Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

System pernapasan merupakan system yang vital bagi mahluk hidup. Sistem
pernapasan memiliki sistem yang cukup kompleks yang disusun oleh sistemsistem organ, antara lain ronga hidung, faring, laring, trachea, bronchus, paru-paru
(bronchiolus, alveolus). Sistem-sistem ini tentunya saling memiliki keterkaitan
satu dengan yang lainnya. Apabila ada salah satu sistem yang terganggu maka
kelancaran sistem pernapasan akan terganggu. Hal ini bisa disebabkan oleh
berbagai faktor atau agen penyebab seperti infeksi bakteri, virus, parasit, jamur
dan juga agen-agen non infeksius seprti debu, asap kendaraan, asap pabrik, rokok,
dll.
Dalam dunia veteriner, dewasa ini banyak penyakit yang menyerang sistem
pernapasan pada hewan, terutama hewan-hewan kecil seperti anjing dan kucing.
Salah satu di antaranya adalah Bronchitis yang menyerang salah satu sistem organ
dari sistem pernapasan bagian bawah yaitu paru-paru tepatnya Bronchus. Broncus
memiliki fungsi sebagai kaliber jalan udara pada sistem pernapasan yang
membawa udara dari trachea ke paru-paru. Apabila terjadi gangguan peradangan
pada bronchus maka penyakitnya disebut Bronchitis. Berdasarkan agen
penyebabnya bronchitis dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu bronchitis akut dan
bronchitis kronik. Bronchitis akut disebabkan oleh agen infeksius seperti virus
dan bakteri, sedangkan bronchitis kronik bisa disebabkan oleh jamur, debu, dll.
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, perubahan bronkos
tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen elastis dan otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side),sedangakan
bronkus besar jarang terjadi .bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat
bersamaan pada seorang pasien dalam keadaan lanjut ,penyakit ini sering
menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakn kronik
obstruksi pulmonary disease. Penyebab utama adalah merokok yang berat dan

berjangka panjang, yang mengititasi tabung bronkial dan menyebabkan mereka


menghasilkan lendir yang berlebihan.
1.2.
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Apakah definisi dari Bronchitis ?
Bagaimana gejala unggas terkena bronchitis ?
Bagaimana penanggulangan infeksi bronchitis ?
Apa saja obat yang digunakan untuk bronchitis ?
Bagaimana bronchitis yang terjadi unggas ?

1.3.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang infeksi bronchitis beserta manajemen
terapinya
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian bronchitis.
b. Mengetahui gejala-gejala bronchitis pada hewan unggas.
c. Mengetahui obat-obat yang digunakan untuk bronchitis pada hewan
d. Mengetahui cara penularan bronchitis pada unggas yang terkena
bronchitis.
e. Mengetahui pemberantasan bronchitis.

1.4.

Manfaat
Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis pada kondisi Bronkitis adalah

sebagai berikut :
1. Ilmu Pengetahuan
Hasil makalah ini diharapkan dapat sebagai khasanah ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang kesehatan yang memberikan gambaran mengenai
bronkitis dan manajemen terapinya pada hewan seperti unggas.

2.
Institusi pendidikan
Hasil makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk institusi
pendidikan sebagai sarana pendidikan.
3.
Bagi penulis
Memperdalam dan memperluas wawasan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan bronchitis.
4.
Bagi pembaca

Menyebarluaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat tentang


bronchitis dan manajemen terapinya pada hewan seperti unggas yang
paling banyak dipelihara oleh masyarakat.

BAB II
ISI
2.1.

Penjelasan Infeksi Bronchitis pada Unggas


Infectious Bronchitis (IB) adalah penyakit saluran pernafasan pada ayam

yang disebabkan oleh virus, bersifat akut dan sangat menular sehingga
penyebarannya dalam kelompok ayam sangat cepat sekali, dan ditandai dengan
sesak nafas pada ayam dan penurunan produksi yang tajam pada ayam petelur.
Penyakit IB ini sangat merugikan. Angka kematian pada ayam muda berkisar
antara 0 40%, kematian yang tertinggi pada ayam berumur kurang dari 6
minggu sedang derajat pertumbuhannya sangat terlambat, sehingga penyakit ini
sangat merugikan peternakan ayam pedaging. Pada ayam dewasa angka
kematiaanya berkisar antara 0 5%, dan mengakibatkan penurunan produksi telur
yang sangat cepat. Penurunan produksi telur ini dapat berlangsung dalam waktu

