas
wajib
menggunakan,
2
Rancangan model..., Yetri Laili, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
agar belanja modal (capital expenditure) turut mengalir ke dalam negeri, sehingga
memungkinkan perusahaan lokal tumbuh dan berkembang.
Triliunan dolar pengadaan barang dan jasa akan diperoleh selama 10 tahun
kedepan dalam setiap kegiatan eksplorasi dan pengembangan sumber daya
minyak dan gas bumi di seluruh dunia. Pada periode yang sama juga, triliunan
dolar lebih barang dan jasa akan dibeli oleh masyarakat, perusahaan swasta dan
badan-badan pembangunan resmi untuk membangun infrastruktur jalan, air,
listrik, transportasi dan membeli peralatan dan komponen manufaktur yang
terkait. Tapi seberapa besar proporsi expenditure ini akan dialokasikan untuk
pemasok dan sub kontraktor negara pemilik sumber daya, kepemilikan dalam
negeri, atau pajak terdaftar di negara dimana expenditure ini akan diinvestasikan?
Ini adalah pertanyaan triliunan dolar terhadap kandungan lokal (Warner, 2011).
26,000
80
63
63
22,000
65
61
60
54
Million USD
18,000
49
43
43
14,000
40
10,000
20
6,000
2,000
2006
Expenditure
8,523.90
Goods and Services Procurement 6,857.00
% TKDN
43
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013*
Gambar 1.2 Nilai Pengadaan Barang dan Jasa di Kegiatan Usaha Hulu Migas
Sumber : (Direktorat Jenderal Migas, 2012)
Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam yang sangat
strategis, bukan hanya sebagai sumber pendapatan negara, pemasok kebutuhan
bahan bakar domestik dan bahan baku industri, namun diharapkan juga harus
dapat menciptakan efek berantai untuk peningkatkan kapasitas nasional. Oleh
karena itu diperlukan sebuah strategi untuk memanfaatkan peluang yang
Universitas Indonesia
diciptakan oleh industri minyak dan gas bumi dalam mendukung pembangunan
ekonomi berkelanjutan.
Salah satu strategi tersebut adalah dengan menetapkan kebijakan
kandungan lokal yang akan mendorong pengembangan kapasitas industri dan
manufaktur di negara pemilik sumber daya. Peningkatan kapasitas industri
penunjang hulu migas, harus bersifat kompetitif dengan penyedia barang dan jasa
perusahaan asing. Karena jika tidak dapat bersaing secara kompetitif, perusahaan
dalam negeri akan hilang ketika sumber daya habis. Kebijakan kandungan lokal
harus memberikan kontribusi untuk meningkatkan daya saing dan memastikan
kemajuan serta manfaat terhadap ekonomi nasional.
Perkembangan industri lokal memerlukan penggunaan sumber daya
domestik, terutama tenaga kerja terampil dalam negeri, kandungan lokal
didefinisikan sebagai nilai yang diperoleh dari pengadaan barang dan jasa pada
perekonomian nasional, termasuk didalamnya gaji dan keuntungan, material,
peralatan dan pabrik, sub-kontraktor dan pajak (Warner, 2011). Kandungan lokal
memberikan dampak ekonomi langsung pada lapangan kerja nasional dan dampak
tidak langsung pada pemasok. Untuk mengukur semua itu maka kandungan lokal
yang biasa disebut juga dengan konten dalam negeri ditunjukan dengan proporsi
dari pengadaan barang dan jasa oleh perusahaan yang berasal dari dalam negeri
terhadap total pengadaan.
Kebijakan kandungan lokal dalam pembangunan ekonomi memberikan
banyak tantangan bagi para pembuat kebijakan, pemerintah dan perusahaan.
Kebijakan kandungan lokal membutuhkan peraturan yang sesuai dan kerangka
kerja yang akan mengoptimalkan penciptaan nilai nasional dari industri hulu
dengan merangsang kinerja dan kewirausahaan, nilai-nilai, diversifikasi, transfer
teknologi dan peningkatan pengetahuan, serta memerlukan pemahaman rantai
nilai industri hulu dan ekonominya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
meninjau tantangan dan dampak (positif dan negatif) dari industri hulu di negara
pemilik sumber daya sehingga dapat selalu dilihat untung ruginya.
Di Indonesia istilah kandungan lokal disebut dengan Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) yang merupakan hasil perbandingan antara nilai biaya
komponen/jasa dalam negeri dalam rangka pembuatan produk jadi/jasa dengan
Universitas Indonesia
capaian
TKDN
yang
ditetapkan
pemerintah,
belum
dapat
Universitas Indonesia
Tantangan bagi
peningkatan kapasitas
nasional dan nilai TKDN
Teknologi masih
didominasi asing
Adanya kecendrungan
peningkatan cost recovery
Ketersediaan raw
material untuk industri
tertentu belum ada di
dalam negeri
Universitas Indonesia
1.7.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah belum adanya model yang
menggambarkan strategi kelembagaan yang harus dilakukan dalam upaya
peningkatan capaian nilai TKDN yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah
Indonesia sehingga dapat menggiring manufaktur tersebut lebih ke hulu.
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu
agar hasil yang akan diperoleh sesuai dengan tujuan pelaksanaannya, yaitu :
Ruang lingkup penelitian ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 15
Tahun 2013 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri pada Kegiatan Usaha
Hulu Migas.
Data diperoleh dari para pakar dalam bidang kegiatan usaha hulu migas
melalui wawancara yang terstruktur.
1.7.
Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
Universitas Indonesia
3.
Pengumpulan data
Dalam tahap pengumpulan data dilakukan pengumpulan data yang
berhubungan dengan penelitian, meliputi :
Mengidentifikasi elemen yang relevan dari permasalahan seputar faktor faktor yang mempengaruhi model penelitian.
4.
Membangun
Conical
Matrix/Level
Partition
dengan
cara
5.
Universitas Indonesia
Mulai
Menentukan topik
penelitian
Menentukan
tujuan dan
batasan penelitian
Teori
konten
lokal/
TKDN
Peraturan
TKDN
Industri
Migas
Mempelajari
landasan teori
yang dibutuhkan
Pengumpulan data
Teori
ISM
Data kondisi
seputar faktorfaktor atau
variabel yang
diteliti
Selesai
Universitas Indonesia
10
Sistematika Penulisan
1.7.
