BAB 14
PENYAKIT JANTUNG DI NEGARA-NEGARA YANG KURANG
BERKEMBANG
Masa menurunnya
pandemi
10-35
Masa penyakit
degeneratif dan
penyakit buatan
manusia
Masa penyakit
degeneratif yang
tertunda
35-55
<50
Penyakit jantung
utama
Penyakit jantung
reumatik ,
perikarditis
tuberkulosis, serta
kardiomiopati infeksi
dan nutrisi
Sama seperti di atas,
serta tambahan
penyakit hipertensi,
stroke hemoragik,
dan gagal ginjal
Semua bentuk
stroke, penyakit
iskemia jantung pada
usia relatif muda
Stroke dan penyakit
iskemia jantung pada
usia lanjut
Contoh regio
Afrika sub-sahara,
daerah pedesaan
India, dan Amerika
selatan
China, daerah
perkotaan Afrika
selatan
Daerah perkotaan
India, negara yang
dulunya sosialis
ekonomi
Eropa barat, Amerika
Utara, Australia,
Selandia baru
Banyak negara yang kurang berkembang memiliki beban penyakit tiga kali lipat, yang
mencakup penyakit yang tergolong pada tiga fase awal peralihan epidemiologi.
Pada tahun 2000, PKV menyebabkan 16,7 juta kematian di seluruh dunia; 31% dari
kematian di dunia akibat PKV. Penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke berperan
dalam 71% kematian akibat PKV. Negara dengan penghasilan rendah dan menengah
menyumbang 78% dari semua kematian akibat PKV, dan 86% kehidupan yang
menyesuaikan kecacatan yang berhubungan dengan PKV. Pentingnya PJK dan stroke
berbeda-beda di seluruh daerah dan negara. Contohnya, lebih dari dua kali lipat
kematian akibat stroke terjadi di negara yang kurang berkembang dibandingkan di
negara maju.
Penyakit tidak menular berada di peringkat satu penyebab kematian di negara yang
kurang berkembang, negara maju, dan seluruh dunia. PJK berperan dalam setengah
kematian akibat penyakit tidak menular. Pada tahun 1990, PKV menjadi penyebab
utama kematian untuk semua daerah geografis di dunia yang berkembang kecuali India
dan Afrika Sub-Sahara.
Kematian dini yang diakibatkan PKV lebih banyak pada negara kurang berkembang
dibandingkan dengan negara maju. Pada tahun 1990, perbandingan kematian akibat
PKV yang mengenai orang berusia kurang dari 70 tahun yaitu 26,5% pada negara
maju, dan 46,7% di negara yang kurang berkembang. Karena itu, kontribusi negara
kurang berkembang pada beban dunia PKV, dalam hal kehilangan kehidupan yang
menyesuaikan kecacatan hampir tiga kali lipat lebih tinggi daripada di negara maju.
Penyakit jantung reumatik merupakan penyebab paling sering PKV pada anak-anak
dan dewasa muda pada negara kurang berkembang. Paling kurang 15,6 juta orang
diperkirakan menderita penyakit jantung reumatik di seluruh dunia. Lebih dari 2 juta
orang membutuhkan pengobatan ke rumah sakit secara berulang dan 1 juta orang
membutuhkan pembedahan jantung untuk 20 tahun ke depan. Setiap tahun terjadi
233.000 kematian akibat penyakit jantug reumatik . Banyak orang miskin yang terkena,
menjadi cacat akibat kurangnya akses ke perawatan medis dan bedah juga biaya
mahal yang dituntut oleh penyakit. Prevalensi penyakit jantung reumatik
di negara
Difteri
Kerusakan jantung pada difteri terjadi akibat sirkulasi eksotoksin yang menghambat
sintesis protein pada jaringan, dengan derajat afinitas tinggi terhadap sistem konduksi.
Miokarditis terjadi sampai pada 25% kasus difteri dan menyebabkan kematian pada
kira-kira 60%.
