Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi yang baru lahir, baik bayi yang lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR) ataupun bayi yang lahir normal belum mampu mempertahankan suhu
badannya, dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan dunia luar.
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh
ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan
ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya
sendiri melalui aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh neonatus,
semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga
semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya.Temperatur rektal
biasanya lebih rendah 1-2 0F atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti
tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah
mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju
hipotalamus.
Pada bayi dengan berat badan saat kelahiran di bawah rata-rata bayi
normal, temperatur kulit bayi dan suhu badan cenderung mengalami penurunan,
yang disebabkan hilangnya panas karena permukaan yang berhubungan
langsung dengan bayi lebih dingin, hilangnya panas di udara karena
pergerakan bayi, hilangnya panas ke obyek yang lebih dingin yang bukan
kontak langsung dengan bayi, dan hilangnya panas dari permukaan kulit
dan paru-paru sehingga diperlukan proses adaptasi lingkungan di luar
rahim dalam kondisi yang terkontrol. Suhu permukaan kulit meningkat
atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan.Sedangkan suhu inti
tubuh diatur oleh hipotalamus. Pengaturan tersebut masih belum matang
dan belum efisien. Oleh sebab itu ada lapisan yang penting yang dapat
membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah
kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit, dan lapisan lemak bawah kulit.
Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak
bergantung pada ketebalannya.Sayangnya sebagian besar BBLR tidak
mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut.
Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan
menuju kulit.Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi,
konveksi atau evaporasi. Bayi dengan kondisi BBLR harus dirawat secara
intensif dalam sebuah inkubator bayi.
Prinsip dasar dari inkubator bayi adalah sebagai alat yang berfungsi
untuk memberikan suhu tertentu kepada bayi yang baru lahir (terutama bayi
prematur dan bayi normal yang memiliki berat badan kurang dari standar).
Bayi dalam kondisi tersebut masih memerlukan suhu yang rata-rata sama
dengan suhu kandungan ibu mereka karena bayi prematur tidak bisa
beradaptasi dengan suhu di lingkungan sekitar yang relatif lebih rendah. Di
dalam inkubator, bayi akan memperoleh lingkungan dengan suhu sama
dengan lingkungan di dalam kandungan ibunya yaitu sekitar 28C - 38C.
Saat ini masih terdapat klinik-klinik persalinan atau puskesmas yang
masih menggunakan inkubator bayi dengan sistem konvensional dan masih
kurangnya jumlah kepemilikan inkubator.
Hal
ini
disebabkan
harga
macam
penyempurnaan
ditemukan
incubator
bayi
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengembangan teknologi incubator bayi berbasis
microcontroller.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep BBLR
b. Untuk mengetahu konsep incubator secara umum
c. Untuk megetahui konsep incubator bayi berbasis mikrokontroler
d. Untuk menganalisis jurnal tentang pengembangan teknologi incubator
bayi berbasis mikrokontroler
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ismawati, 2010):
Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 10001500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
b.
3. Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati,2010).
a.
Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
b.
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
c.
kembar.
Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada
30 Cm, lingkar kepala 33 Cm.
b.
c.
d.
5. Patofisiologi
potensi
terhadap
hipoglikemia,
rikets
dan
2002).
Laboratorium
1 Darah Rutin
a) Hematokrit (HCT): Bayi usia 1 hari 48-69%, bayi usia 2 hari
48-75%, bayi usia 3 hari 44-72%.
b) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
c) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
d) Hb F : bayi usia 1 hari 63-92%, bayi usia 5 hari 65-88%, bayi
usia 3 minggu 55-85%, usia 6-9 minggu 31-75%.
e) Jumlah leukosit : bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L),
bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 10 3 sel/mm3 ( L), usia 1
2
c.
99%.
d) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
b.
Hipoglikemi simtomatik.
c.
Asfiksis neonatorum
d.
e.
Hiperbilirubinemia.
f.
Sepsis neonatorum.
8. Penatalaksanaan BBLR
a.
Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR
beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang
pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan
tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi
yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan
c.
dan metabolik.
Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua
bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR
imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
denan penyakit.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan
secara
teratur.
Ruang
perawatan
bayi
juga
harus
dijaga
kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh
memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh
atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker
d.
e.
cairan.
Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
10
Kapasitas (ml)
10-20
30-90
75-100
90-150
150-200
210.360
Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas
bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat
beristirahat lebih banyak.
11
B. Konsep Incubator
1. Sejarah Incubator Bayi
Inkubator bayi pertama kali dikembangkan pada pertengahan abad
ke 19, berdasarkan inkubator yang digunakan untuk menetaskan telur
ayam. Dr. Stephane Tarnier adalah seorang dokter berkebangsaan Perancis
yang dikenal sebagai bapak inkubator, setelah berhasil membuat inkubator
pertama yang digunakan untuk menjaga bayi di rumah sakit bersalin di
Paris tetap hangat. Metode yang dikembangkan oleh Dr. Stephane Tarnier
ini adalah metode penghangatan tertutup yang pertama di dunia. Pada
tahun 1931 Dr A. Robert Bauer MD di rumah sakit Henry Ford di Detroit,
berhasil menggabungkan panas, kelembaban, kemudahan perawatan, dan
kemudahan aksesibilitas pada incubator.