BAB IV ANALISIS DATA : dalam bab ini akan dibangun diagram ISM
dan diagram driving power dan dependences yang merupakan output dari
pengolahan dan analisa yang telah dilakukan
Universitas Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
gas bumi, yakni usaha inti (core business) dan usaha penunjang (non core
business). Usaha inti terdiri dari kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir,
sementara usaha penunjang meliputi jasa penunjang (services) dan industri
penunjang (supporting industries).
Usaha Inti Migas
Hulu
Hilir
Exploration
Exploitation
Processing
Transportation
Storage
Trading
Non - Construction
Services
Survei Seismik
Survei non Seismik
Geologi dan
geofisika
Pemboran
Operasi Sumur
Industri
Penunjang Migas
Industri Material dan
Parikasi Peralatan
Industri Material
Industri Peralatan
Industri Pemanfaat
Pemboran
11
Rancangan model..., Yetri Laili, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
12
Kegiatan usaha hulu dimulai dengan tahap ekplorasi yang terdiri dari
kegiatan menemukan dan menilai jumlah sumber daya minyak dan gas. Proses
eksplorasi dan penilaian dapat memakan waktu tiga sampai sepuluh tahun. Setelah
eksplorasi, jika hasil penilaian menunjukan bahwa produksi komersial layak
dilakukan, maka akan dilanjutkan dengan tahap pengembangan. Tahap
pengembangan merupakan semua kegiatan dan investasi yang diperlukan untuk
mempersiapkan lokasi dalam rangka produksi komersial : jalan, sumur produksi,
platform, instalasi produksi, pengolahan dan peralatan ukur, dll. Tahapan
pengembangan dapat memakan waktu dua hingga empat tahun tergantung pada
karakteristik dari proyek dan wilayah kerja.
Tahap pengembangan dilanjutkan dengan tahap produksi yang terdiri dari
semua kegiatan untuk mengangkut minyak dan gas dari sumber berupa reservoir.
Biaya produksi bervariasi tergantung pada kemudahan proses pengangkatan,
ukuran lapangan, situasi geografis (onshore/offshore) dan lingkungan.
BU/BUT KKS
EKSPLORASI
EKSPLOITASI
SURVEI UMUM
STUDI G&G
SERTIFKASI CADANGAN
PENGUMPULAN DATA
EXCLUSIVE SURVEY
POD
KEMUDAHAN AKSES
IMPLEMENTASI POD
PEMBORAN SUMUR
PENGEMBANGAN
DATA
SUMBER DAYA
DISCOVERIES
JOINT STUDY
PENILAIAN CADANGAN
BENTUK KKS
PENILAIAN
PENYIAPAN WK
PENAWARAN WK
PENANDATANGANAN
KEEKONOMIAN
TEKNOLOGI
PEMBORAN
PENGEMBANGAN
MAINTENANCE FASILITAS
PRODUKSI
MONITORING PRODUKSI
KONTRAK KKS
Kegiatan usaha hilir migas adalah kegiatan usaha yang berintikan atau
bertumpu pada kegiatan usaha Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan dan
Universitas Indonesia
13
Niaga. Gambaran kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi dapat dilihat
sebagaimana skema berikut ini.
IMPOR
M.MENTAH
Pipeline
INSTALASI/DEPOT/
T.TRANSIT
INDUSTRI
Pipeline
KILANG
SPBU
OIL BARGE
PENGOLAHAN
PENGANGKUTAN
PENYIMPANAN
NIAGA
LADANG
MINYAK
Kegiatan usaha penunjang migas terdiri atas usaha jasa penunjang meliputi
usaha jasa konstruksi migas dan usaha jasa non konstruksi migas, industri
penunjang migas meliputi industri yang menghasilkan barang, material dan/atau
peralatan yang digunakan terkait sebagai penunjang langsung dalam kegiatan
usaha Migas. Kegiatan industri penunjang meliputi Industri material, peralatan
migas dan industri pemanfaat migas.
2.2.
dengan menggunakan pola bagi hasil yang juga disebut Production Sharing
Contract (PSC). Kontrak kerja sama mengatur tata cara dan tata kerja serta
kewajiban dan hak dari masing-masing piak untuk satu wilayah kerja tertentu
yang telah disepakati oleh masing-masing pihak yang berkontra (Pudyantoro,
2012).
Untuk membagi resiko umumnya dalam satu wilayah kerja seringkali
dikerjakan oleh lebih dari satu kontraktor. Para kontraktor tersebut disebut pula
pemegang interest, bukan pemegang saham. Sebab Kontraktor tidak memiliki
Universitas Indonesia
14
sumber daya alam tersebut, melainkan memiliki interest atau partisipasi terhadap
upaya untuk mencari dan mengangkat migas dari perut bumi.
Produksi migas Indonesia saat ini masih bertumpu pada produksi minyak
mentah dan gas bumi dari lapangan-lapangan lama. Tahun 2007 dan tahun-tahun
berikutnya investasi di sektor hulu migas mulai bergairah dengan peningkatan
belanja dan investasi yang cukup besar, konsekuensinya biaya operasi dan cost
recovery akan meningkat dengan kenaikan investasi tersebut (Pudyantoro, 2012).
Di Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 Jo.
Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1971, model kontrak Minyak dan Gas Bumi
yang digunakan Indonesia adalah bentuk Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing
Contract), dan setelah ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001,
istilah yang digunakan adalah Kontrak Kerja Sama. Selama ini di Indonesia,
model Kontrak yang masih dianggap menguntungkan baik bagi Negara maupun
Kontraktor
adalah
bentuk
Kontrak
Bagi
Hasil
(Production
Sharing
Pelaksana
yang dianggap
Universitas Indonesia
15
dan domestik, serta Pertamina). SKK Migas merupakan supervisor atau manajer
dari PSC. Investor merupakan pihak yang melakukan investasi dan KKKS.
Pemerintah Indonesia dan KKKS melakukan bagi hasil dari pendapatan minyak
dan gas hasil produksi, berdasarkan PSC yang telah disepakati persentasenya.
Biaya operasi didapat dari produksi melalui biaya minyak kontraktor seperti yang
didefinisikan oleh PSC.