Pengujian patologis menunjukkan jantung yang lembek dan melebar dengan
miokardium yang tampak bergaris-garis. Gambaran mikroskopis menunjukkan ciri-ciri
adanya infiltrasi lemak pada miosit, dan tanda lain miokarditis.
Takikardia sinus, irama gallop (suara derap kuda), kardiomegali, dan hipotensi biasanya
muncul pada minggu kedua penyakit.
Penilaian abnormalitas dengan elektrokardiogram (EKG) sangat berguna dalam
diagnosa dan terbagi dalam 2 bagian:
EKG pada akhirnya kembali ke normal tetapi abnormalitas konduksi dapat bertahan
sampai beberapa tahun.
Perawatan
Perawatan termasuk tindakan suportif untuk gagal jantung, antibiotik (prokain penisilin
G 600.000 U IM setiap 12 jam untuk 10 hari atau eritromisin 250-500 mg per oral setiap
6 jam untuk 7 hari) untuk mencegah infeksi sekunder dan menghilangkan organisme
difteri dalam kerongkongan, serta pacu jantung pada kasus hambatan jantung AV.
Serum antitoksik tidak diberikan pada tahap ini karena eksotoksin sudah diperbaiki dan
karena resiko reaksi fatal pada serum. Intubasi dan ventilasi dapat dibutuhkan untuk
pasien dengan bukti adanya kegagalan pernapasan.
non-virus
seperti
toxoplasmosis,
cryptococcosis,
dan
infeksi
Hipertensi paru
Hipertensi paru yang berhubungan dengan HIV diperkirakan sebanyak 1/200, lebih
tinggi daripada 1/200.000 yang ditemukan di populasi umum. Hipertensi paru primer
ditemukan pada 0,5% pasien rawat inap AIDS dan merupakan penyebab jantung-paru
dan kematian. Patogenesisnya belum dapat dipahami.
Aneurisma arteri
Anerurisma arteri yang berhubungan dengan HIV merupakan bagian kesatuan antara
klinis dan patologis yang nyata yang berhubungan dengan penyakit HIV tahap lanjut.
Aneurisma yang berhubungan dengan HIV mengenai pasien berusia muda (rata-rata
usia 30 tahun) tanpa faktor resiko aterosklerosis, muncul paling banyak pada arteri
perifer (daerah karotis, femoral distal superfisial, dan popliteal), biasanya multipel (1-10
tiap pasien), dan dilaporkan lebih sering pada pasien berkulit hitam daripada berkulit
putih. Proses inflamasi melibatkan vasa vasorum adventitia dengan pengecualian
media dan intima. Presentasi yang paling sering yaitu massa yang nyeri dan
membesar. Diagnosa dipastikan dengan duplex sonografi atau computed sonografi
(CT). Angiografi arteri dilakukan untuk menggambarkan perluasan aneurisma.
Diperlukan tes serologi untuk sifilis, tifoid, HIV, dan penyakit autoimun. Perawatannya
yaitu dengan intervensi operatif untuk aneurisma simptomatik pada pasien dengan
resiko bedah yang dapat diterima dan angka harapan hidup yang lebih baik.
Abnormalitas metabolik
Penggunaan inhibitor protease dan
Penyakit Chagas memiliki manifestasi klinis yaitu rasa sakit pada dada, penyakit sistem
konduksi simptomatik; gagal jantung parah, protraksi, kongestif, sering pada sisi kanan,
yang merupakan aturan pada kasus tahap lanjut. Hambatan bifasikular tampak pada
lebih dari 80% kasus dan kematian akibat asistol dan aritmia sering terjadi. Disfungsi
otonom sering terjadi. Aneurisma apikal dan dilatasi ventrikel meningkatkan resiko
tromboemboli dan aritmia.
Diagnosis
Penyakit Chagas dikenali dengan adanya tripanosoma dalam darah perifer atau bentuk
leishmania dalam biopsi limfa, atau dengan inokulasi/kultur hewan, xenodiagnosis
(misalnya: pasien digigit oleh serangga reduviid yang dibiakkan di laboratorium;
indentifikasi selanjutnya parasit dalam usus serangga merupakan bukti infeksi pada
host manusia), atau uji serologi (uji fiksasi komplemen Machado Guerreiro). Foto sinar
X dada menunjukkan kardiomegali. EKG abnormal pada tahap lambat penyakit.