yang cukup lama, bahkan ada kalanya kelompok ayam yang bersangkutan tidak
dapat kembali berproduksi setingkat dengan produksi semula.
Penyakit ini tersifat oleh adanya cairan trakea, batuk dan bersin, adanya
gejala pernapasan, seperti terengah-engah, batuk, bersin, ngorok, dan keluarnya
sekresi hidung. Pada ayam muda, gangguan pernapasan parah dapat terjadi,
sedangkan pada layer, dapat terjadi gangguan pernapasan, penurunan produksi
telur, dan penurunan kualitas telur. Beberapa strain dilaporkan menyebabkan
kerusakan pada ginjal, saluran reproduksi dan saluran pencernaan. Faktor
pendukung kejadian penyakit ini di Indonesia, adalah umur ayam yang berbeda
dalam satu lokasi dengan program vaksinasi terhadap IB yang bervariasi, sistem
pemasaran telur dalam egg trays yang berpindah dari suatu peternakan ke
peternakan yang lain atau dari satu daerah ke daerah yang lainnya. Kejadian
penyakit pada anak ayam tersifat oleh adanya gejala kesulitan bernafas yang
ditandai oleh pernafasan melalui mulut atau gasping sedang pada ayam petelur
tersifat oleh adanya penurunan produksi telur yang terjadi secara mendadak.
Berdasarkan sifat kimia dan fisiknya, virus IB sangat labil dan sensitif
terhadap bahan-bahan yang bersifat lipolitik (seperti ether dan chlorofrom), panas,
dan berbagai bahan disinfektan. Virus IB umumnya dapat diinaktif dengan
menempatkannya pada suhu 56C selama 15 menit dan 45C selama 90 menit.
Virus lebih lama bertahan pada pH 11 daripada pH 3.
Dikalangan peternak, kasus IB dipandang cukup serius. Hal ini disebabkan
karena IB dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan efisiensi pakan
dan merupakan salah satu penyakit kompleks pada saluran pernafasan terutama
bila terjadi kolaborasi dengan E. coli dan Mycoplasma gallisepticum. Virus IB
dapat menyebar secara cepat dari ayam yang satu ke ayam lainnya dalam suatu
kandang.
Salah satu cara penularan yang penting adalah penularan melalui udara yang
tercemar oleh virus IB. Penularan secara tidak langsung biasanya melalui anak
kandang, alat atau perlengkapan peternakan, tempat telur (egg tray), kandang
bekas ayam sakit, bangkai ayam sakit dan keberadaan rodensia di sekitar
lingkungan kandang.
Kejadian IB pada ayam berlangsung cepat, yakni dengan masa inkubasi 18-36
jam, hal ini tergantung pada dosis virus dan rute infeksi. Infeksi dapat bersifat

asimptomatik dengan menunjukkan gejala gangguan pernafasan atau yang


berhubungan dengan abnormalitas pada system reproduksi. Disamping itu, dapat
juga ditemukan adanya penurunan berat badan yang disertai oleh depresi dan
gangguan pertumbuhan yang dapat dihubungkan dengan lesi-lesi pada saluran
pernafasan.
2.2.

Etiologi Penyakit
Penyakit IB disebabkan oleh virus IB yang termasuk ke dalam

famili Coronaviridaedan hanya memiliki satu genus, yaitu Coronavirus. Virus IB


berbentuk pleomorphic, memiliki envelop (selaput luar) dengan diameter 90 200
nm, serta memiliki asam inti berutas tunggal asam ribonukleat (RNA) dengan
berat molekul 8 x 106 Base pair (Bp), diselubungi kapsid bentuk simetri heliks
dan beramplop yang terdiri dari lipoprotein. Virus IB mudah tumbuh dalam
embrio ayam, sedang dalam biakan jaringan hanya dapat tumbuh setelah
mengalami adaptasi. Bila berada di luar tubuh ayam virus IB akan segera in aktif,
terutama bila terkena panas atau sinar matahari.

Virus IB dengan panjang genom 27,6 Kb, yang tersusun atas 5UTRpolymerase gen (S-E-M-N)-UTR3 menyandi 6 protein, yakni S (spike)
glycoprotein, M (membrane/matrix), N (nucleocapsid) dan E (envelope).
Protein S merupakan protein penting yang memiliki banyak fungsi, antara
lain mampu memicu timbulnya antibodi netralisasi dan hambatan hemaglutinasi,
penentu serotipe spesifik dan mampu menimbulkan protektivitas, serta dapat
digunakan untuk mengklasifikasi virus. Protein S (terdiri 500-600 asam amino)
merupakan protein attachment yang akan menempel ke reseptor seluler dan
mengaktifkan fusi ke membran sel, serta melepas viral genom ke dalam sel

Protein M akan berinteraksi dengan protein S dan N (420 asam amino)