2. Pengertian Inkubator
Inkubator Bayi merupakan salah satu alat medis yang berfungsi
untuk menjaga suhu sebuah ruangan supaya suhu tetap konstan /stabil.
Pada modifikasi manual-otomatis inkubator bayi, terdapat sebuah boks
kontrol yang dibagi menjadi 2 bagian (bagian atas dan bagian bawah).
Boks bagian atas digunakan untuk meletakkan sensor, display sensor
kontroler, rangkaian elektronik. Sedangkan pada boks bagian bawah dibagi
menjadi 3ruangan yang dibatasi dengan sekat, yang digunakan untuk
meletakkan heater, tempat/wadah air dan kipas. Sensor yang digunakan
adalah sensor suhu (PT100) dan sensor kelembapan, dimana sensor suhu
12
PT100 dan sensor kelembapan diletakkan di dalam bokstidur bayi (di luar
boks kontrol). Pada sensor suhu PT100 dan sensor kelembapan
terdapatdisplay yang sekaligus sebagai driver sensor yang digunakan
untuk mengetahui sertamemberikan setting suhu dan kelembapan dalam
ruangan boks tidur bayi sesuai yang dikehendaki.
Yang menjadi actuator dari alat ini adalah heater dan kipas.
Heater berfungsi sebagai pemanas ruangan, sedangkan kipas berfungsi
untuk menyalurkan udara panas yangdipancarkan heater menuju ruangan
tempat air dan menuju boks tidur bayi melalui selang. Sebagai
kontrolernya, digunakan sebuah PIC Microchip 16F877A. Dimana PIC
tersebut juga berfungsi untuk menghubungkan boks kontrol dengan
komputer (CPU) secara serial supaya dapat memberikan tampilan serta
dapat memberikan setting suhu sesuai denganyang dikehendaki melalui
komputer.
Inkubator merupakan salah satu (cara ke 4) dr lima cara
menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh (kontak skin dengan
skin; kangaroo mother care/KMC;pemancar panas; ruangan yg hangat). Di
mana sebelumnya dan sesudahnya dilakukan monitoring dan evaluasi
pengukuran suhu tubuh.
3. Tujuan Pemberian Inkubator
a. Penghangatan berkelanjutan bayi
b. Dengan berat badan < 1500 gr yang tidak dapat dilakukan kangaroo
mothercare/KMC Untuk bayi sakit berat : sepsis, gangguan nafas berat
4. Cara Menggunakan
1. Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari, dan bersihkan
secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan
2. Tutup matras dengan kain bersih
3. Kosongkan air reservoir, dapat tumbuh bakte-ria yg berbahaya dlm air
dan meyerang bayi
4. Atur suhu sesuai dengan umur dan BB bayi (lihat tabel)
5. Hangatkan inkubator sebelum digunakan
13
14
<1500 gr
1500-2000 gr
2100-2500 gr
>2500 gr
35 C
1-10 hari
320C
>5 minggu
>4 minggu
>3 minggu
>2 hari
Saat ini inkubator bayi yang beredar dan dijual di pasaran dapat dikelompokan
menjadi dua jenis, yaitu: inkubator bayi sederhana dan inkubator bayi digital.
1. Inkubator bayi sederhana
Inkubator bayi sederhana adalah inkubator yang banyak digunakan oleh
instansi kesehatan kelas menengah ke bawah. Inkubator bayi sederhana,
biasanya hanya terdiri dari box (kotak tempat bayi), penghangat, dan alat
pengukur suhu ruang.
Penggunaan inkubator bayi sederhana dirasa kurang efektif, karena tidak
terdapat
fasilitas
pengaturan
suhu
15
ruang
inkubator.
Hal
tersebut
16
17
Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D.
CPU yang terdiri atas 32 buah register.
ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.
Tiga buah timer/counter dengan kemampuan pembandingan.
Watchdog timer dengan osilator internal.
Internal SRAM sebesar 512 byte.
Memori flash sebesar 8 kB dengan kemampuan Read While Write.
Unit interupsi internal dan eksternal.
Port antarmuka SPI.
EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi
Antarmuka komparator analog.
Port USART untuk komunikasi serial.
18
SHT11
menggunakan
2-wire
interface
sehingga
mudah
Sumber Tegangan
SHT 11 ini membutuhkan sumber tegangan antara 2.4 V 5.5 V.
Setelah diberi tegangan, SHT11 membutuhkan waktu 11 ms untuk
mereset data yang artinya tidak ada perintah yang perlu dikirim
sebelum mencapai kondisi tersebut.
Setelah mengirim perintah ( 00000101 untuk kelembaban, dan
00000011 untuk suhu ) pengendali mikro harus menunggu maksimal
320 ms sampai pengukuran selesai. Setelah pengukuran selesai, SHT
11 mengatur pin DATA menjadi low dan masuk ke idle state.
Pengendali mikro harus menunggu
b. Protokol
Protokol yang dipakai untuk komunikasi dengan SHT11 ini
menggunakan Serial Interface Bidirectional 2-Wire. Berikut adalah
beberapa Pin pada protokol:
19
Mengirim Perintah
Untuk inisialisasi pengiriman perintah dengan cara mengatur pin DATA
bernilai 0 ketika pin SCK bernilai 1, diikuti dengan sinyal low ( bernilai
0 ) dari pin SCK dan mengatur pin DATA bernilai 1 lagi ketika pin SCK
bernilai 1. Perintah yang dikirim terdiri dari 3 address bit ( 000 ) dan
5 command bit
d. Pengukuran
Setelah mengirim perintah (00000101 untuk kelembaban, dan
00000011 untuk suhu) pengendali mikro harus menunggu maksimal
320 ms sampai pengukuran selesai. Setelah pengukuran selesai, SHT 11
mengatur pin. DATA menjadi low dan masuk ke idle state. Pengendali
mikro harus menunggu data siap diambil terlebih dulu sebelum
mengatur pin SCK kembali untuk membaca data. Data hasil
pengukuran sensor disimpan sampai data dibaca oleh pengendali mikro.
20
21
22
karena murah dan sederhana, dan cocok untuk pengendali suhu yang
merupakan sistem dengan respon lambat. Sinyal kontrol akan tetap pada
satu keadaan dan akan berubah ke keadaan lainnya bergantung pada nilai
error positif atau negatif.
Sinyal kontrol akan off saat keluaran menyentuh batas atas dan baru on
kembali ketika nilai keluaran telah menyentuh batas bawah. Band atau
rentang dari set point ini sering juga disebut dengan differential gap.
Dengan mengatur besarnya differential gap, maka frekuensi on off dapat
dikurangi, tetapi harus dibayar dengan penurunan akurasi terhadap set
point.
23
BAB III
ANALISIS JURNAL DAN PEMBAHASAN
24
d. Modul LCD dan LED indikator; menampilkan nilai suhu dan kelembaban
ruang utama inkubator pada LCD dan menampilkan status kerja incubator
melalui LED indikator.
e. Modul tombol pengaturan; menerima masukan nilai suhu acuan.
f. Modul buzzer; memberikan peringatan saat terdapat kesalahan pada
sistem.
g. Modul kipas penghisap dan penghembus; mengendalikan kipas untuk
sirkulasi udara
3. Pada inkubator ini, modul komunikasi data berupa jaringan half duplex RS
485. Modul ini tetap membutuhkan RS 232, karena RS 485 tidak dapat secara
langsung dihubungkan pada komputer karena adanya perbedaan aras
tegangan. RS 232 digunakan untuk mengkonversi aras tegangan TTL dari RS
485 menjadi aras tegangan yang dapat diterima oleh komputer.
4. Inkubator bayi ini dilengkapi dengan modul emergency stop. Modul
emergency stop ini memiliki sistem sendiri, sehingga apabila terjadi suatu
kesalahan pada pengendali mikro, modul ini akan tetap aktif dan akan
memutuskan catu tegangan pada pengendali mikro serta memberikan
peringatan menggunakan buzzer. Modul ini menggunakan sebuah sensor suhu
LM 35 untuk memantau suhu elemen pemanas. Jika pengendali mikro
melakukan kesalahan dalam mengendalikan pemanas yang menyebabkan
pemanas tetap aktif meskipun suhu inkubator telah melampaui batas aman
yang maka modul ini akan memutus catu teganga pengendali mikro, sehingga
elemen pemanas menjadi tidak aktif.
25
Berdasarkan hasil yang telah didapat, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut ini:
1. Alat mampu mencapai nilai suhu yang dikehendaki pada kisaran 28 C 37
C dan menjaga suhu tetap stabil pada nilai suhu acuan yang dikehendaki.
2. Program aplikasi sistem telemetri dapat bekerja dengan baik, dengan fasilitas
data logger untuk mencatat hasil pengukuran terakhir dari setiap lima menit
selang pengukuran pada log file .
3. Alat yang dibuat memiliki nilai ralat maksimum pengaturan suhu sebesar
1C.
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
27
Hassan, Rusepno. 2005. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Herdman, T. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika.
Jakarta
Nurarif, Amin H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA. Yogyakarta : Mediaction
Proverawati, Atikah. 2010. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.
Wijaya, Roni. 2013. Inkubator Bayi Berbasismikrokontroler Dilengkapi Sistem
Telemetri Melalui Jaringan Rs 485. Techn Jurnal Ilmiah Elektroteknika
Vol. 12 No. 1 April 2013 Hal 75 90
Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC. Jakarta
28