Gambaran ekokardiografi pada kasus tahap lanjut yaitu perluasan kardiomiopati;
hipokinesis dinding posterior ventrikel kiri dan pergerakan septum interventrikular yang
tertahan, yang berkaitan dengan adanya aneurisma apikal. Ventriculografi radionuklir
dapat menunjukkan pergerakan abnormal dinding ventrikel tanpa adanya penurunan
keseluruhan fungsi ventrikel. Scan perfusi dengan thallium-201 dapat menunjukkan
gangguan yang menetap (berkaitan dengan area fibrosis) juga bukti adanya iskemia
reversible. MRI Gadolinium dapat mengenali pasien dengan penyakit miokardial yang
lebih aktif.
Perawatan
Tidak ada terapi khusus bagi penyakit Chagas. Pemberian nifurtimox, derivat
nitrofurason jangka panjang dapat memberikan penyembuhan parasit tapi kerusakan
organ kronik tidak dapat sembuh. Gagal jantung, aritmia, dan tromboemboli dirawat
dengan perawatan biasa.
Pencegahan
Serangga Reduviid, vektor penyakit Chagas, tinggal di rumah yang tidak dibangun
dengan baik dan bangunan tambahan. Menyemprot dengan 5%
-benzene
hexachloride merupakan cara paling efektif mengontrol vektor. Menambal retakan pada
dinding dan menyemen lantai kotor juga membantu menghilangkan vektor.
Sifilis Kardiovaskuler
Sifilis kardiovaskuler menyebabkan aneurisma torakalis, mempersempit ostia koroner,
atau insufisiensi katup aorta yang biasanya muncul 10 sampai 25 tahun setelah
dimulainya infeksi. Keterlibatan miokardium jarang terjadi. Penemuan penisilin telah
membuat penyakit ini kurang terjadi, namun penyakit ini tetap menjadi penyebab utama
PKV pada populasi miskin.
Penyakit koroner
Angina pektoris, IMA, aneurisma jantung, atau kematian mendadak dapat disebabkan
karena terlibatnya ostia koroner. Insufisiensi aorta hampir selalu terjadi. Kondisi yang
harus dicurigai yaitu saat angina pektoris terjadi pada laki-laki muda, dan saat angina
berat berkaitan dengan Insufisiensi aorta ringan yang tidak seimbang. Glyceyl trinitrate
sering kurang efektif dalam melegakan gejala. Serangan angina dekubitus jarang
terjadi. Diagnosa ditegaskan dengan serologi positif sifilis dan angiografi koroner.
Perawatan bedah yang sukses dapat dicapai dengan endarterektomi ostia aorta
koroner atau bypass graft.
Insufisiensi Aorta
Gejala yang muncul dapat seperti pada insufisiensi koroner atau gagal jantung kiri.
Tanda fisik sama seperti pada insufisiensi aorta reumatik. Hanya insufisiensi tanpa
stenosis merupakan aturannya. Karena aorta yang terbentang dan dilatasi aorta, bunyi
murmur sering lebih jelas terdengar pada dada sebelah kanan. Kadang nada murmur
diastolik (merpati mendengkur) dihasilkan dari penonjolan atau terlepasnya katup aorta.
Penekanan vena kava superior hipertrofi vena leher tanpa denyutan dengan
Penekanan jalan napas besar batuk kering seperti tiupan, sesak nafas
Penekanan saraf laring rekuren suara parau
Penekanan esofagus sulit menelan
Penekanan rantai simpatik sindrom Horner
Erosi tulang belakang dan penekanan saraf rasa sakit tulang yang mendalam dan
terus-menerus dan rasa sakit pada akar
Aneurisma dapat dicurigai secara klinis dengan nadi dan tekanan darah yang tidak
sama pada tungkai atas atau adanya tarikan (tug) trakea. Tidak sering aneurisma
dideteksi pertama kali dengan foto sinar X toraks, dan harus dipisahkan dari massa
lainnya. Klasifikasi linear kantong aneurisma dan denyutan yang meluas pada
fluoroskopi merupakan tanda yang membantu jika ditemukan. Angiografi aorta juga
dibutuhkan dalam diagnosa.