membentuk virion dan memainkan peran penting pada assembly, budding dan
maturation virus. Protein E (100 asam amino) hanya sedikit perannya, yakni
sebagai titik kritis pada viral budding dan apoptosis.
2.3. Epidemiologi
2.3.1. Sifat Alami Agen
Virus IB memliki banyak genotype, serotype, strain dan varian yang
berbeda secara antigenik, tetapi ada serotype virus IB yang dapat melindungi
terhadap beragai varian yang ada. Sifat ini disebut protectotype atau
immnunotype. Contoh protectotype adalah serotype Massachusetts. Serotype
Massachusetts mewakili protectotype paling penting karena memiliki
kemampuan untuk saling melindungi terhadap sejumlah virus yang termasuk
serotipe atau genotipe yang berbeda.
Virus IB diketahui gampang bermutasi secara cepat. Sampai saat ini telah
diketahui terdapat 7 genotype dan sekitar 100 serotype. Perbedaan antar
serotype dapat mencapai 20-25%, sedangkan di antara serotype perbedaan
dapat mencapai 50%. Perubahan genetik virus IB dapat terjadi melalui mutasi
titik, insersi, delesi ataupun rekombinasi. Tiga penyebab utama mutasi
menyebabkan terjadinya genetic drift, sedangkan rekombinasi menyebabkan
terjadinya genetic shift.
Contoh serotype virus IB antara lain, Massachusetts, Connecticut dan
Arkansas yang banyak dijumpai di daratan Amerika Utara. Contoh Virus IB
variant : 4/91 atau 794B atau CR88 (ditemukan awal 1990-an di Inggris,
Spanyol, Perancis dan Netherland), varian Holland D274 (Netherlands),
Italian-02 (akhir 1990-an di Italia dan baru dipublikasi tahun 2002), Ark-DPI
(2005 di Arkansas), GA98 (1998 di Delaware), CAL99 (1999, California),
GA08 (2007, Georgia). Virus IB varian GA98 mirip dengan serotype
Delaware; GA08 mirip dengan CA557/03; tetapi varian CAL99 beda dengan
CA557/03. Belakangan dikenal IB Pinguin yang ditandai dengan cara
berjalan ayam seperti Pinguin, yang disebabkan oleh varian QX (Qingdao,
China) atau D388 (Dutch, Netherland tahun 2004). Di Indonesia banyak
ditemukan varian local, seperti I-14, I-37, I-126, I-269 dan PTS-III.

2.3.2. Spesies Rentan


Spesies rentan terhadap penyakit IB hanyalah ayam, baik broiler ataupun
layer, tetapi pernah dilaporkan kejadian pada itik dan burung liar.
2.3.3. Pengaruh Lingkungan
Virus IB sangat sensitif terhadap berbagai jenis desinfektan, seperti
formalin 1%, kresol 1%, alkohol 70% dan KMnO4 1/10.000. Virus IB tetap
infektif di dalam air pada pH 7,4 selama 24 jam pada suhu kamar, tetapi cepat
inaktif pada suhu 56C selama 15 menit dan suhu 45C selama 90 menit atau
suhu 37C selama 36 jam. Virus Virus dapat disimpan pada -60C di dalam
cairan alantois dalam beberapa bulan.
2.3.4. Sifat Penyakit
Virus IB pada awal penularan menginfeksi dan bereplikasi di dalam
saluran pernapasan atas menyebabkan hilangnya sel pelindung yang melapisi
sinus dan trakea. Setelah viremia singkat, virus dapat dideteksi pada ginjal,
saluran reproduksi, dan jaringan imfoid (sekal tonsil). Beberapa strain IBV,
yang disebut sebagai nephropathogenic diketahui menyebabkan lesi pada
ginjal.
2.3.5. Cara Penularan
Penularan dapat terjadi melalui udara yang mengandung partikel virus
yang berasal dari hidung dan tenggorokan unggas yang terserang oleh
penyakit ini. Ayam yang sembuh masih mengandung virus dalam waktu satu
bulan, dan tetap tinggal kebal tetapi tidak sebagai pembawa sifat yang abadi.
Sumber infeksi yang terpenting adalah ayam sakit yang mengandung virus IB
yang bereplikasi secara tepat dan dikeluarkan dari tubuh, misalnya pada ayam
yang baru inffeksi dan ayam yang mengandung virus IB yang berreplikasi
akibat faktor tertentu, misalnya pada awal produksi telur.
Penularan virus IB dapat juga secara tidak langsung melalui pekerja,
alat/perlengkapan peternakan, tempat/peti telur, kandang bekas ayam sakit,
bangkai ayam sakit dan roden. Penularan virus IB secara vertikal (melalui
telur), dari induk kapada anaknya belum dilaporkan sampai saat ini. Penyakit
ini biasanya bersifat endemik pada suatu peternakan tertentu, terutama jika
faktor sanitasi/desinfeksi menjadi longgar.

Virus IB menyebar melalui rute pernapasan (droplet) yang dikeluarkan


selama batuk atau bersin dan juga dieksresi lewat feses. Penyebaran penyakit
melalui kawanan unggas dalam satu flock sangat cepat. Masa inkubasi relatif
pendek antara 18 36 jam. Sehari pasca infeksi, virus dapat dideteksi pada
trachea, ginjal dan oviduct. Sampai hari ke -13 virus masih dapat dideteksi
pada paru, trachea, ovarium dan oviduct. Sampai hari ke-21 virus masih dapat
ditemukan pada ginjal, sedangkan pada sekal tonsil virus masih dapat
dideteksi sampai hari ke-30.
Transmisi dari peternakan ke peternakan dihubungkan dengan mobilitas
orang, peralatan, bahan organik, air minum dan kendaraan yang
terkontaminasi. Penularan secara vertikal belum terbukti, tetapi telur yang
terkontaminasi virus IB yang menempel pada kerabang telur dapat menjadi
sumber penularan di hactchery. Setelah infeksi, ayam dapat bertindak sebagai
carrier dan mengeluarkan virus selama beberapa minggu. Virus akan
menyebar dari satu peternakan ke peternakan lain melalui udara sehingga
penularan dalam jarak 1100 meter dapat terjadi. Faktor predisposisi yang
memperburuk kondisi ayam yang terinfeksi IB adalah infeksi dari
Mycoplasma gallisepticum. Bila virus IB menulari sekelompok ayam yang
rentan maka dalam waktu 2 atau 3 hari seluruh ayam dalam kelompok tadi
akan tertular IB walaupun ayam berada dalam kandang yang memenuhi
persyaratan sanitasi.
2.3.6. Distribusi Penyakit
Penyakit ini pertama kali dijelaskan pada 1931 di sekawanan ayam muda
di Amerika Serikat. Sejak saat itu, penyakit ini telah diidentifikasi pada
broiler, layer dan breeder di seluruh dunia. Vaksin untuk membantu
mengurangi kerugian pada ayam pertama kali digunakan pada tahun 1950. Di
Indonesia, kejadian IB dilaporkan pada tahun 1977. Frekuensi kejadian IB di
Indonesia lebih sering terjadi pada layer dibanding broiler, tetapi mortalitas,
gangguan pertumbuhan dan jumlah ayam yang diafkir cukup tinggi pada
broiler. Meskipun vaksinasi sudah diterapkan secara teratur dan ketat, tetapi
kasus IB masih sering muncul. Hal ini muncul sebagai akibat adanya

