PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
System pernapasan merupakan system yang vital bagi mahluk hidup. Sistem
pernapasan memiliki sistem yang cukup kompleks yang disusun oleh sistemsistem organ, antara lain ronga hidung, faring, laring, trachea, bronchus, paru-paru
(bronchiolus, alveolus). Sistem-sistem ini tentunya saling memiliki keterkaitan
satu dengan yang lainnya. Apabila ada salah satu sistem yang terganggu maka
kelancaran sistem pernapasan akan terganggu. Hal ini bisa disebabkan oleh
berbagai faktor atau agen penyebab seperti infeksi bakteri, virus, parasit, jamur
dan juga agen-agen non infeksius seprti debu, asap kendaraan, asap pabrik, rokok,
dll.
Dalam dunia veteriner, dewasa ini banyak penyakit yang menyerang sistem
pernapasan pada hewan, terutama hewan-hewan kecil seperti anjing dan kucing.
Salah satu di antaranya adalah Bronchitis yang menyerang salah satu sistem organ
dari sistem pernapasan bagian bawah yaitu paru-paru tepatnya Bronchus. Broncus
memiliki fungsi sebagai kaliber jalan udara pada sistem pernapasan yang
membawa udara dari trachea ke paru-paru. Apabila terjadi gangguan peradangan
pada bronchus maka penyakitnya disebut Bronchitis. Berdasarkan agen
penyebabnya bronchitis dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu bronchitis akut dan
bronchitis kronik. Bronchitis akut disebabkan oleh agen infeksius seperti virus
dan bakteri, sedangkan bronchitis kronik bisa disebabkan oleh jamur, debu, dll.
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, perubahan bronkos
tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen elastis dan otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side),sedangakan
bronkus besar jarang terjadi .bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat
bersamaan pada seorang pasien dalam keadaan lanjut ,penyakit ini sering
menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakn kronik
obstruksi pulmonary disease. Penyebab utama adalah merokok yang berat dan
Rumusan Masalah
Apakah definisi dari Bronchitis ?
Bagaimana gejala unggas terkena bronchitis ?
Bagaimana penanggulangan infeksi bronchitis ?
Apa saja obat yang digunakan untuk bronchitis ?
Bagaimana bronchitis yang terjadi unggas ?
1.3.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang infeksi bronchitis beserta manajemen
terapinya
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian bronchitis.
b. Mengetahui gejala-gejala bronchitis pada hewan unggas.
c. Mengetahui obat-obat yang digunakan untuk bronchitis pada hewan
d. Mengetahui cara penularan bronchitis pada unggas yang terkena
bronchitis.
e. Mengetahui pemberantasan bronchitis.
1.4.
Manfaat
Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis pada kondisi Bronkitis adalah
sebagai berikut :
1. Ilmu Pengetahuan
Hasil makalah ini diharapkan dapat sebagai khasanah ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang kesehatan yang memberikan gambaran mengenai
bronkitis dan manajemen terapinya pada hewan seperti unggas.
2.
Institusi pendidikan
Hasil makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk institusi
pendidikan sebagai sarana pendidikan.
3.
Bagi penulis
Memperdalam dan memperluas wawasan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan bronchitis.
4.
Bagi pembaca
BAB II
ISI
2.1.
yang disebabkan oleh virus, bersifat akut dan sangat menular sehingga
penyebarannya dalam kelompok ayam sangat cepat sekali, dan ditandai dengan
sesak nafas pada ayam dan penurunan produksi yang tajam pada ayam petelur.
Penyakit IB ini sangat merugikan. Angka kematian pada ayam muda berkisar
antara 0 40%, kematian yang tertinggi pada ayam berumur kurang dari 6
minggu sedang derajat pertumbuhannya sangat terlambat, sehingga penyakit ini
sangat merugikan peternakan ayam pedaging. Pada ayam dewasa angka
kematiaanya berkisar antara 0 5%, dan mengakibatkan penurunan produksi telur
yang sangat cepat. Penurunan produksi telur ini dapat berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, bahkan ada kalanya kelompok ayam yang bersangkutan tidak
dapat kembali berproduksi setingkat dengan produksi semula.