Perawatan
Penisilin G Benzathine harus diberikan dengan dosis 2,4 juta unit setiap minggu untuk
tiga minggu berturut-turut. Saat terdapat alergi penisilin, berikan tetrasiklin 500 mg 4 kali
per hari untuk satu bulan.
edema dan hepatomegali. Pada beri-beri Shoshin, terdapat gagal jantung parah dengan
output jantung kurang, orthopnea, kongesti sistemik, dan oliguria.
Penemuan EKG: merupakan nilai yang krusial dalam diagnosa. Temuan paling sering
yaitu rekaman (tracing) normal, saat pasien sakit sangat parah. Tidak sering EKG awal
menunjukkan inverse gelombang T di atas ventrikel kiri atau kanan titik prekordial. Pada
kejadian tersebut, rekaman (tracing) rutin akan menunjukkan beberapa perubahan,
pada ventrikel kana, atau kiri, atau keduanya. Sehingga, saat pasien tampak benarbenar sembuh, EKG sebenarnya dapat pada keadaan terburuk, yang menunjukkan
inversi gelombang T yang ekspansif dan dalam. Perubahan abnormal dapat bertahan
selama 24 jam, hari, atau bahkan minggu mengikuti penyembuhan, tapi dapat kembali
seperti semula merupakan cirinya.
Foto Sinar X toraks: Secara radiologis, terjadi beberapa perubahan yang sama-sama
mencolok. Kardiomegali dengan penonjolan aliran keluar ventrikel kanan dan kongesti
hilum dengan cepat kembali ke normal dalam seminggu atau dua minggu setelah
perawatan yang tepat.
Penemuan laboratorium: aktivitas eritrosit transketolase berkurang sebelum dan
meningkat setelah penambahan tiamin pirofosfat (efek TPP); efek TPP >15%
menunjukkan defisiensi tiamin. Sampel darah harus diambil dalam botol yang
dibungkus heparin, sebelum pemberian tiamin, dan dibawa ke laboratorium dalam es.
Peningkatan piruvat dan laktat darah dan pengurangan ekskresi tiamin urin (<50
g/hari) juga ditemukan.
Perawatan
Perawatannya yaitu dengan tiamin 50-100mg IV atau IM segera, dan diulangi setiap
hari untuk 1-2 minggu. Respon tiamin biasanya cepat dan sempurna. Tanda diuresis,
penurunan detak jantung ukuran jantung, dan hilangnya kongesti paru dapat terjadi
dalam 12 sampai 48 jam. Namun, kematian mendadak akibat edema paru dapat terjadi,
sehingga penting untuk merawat dengan digitalis dan diuretik pada awalnya.
Tetanus
Tetanus diakibatkan oleh endotoksin (tetanospasmin) dari organisme anaerob
Clostridium tetani. Kuman yang masuk biasanya akibat adanya luka berat atau luka
yang tidak diobati, luka bakar yang diabaikan, atau terkadang sepsis akibat aborsi
inkomplit. Pada beberapa kasus (15-30%), kuman yang masuk tidak terisolasi. Program
imunisasi kesehatan masyarakat menggunakan toksoid tetanus secara dramatis
menurunkan insidensi tetanus neonatal pada berbagai daerah di dunia, namun masih
terdapat sejumlah besar kasus yang terjadi pada orang dewasa.
Gambaran klinis yang penting dalam riwayat penyakit yaitu periode waktu dari
cedera sampai onset gejala dan interval waktu antara onset gejala kaku otot sampai
onset gejala spasme otot. Pada umumnya, semakin singkat periode waktu dari cedera
sampai onset gejala dan semakin singkat interval waktu antara gejala dan spasme otot,
maka semakin berat tetanus yang akan diderita.
Klasifikasi tetanus yang paling berguna yaitu:
aktifitas simpatis yang berlebihan tetap menjadi penyebab utama kematian pada pasien
dengan tetanus jika kematian dini akibat obstruksi pernafasan dan kegagalan mekanis
telah dieliminasi. Sindroma aktifitas simpatis yang berlebihan mengakibatkan takikardia,
fluktuasi tekanan darah (misalnya, perubahan antara hipotensi dan hipertensi), salivasi
dan keringat berlebihan. Hilangnya cairan dapat mengakibatkan dehidrasi. Dampaknya
pada jantung dapat mengakibatkan IMA .
Pendekatan terapi yang melibatkan penggunaan sedatif berat dengan ventilasi
bertekanan positif secara intermiten telah terbukti berhasil menurunkan mortalitas
sampai 6% pada praktek klinik penulis.
Penyakit Keshan
Selenium terlibat dalam reoksidasi pada glutation yang berkurang dan memiliki
hubungan metabolik yang erat dengan vitamin E. Selenium merupakan bagian dari
enzim glutation peroksidase yang diduga menghancurkan peroksida yang berasal dari
asam lemak yang tidak tersaturasi. Defisiensi dapat terjadi pada pasien dengan
pemberian makanan parenteral secara jangka panjang. Beberapa kasus kardiomiopati
yang bersifat fatal diketahui berhubungan dengan defisiensi selenium. Di Cina,
kardiomiopati pada masa kanak-kanak yang disebut penyakit Keshan, yang namanya
diambil dari provinsi dimana penyakit tersebut ditemukan, berhubungan dengan
defisiensi selenium dan perlindungan profilaktik terhadap penyakit tersebut dilakukan
dengan menggunakan dosis 150 g selenium/hari sebagai selenomethionin. Kadar
selenium juga ditemukan rendah pada pasien-pasien dengan kardiomiopati terkait-HIV,
yang merespon terhadap suplementasi selenium.
Kardiomiopati restriktif
Kardiomiopati restriktif (yang didiskusikan di bab lain pada buku ini) terbagi ke dalam
variasi non-obliteratif difus (misalnya, amyloidosis, hemokromatosis) dan variasi
obliteratif dimana endokardium dan subendokardium mengalami fibrosis (misalnya,
fibrosis endomiokardial). Variasi kardiomiopati restriktif obliteratif terjadi pada daerahdaerah beriklim sedang, yang disebut endokarditis Loeffler, dan pada daerah hutan
hujan tropis yang disebut sebagai fibrosis endomiokardial
fase trombosis dengan penebalan miokardium disertai trombosis sekitar 1 tahun setelah
presentasi; dan fibrosis stadium lanjut (yaitu, EMF). Namun, terdapat beberapa
perbedaan pada presentasi klinis EMP tropis dan endokarditis Loeffler : secara
geografi, usia (endokarditis Loeffler menjangkiti pria dewasa versus EMF tropis
menjangkiti orang-orang berusia lebih muda dan anak-anak), pola keterlibatan ventrikel
(EMF tropis mempengaruhi khususnya ventrikel kanan versus Endokarditis Loeffler
mempengaruhi kedua ventrikel), dan hubungan dengan eosinofilia (Loeffler terkait
dengan hipereosinofilia vs hubungan EMF tropis dan eosinofilia, tidak dapat dijelaskan).
Fibrosis endomiokardial
Patofisiologi
Jaringan fibrosa dan korda yang melekat pada dinding ventrikel dapat mengikat otot
papilaris. Pada kasus-kasus yang ekstrim, dimana terdapat kardiomiopati obliteratif,
kavitas ventrikel terisi penuh dengan jaringan fibrosa dan lapisan trombus. Penyakit ini
dapat melibatkan salah satu atau kedua ventrikel dan dapat dikomplikasi oleh
perikarditis, dengan efusi dan tekanan diastolik yang tinggi, yang meningkatkan
kongesti vena paru dan sistemik dengan inkompetensi katup AV.