perbedaan antigenic antara virus vaksin dan virus lapangan, sehingga virus
vaksin kurang bisa menangkal infeksi virus lapangan.
Faktor pendukung kejadian penyakit di Indonesia adalah umur ayam yang
berbeda dalam satu lokasi dengan program vaksinasi yang bervariasi terhadap
IB, system pemasaran telur dalam egg trays atau peti telur yang berpindah
dari satu peternakan ke peternakan lainnya atau dari satu daerah ke daerah
lainnya, lokasi peternakan satu dengan lainnya yang terlalu berdekatan,
meskipun system manajemennya sangat berbeda dan adanya varian virus IB
yang berbeda dengan varian dalam vaksin.

2.4. Pengenalan Penyakit


2.4.1. Gejala Klinis
Gejala klinis pada anak ayam ditandai dengan batuk, bersin, ngorok,
keluar leleran hidung dan eksudat berbuih di mata. Anak ayam yang terkena
tampak tertekan dan akan cenderung meringkuk di dekat sumber panas.
Gejala klinis muncul dalam waktu 36 sampai 48 jam. Penyakit klinis biasanya
akan berlangsung selama 7 hari. Kematian biasanya sangat rendah, kecuali
adanya infeksi sekunder oleh Mycoplasma gallisepticum atau terkait faktor
imunosupresi dan kualitas udara yang buruk. Mortalitas pada anak ayam
biasanya 25-30%, tetapi pada beberapa kasus dapat mencapai 75%.
Pada ayam dewasa atau layer gejala klinis tampak seperti batuk, bersin dan
ngorok dapat diamati. Penurunan produksi telur dari 5 sampai 10% yang
berlangsung selama 10 sampai 14 hari umumnya dilaporkan. Namun, jika
terkait faktor lain, penurunan produksi dapat mencapai 50%.
Telur yang dihasilkan memiliki kerabang tipis, dan bentuk telur tidak
teratur, serta albumin encer. Pada umumnya kulit telur dapat kehilangan
pigmen coklat. Dalam kasus yang parah, ayam dapat menunjukkan
airsacculitis. Ayam yang mengalami reaksi post-vaksinasi setelah vaksinasi
atau infeksi lapangan selama dua minggu pertama kehidupan mungkin akan
9

mengalami kerusakan permanen pada saluran telur, sehingga produksi


menjadi rendah. Gejala nephropathogenik menjadi lebih umum dalam
kelompok layer. Strain ini dapat menyebabkan kematian tinggi selama infeksi
atau lama setelah sebagai akibat dari kerusakan ginjal yang berkembang
menjadi urolitiasis.

Proses penyakit biasanya berlangsung cepat, demikian juga penularannya.


Infeksi dapat bersifak asimptopmatik ataupun menunjukkan gejala gangguan
pernapasan atau gejala yang berhubungan dengan abnormalitas pada sistem
reproduksi. Di samping itu, dapat juga ditemukan adanya penurunanberat
badan yang disertai oleh depresi dan gangguan pertumbuhan yang dapat
dihubungkan dengan lesi pada saluran pernapasan ataupun ginjal. Masa
inkubasi virus IB sekitar 18-36 jam, tergantung pada dosis virus dan rute
infeksi. Infeksi alami biasanya membutuhkan waktu sekitar 36 jam atau lebih.
1. Anak Ayam
Gejala klinis yang paling sering muncul pada anak ayam adalah
gangguan pernapasan yang ditandai oleh adanya pernapasan melalui
mulut (mengih-mengih), batuk, ngorok basah, bersin, dan leleran dari
hidung. Mungkin akan terlihat adanya mata yang berair dan kadangkadang diikuti oleh pembengkakan daerah sinus. Anak ayam akan terlihat
lesu dan mungkin bergerombol di bawah pemanas. Konsumsi pakan dan
pertambahan berat badan akan menurun drastis.
2. Ayam umur lebih dari 6 minggu dan ayam dewasa
Gejala yang terlihat mirip dengan gejala pada anak ayam walaupun
leleran dari hidung lebih jarang ditemukan. Penyakit ini dapat
berlangsung tanpa terdiagnosis, kecuali jika ayam dalam kandang
diperiksa secara teliti atau diperiksa pada malam hari pada saat ayam