Universitas Indonesia
16
Kandungan Lokal
(Warner, Michael, 2010) Kandungan lokal di sektor minyak dan gas bumi
migas
dan
pemerintah
memiliki
sedikit
alat
kuantitatif
untuk
Universitas Indonesia
17
tingkat
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Gambar 2.5 Model untuk Pengembangan Konten Lokal dalam Industri Hulu
Migas
Sumber : (Kazzazi & Nouri, 2012)
Universitas Indonesia
20
Kebijakan industrial haruslah memiliki fokus utama pada upaya - upaya yang
dapat memfasilitasi keikutsertaan dari perusahaan dalam negeri pada kegiatan
industri hulu minyak dan gas bumi.
Bagaimana literatur - literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor
kebijakan pemerintah merupakan faktor yang penting dalam pengembangan
kandungan lokal secara langsung atau melalui faktor lainnya, seperti : kondisi
lingkungan, kapabilitas dalam negeri dan faktor - faktor infrastruktur (Kazzazi &
Nouri, 2012).
2.4.2. Infrastruktur Lokal
Ketersediaan infrastruktur seperti informasi teknologi, standar - standar
barang dan jasa penunjang industri hulu minyak dan gas bumi, lingkungan sosial
dan edukasi pada industri hulu minyak dan gas bumi merupakan fokus utama dari
faktor infrastruktur lokal. Penyediaan dan perawatan dari infrastruktur tersebut
sangat dibutuhkan bagi pemasok dalam negeri agar lebih kompetitif. Infrastruktur
IT merupakan variabel yang sangat penting, karena secara mendasar berdampak
pada pengembangan kandungan lokal. Penyebaran informasi sangatlah penting
dan merupakan salah satu prinsip dari kebijakan untuk membantu perkembangan
kandungan lokal pada industri minyak dan gas (INTSOK, 2003). (Klueh, Pastor,
& Segura, 2009) Merekomendasikan penetapan dan beberapa analisa, yaitu
membangun daftar dari pemasok dalam negeri yang kompeten dan berkualifikasi,
memberikan masukan kepada pemasok dalam negeri yang kompeten untuk
membentuk suatu konsorsium dan mekanisme lainnya untuk melakukan kerja
sama dengan perusahaan asing dan mendukung rencana - rencana untuk
peningkatan kapabilitas dalam negeri, pelatihan dan R&D.
Kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan - perusahaan yang terkait
pada kegiatan industri hulu minyak dan gas bumi seharusnya berfokus pada
bagaimana cara untuk melibatkan perusahaan dalam negeri dengan menggunakan
tenaga kerja dalam negeri. Perhatian harus diberikan pada bagaimana
memfasilitasi agar perusahaan dalam negeri dapat berpartisipasi dalam industri
hulu minyak dan gas bumi tanpa harus mengorbankan kualitas, kesehatan,
keamanan dan standar lingkungan (Heum, Kasande, Ekern, & Nyombi, 2011).
Sarana publik seperti jalan, jalur kereta dan transportasi udara, telekomunikasi,
Universitas Indonesia
21
industri
merupakan
hasil
dari
permintaan
yang
saling
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
tidak dipenuhi oleh pemasok maka akan terjadi diversifikasi (Heum, Kasande,
Ekern, & Nyombi, 2011).
Implementasi dari kebijakan kandungan lokal untuk mendukung
diversifikasi ekonomi dan pembangunan keterikatan dengan industri penunjang
lainnya sangatlah penting, karena adanya trade off antara efisiensi jangka pendek
dengan pembangunan ekonomi jangka panjang (Tordo, 2011). Tidak ada jaminan
bahwa ambisi dan usaha untuk mengikutsertakan kandungan lokal akan
menguntungkan pembangunan dari negara pemilik sumber daya alam.
Pertumbuhan industri merupakan dampak kedua dari pembangunan konten
lokal. Dimana menawarkan peluang bagi industri minyak dan gas untuk
memperkuat profitabilitas dari kegiatan usaha hulu di negara pemilik minyak dan
gas dengan sumber daya minyak dan gas yang besar. Pada dasarnya, setiap topik
berdasarkan pertumbuhan industri, termasuk dampak untuk meningkatkan
pertumbuhan melalui peningkatan kandungan lokal pada barang dan jasa,
dibutuhkan untuk mengambil minyak dan gas dimana semua ini membutuhkan
investasi. Investasi dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
yang dibutuhkan pada pertumbuhan industri.
2.5.
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
pemahaman rantai nilai industry hulu dan ekonominya. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah meninjau tantangan dan dampak (positif dan negatif) dari
industri hulu di negara pemilik sumber daya sehingga dapat selalu dilihat untung
ruginya.
2.6.
1965
1970
Universitas Indonesia
27
minyak.
mengharuskan
Audit
perusahaan
dilakukan
-
oleh
perusahaan
OSO
minyak
dan
untuk
pasar
ekspor
dalam
lingkungan
yang
kompetitif.
2.6.2. Kebijakan Kandungan Lokal di Norwegia
Industri minyak lepas pantai Norwegia dimulai pada tahun 1962,
menyusul kesepakatan membagi Laut Utara dengan Inggris dan Denmark tahun
1965, pemerintah Norwegia mengeluarkan izin pertama untuk kegiatan eksplorasi
pada tahun 1966. Empat puluh tahun berikutnya, industri minyak dan gas lepas
Universitas Indonesia
28
pantai Norwegia tumbuh pesat. Tahun 2001, industri minyak dan gas bumi
Norwegia menyumbang 23% GDP, 45% ekspor, 2% dari total investasi. Produksi
minyak mentah pada tahun 2002 sekitar 1,2 milliar barrel dan 2,3 Tcf gas alam.
Pembangunan sejumlah infrastruktur (jaringan pipa, terminal darat dan workshop
pabrikasi)
Evolusi Kebijakan Pemerintah Norwegia
1965
: Hukum
Perminyakan
Norwegia
diberlakukan,
sehingga
supplier
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
penting cekungan lepas pantai di Australia. Produksi minyak dan gas bumi lepas
pantai Australia dihasilkan oleh lebih dari 50 platform dengan total produksi
sekitar 260 juta barel minyak dan 1,3 Tcf gas alam per tahun.