Gejala dan tanda
Umumnya, gejala penyakit menunjukkan adanya kardiomiopati kongestif, namun tandatandanya menyerupai perikarditis konstriktif. Seperti kardiomiopati kongestif, pasien
datang dengan dispnea, ortopnea, dan edema perifer. Seperti pada perikarditis
konstriktif, terdapat pulsus paradoksus, peningkatan JVP dengan penurunan cepat x
dan y, bunyi jantung 3 dini, hepatomegali, dan ascites. Namun, berkebalikan dari
perikarditis konstriktif, sering terdapat murmur trikuspid dan/atau regurgitasi mitral.
Regurgitasi trikuspid berat yang sering terlihat pada fibrosis endomiokardia sisi-kanan
dapat mengakibatkan proptosis bilateral.
Diagnosis
Pemeriksaan EKG biasanya secara non-spesifik menunjukkan hasil yang abnormal,
dengan kompleks QRS bervoltase-rendah dan abnormalitas gelombang ST-T, dan
Endokarditis loeffler
Eosinofilia dengan penyebab apapun dapat dikaitkan dengan penyakit endomiokardia,
namun penyebab eosinofilia pada sebagian besar pasien dengan endokarditis Loeffler
tidak diketahui. Gambaran pasien yang datang umumnya seorang laki-laki berumur 40an tahun yang tinggal di lingkungan dengan iklim tropis dan menderita sindroma
hipereosinofilia (yaitu, eosinofilia persisten dengan 1500 eosinofil/mm3 selama
setidaknya 6 bulan atau seumur hidup, dengan keterlibatan organ)
Patologi
Penyakit multi-organ yang melibatkan jantung, paru, sumsum tulang, dan otak.
Keterlibatan jantung sering secara biventrikular, dengan penebalan bagian inflow mural
endokardia dan apeks ventrikel. Terdapat gambaran histologis miokarditis eosinofilia,
trombosis mural, dan penebalan fibrosis endokardium.
Gejala dan tanda
Gejala konstitusional (demam, penurunan berat badan), batuk, dan ruam. Gejala dan
tanda gagal jantung kongestif ditemukan pada 50% pasien. Kardiomegali dan murmur
regurgitasi mitral dapat ditemukan bahkan pada pasien tanpa gejala jantung. Emboli
sistemik sering terjadi. Kematian biasanya terjadi akibat gagal jantung, sering terkait
dengan gagal ginjal, hati atau gagal nafas.
Diagnosis
EKG paling sering menunjukkan gambaran perubahan gelombang ST-T non-spesifik,
namun fibrilasi atriaum dan blok berkas cabang kanan sering terjadi. Foto sinar X toraks
dapat menunjukkan adanya kardiomegali dan kongesti paru atau infiltrat paru.
Echokardiogram menunjukkan penebalan lokal dinding ventrikel kiri postero-basal,
dengan gerakan berkas katup mitral posterior yang terbatas atau tidak ditemukan;
pembesaran atria, regurgitasi katup atrioventrikular; dan biasanya dengan fungsi sistolik
yang baik (kateterisasi jantung menunjukkan gambaran hemodinamik dari kardiopati
restriktif yang tidak dapat dibedakan dari EMF topikal yang dijelaskan pada
kardiomiopati
restriktif,
endomiokardia).
Penanganan
hal.
667.
Diagnosis
sering
dipastikan
melalui
biopsi
Terapi medis selama perjalanan penyakit endokarditis Loeffler dan terapi bedah selama
fase lanjut dari fibrosis yang terjadi mungkin memiliki efek positif pada gejala dan
tingkat bertahan hidup. Kortikosteroid diindikasikan pada miokarditis akut, dan bersama
dengan hidroksiurea dapat meningkatkan tingkat harapan hidup. Beberapa nonresponden telah memberikan respon terhadap pemberian interferon. Terapi jantung
dengan menggunakan diuretik, digitalis, reduksi afterload, dan antikoagulasi merupakan
terapi tambahan yang penting. Terapi bedah memberikan efek paliatif terhadap gejalagejala setelah tahap fibrosis telah tercapai.