10

tenang sehingga suara ngorok ayam sakit dapat didengar. Ayam pedaging
yang terinfeksi dengan virus IB yang bersifat nefropatik dapat terlihat
sembuh dari respiratorik, tetapi kan menunjukan gejal kelesuan, bulu
berdiri, diare dan peningkatan konsumsi air. Pada kasus IB yang tidak
mengalami komplikasi, maka penyakit tersebut dapat berlangsung selama
10-14 hari. Infeksi yang bersifat menyela dapat meningkatkan derajat
keparahan dan lama dari penyakit mortalitas, terutama pada ayam
pedaging yang dipelihara secara intensif. Pada ayam petelur yang
menunjukkan adanya urolitiasis akibat IB, maka biasanya akan terjadi
peningkatan angka kematian. Sebaliknya jika urolitiasis tidak disebabkan
oleh IB, maka kelompok tersebut akan terlihat sehat.
3. Ayam petelur pada Fase Produksi
Pada ayam petelur dapat diamati adanya 2 macam gejala yang
berhubungan dengan gangguan pada system produksi. Derajat penurunan
produksi telur biasanya berhubungan dengan periode produksi pada saat
serangan virus IB dan galur virus IB yang menyerang ayam. Suatu flok
yang terserang virus IB pada awal produksi atau pada saat produksi
sedang meningkat atau pada puncak produksi akan mengalami penurunan
produksi, yang kadang-kadang dapat lebih dari 50 %. Produksi akan
meningkat lagi secara lambat sekitar 6-8 minggu setelah infeksi dan
biasanya produksi tidak akan normal lagi seperti yang diharapkan
sebelumnya.
Abnormalitas pada kualitas telur, dapat meliputi bagian eksternal
maupun internalnya. Warna kerabang pada telur cokelat dapat berubah
menjadi pucat, ukurannya dapt lebih kecil dari normal, kerabang menjadi
tipis dan mudah pecah. Telur biasanya berbentuk abnormal dapat
berbentuk lonjong, asimetrik, kerabang menjadi kasar akibat kalsifikasi
yang tidak merata. Pada bagian internal telur dapat diamati adanya
albumin tipis menjadi hilang. Chalazae kerapkali sobek sehingga kuning
telur terapung bebas dalam putih telur. Perdarahan ukuran kecil dapat
ditemukan di dalam albumin atau kuning telur.
Infeksi dengan galur tertentu dari virus IB pada anak ayam umur
sehari dapat menghasilkan kerusakan yang permanen pada oviduk
sehingga produksi telur akan sangat menurun jika ayam tersebut mencapai
11

fase produksi. Derajat keparahan lesi pada oviduk akan berkurang jika
infeksi terjadi pada ayam yang lebih tua dan beberapa galur virus IB
bahkan tidak selalu menghasilkan kerusakan pada oviduk walaupun
infeksi terjadi pada umur satu hari.
Mordibitas dapat mencapai 100 % dalam waktu beberapa hari
setelah infeksi virus IB oleh karena virus tersebut daapat menyebar secara
cepat. Mortalitas bervariasi menurut virulensi dari virus tersebut, umur
ayam, status kekebalan ayam dan adanya stress, misalnya cuaca atau
infeksi sekunder oleh bakteri. Mortalitas yang tinggi biassanya
berhubungan dengan galur virus IB yang bersifat nefropatik. Beberapa
laporan mengemukakan bahwa kerusakan pada ginjal juga dipengaruhi
oleh seks, breed dan keadaan nutrisi pada ayam.
Mortalitas dapat menccapai 25% atau lebih pada anak ayam yang
berumur kurang dari 6 minggu. Pada ayam dara ataupun dewasa kematian
biasanya tidak ada/sangat kecil. Mortalitas pada anak ayam yang
terserang virus IB yang bersifat nefropatik biasanya berkisar antara 0,51% per minggu dan mortalitas komulatif dapat mencapai 30%.
Ayam yang baru sembuh dari infeksi alami akan resisten terhadap
tantangan strain virus IB yang sama (perlindungan yang bersifat
homolog), sedangkan tingkat perlindungan terhadap tantangan galur virus
IB yang berbeda (perlindungan yang bersifat heterolog) bervariasi.
Factor-faktor yang berpengaruh terhadap mekanisme dan lamanya
kekebalan terhadap IB adalah serotype virus IB, virulensi berbagai virus
IB dan manifestasi kasus IB yang berbeda, yang membutuhkan suatu
tingkat perlindungan yang sesuai dengan kasus tertentu.
Tingkat perlindungan terhadap gejala gangguan pernapasan akibat
IB biasanya dievaluasi dalam waktu 3-4 minggu setelah infeksi dengan
virus IB atau setelah vaksinasi. Tingkat perlindungan terhadap kematian
akibat nefritis juga dipakai sebagai parameter untuk mengetahui adanya
perlindungan dari vaksin IB pada peternakan yang mempunyai masalah
dengan IB bentuk nefritik. Antibodi asal induk dapat menekan reaksi
vaksin dan tingkat keberhasilan vaksinasi jika jenis vaksin vaksin yang
dipakai pada ayam komersial sama dengan vaksin yang digunakan pada
induk ayam di breeding farm. Antibodi asal induk dapat memberikan
12

perlindungan terhadap tantangan virus IB pada umur 1 hari atau 1 minggu


tetapi tidak melindungi jika uji tantang dilakukan pada umur 2 minggu.