Evolusi Kebijakan Pemerintah
Australia tidak memiliki kebijakan kandungan lokal, tidak ada preferensi
khusus dari pemerintah untuk konten lokal. Namun, operator dianjurkan untuk
menggunakan supplier dan industri manufaktur Australia semaksimal mungkin.
1984
pendekatan
secara
lunak
untuk
mendorong
: Australian
Industry
Participation
Framework
(AIPF),
Universitas Indonesia
31
Produksi minyak Brazil sekitar 1,5 juta barel dan 44 juta meter kubik gas
alam per hari (550 juta dan 0,6 Tcf per tahun). Brazil merupakan peringkat ke-15
produsen minyak dan gas bumi terkemuka di dunia.
Evolusi dalam Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Brazil memiliki peran aktif dalam mengembangkan industri
minyak dan gas bumi sejak awal 1950-an, termasuk dalam pembentukan Petrobras
yang memiliki keterlibatan langsung dalam hampir semua pengembangan
lapangan minyak dan gas bumi di Brazil.
Petrobras tetap sebagai pemain utama dalam industri minyak dan gas bumi
Brazil, meskipun industri ini sudah dibuka pada tahun 1997. Tercatat sekitar 50
perusahaan minyak internasional telah masuk ke pasar Brazil melalui sejumlah
putaran perizinan. Sebagai bagian dari keterbukaan ini, dibentuklah Badan
Minyak Nasional (National Petroleum Agency) pada tahun 1998 untuk mengatur
kegiatan industri minyak dan gas bumi dalam negeri dan memastikan manfaat
terhadap kapasitas lokal dari proyek-proyek minyak dan gas bumi. Rata-rata
komitmen kandungan lokal dari tender putaran 5 (Agustus 2003) sebesar 78 100
% untuk kegiatan eksplorasi, 30 - 55 % pengeboran dan 5 90 % dalam tahap
pengembangan.
2.6.6. Kebijakan Kandungan Lokal di Malaysia
Industri minyak dan gas bumi lepas pantai di negara ini dimulai pada
tahun 1950, dengan penemuan minyak pertama pada tahun 1962. Ini diikuti oleh
sejumlah penemuan lain terutama penemuan gas. Tahun 2002 produksi minyak
rata-rata Malaysia tercatat sebesar 800.000 barel per hari atau 250 juta per tahun.
Produksi gas naik secara signifikan dalam beberapa tahun terkahir mencapai 2,1
Tcf pada tahun 2002.
Evolusi Dalam Kebijakan Pemerintah
Tujuan kebijakan minyak dan gas bumi Malaysia secara tegas telah
ditetapkan di awal yaitu untuk memaksimalkan kandungan lokal melalui
pengembangan kapasitas nasional dan memperkuat basis industry nasional dalam
rangka menunjang tumbuhnya industri minyak dan gas bumi baik onshore
maupun offshore.
Universitas Indonesia
32
Sebelum 1974
sistem
konsesi
dimana
pemerintah
Malaysia
minyak
milik
negara,
Petronas,
dengan
Universitas Indonesia
33
Saat ini, Nigeria fokus pada penambangan lepas pantai. Produksi harian
Nigeria dibatasi oleh kuota OPEC rata-rata 2 juta barel per hari tahun 2002 (740
juta/tahun) .
Evolusi Dalam Kebijakan Pemerintah Nigeria
Nigeria menjadi anggota OPEC sejak tahun 1971. Secara historis,
perusahaan minyak dan gas bumi Nigeria dan industri pemasok minyak Nigeria
menerima manfaat yang sangat kecil dari expenditure yang dikeluarkan dalam
operasional industry ini. Estimasi dari Nigerian National Petroleum Company
(NNPC) pada tahun 2000, menyatakan bahwa perusahaan Nigeria menerima
kurang dari 5% dari 3 miliar USD per tahun yang dikeluarkan untuk expenditure
operasi minyak dan gas bumi negara itu.
Sejak 1999, pemerintah Nigeria telah bergerak untuk meningkatkan
kandungan lokal dalam industry minyak dan gas bumi Nigeria. Sebuah badan
Local Bussiness Development/Global Procurement Unit didirikan melalui upaya
bersama antara Chevron Nigeria Ltd dan NNPC. Inisiatif ini mencakup kegiatan
yang berkaitan dengan i) penghargaan terhadap kontrak perusahaan Nigeria, ii)
Penambangan minyak oleh perusahaan lokal Nigeria, iii) fasilitasi transfer
teknologi, iv) menyelenggarakan pameran kandungan lokal.
Universitas Indonesia
34
kebutuhan bahan bakar domestik dan bahan baku industri, namun juga harus dapat
menciptakan efek berantai untuk peningkatkan kapasitas nasional.
Saat ini, proyek-proyek migas masih sangat tergantung kepada sindikasi
pendanaan dari lembaga perbankan asing, manajemen pada industri migas masih
didominasi oleh manajemen asing, demikian pula dalam hal teknologi migas.
Sebagaimana amanat UU No. 22 Tahun 2001, yaitu : mendukung dan
menumbuh-kembangkan kemampuan nasional, menciptakan lapangan kerja,
untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional dan internasional,
diperlukan kebijakan/ regulasi yang terintegrasi lintas sektor untuk meningkatkan
kapasitas nasional dengan Ditjen Migas sebagai desk sektor migas dengan
memberikan keberpihakan kepada Industri Migas nasional.
Universitas Indonesia
35
awal tahun 2013, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah
menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No. 15 Tahun 2013 tentang Penggunaan
Produk Dalam Negeri pada Kegiatan Usaha Hulu Migas, tercantum kewajiban
KKKS untuk mengutamakan keikutsertaan perusahaan dalam negeri dan juga di
tetapkan roadmap penggunaan produk dalam negeri untuk beberapa komoditas
utama dalam pengadaan barang dan jasa di kegiatan usaha hulu migas.
Pengaturan penggunaan produk dalam negeri pada Permen tersebut
bertujuan untuk :
1.
2.
3.
4.
target TKDN pada kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berupa roadmap
(peta jalur) pencapaian target TKDN.
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
Daftar
barang
yang
dikategorikan
diwajibkan,
dimaksimalkan
dan
diberdayakan
2.
3.
Daftar kemampuan produsen barang dalam negeri dan penyedia jasa yang
telah memiliki SKUP Migas
Untuk mencapai target di atas, ditetapkan tugas dan tanggung jawab
Universitas Indonesia
38
SKK MIGAS
Melakukan
penelitian
dan
penilaian kemampuan produk
dalam negeri dalam rangka
menerbitkan SKUP Migas;
Penyedia
Barang & Jasa
KKKS
2.8.
Universitas Indonesia
39
2.8.1.
mengetahui
elemen
penting
dalam
pelaksanaan manajemen pengetahuan di
Industri India
pengambilan keputusan strategis dalam
manajerial kelompok
ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks. ISM dapat digunakan untuk
Universitas Indonesia
40
Interaction
Matrix/SSIM)
Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen tujuan yang
dituju. Empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan yang ada
antara dua elemen dari dua system yang dipertimbangkan adalah :
Universitas Indonesia
41
Ai,
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
Perbandingan (Comparatif)
Pernyataan (Definitif)
Pengaruh (Influence)
Keruangan (Spasial)
Kewaktuan
(Temporary/Time Scale)
Universitas Indonesia
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisikan pengumpulan dan pengolahan data. Dimana pada
bagian pengumpulan data terdiri atas data primer dan data sekunder. Bagian
pengolahan data akan memaparkan mengenai metode pengolahan data yang
digunakan serta hasil pengolahan data yang akan dibahas pada bab analisa.
3.1
Pengumpulan Data
Proven
Potensial
Total
Proven
Potensial
Total
2001
5.10
4.65
9.75
92.10
76.05
168.15
2002
4.72
5.03
9.75
90.30
86.29
176.59
2003
4.73
4.40
9.13
91.17
86.96
178.13
2004
4.30
4.31
8.61
97.81
90.53
188.34
2005
4.19
4.44
8.63
97.26
88.54
185.80
2006
4.37
4.56
8.93
94.00
93.10
187.10
2007
3.99
4.41
8.40
106.00
59.00
165.00
2008
3.75
4.47
8.22
112.50
57.60
170.10
2009
4.30
3.70
8.00
107.34
52.29
159.63
2010
4.23
3.53
7.76
108.40
48.74
157.14
2011
4.04
3.69
7.73
104.71
48.18
152.89
2012
3.74
3.67
7.41
103.35
47.35
150.70
47
Rancangan model..., Yetri Laili, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
48
Produksi Gas
Minyak
Kondensat
Total
MSCFD
2005
934.80
127.30
1,062.10
8,179.00
2006
883.00
122.60
1,005.60
8,093.00
2007
836.00
118.40
954.40
7,686.00
2008
853.80
123.00
976.80
7,883.00
2009
826.50
122.30
948.80
8,386.00
2010
823.70
121.20
944.90
9,336.00
2011
794.20
107.80
902.00
8,921.59
2012
763.40
96.30
859.70
8,146.90
Universitas Indonesia
49
Jasa (Juta
US$)
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
5862
4737
6568
5408
6976
8109
5082
995
1846
1400
3577
3811
3706
11531
TKDN
6857
6583
7968
8985
10787
11815
16613
43%
54%
43%
49%
63%
61%
60%
Dari Tabel 3.3 diatas, terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari tahun ke tahun, namun terlepas dari itu
semua, perlu ditelusuri lebih dalam mengenai kedalaman industri penunjang yang
mendukung pencapaian nilai tersebut. SKK Migas telah menetapkan 14 (empat
belas) komoditas utama yang menyokong kegiatan usaha hulu migas yaitu :
1.
2.
Jasa Pemboran
3.
4.
5.
6.
Feed Study
7.
8.
9.
Universitas Indonesia
50
barang
kemudian
dibandingkan
dengan
perhitungan
persentase
kandungan dalam negerinya. Industri tersebut seperti terlihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Target Nilai TKDN Industri Barang pada
Kegiatan Usaha Hulu Migas
Sumber : (ESDM, 2013)
Road Map TKDN
Jangka
Jangka
Pendek (2013 Menengah
-2016)
(2017 - 2020)
Komoditas
Wellhead and X Mass Tree
Jangka
Panjang
(2021-2025)
-Darat
40
60
80
-Laut
- Hi Grade
- Low Grade
15
25
15
50
35
40
25
65
50
55
40
80
Lumpur
pemboran,
semen, dan
bahan kimia
40
60
80
Pumping Unit
40
55
70
15
30
50
BBM
60
75
95
2.
Tenaga kerja
a. Biaya tenaga kerja yang terkait langsung dengan proses produksi, contoh
foreman, operator, helper, QC inspector dan lain - lain
b. Pajak penghasilan, asuransi tenaga kerja, seragam (alat pelindung diri),
mobilisasi
Universitas Indonesia
51
3.
4.
Factory Overhead
a. Material habis pakai (consumables material)
b. Tenaga kerja tidak langsung, contoh manager produksi, manajer QA/QC,
dan lain - lain.
c. Biaya depresiasi mesin atau biaya sewa mesin
d. Telepon, listrik dan biaya lainnya.
Dari komponen biaya penyusun di atas, dihitung biaya komponen dalam
negeri dan komponen biaya luar negerinya, seperti dijelaskan pada Tabel 3.5.
kemudian dengan persamaan (1) atau (2) akan didapat persentase nilai TKDN
barang.
Tabel 3.5 Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Barang
Sumber : (ESDM, 2013)
Nama Pabrikan
Perhitungan
Biaya Komponen
Dalam Negeri
Biaya
Komponen
Dalam Negeri
Biaya
Total
% Komponen
Biaya
c=a+b
d = a/c
Rp/US$
I.
II.
III.
IV.
Universitas Indonesia
52
Gambar 3.1 Penentuan Komponen Dalam Negeri (KDN) dan Komponen Luar
Negeri (KLN)
Sumber : (ESDM, 2013)
Penentuan Komponen Dalam Negeri (KDN) dan Komponen Luar Negeri
(KLN) untuk masing - masing komponen penyusun biaya dalam perhitungan
TKDN dapat dijelaskan pada Gambar 3.3. Penentuan kepemilikan alat kerja
berlaku ketentuan khusus, dijelaskan pada Gambar 3.4.
Universitas Indonesia
53
Keterangan :
1. Perusahaan Dalam Negeri (DN) : Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, dan Badan Usaha Swasta yang kepemilikan sahamnya minimal
51% (lima puluh satu persen) dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah dan/atau Perseorangan Warga Negara Indonesia
serta didirikan dan berbadan hukum di Indonesia;
2. Perusahaan Nasional : Badan Usaha Swasta yang kepemilikan sahamnya
lebih dari 51% (lima puluh satu persen) dimiliki oleh Perusahaan Asing atau
Warga Negara Asing serta didirikan dan berbadan hukum di Indonesia
3. Perusahaan Asing : Badan Usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar
wilayah Indonesia
3.2
Perbandingan
Struktur
Biaya
Pendukung
dengan
Persentase
% Struktur biaya
% KDN per Komponen
%TKDN
Material Tenaga Alat Jasa Material Tenaga Alat
Jasa
Rata2
Kerja Kerja Umum
Kerja Kerja Umum
14.68
7.69
3.07
8.19
7.15
9.00
15.81
5.89
99.99
99.29
83.11
78.07
95.44
87.31
35.93
75.12
26.31
91.97
3.1
2.93
2.00
46.04
100.00 78.41
96.28
49.67
Bentonite
64.56
5.57
1.71
28.16
48.4
100.00 35.99
58.97
54.04
Barite
82.06
4.4
1.61
11.93
48.4
100.00 35.99
58.97
51.73
Calcium Carbonate
63.34
3.31
22.05
11.3
49.64
100.00 75.00
95.04
62.03
PAC MAC
85.26
3.67
2.38
8.69
37.52
99.87
97.61
99.82
46.65
89.45
Jangka
Jangka
Jangka
Pendek
Menengah
Panjang
(2013 -2016) (2017 - 2020) (2021-2025)
-Darat
40
60
80
-Laut
- Hi Grade
- Low Grade
15
25
15
50
35
40
25
65
50
55
40
80
Lumpur
pemboran,
semen, dan
bahan kimia
40
60
80
45.7
3.34
2.67
48.28
83.36
100
45.56
96.94
Pumping Unit
87.82
2.22
2.52
7.44
47.07
100
83.33
91.49
52.46
40
55
70
61.97
17.08
0.51
0.95
25.65
100.00
100.00
73.65
34.18
15
30
50
BBM
97.82
0.71
0.51
0.95
76.03
100
60.17
98.79
76.33
60
75
95
Universitas Indonesia
54
X Mass Tree ini masih rendah. Material utama yang digunakan dalam
memproduksi Wellhead and X Mass Tree adalah berupa round bar dan selama ini
masih berasal dari luar negeri.
3.3
pada kegiatan usaha hulu migas dilakukan dengan metode kualitatif yaitu
melakukan wawancara terstruktur dan kuesioner kepada pakar dibidang minyak
dan gas bumi dan kebijakan TKDN.
Industri
Unggulan
Berbasis
Teknologi
Tinggi,
Kementerian
Perindustrian
a. Direktorat Permesinan dan Alat Pertanian
b. Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Pertahanan
4. Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (Timnas P3DN),
yang diketuai Menteri Perindustrian, dibentuk berdasarkan Instruksi Presiden
No. 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Universitas Indonesia
55
Pengendalian
Program
dan
Anggaran,
Deputi
Pengendalian
Universitas Indonesia
56
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Variabel
Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Migas,
Ditjen Migas, KESDM
Direktorat Pembinaan Program Migas, Ditjen
Migas, KESDM
Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas,
Ditjen Migas, KESDM
Direktorat Industri Material Logam Dasar,
Ditjen
Basis
Industri
Manufaktur,
Kementerian Perindustrian
Direktorat Industri Kimia Dasar, Ditjen Basis
Industri
Manufaktur,
Kementerian
Perindustrian
Direktorat Permesinan dan Alat Pertanian,
Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi
Tinggi, Kementerian Perindustrian
Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan
dan Pertahanan, Ditjen Industri Unggulan
Berbasis Teknologi Tinggi, Kementerian
Perindustrian
Tim Nasional Peningkatan Penggunaan
Produk Dalam Negeri (Timnas P3DN)
Divisi Manajemen Proyek dan Pengendalian
Fasilitas, Deputi Pengendalian dan Operasi,
SKK Migas
Divisi
Penunjang
Operasi,
Deputi
Pengendalian dan Operasi, SKK Migas
Divisi Pengendalian Program dan Anggaran,
Deputi Pengendalian Perencanaan, SKK
Migas
Divisi Pengelolaan Rantai Suplai KKKS,
Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis, SKK
Migas
Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan
Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan
Badan Koordinasi Penananaman Modal
Gabungan Usaha Penunjang Migas (GUSPEN
MIGAS)
R1
4
R2
4
R3
4
R4
4
R5
4
Geomeans
4,00
3,57
4,00
3,78
3,78
3,57
2,55
3
3
2
3
2
4
4
4
3
4
3
3,57
3,78
2,55
3,78
4,00
3,57
3,57
2,70
3,57
Universitas Indonesia
57
3.4
Variabel
Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
Indonesia
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
Penyedia Barang Dan Jasa Dalam Negeri
Surveyor Independen
Badan
Pengawasan
Keuangan
Dan
Pembangunan (BPKP)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Akademisi
Lembaga Perbankan Nasional
R1
R2
R3
R4
R5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2
2
1
2
2
3
2
3
3
2
2
2
3
3
3
Geomeans
3,57
4,00
4,00
3,57
2,17
2,17
2,35
2,22
mendapatkan
hubungan
keterkaitan
antar
lembaga
yang
Variabel
17
16
15
14
13
12
11
10
Universitas Indonesia
58
Variabel
10
11
12
13
14
15
16
17
17
16
15
14
13
12
11
10
Jika hubungan Ei terhadap Ej = V dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji
= 0 dalam RM
Jika hubungan Ei terhadap Ej = A dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji
= 1 dalam RM
Jika hubungan Ei terhadap Ej = X dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji
= 1 dalam RM
Jika hubungan Ei terhadap Ej = O dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji
= 0 dalam RM
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
Reachabilitas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1.3,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17
1,2,3,8,9,10,12,14,15,16
1,3,8,9,10,12,14,15,16
1,4,5,6,10,13,14,15,16,17
1,4,5,6,10,13,14,15,16,17
1,4,5,6,10,13,14,15,16,17
1,4,5,6,7,10,13,14,15,16,17
1,3,8,10,13,15,16
3,8,9,10,13,15,16
10,13,14,15,16,17
1,2,3,8,9,10,11,12,13,14,15,16
1,2,3,10,12,14,15,16
13,16
1,2,3,13,14,16
13,14,15,16
16
16
17
15,16,17
Antecedents
1,2,3,4,5,6,7,8,11,12,14
2,11,12,14
1,2,3,8,9,11,12,14
4,5,6,7
4,5,6,7
4,5,6,7
7
1,2,3,8,9,11
1,2,3,9,11
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12
1,11
1,2,11,12
1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15
1,2,3,4,5,6,7,10,11,12,14,15
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,1
7
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,1
4,15,16,17
1,3,4,5,6,7,10,17
Intersection
Set
1,3,8,11,12,14
2,12,14
1,3,8,9,14
4,5,6
4,5,6
4,5,6
7
1,3,8
3,9
10
1,11
1,2,12
13
1,2,3,14
15
Level
16
17
Reachabilitas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1,3,8,9,10,11,12,13,14,15,17
1,2,3,8,9,10,12,14,15
1,3,8,9,10,13,14,15,17
1,4,5,6,10,13,14,15,17
1,4,5,6,10,13,14,15,17
1,4,5,6,10,13,14,15,17
1,4,5,6,7,10,13,14,15,17
1,3,8,10,13,15
3,8,9,10,13,15
10,13,14,15,17
1,2,3,8,9,10,11,12,13,14,15
1,2,3,10,12,14,15
13
1,2,3,13,14
13,14,15
17
15,17
Antecedents
Intersection
1,2,3,4,5,6,7,8,11,12,14
2,11,12,14
1,2,3,8,9,11,12,14
4,5,6,7
4,5,6,7
4,5,6,7
7
1,2,3,8,9,11
1,2,3,9,11
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12
1,11
1,2,11,12
1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15
1,2,3,4,5,6,7,10,11,12,14,15
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,
17
1,3,4,5,6,7,10,17
1,3,8,11,12,14
2,12,14
1,3,8,9,14
4,5,6
4,5,6
4,5,6
7
1,3,8
3,9
10
1,11
1,2,12
13
1,2,3,14
15
Level
17
Universitas Indonesia
II
61
Reachabilitas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
1,3,8,9,10,11,12,14,15,17
1,2,3,8,9,10,12,14,15
1,3,8,9,10,14,15,17
1,4,5,6,10,14,15,17
1,4,5,6,10,14,15,17
1,4,5,6,10,14,15,17
1,4,5,6,7,10,14,15,17
1,3,8,10,15
3,8,9,10,15
10,14,15,17
1,2,3,8,9,10,11,12,14,15
1,2,3,10,12,14,15
1,2,3,14
14,15
17
15,17
Antecedents
Intersection
1,2,3,4,5,6,7,8,11,12,14
2,11,12,14
1,2,3,8,9,11,12,14
4,5,6,7
4,5,6,7
4,5,6,7
7
1,2,3,8,9,11
1,2,3,9,11
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12
1,11
1,2,11,12
1,2,3,4,5,6,7,10,11,12,14,15
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,
17
1,3,4,5,6,7,10,17
Level
1,3,8,11,12,14
2,12,14
1,3,8,9,14
4,5,6
4,5,6
4,5,6
7
1,3,8
3,9
10
1,11
1,2,12
1,2,3,14
15
III
17
Reachabilitas
4,5,6,10,15,17
4,5,6,10,15,17
4,5,6,10,15,17
4,5,6,7,10,15,17
8,10,15
8,9,10,15
10,15,17
8,9,10,11,12,15
10,12,15
15
15,17
Antecedents
Intersection
4,5,6,7
4,5,6,7
4,5,6,7
7
8,9,11
9,11
4,5,6,7,8,9,10,11,12
11
11,12
4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,17
4,5,6,7,10,17
Level
4,5,6
4,5,6
4,5,6
7
8
9
10
11
12
15
17
IV
Reachabilitas
4,5,6,10,17
4,5,6,10,17
4,5,6,10,17
4,5,6,7,10,17
8,10
8,9,10
10,17
8,9,10,11,12
10,12
17
Antecedents
4,5,6,7
4,5,6,7
4,5,6,7
7
8,9,11
9,11
4,5,6,7,8,9,10,11,12
11
11,12
4,5,6,7,10,17
Intersection
Level
4,5,6
4,5,6
4,5,6
7
8
9
10
11
12
17
Universitas Indonesia
62
Reachabilitas
4,5,6,10
4,5,6,10
4,5,6,10
4,5,6,7,10
8,10
8,9,10
10
8,9,10,11,12
10,12
Antecedents
Intersection
4,5,6,7
4,5,6,7
4,5,6,7
7
8,9,11
9,11
4,5,6,7,8,9,10,11,12
11
11,12
Level
4,5,6
4,5,6
4,5,6
7
8
9
10
11
12
VI
Reachabilitas
4,5,6
4,5,6
4,5,6
4,5,6,7
8
8,9
8,9,11,12
12
Antecedents
Intersection
4,5,6,7
4,5,6,7
4,5,6,7
7
8,9,11
9,11
11
11,12
Level
4,5,6
4,5,6
4,5,6
7
8
9
11
12
VII
VII
VII
VII
VII
Reachabilitas
7
9
11
Antecedents
Intersection
7
9
11
7
9
11
Level
VIII
VIII
VIII
Reachabilitas
16
13
1,2,3,14
15
17
10
4,5,6
4,5,6
4,5,6
8
12
7
9
11
Antecedent
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17
1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15
1,2,3,4,5,6,7,10,11,12,14,15
4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,17
4,5,6,7,10,17
4,5,6,7,8,9,10,11,12
4,5,6,7
4,5,6,7
4,5,6,7
8,9,11
11,12
7
9
11
Intersection
Set
16
13
1,2,3,14
15
17
10
4,5,6
4,5,6
4,5,6
8
12
7
9
11
Level
I
II
III
IV
V
VI
VII
VII
VII
VII
VII
VIII
VIII
VIII
Universitas Indonesia
63
16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
17 13 11
1
2
3
2
0
0
0
1
0
1
0
0
0
3
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
4
0
0
0
1
1
0
1
1
8
3
14
0
0
1
1
1
1
1
0
1
15
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
12 14
3
3
4
17
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
8
10
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
5
6
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
1
1
1
0
0
0
0
12
0
0
1
1
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
0
0
1
1
1
0
0
0
0
11
0
0
1
0
0
0
0
0
0
DRIVER POWER
1
2
12
10
10
6
4
3
6
LEVEL
I
II
III
III
III
III
IV
V
VI
1
1
1
0
0
1
0
0
4
1
1
1
0
0
1
0
0
4
1
1
1
0
0
1
0
0
4
0
0
0
1
0
0
1
1
6
0
0
0
0
1
0
0
1
4
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
5
0
0
0
0
0
0
0
1
2
10
10
10
7
8
11
7
12
VII
VII
VII
VII
VII
VIII
VIII
VIII
Nilai Driver Power didapat dari penjumlahan nilai pada kolom horizontal j,
sedangkan nilai Dependence Power didapat dari penjumlahan nilai pada kolom
vertikal i.
3.4.4. Driver Power Dependence Matrix
Tahap selanjutnya adalah mengklasifikasikan variabel kunci yang penting
untuk pengembangan program. Variabel - variabel tersebut dibagi menjadi 4
bagian. Driver Power dan Dependence dari variabel - variabel digambarkan pada
Gambar 3.12 dibawah ini:
Universitas Indonesia
DRIVER POWER
64
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
IV
III
11
7
2,4,5,6
12
3
9
14,10
I
II
15
17
13
1
8
9
10
11
DEPENDENCE POWER
12
13
14
15
16
16
17
Universitas Indonesia
65
Level 1
Level 2
Level 4
Level 5
4. Direktorat Industri
Material Logam Dasar,
Ditjen Basis Industri
Manufaktur, Kementerian
Perindustrian
Level 3
Level 6
6. Direktorat Permesinan
8. Divisi Manajemen
dan Alat Pertanian, Ditjen Proyek dan Pengendalian
Industri Unggulan Berbasis
Fasilitas, Deputi
Teknologi Tinggi,
Pengendalian dan
Kementerian Perindustrian
Operasi, SKK Migas
Level 7
Level 8
Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis Perbandingan Struktur Biaya Pendukung dengan Persentase
4.1.
% Struktur biaya
% KDN per Komponen
%TKDN
Material Tenaga Alat Jasa Material Tenaga Alat
Jasa
Rata2
Kerja Kerja Umum
Kerja Kerja Umum
14.68
7.69
3.07
8.19
7.15
9.00
15.81
5.89
99.99
99.29
83.11
78.07
95.44
87.31
35.93
75.12
26.31
91.97
3.1
2.93
2.00
46.04
100.00 78.41
96.28
49.67
Bentonite
64.56
5.57
1.71
28.16
48.4
100.00 35.99
58.97
54.04
Barite
82.06
4.4
1.61
11.93
48.4
100.00 35.99
58.97
51.73
Calcium Carbonate
63.34
3.31
22.05
11.3
49.64
100.00 75.00
95.04
62.03
PAC MAC
85.26
3.67
2.38
8.69
37.52
99.87
97.61
99.82
46.65
89.45
Jangka
Jangka
Jangka
Pendek
Menengah
Panjang
(2013 -2016) (2017 - 2020) (2021-2025)
-Darat
40
60
80
-Laut
- Hi Grade
- Low Grade
15
25
15
50
35
40
25
65
50
55
40
80
Lumpur
pemboran,
semen, dan
bahan kimia
40
60
80
45.7
3.34
2.67
48.28
83.36
100
45.56
96.94
Pumping Unit
87.82
2.22
2.52
7.44
47.07
100
83.33
91.49
52.46
40
55
70
61.97
17.08
0.51
0.95
25.65
100.00
100.00
73.65
34.18
15
30
50
BBM
97.82
0.71
0.51
0.95
76.03
100
60.17
98.79
76.33
60
75
95
66
Rancangan model..., Yetri Laili, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
67
Universitas Indonesia
68
Level 1
Level 2
Level 4
Level 5
4. Direktorat Industri
Material Logam Dasar,
Ditjen Basis Industri
Manufaktur, Kementerian
Perindustrian
Level 3
6. Direktorat Permesinan
8. Divisi Manajemen
dan Alat Pertanian, Ditjen Proyek dan Pengendalian
Industri Unggulan Berbasis
Fasilitas, Deputi
Teknologi Tinggi,
Pengendalian dan
Kementerian Perindustrian
Operasi, SKK Migas
Level 6
Level 7
Level 8
Universitas Indonesia
69
Dari model diatas terlihat bahwa urutan lembaga yang paling berpengaruh dalam
peningkatan capaian nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada
kegiatan usaha hulu migas adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Surveyor Independen
5.
6.
Direktorat
Pembinaan
Program
Migas
Direktorat
Jenderal
Migas
8.
Level 1 : Penyedia Barang dan Jasa Dalam Negeri, merupakan badan usaha
atau perseorangan yang memiliki kemampuan menyediakan barang dan jasa
untuk kepentingan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada kegiatan
usaha hulu migas sesuai dengan bidang usaha dan kualifikasinya. Penyedia
Universitas Indonesia
70
3.
4.
5.
6.
Universitas Indonesia
71
7.
Kementerian
Perindustrian,
Divisi
Manajemen
Proyek
dan
8.
MICMAC Analisis
MICMAC analisis yang membangun diagram Driving Power dan
DRIVER POWER
IV
III
11
7
2,4,5,6
12
3
9
14,10
I
II
15
17
13
1
8
9
10
11
DEPENDENCE POWER
12
13
14
15
16
16
17
Universitas Indonesia
72
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN
1.7.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan,
2.
1.7.
Saran
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut terutama yang berkaitan dengan
73
Rancangan model..., Yetri Laili, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
74
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
75
Universitas Indonesia
76
Universitas Indonesia