Penyakit ini tersifat oleh adanya cairan trakea, batuk dan bersin, adanya
gejala pernapasan, seperti terengah-engah, batuk, bersin, ngorok, dan keluarnya
sekresi hidung. Pada ayam muda, gangguan pernapasan parah dapat terjadi,
sedangkan pada layer, dapat terjadi gangguan pernapasan, penurunan produksi
telur, dan penurunan kualitas telur. Beberapa strain dilaporkan menyebabkan
kerusakan pada ginjal, saluran reproduksi dan saluran pencernaan. Faktor
pendukung kejadian penyakit ini di Indonesia, adalah umur ayam yang berbeda
dalam satu lokasi dengan program vaksinasi terhadap IB yang bervariasi, sistem
pemasaran telur dalam egg trays yang berpindah dari suatu peternakan ke
peternakan yang lain atau dari satu daerah ke daerah yang lainnya. Kejadian
penyakit pada anak ayam tersifat oleh adanya gejala kesulitan bernafas yang
ditandai oleh pernafasan melalui mulut atau gasping sedang pada ayam petelur
tersifat oleh adanya penurunan produksi telur yang terjadi secara mendadak.
Berdasarkan sifat kimia dan fisiknya, virus IB sangat labil dan sensitif
terhadap bahan-bahan yang bersifat lipolitik (seperti ether dan chlorofrom), panas,
dan berbagai bahan disinfektan. Virus IB umumnya dapat diinaktif dengan
menempatkannya pada suhu 56C selama 15 menit dan 45C selama 90 menit.
Virus lebih lama bertahan pada pH 11 daripada pH 3.
Dikalangan peternak, kasus IB dipandang cukup serius. Hal ini disebabkan
karena IB dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan efisiensi pakan
dan merupakan salah satu penyakit kompleks pada saluran pernafasan terutama
bila terjadi kolaborasi dengan E. coli dan Mycoplasma gallisepticum. Virus IB
dapat menyebar secara cepat dari ayam yang satu ke ayam lainnya dalam suatu
kandang.
Salah satu cara penularan yang penting adalah penularan melalui udara yang
tercemar oleh virus IB. Penularan secara tidak langsung biasanya melalui anak
kandang, alat atau perlengkapan peternakan, tempat telur (egg tray), kandang
bekas ayam sakit, bangkai ayam sakit dan keberadaan rodensia di sekitar
lingkungan kandang.
Kejadian IB pada ayam berlangsung cepat, yakni dengan masa inkubasi 18-36
jam, hal ini tergantung pada dosis virus dan rute infeksi. Infeksi dapat bersifat
Etiologi Penyakit
Penyakit IB disebabkan oleh virus IB yang termasuk ke dalam
Virus IB dengan panjang genom 27,6 Kb, yang tersusun atas 5UTRpolymerase gen (S-E-M-N)-UTR3 menyandi 6 protein, yakni S (spike)
glycoprotein, M (membrane/matrix), N (nucleocapsid) dan E (envelope).
Protein S merupakan protein penting yang memiliki banyak fungsi, antara
lain mampu memicu timbulnya antibodi netralisasi dan hambatan hemaglutinasi,
penentu serotipe spesifik dan mampu menimbulkan protektivitas, serta dapat
digunakan untuk mengklasifikasi virus. Protein S (terdiri 500-600 asam amino)
merupakan protein attachment yang akan menempel ke reseptor seluler dan
mengaktifkan fusi ke membran sel, serta melepas viral genom ke dalam sel
perbedaan antigenic antara virus vaksin dan virus lapangan, sehingga virus
vaksin kurang bisa menangkal infeksi virus lapangan.
Faktor pendukung kejadian penyakit di Indonesia adalah umur ayam yang
berbeda dalam satu lokasi dengan program vaksinasi yang bervariasi terhadap
IB, system pemasaran telur dalam egg trays atau peti telur yang berpindah
dari satu peternakan ke peternakan lainnya atau dari satu daerah ke daerah
lainnya, lokasi peternakan satu dengan lainnya yang terlalu berdekatan,
meskipun system manajemennya sangat berbeda dan adanya varian virus IB
yang berbeda dengan varian dalam vaksin.
10
tenang sehingga suara ngorok ayam sakit dapat didengar. Ayam pedaging
yang terinfeksi dengan virus IB yang bersifat nefropatik dapat terlihat
sembuh dari respiratorik, tetapi kan menunjukan gejal kelesuan, bulu
berdiri, diare dan peningkatan konsumsi air. Pada kasus IB yang tidak
mengalami komplikasi, maka penyakit tersebut dapat berlangsung selama
10-14 hari. Infeksi yang bersifat menyela dapat meningkatkan derajat
keparahan dan lama dari penyakit mortalitas, terutama pada ayam
pedaging yang dipelihara secara intensif. Pada ayam petelur yang
menunjukkan adanya urolitiasis akibat IB, maka biasanya akan terjadi
peningkatan angka kematian. Sebaliknya jika urolitiasis tidak disebabkan
oleh IB, maka kelompok tersebut akan terlihat sehat.
3. Ayam petelur pada Fase Produksi
Pada ayam petelur dapat diamati adanya 2 macam gejala yang
berhubungan dengan gangguan pada system produksi. Derajat penurunan
produksi telur biasanya berhubungan dengan periode produksi pada saat
serangan virus IB dan galur virus IB yang menyerang ayam. Suatu flok
yang terserang virus IB pada awal produksi atau pada saat produksi
sedang meningkat atau pada puncak produksi akan mengalami penurunan
produksi, yang kadang-kadang dapat lebih dari 50 %. Produksi akan
meningkat lagi secara lambat sekitar 6-8 minggu setelah infeksi dan
biasanya produksi tidak akan normal lagi seperti yang diharapkan
sebelumnya.
Abnormalitas pada kualitas telur, dapat meliputi bagian eksternal
maupun internalnya. Warna kerabang pada telur cokelat dapat berubah
menjadi pucat, ukurannya dapt lebih kecil dari normal, kerabang menjadi
tipis dan mudah pecah. Telur biasanya berbentuk abnormal dapat
berbentuk lonjong, asimetrik, kerabang menjadi kasar akibat kalsifikasi
yang tidak merata. Pada bagian internal telur dapat diamati adanya
albumin tipis menjadi hilang. Chalazae kerapkali sobek sehingga kuning
telur terapung bebas dalam putih telur. Perdarahan ukuran kecil dapat
ditemukan di dalam albumin atau kuning telur.
Infeksi dengan galur tertentu dari virus IB pada anak ayam umur
sehari dapat menghasilkan kerusakan yang permanen pada oviduk
sehingga produksi telur akan sangat menurun jika ayam tersebut mencapai
11
fase produksi. Derajat keparahan lesi pada oviduk akan berkurang jika
infeksi terjadi pada ayam yang lebih tua dan beberapa galur virus IB
bahkan tidak selalu menghasilkan kerusakan pada oviduk walaupun
infeksi terjadi pada umur satu hari.
Mordibitas dapat mencapai 100 % dalam waktu beberapa hari
setelah infeksi virus IB oleh karena virus tersebut daapat menyebar secara
cepat. Mortalitas bervariasi menurut virulensi dari virus tersebut, umur
ayam, status kekebalan ayam dan adanya stress, misalnya cuaca atau
infeksi sekunder oleh bakteri. Mortalitas yang tinggi biassanya
berhubungan dengan galur virus IB yang bersifat nefropatik. Beberapa
laporan mengemukakan bahwa kerusakan pada ginjal juga dipengaruhi
oleh seks, breed dan keadaan nutrisi pada ayam.
Mortalitas dapat menccapai 25% atau lebih pada anak ayam yang
berumur kurang dari 6 minggu. Pada ayam dara ataupun dewasa kematian
biasanya tidak ada/sangat kecil. Mortalitas pada anak ayam yang
terserang virus IB yang bersifat nefropatik biasanya berkisar antara 0,51% per minggu dan mortalitas komulatif dapat mencapai 30%.
Ayam yang baru sembuh dari infeksi alami akan resisten terhadap
tantangan strain virus IB yang sama (perlindungan yang bersifat
homolog), sedangkan tingkat perlindungan terhadap tantangan galur virus
IB yang berbeda (perlindungan yang bersifat heterolog) bervariasi.
Factor-faktor yang berpengaruh terhadap mekanisme dan lamanya
kekebalan terhadap IB adalah serotype virus IB, virulensi berbagai virus
IB dan manifestasi kasus IB yang berbeda, yang membutuhkan suatu
tingkat perlindungan yang sesuai dengan kasus tertentu.
Tingkat perlindungan terhadap gejala gangguan pernapasan akibat
IB biasanya dievaluasi dalam waktu 3-4 minggu setelah infeksi dengan
virus IB atau setelah vaksinasi. Tingkat perlindungan terhadap kematian
akibat nefritis juga dipakai sebagai parameter untuk mengetahui adanya
perlindungan dari vaksin IB pada peternakan yang mempunyai masalah
dengan IB bentuk nefritik. Antibodi asal induk dapat menekan reaksi
vaksin dan tingkat keberhasilan vaksinasi jika jenis vaksin vaksin yang
dipakai pada ayam komersial sama dengan vaksin yang digunakan pada
induk ayam di breeding farm. Antibodi asal induk dapat memberikan
12
2.4.2. Patologi
Patologis-anatomis terkait dengan IB bentuk pernafasan yakni adanya
radang saluran pernapasan bagian atas. IB bentuk ginjal ditandai dengan
kerusakan ginjal sebagai akibat infeksi dengan strain nephropathogenic.
Ginjal ayam yang terkena akan pucat dan bengkak. Penimbunan asam urat
dapat diamati dalam jaringan ginjal dan dalam ureter, yang mungkin
tersumbat. Pada bentuk reproduksi yang terjadai pada layer, material kuning
telur dalam rongga tubuh akan berkembang menjadi encer di dalam ovarium.
Infeksi pada anak ayam sangat muda dapat mengakibatkan perkembangan
cystic dalam oviduct. Pada IB bentuk Penguin ditunjukkan adanya sistik
oviduct yang bisa berisi cairan lebih dari 1 liter atau parsial atrofik dengan
dilatasi kistik yang besar. Dinding oviduct menjadi tipis dan transparan pada
area sistik. Ovarium terlihat normal dan tetap berfungsi.
13
atau 5 kali sampai ditemukan kelainan pada embrio, yaitu kekerdilan dan
kemerahan. Sediaan guna pemeriksaan Fluorescent Antibody Test (FAT)
disiapkan dari embrio yang kerdil tersebut. Sediaan ini dilihat di bawah
mikroskop flueresen. Sediaan guna pemeriksaan FAT dapat langsung dibuat
dari tralhea atau paru-paru tersangka. Hasil diagnose akan segera didapat
pada hari itu juga. Untuk pemeriksaan FAT material dapat dikirim ke FKHIPB, BPPH Medan, BPPH Ujung Pandang, BPPH Denpasar dll. Uji
netralisasi serum dalam telur tertunas atau dalam biakan jaringan dapat
dilakukan guna identifikasi virus. Dengan cara ini hasil diagnose akan
memakan waktu yang lebih lama.
Diagnosa secara serologis dapat dilakukan dengan menguji sepasang
serum (paired sera) yang duiambil pada saat gejala klinis muncul (acute) dan
pada fase penyembuhan (convaslescens) 3,5 4 minggu kemudian. Antibodi
dapat dideteksi 7-14 hari pasca infeksi. Uji yang umum dilakukan adalah
enzyme immunosorbent assay (ELISA), agar gel precipitation test (AGPT),
virus
neutralization
(VN),
fluorescence
antibody
technique
(FAT),
14
Avian Influenza
Infectious Coryza
Infectious Laryngotracheitis
Newcastle Disease
15
secara
optimal
diperlukan
untuk
menghilangkan
factor
17
dengan
virus
IB
tidak
dapat
diobati.
Pemberian
infeksi
sekunder
yang
apat
diperkirakan/ditentukan
multivitamin
dan
elektrolit
juga
perlu
dilakukan
untuk
18
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, perubahan bronkos
tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen elastis dan otot polos bronkus. Penyakit IB disebabkan oleh virus IB yang
termasuk ke dalam famili Coronaviridaedan hanya memiliki satu genus,
yaitu Coronavirus. Virus IB berbentuk pleomorphic, memiliki envelop (selaput
luar) dengan diameter 90 200 nm, serta memiliki asam inti berutas tunggal asam
ribonukleat (RNA) dengan berat molekul 8 x 106 Base pair (Bp), diselubungi
kapsid bentuk simetri heliks dan beramplop yang terdiri dari lipoprotein.
Gejala klinis pada anak ayam ditandai dengan batuk, bersin, ngorok, keluar
leleran hidung dan eksudat berbuih di mata. Anak ayam yang terkena tampak
tertekan dan akan cenderung meringkuk di dekat sumber panas. Gejala klinis
muncul dalam waktu 36 sampai 48 jam. Penyakit klinis biasanya akan
berlangsung selama 7 hari. Kematian biasanya sangat rendah, kecuali adanya
infeksi sekunder oleh Mycoplasma gallisepticum atau terkait faktor imunosupresi
dan kualitas udara yang buruk. Mortalitas pada anak ayam biasanya 25-30%,
tetapi pada beberapa kasus dapat mencapai 75%. Pencegahan yang efektif adalah
dengan program vaksinasi. Program vaksinasi harus mempertimbangkan 3 titik
kritis yakni type vaksin, waktu dan cara vaksinasi.
Infeksi dengan virus IB tidak dapat diobati. Pemberian antibiotic/antibakteri
hanya
ditujukan
untuk
mengobati
infeksi
sekunder
akibat
bakteri
3.2.
Saran
Saran untuk makalah infeksi bronchitis ini agar jauh lebih baik lagi,
19
penjelasannya secara jelas dan ringkas dan kelengkapan pada materi harus jauh
lebih baik agar makalah yang disampaikan ini bisa lebih jauh berguna bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
20
21