2.4.2. Patologi
Patologis-anatomis terkait dengan IB bentuk pernafasan yakni adanya
radang saluran pernapasan bagian atas. IB bentuk ginjal ditandai dengan
kerusakan ginjal sebagai akibat infeksi dengan strain nephropathogenic.
Ginjal ayam yang terkena akan pucat dan bengkak. Penimbunan asam urat
dapat diamati dalam jaringan ginjal dan dalam ureter, yang mungkin
tersumbat. Pada bentuk reproduksi yang terjadai pada layer, material kuning
telur dalam rongga tubuh akan berkembang menjadi encer di dalam ovarium.
Infeksi pada anak ayam sangat muda dapat mengakibatkan perkembangan
cystic dalam oviduct. Pada IB bentuk Penguin ditunjukkan adanya sistik
oviduct yang bisa berisi cairan lebih dari 1 liter atau parsial atrofik dengan
dilatasi kistik yang besar. Dinding oviduct menjadi tipis dan transparan pada
area sistik. Ovarium terlihat normal dan tetap berfungsi.

Perubahan Patologi-anatomis ayam penderita IB. a) IB bentuk pernafasan,


trachea terlihat hyperemia dan ptechiae, b) IB bentuk nephropathogenic,
ginjal tampak pucat dan membesar, serta tampak timbunan asam urat pada
ureter, c) IB bentuk reproduksi, tampak kista di dalam oviduct dan kuning
telur dalam rongga abdomen, dan d) IB bentuk Proventriculus (Penguin),
tampak rongga abdomen terisi cairan sebagai akibat kista pada oviduct
2.4.3. Diagnosa
Di laboratorium dilakukan isolasi virus dengan jalan membiakkannyadi
dalam embrio ayam. Pada embrio ini perlu diadakan pasase seri sebanyak 4

13

atau 5 kali sampai ditemukan kelainan pada embrio, yaitu kekerdilan dan
kemerahan. Sediaan guna pemeriksaan Fluorescent Antibody Test (FAT)
disiapkan dari embrio yang kerdil tersebut. Sediaan ini dilihat di bawah
mikroskop flueresen. Sediaan guna pemeriksaan FAT dapat langsung dibuat
dari tralhea atau paru-paru tersangka. Hasil diagnose akan segera didapat
pada hari itu juga. Untuk pemeriksaan FAT material dapat dikirim ke FKHIPB, BPPH Medan, BPPH Ujung Pandang, BPPH Denpasar dll. Uji
netralisasi serum dalam telur tertunas atau dalam biakan jaringan dapat
dilakukan guna identifikasi virus. Dengan cara ini hasil diagnose akan
memakan waktu yang lebih lama.
Diagnosa secara serologis dapat dilakukan dengan menguji sepasang
serum (paired sera) yang duiambil pada saat gejala klinis muncul (acute) dan
pada fase penyembuhan (convaslescens) 3,5 4 minggu kemudian. Antibodi
dapat dideteksi 7-14 hari pasca infeksi. Uji yang umum dilakukan adalah
enzyme immunosorbent assay (ELISA), agar gel precipitation test (AGPT),
virus

neutralization

(VN),

fluorescence

antibody

technique

(FAT),

haemagglutination inhibition (HI) dan Immunohistochemistry (IHC).


Isolasi virus IB dilakukan pada telur ayam berembrio (TAB) yang specific
pathogen free (SPF) umur 9 sampai 11 hari melalui rute kantung alantois.
TAB diperiksa pada 7 hari setelah inokulasi dapat menunjukkan kekerdilan
dengan kaki keriting dan kelebihan urat di ginjal. Embrio yang terinfeksi
virus IB tidak akan bisa menertas. Membran amnion dan allantois tampak
menebal yang terkait dengan embrio. Lesi pada embrio sangat membantu
dalam mendiagnosis IB. Virus IB lapangan memerlukan pasase berulang
untuk dapat menunjukkan gejala spesifik.
Identifikasi virus dapat dilakukan secara serologis atau secara molekuler
dengan polymerase chain reaction (PCR) dan restriction fragment length
polymorphism (RFLP) dan sekuensing nukleotida. Uji VN digunakan untuk
penentuan serotype, sedangkan , sekuensing dan RFLP telah digunakan untuk
membedakan genotyping virus IB.

14

2.4.4. Diagnosa Banding


IB seringkali dikelirukan dengan ILT, ND, Mycoplasma Gallisepticum dan
Snot berdasarkan gejala pernafasan. Berdasarkan bentuk telur ada kemiripan
dengan infeksi virus EDS.
1.
2.
3.
4.

