2)
3)
4)
5)
6)
Fraktur dengan perubahan posisi, ujung tulang yang patah berjauhan dengan
normal.
7)
Fraktur tanpa perubahan posisi, tulang patah posisi pada tempatnya yang
normal.
8)
Fraktur impacted: salah satu ujung tulang yang patah menancap pada yang
lain.
1; Klasifikasi menurut garis patah tulang
1)
2)
3)
4)
1)
Fraktur tertutup: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
2)
Fraktur terbuka: ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena ada perlukaan dan kulit
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat:
1; Derajat I
Luka < 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan tidak ada tanda luka remuk.
1; Derajat II
Laserasi > 1 cm, kerusakan jaringan lunak, flap/avulsi
1; Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskular serta kontiminasi derajat tinggi.
Ujung atas
Melebar secara transversal dan memiliki permukaan sendi superior pada tiap
condylus medial dan lateral. Ujung atas fibula melekat pada permukaan sendi
pada condylus lateralis.
-
Corpus
Bagian segitiga dan batas anteriornya membentuk penonjolan yang dapat diraba.
Corpus menyempit pada sekitar pertengahannya kemudian melebar.
-
Ujung bawah
Mempunyai 3 bagian:
1; Malleolus medialis, penonjolan tajam pada aspek bagian dalam
pergelangan kaki.
2; Permukaan sendi untuk ujung bawah fibula.
3; Permukaan sendi di bawah dan medial dari tulang.
Fibula
Fibula adalah tulang panjang kurus pada aspek lateral tungkai. Tulang ini
memiliki 2 ujung atas dan ujung bawah. Tibia dan fibula bergabung menjadi satu
di atas dan di bawah dengan sendi yang tidak dapat bergerak. Membrana
interossea melekat pada corpus kedua tulang dan mengisi ruang diantaranya:
merupakan tempat perlengketan otot.
4; Etiologi
Penyebab terjadinya fraktur antara lain:
Benturan/trauma langsung pada tulang misalnya kecelakaan lalu lintas,
jatuh.
Kelemahan atau kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau penyakit
primer misalnya osteoporosis, kanker tulang metastase.
-
Selain itu bila perubahan susunan tulang dalam keadaan stabil atau beraturan
maka akan lebih cepat terjadi proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikan
sesuai letak anatominya dengan gips.
Click here to download Pathway
1; Tipe fraktur
2; Tipe tulang yang fraktur
3; Umur
4; Keadaan gizi
5; Adanya komplikasi
8; Pemeriksaan Diagnostik
1; Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.
2; CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang
mengalami kerusakan.
3; Darah lengkap: HT meningkat (hemokonsentrasi), HB menurun (akibat
adanya perdarahan).
4; Arteriografi, bila diduga ada kerusakan pada vaskuler.
5; Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
9; Komplikasi
1; Sindroma kompartemen
2; Syok. Terjadi syok hipovolemik akibat perdarahan
3; Sindroma emboli lemak
4; Infeksi
5; Delayed union (proses penyembuhan yang berjalan lambat)
6; Non union (suatu kegagalan penyembuhan tulang setelah 6-9 bulan)
7; Mal union (proses penyembuhan tulang berjalan normal tetapi bentuk
abnormal.
10; Terapi dan Penatalaksanaan
1; Terapi dan penatalaksaan fraktur secara umum
1)
Reposisi setiap pergeseran atau angulasi pada ujung patahan harus direposisi
dengan hati-hati melalui tindakan manipulasi yang biasanya di bawah anestesi
umum.
2)
a)
Fiksasi eksterna. Tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar
fraktur. Fraktur ini diimobilisasi dengan menggunakan bidai luar atau gips.
b)
Fiksasi interna. Cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung patahan
tulang disatukan dan fiksasi pada operasi misalnya dengan sekrup, plat logam.
3)
Fisioterapi dan mobilisasi. Dari semula sudah dilakukan fisioterapi untuk
mempertahankan otot yang dapat mengecil secara cepat jika tidak dipakai. Setelah
fraktur cukup sembuh, mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betulbetul telah kembali normal.
1; Terapi dan penatalaksanaan fraktur tibia dan fibula.
1)
a)
b)
Reduksi tertutup, bila sulit pasang pin perkutaneos dan fiksasi eksterna.
c)
Kurangi aktivitas untuk mengurangi edema dan meningkatkan peredaran
darah.
2)
a)
b)
Fiksasi eksterna
c)
B.
Pre Operasi
1; Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
-
Kesemutan, baal
Keterbatasan mobilisasi
Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury,
lambatnya kapiler refill tim
Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya
1; Pola peran dan hubungan dengan sesama
-
Post Operasi
1; Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
-
Keterbatasan beraktivitas
Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya
1; Pola peran dan hubungan dengan sesama
-
Pre Operasi
1; Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada fraktur,
edema.
2; Imobilisasi fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar/fraktur.
3; Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan
jaringan lunak.
4; Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan.
5; Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
penurunan/interupsi aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema,
pembentukan trombus.
6; Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
7; Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan fraktur tulang panjang.
Post Operasi
1; Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan.
2; Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post
pembedahan.
3; Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi.
4; Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.
5; Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan
perawatannya saat di rumah.
3; Rencana Keperawatan
Pre Operasi
Tidak merintih
Rencana Tindakan:
1)
Rencana Tindakan:
1)
Rasional: Luka yang kotor dan basah merupakan media yang baik untuk
mikroorganisme berkembang biak.
3)
Rencana Tindakan:
1)
Rencana Tindakan:
1)
Observasi nadi perifer distal terhadap cidera melalui palpasi. Bandingkan
dengan ekstremitas yang sakit.
Rasional: Penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler dan
perlunya evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi.
2)
Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada fraktur.
Rencana Tindakan:
1)
Kaji kulit pada luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan,
perubahan warna, kelabu, memutih.
Rasional: Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang
mungkin disebabkan oleh alat dan atau pemasangan gips/bebat atau traksi.
2)
Rencana Tindakan:
1)
Rencana Tindakan:
1)
Rencana Tindakan:
1)
3)
Rencana Tindakan:
1)
Observasi TTV.
Rasional: Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi berkembang
biaknya bakteri.
5)
Anjurkan pasien untuk melakukan latihan aktif dan pasif secara teratur.
4)
4; Perencanaan Pulang
1; Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan luka dan sera laporkan ke
tenaga kesehatan bila ada rembesan darah keluar, demam tinggi.
2; Anjurkan pasien untuk kontrol secara teratur.
3; Minum obat sesuai dengan instruksi dokter.
4; Menganjurkan memakan makanan yang bergizi dan tinggi protein.
5; Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa rehabilitasi membutuhkan
waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing, alih
bahasa: Agung Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2.
Jakarta :EGC.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem. Fifth Edition Mosby.
Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease
Process. Alih bahasa: Peter Anugerah, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4 vol. 2. Jakarta :EGC.
Sjamsuhidajat, R. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :EGC.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius.