Anda di halaman 1dari 2

Nama : Gerson Markarien Kaban

Tingkat : III-A Teologi


NIM : 07.01.460
M.Kuliah : Teologi PB I
Dosen : Pdt.Dr.J.R.Sipayung, M.Th

Menyadari Makna Yesus Dalam Kehidupanku Sebagai Jawaban Atas Pertanyaan Yesus
Dalam Markus 8:29a, “Menurut Kamu Siapakah Aku?”

Setamat SLTP, saya ingin melanjutkan SLTA di sekolah yang sama. Tetapi orangtua
melarang, karena abang juga sekolah di situ. Abang saya terkenal dengan kebandelannya
(dikarenakan abang bandel, mamak sering dipanggil ke kantor karena bosan berjumpa dengan guru-
gurunya mamak melarang saya satu sekolah dengan abang). Saya akhirnya bersekolah di SLTA
Gajah Mada (dekat rumah), sekolah ini mempunyai bangunan bertingkat 3, ruang untuk SLTA-
SLTP berada di lantai 2 dan SLTP-SLTA masuk siang. Jadilah, saya bersekolah di sana. Tetapi
karena bukan keinginan hati, semua berantakan. Keinginan saya untuk belajar berkurang bahkan
saya yang ketika SLTP masuk 10 besar, di SLTA saya masuk 40 besar.
Waktu berjalan, saya sudah mulai bosan. Puncak kebosanan saya, ketika naik kelas II. Saya
minta pindah sekolah, mamak melarang, karena tidak adanya biaya. Orangtua saya memberi
pilihan, tetap sekolah atau ke ladang (bapak gak kerja lagi, jadi beliau menanam jeruk di kampung).
Saya berpikir, akhirnya saya meutuskan pergi ke ladang membantu bapak
Sampai di kampung, banyak “suara sumbang” yang di tujukan kepada saya, ada yang
mengatakan saya sudah membunuh orang di medan sehingga saya di ungsikan ke kampung. Selain
itu, ada yang memvonis saya, orang itu berkata “kalau masa depan saya suram, hanya sampai SLTP
lah tingkat pendidikan saya.”
Setiap hari kerja saya menyiangi jeruk, memberi obat anti hama, memberi pupuk, masak,
dan menggembalakan kambing dan sapi (sebagai modal tahun ajaran baru, buat masuk sekolah
baru). Saya masih ingat sebuah peristiwa dimana saya di ejek, di hina pemuda kampung. Sewaktu
saya lewat mereka berkata “bau kambing” (ejekekan itu masih saya ingat, dan ini menjadi motivasi
saya dalam meraih masa depan).
Suatu hari beras habis, kiriman dari mamak belum datang, saya bingung apa yang mau di
makan. Bapak mempunyai kebiasaan meletekkan “uang receh” di sudut “sapo” (gubuk). Uang receh
itu di kumpul dan Puji Tuhan, jumlahnya pas dengan harga beras “setumba” pada masa itu.

1
Sepanjang jalan saya menangis, menangisi nasib, sepanjang jalan saya berdoa “Tuhan, engkaulah
yang mempunyai diriku, engkaulah Tuhanku. Berilah aku muzijat Mu.”
Sejak peristiwa itu saya mempunyai pengalaman baru dan sejak peristiwa itu saya semakin
dekat dengan TUHAN. Tanggal 31-12-2006, tepatnya di hari pergantian tahun, saya berdoa dan
meminta kepada Tuhan, saya meminta agar Dia yang berkuasa di hidupku dan berkarya di setiap
hembusan nafasku. Doa ku di jawab Tuhan, tepatnya di hari ulang tahun ku tanggal 14-01-2007,
pada saat itu gereja kekurangan guru sekolah minggu diaken sektor mengajak adik bergabung,
tetapi ia tidak mau, dia cerita kepada saya. Ketika adik menceritakan hal itu, entah kenapa ada
sebuah suara yang berkata “Ambil-ambil inilah jalan yang telah Aku berikan kepadamu.” Di hari
ulag tahun ku, kami menjadi tuan rumah “pekan penatalayanan” (acara gereja setelah tahun baru).
Diaken sektor bertanya lagi apakah adikku bersedia menjadi guru sekolah minggu, adik
menolaknya. Saya yang sedari tadi di kamar mendengar pembicaraan mereka, saya keluar dan
berkata “aku mau”.
Sejak peristiwa itulah saya mulai aktif di Gereja dan mulai merasakan berkatNya. Saya yang
dahulu pengangguran, di hina, di caci menjadi hambaNya. Dapat dibayangkan saya yang dahulu
pengangguran, menjadi hamba Kristus, tetapi saya percaya “Allah tidak salah memilih seseorang
menjadi pengabar injilNya.”
Melalui pengalaman saya, saya menyadari Yesus adalah
 Anak Allah (Yoh.5:30)
 Firman yang hidup (Yoh.1:14)
 Seorang yang menyatakan kerendahanNya (Mat.8:20)
 Sebagai hakim (Mat.25:31)
 Penuntut, pembimbing dan penasehat dalam hidupku.

Anda mungkin juga menyukai