Avian Influenza
Infectious Coryza
Infectious Laryngotracheitis
Newcastle Disease

Catatan: Tanda-tanda klinis penyakit Avian Infeksious Bronchitis (IB)


dapat menyerupai penyakit pernapasan akut lainnya pada ayam, seperti
penyakit Newcastle Disease (ND), Infeksius Laringotrakeitis (ILT), flu
burung /Avian Infuenza (HPAI) dan infeksius coryza /Snot. Pengujian
laboratorium diperlukan untuk membedakan infeksi ini. Pada penyakit IB,
cairan allantoic dari embrio terinokulasi tidak menghemagglutinasi eritrosit.
Untuk virus penyakit Newcastle Disease (ND), dan virus flu burung /Avian
Influenza (HPAI), cairan allantoic dari embrio terinokulasi akan positif untuk
hemaglutinasi.
2.4.5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Jaringan yang direkomendasikan untuk upaya isolasi virus dari ayam yang
sakit adalah trakea, paru, airsacs, ginjal, dan sekal tonsil. Jika sampel yang
dikumpulkan lebih dari 1 minggu setelah infeksi, sekal tonsil dan ginjal
adalah organ yang lebih disukai untuk usaha isolasi virus.

15

Untuk tujuan isolasi dan identifikasi virus, pengambilan spesimen


dilakukan dalam kondisi segar dan dingin, sedangkan untuk pengujian
histopatologi dan IHC spesimen diberi pengawet (mis: buffer formalin 10%).
Sampel dikirim ke Laboratorium Veteriner.
2.5. Pengendalian
2.5.1. Pelaporan
Jika ditemukan kasus IB dapat dilaporkan kepada Dinas yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait dan selanjutnya diteruskan
kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Peneguhan
diagnosa dilakukan oleh Laboratorium Veteriner terakreditasi.
2.5.2. Pencegahan
Dalam upaya pencegahan penyakit IB perlu diperhatikan beberapa faktor,
seperti sanitasi, imunitas, aplikasi vaksinasi dan pemantauan terhadap
kekebalan ayam, sehingga ayam terhindar dari serangan penyakit IB yang
merugikan. Ayam yang sakit atau mati disingkirkan dan dimusnahkan dengan
cara dibakar atau dikubur dalam-dalam. Cara efektif adalah melakukan
vaksinasi dengan vaksin aktif atau inaktif. Vaksin aktif digunakan sebagai
vaksin primer pada ayam broiler dan petelur, sedangkan vaksin mati dalam
emulsi minyak digunakan sebagai vaksin ulangan (booster). Aplikasi vaksin
dapat diberikan melalui tetes mata, intratrachea atau intranasal. Vaksinasi
pada umur 1 atau 2 hari dilaporkan memberikan respon kekebalan pada ayam.
Jadwal vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 7-12 atau 6-16 minggu.
Pengamanan biologis yang ketat dan pelaksanaan aspek manajemen
lainnya

secara

optimal

diperlukan

untuk

menghilangkan

factor

pendukung/sumber infeksi virus IB. praktek memelihara ayam dari berbagai


umur pada satu lokasi perlu diatur sedemikian rupa agar kandang DOC
terpisah dari kandang ayam produksi ataupun perbedaan umur satu
kekelompok umur lainnya.
Pencegahan IB dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengamanan
biologis dan pelaksanaan aspek manajemen lainnya secara optimal. Hal ini
ditujukan untuk menghilangkan faktor pendukung atau sumber infeksi virus
IB. Pembatasan umur dalam satu flok pemeliharaan diperlukan untuk
menghindari kemungkinan penularan virus IB dari kelompok umur yang satu
16

ke kelompok umur lainnya.


Pencegahan yang efektif adalah dengan program vaksinasi. Program
vaksinasi harus mempertimbangkan 3 titik kritis yakni type vaksin, waktu dan
cara vaksinasi. Yang terpenting dari ketiganya adalah waktu yang tepat untuk
melakukan vaksinasi. Penentuan kapan vaksinasi itu dilakukan adalah penting
karena campur tangan yang kuat antara maternal antibodi dan virus vaksin.
Artinya, jika vaksin diberikan dimana level maternal antibodi masih tinggi,
virus vaksin akan dinetralisir dan konsekuensinya flok tersebut tidak
dilindungi. Sebaliknya, jika pemberian vaksin terlambat, virus lapangan akan
menginfeksi ayam tersebut hingga terjadilah wabah.
Vaksinasi dilakukan secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin
atau didasarkan atas hasil uji titer antibodi. Sebagai garis pertahanan kedua,
ayam di daerah masalah IB harus divaksinasi dengan vaksin hidup yang
dimodifikasi untuk memberikan perlindungan.
Banyaknya serotipe diidentifikasi di lapangan menjadi tantangan dalam
merancang program vaksinasi yang efektif. Supaya dapat melindungi ayam
terhadap serotype tertentu, diperlukan identifikasi serotipe yang ada di
wilayah tersebut serta untuk menentukan potensi lintas perlindungan dari
vaksin yang tersedia.
Pencegahan IB yang terbaik dicapai melalui program biosekuriti yang
efektif antara lain dengan cara melakukan sanitasi kandang dan lingkungan
termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang.
Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana
nyaman bagi ayam, antara lain : jumlah ayam pada suatu luasan kandang
tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan
sistem all in all out.
Disamping praktek manajemen yang kuat, IB dapat juga dicegah dengan
melakukan vaksinasi secara teratur menggunakan gabungan vaksin aktif dan
inaktif, vaksin aktif digunakan pada ayam pedaging dan vaksinasi awal pada
ayam petelur ataupun ayam pembibit. Vaksin inaktif diberikan pada saat
periode 3-4 minggu sebelum periode bertelur. Virus IB dalam vaksin aktif
dapat dapat meningkat dalam virulensinya akibat adanya suatu siklus infeksi

17

dalam kelompok ayam tertentu.


Galur vaksin biasanya dipilih dari isolat virus yang dapat mewakili
spectrum antigenic dari virus IB yang dapat diisolasi dari suatu daerah atau
negara. Gabungan antara vaksin IB aktif dan ND aktif yang banyak
digunakan dilapangan akan kurang efektif jika komponen dari virus IB lebih
banyak dari virus ND. Hal ini akan menyebabkan adanya hambatan adlam
respon terhadap virus IB. Sehubungan dengan perkembangan teknologi
pembuatan vaksin yang sangat pesat, maka masalah vaksin aktif gabungan
tersebut seharusnya dapat diatur oleh para produsen vaksin. Sebaliknya,
hambatan dalam resppon terhadap virus IB belum dilaporkan secara
terperinci.
2.5.3. Pengobatan
Infeksi

dengan

virus

IB

tidak

dapat

diobati.

Pemberian

antibiotic/antibakteri hanya ditujukan untuk mengobati infeksi sekunder


akibat bakteri atau Mycoplasma, yang kerapkali menyebabkab airsacculitis.
Jenis obat yang diberikan biasanya dihubungkan dengan jenis bakteri yang
menyebabkan

infeksi

sekunder

yang

apat

diperkirakan/ditentukan

berdasarkan pemeriksaan patologik atau pemeriksaan bakteriologik.


Ayam yang sakit dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi. Sisa
pemotongan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Telurnya
jjuga dapat dikonsumsi atau diperdagangkan. Perbaikan mamajemen untuk
menghilangkan fackor pendukung terjadinya IB untuk mengurangi efek
penyakit ini perlu dilakukan, misalnya temperatur pemanas yang optimal
pada saat brooding, kurangi kepadatan kandang dan kualitas pakan yang
ketat. Pengobatan suportif dengan cara pemberian multivitamin atau
campuran

multivitamin

dan

elektrolit

juga

perlu

dilakukan

untuk

mempercepat proses kesembuhan jaringan yang rusak akibat virus IB.


Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infectious bronchitis.
Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan ayam cepat
membaik dan merangsang nafsu makannya dengan memberikan tambahan
vitamin dan mineral, serta mencegah infeksi sekunder dengan pemberian
antibiotik. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.

18

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, perubahan bronkos
tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen elastis dan otot polos bronkus. Penyakit IB disebabkan oleh virus IB yang
termasuk ke dalam famili Coronaviridaedan hanya memiliki satu genus,
yaitu Coronavirus. Virus IB berbentuk pleomorphic, memiliki envelop (selaput
luar) dengan diameter 90 200 nm, serta memiliki asam inti berutas tunggal asam
ribonukleat (RNA) dengan berat molekul 8 x 106 Base pair (Bp), diselubungi
kapsid bentuk simetri heliks dan beramplop yang terdiri dari lipoprotein.
Gejala klinis pada anak ayam ditandai dengan batuk, bersin, ngorok, keluar
leleran hidung dan eksudat berbuih di mata. Anak ayam yang terkena tampak
tertekan dan akan cenderung meringkuk di dekat sumber panas. Gejala klinis
muncul dalam waktu 36 sampai 48 jam. Penyakit klinis biasanya akan
berlangsung selama 7 hari. Kematian biasanya sangat rendah, kecuali adanya
infeksi sekunder oleh Mycoplasma gallisepticum atau terkait faktor imunosupresi
dan kualitas udara yang buruk. Mortalitas pada anak ayam biasanya 25-30%,
tetapi pada beberapa kasus dapat mencapai 75%. Pencegahan yang efektif adalah
dengan program vaksinasi. Program vaksinasi harus mempertimbangkan 3 titik
kritis yakni type vaksin, waktu dan cara vaksinasi.
Infeksi dengan virus IB tidak dapat diobati. Pemberian antibiotic/antibakteri
hanya

ditujukan

untuk

mengobati

infeksi

sekunder

akibat

bakteri

atau Mycoplasma, yang kerapkali menyebabkab airsacculitis. Jenis obat yang


diberikan biasanya dihubungkan dengan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi
sekunder yang apat diperkirakan/ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologik
atau pemeriksaan bakteriologik.

3.2.

Saran
Saran untuk makalah infeksi bronchitis ini agar jauh lebih baik lagi,

19

penjelasannya secara jelas dan ringkas dan kelengkapan pada materi harus jauh
lebih baik agar makalah yang disampaikan ini bisa lebih jauh berguna bagi
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

20

Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Panduan bagi petugas teknis,


Penyuluh dan Peternak. Kanisius. Yogyakarta.
Fenner, FJ 1993. Veterinary Virology. Second Edition. Academic Press. Inc, San
Diego. California.
Tabbu, CR. 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bakterial,
Mikal dan Viral. Volume 1. Penerbit kanisius, Yogyakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai