Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kesehatan Reproduksi


II.1.1 Definisi
Kesehatan reproduksi yang telah disepakati pada saat konferensi
internasional, pada tahun 1994 di Kairo Mesir menyatakan bahwa keehatan
reproduksi adalah keadaan sehat menyeluru meliputi aspek fisik, mental dan sosial
dan bukan sekadar tdak adanya penyakitatau gangguan di segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsInya maupun proses reproduksi itu
sendiri. (Pinem, 2009)
Implikasi definisi kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang mampu
memiliki kehidupan seksual yang memuaskan daan aman bagi dirinya, juga
mampu menurunkan serta memenuhi keinginannya tanpa ada hambatan apapun,
kapan, dan berapa sering untuk memiliki keturunan. (Kusmiran, 2011)
Menurut Hasmi (2001) Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan
sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses
sistem reproduksi pada remaja. Pengertian sehat tersebut tidak semata mata
berarti terbebas dari penyakit atau kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosio kultural. Pada masa ini, seorang anak mengalami kematangan biologis.
Kondisi ini merupakan kondisi rawan bagi remaja apabila mereka tidak dibekali
dengan informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi serta berbagai faktor
yang ada disekitarnya. (Wiknjosastro et al, 2006)

II.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja


Ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja meliputi (Widyastuti et al,
2010)

1. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi dan penyakit


2.
3.
4.
5.
6.

menular seksual
Pencegahan dan penanggulangan kehamilan usia dini
Pencegahan dan penanggulangan aborsi dan komplikasinya
Pencegahan dan penangan infertilitas
Kesehatan reproduksi remaja
Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, missal kanker serviks, kanker
payudara dan lain sebagainya.
Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI

dilaksanakan ssecara intergratif dan memprioritaskan pada empat komponen


kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia. Pelayanan
kesehatan reproduksi esensial (PKRE), yaitu (Widyastuti, 2010) :
a.
b.
c.
d.

Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


Keluarga berencana
Kesehatan reproduksi remaja
Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk
HIV/AIDS

II.1.3 Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Untuk Remaja


Menurut Depkes RI (2008) dasar pengetahuan kesehatan reproduksi yang
pelu diketahui remaja adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual.
Misalnya mengenai haid dan mimpi basah.
2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab. Bekal pemahaman seks, untuk
menyalurkan dan mengendalikan naluri seksual yang terjadi. Misalnya
dengan melakukan hal positif dengan berolah raga atau menyalurkan hobi.
3. Pergaulan yang sehat antara laki laki dan perempuan. Bekal pemahaman
seks, untuk mempertahankan fisik dan psikis agartidak tergoda dengan
ajakan seks di luar nikah atau penggunaan NAPZA.
4. Persiapan pranikah. Informasi yang diperlukan calon pengantin agar lebih
siap secara psikis, fisik dan emosional.
5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya.

II.1.4 Anatomi Organ Reproduksi


A. Organ Reproduksi Perempuan
Pada wanita Organ reproduksinya terbagi menjadi organ reproduksi
bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi
bagian luar terdiri dari vulva, labia majora, mons pubis serta payudara.
Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia
majora, labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae,
glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae. Labia
majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi
kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis. Mons
pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior
simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh
rambut ikal yang membentuk pola tertentu.
Organ reproduksi bagian dalam terdiri dari labia minora, hymen,
vagina, uterus, tuba uterina serta ovarium. Labia minora, yaitu merupakan
labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir dengan klitoris, ini
identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang kemudian
mengalami atrofi. Di bagian tengah klitoris terdapat lubang uretra
untuk keluarnya air kemih saja. Hymen, yaitu merupakan selaput tipis
yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur di tengah, sebagai
pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang
setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah melahirkan.
Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot
melingkar

yang

di kanan kirinya terdapat kelenjar

(Bartolini)

menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas seksual.


Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian
bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri.
Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai tempat pembuahan,
berkembangnya janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu
mengelupas setelah menstruasi. Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di
sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum

serta ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan


menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah
dua buah.
Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi
pertama kali pada usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu,
kelenjar hipofisa mulai berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja
menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Hormon ini akan
mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan terjadilah
menstruasi. Setiap bulan pada masa subur terjadi ovulasi

dengan

dihasilkannya sel telur/ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat


tuba uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa
menopause, kemudian tidak berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga
dipengaruhi oleh hormon ini sehingga payudara akan membesar.
B. Organ Reproduksi Laki laki
Pada alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria
bagian luar dan alat kelamin pria bagian dalam. Organ reproduksi bagian
luar ialah penis dan skrotum. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk
bulat panjang yang berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian
dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian
tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma
yang di sebut uretra sedangkan skrotum, yaitu organ yang tampak dari
luar berbentuk bulat, terdapat dua buah kiri dan kanan, berupa kulit
yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.
Organ reproduksi bagian dalam terdiri atas testis, vas deferens,
kelenjar prostat, dan kelenjar vesikula seminalis. Testis merupakan isi
skrotum, berjumlah dua buah, terdiri dari saluran kecil-kecil membentuk
anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa. Vas deferens,
yaitu saluran yang membawa sel spermatozoa dan berjumlah dua buah.
Kelenjar prostat merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan
kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi
enzim-enzim dan kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang
menghasilkan

cairan

untuk

kehidupan

sel

spermatozoa,

secara

bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi

produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.
Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi
dimulai saat pubertas sekitar usia 11 -14 tahun. Aktivitas yang diatur oleh
organ-organ tersebut antara lain keluarnya semen atau cairan mani yang
terjadi pertama kali. Hal ini berlangsung selama kehidupannya serta
organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah
mendapat pengaruh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel
interstisial Leydig dalam testis.
II.1.5 Pemeliharaan dan Perawatan Organ Reproduksi
Organ reproduksi merupakan salah satu komponen yang harus dijaga
kebersihannya, karena apabila tidak dirawat dan dipelihara dengan baik maka akan
menjadi pintu masuk bagi kuman yang menyebabkan penyakit. Oleh karena itu,
perawatan dan pemeliharaan organ reproduksi haruslah dilakukan dengan baik dan
benar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk merawat dan memelihara organ
reproduksi, bahkan dalam agama dan budaya pun membahas tentang tata cara
merawat dan memelihara organ reproduksi. (Widyastuti et al, 2010)
a. Pemeliharaan organ reproduksi perempuan
Cara pemeliharaan organ reproduksi wanita , antara lain (Widyastuti et al,
2010) :
1) Tidak memasukkan benda asing ke dalam vagina.
2) Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat.
3) Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat.
4) Pemakaian pembilas vagina secukupnya, tidak berlebihan.
5) Mengganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari
6)

Mengganti pembalut empat jam sekali dlam sehari saat sedang haid,
karena organ reproduksi wanita sangat rentan terhadap infeksi.

b. Pemeliharaan organ reproduksi laki - laki


Cara pemeliharaan organ reproduksi pria , antara lain (Widyastuti et al,
2010) :
1) Tidak menggunakan celana yang ketat yang dapat memengaruhi
suhu testis, sehingga dapat menghambat produksi sperma
2) Melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan kotoran atau

smegma (cairan dalam kelenjar sekitar alat kelamin dan sisa air
seni) sehingga alat kelamin menjadi bersih
c. Pemeliharaan organ reproduksi untuk laki laki dan perempuan
Cara pemeliharaan organ reproduksi laki laki dan perempuan , antara
lain (Widyastuti et al, 2010) :
1) Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari;
2) Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus
dengan

air

atau

kertas

pembersih

(tissu),

gerakan

cara

membersihkan anus untuk perempuan adalah dari daerah vagina


kearah anus mencegah kotoran anus masuk ke vagina;
3) Tidak menggunakan air yang kotor untuk mencuci vagina;
4) Dianjurkan tidak mencukur atau merapikan rambut kemaluan
karena bisa ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman dan gatal.
II.2 Remaja
II.2.1 Definisi Remaja
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin
adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang
dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan
sosial dan psikologi. Batasan remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.
Menurut Depkes RI antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut
BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. (Widyastuti et al, 2010)
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah
suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut
masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa
dewasa. (Widyastuti et al, 2010)
Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi
remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode
usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun.
Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administration

Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11- 21 tahun dan
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah
(15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan
dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
(Kusmiran, 2011)
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang (dalam
Kusmiran, 2011) , yaitu :
a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun
sampai 20-21 tahun;
b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan
fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
c.

Secara

psikologis,

remaja

merupakan

masa

dimana

individu

mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral,


di antara masa anak-anak menuju masa dewasa.

II.2.2 Perubahan Fisik Pada Remaja


Pada masa remaja, akan terjadi perubahn fisik. Pertumbuhan fisik yang
cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organorgan reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang
ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan
yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda- tanda sebagai
berikut (dalam Widiyastuti, 2010) :
a. Tanda-tanda seks primer
Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah organ
seks. Pada laki-laki gonad atau testes Organ itu terletak di dalam
scrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10 % dari ukuran matang. Setelah
itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu dua tahun, kemudian
pertumbuhannya menurun. Testes berkembang penuh pada usia 20-21 tahun.
Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi pria

matang, lazimnya

terjadi mimpi basah, artinya ia bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan


dengan hubungan seksual, sehingga mengeluarkan sperma.
Berbeda dengan laki laki, semua organ reproduksi wanita

tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ


satu lainnya berbeda. Berat uterus pada anak-anak usia 11 atau 12
tahun kira-kira 53 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram.
Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah
datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran
darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala,
yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus
sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa terjadi pada usia
sekitar lima puluhan.
b. Tanda-tanda seks sekunder
1. Pada laki-laki
a) Rambut
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut
kemaluan, terjadinya sekitar satu tahun setelah testes dan penis mulai
membesar. Ketika rembut kemaluan hampir selesai tumbuh, maka
menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya
kumis dan cambang.
b) Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar.
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat yang ada dibawah kulit juga
semakin aktif. Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi
minyak yang meningkat. Aktivitas

kelenjar

keringat

juga

bertambah, terutama bagian ketiak.


c) Otot
Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat.
Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot, maka akan tampak memberi
bentuk pada lengan, bahu dan tungkai kaki.
d) Suara
Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi
perubahan suara. Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga
meningkat.
2. Pada Perempuan
a) Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja

laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan


payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah
tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula
lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih
kasar, lebih gelap dan agak keriting.
b) Pinggul
Pinggulpun menjadi berkembang, membesar dan membulat.
Hal

ini

sebagai

akibat

membesarnya

tulang

pinggul

dan

berkembangnya lemak dibawah kulit.


c) Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga

membesar

dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula
dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga
payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
d) Kulit
Kulit seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada
perempuan tetap lebih lembut.
e) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.
f) Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan
kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g) Suara
Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
perempuan.
II.2.3 Masa Transisi Pada Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi
tersebut menurut Gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000) (dalam Kusmiran,
2011) adalah sebagian berikut:

a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh


Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menempilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan
kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang
konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan
emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan sedih,
tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah.
c. Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran ikatan
pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan
dengan keluarga).
d. Transisi dalam nilai-nilai moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilainilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai
yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
e. Transisi dalam pemahaman
Remaja

mengalami

pperkembangan

kognitif

yang

pesat sehingga

mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.


II.3

Definisi Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Behavior), dan Perilaku

(Attitude)
II.3.1 Pengetahuan
Menurut

Notoadmodjo

(2010)

pengetahuan

merupakan

hasil

penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui


indera

yang

dimilikinya

(mata,

hidung,

telinga

dan

sebagainya).

Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi


terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat


kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasar oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (misalnya
perilaku karena paksaan atau adanya aturan wajib). (Mubarak, 2011)
Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai
dengan proses pengalaman manusia yang dialami. Menurut Brunner, proses
pengetahuan tersebut melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapatkan
informasi, proses transformasi, dan proses evaluasi. Informasi baru yang didapat
merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau
merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya. Proses transformasi adalah
proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru. Proses
evaluasi dilakukan dengan memeriksa kembali apakah cara mengolah informasi
telah memadai. (Mubarak, 2011)
Dalam Mubarak (2011) pengetahuan yang termasuk kedalam dominan
mempunyai enam tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi
yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara
luas.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)
Sintesis

diartikan

sebagai

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang


baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja penting diberikan kepada
remaja sehingga remaja dapat menggunakan waktu remajanya yang terbebas
untuk melakukan kegiatan produktif dan sehat, karena remaja dengan
pengetahuan reproduksi

yang

rendah

cenderung

melakukan

berbagai

tindakan yang membahayakan kesehatan. (BKKBN, 2002)


Nursalam (2003) menyatakan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu
:
a) Baik (76% - 100%)
b) Cukup (56% - 75%)
c) Kurang (<56%)
II.3.2 Sikap (Behavior)
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang
kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulus
atau objek yang berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan dengan objek
tersebut. Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka
atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu. (Mubarak, 2011)
Sikap dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap bukan suatu tindakan atau
aktivitas, melainkan predisposisi tindakan atau perilaku. Alport (1954)
menjelaskan

bahwa

kepercayaan/keyakinan
evaluasi

emosional

sikap

mempunyai

(ide

dan

terhadap

bertindak (trend to behave).

tiga

konsep),

suatu

objek,

komponen

kehidupan
dan

utama

emosional

kecenderungan

yaitu
atau
untuk

Ketiga komponen tersebut secara bersama- sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude) sedangkan sikap dikaitkan dengan
pendidikan adalah sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi
pendidikan yang diberikan. (Mubarak, 2011)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni: An individuals
attitude is syndrome of response consistency with regard to object. Jadi jelas, di
sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. (Notoatmodjo, 2010)
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. (Notoatmodjo, 2010).
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, (Notoatmodjo, 2010) sebagai berikut :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil (ante
natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk
mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya.
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi

di sini

diartikan memberikan

jawaban

atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang
mengikuti penyuluhan ante natal care tersebut ditanya atau diminta menanggapi
oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

Contoh butir a di atas, ibu tersebut mendiskusikan ante natal care dengan
suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan
ante natal care.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang
lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain.
II.3.3 Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu
mempunyai bentangan yang sangat laus, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian, dan lain sebagainya.

Bahkan kegiatan internal (internal activity)

seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk
kepentingan analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan
oleh organisme tersebut, baik diamati secara langsung atau secara tidak
langsung. (Notoatmodjo, 2003)
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang dalam
melakukan respons terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena
adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada dasarnya terdiri atas
komponen pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
Dalam konteks ini, setiap perbuatan seseorang dalam merespons sesuatu pastilah
terkonseptualisasi dari ketiga ranah ini. Perbuatan seseorang atau respons
seseorang didasari oleh seberapa jauh pengetahuannya terhadap rangsang
tersebut, bagaimana perasaan dan penerimaannya, dan seberapa besar
keterampilannya dalam

melaksanakan

atau

melakukan

perbuatan

yang

diharapkan. (Mubarak, 2011)


Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar. Menurut
Skinner, perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap suatu rangsangan

dari luar. Berdasarkan bentuk respons terhadap stimulus, perilaku dapat dibagi
menjadi dua yakni (Mubarak, 2011) :
1. Perlaku Tertutup
Perilaku tertutup (covert behavior) terjadi apabila respon dari suatu
stimulus belum dapat diamati oleh orang lain secara jelas. Respon
seseorang terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
perasaan,

persepsi,

pengetahuan

dan

sikap

terhadap stimulus

tersebut. Bentuk covert behavior yang dapat diamati adalah


pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku terbuka
Perilaku terbuka (overt behavior) terjadi apabila respon terhadap
suatu stimulus dapat diamati oleh orang lain. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam suatu tindakan atau praktik yang
dapat dengan mudah diamati oleh orang lain.
II.3.4

Faktor Faktor yang Mempengaruhi

Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku
Menurut Notoadmojo, pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal terdiri dari pendidikan,
minat, pengalaman, dan usia. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari ekonomi,
kebudayaan, dan kebudayaan. Menurut Azwar, sikap dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap
penting, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta faktor emosi dalam
diri individu.
Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua
faktor yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu (Mubarak, 2011) :
1. Faktor predisposisi
Yaitu faktor faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang.
Faktor ini terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai, norma sosial, budaya, dan faktor sosiodemografi.
2. Faktor pendukung
Yaitu faktor-faktor yang memfasilitasi suatu perilaku. Yang termasuk kedalam

faktor pendukung adalah sarana dan prasarana kesehatan.


3. Faktor-faktor pendorong, yakni faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi perilaku masyarakat.
II.5 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, sesuai dengan teori menurut Mubarak (2011) yaitu sebagai
berikut :

Mubarak 2011
-

Faktor Pedisposisi
(Pengetahuan, sikap,
keyakinan dan nilai nilai)
Faktor Pendukung
(Lingkungan Fisik)
Faktor Pendorong (Sikap
dan perilaku petugas
kesehatan)
Gambar 1.1

Perilaku Kesehatan
Reproduksi

II.6 Kerangka Konsep


Menurut Green (dalam Mubarak, 2011) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang
mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan adalah pengetahuan, sikap,
kepercayaan, dan tradisi. Berdasarkan teori diatas penulis hanya melakukan penelitian
dengan dua variabel yaitu pengetahuan dan sikap. Berikut kerangka konsep penelitian :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahu
an

Sikap

Perilaku
Kesehatan
Reproduksi

Gambar 1.2 Kerangka Konsep Penelitian

II.7 Definisi Operasional

No
1

Variabel
Pengetahuan
terhadap
reproduksi

Definisi
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
siswa Tingkat pengetahuan Responden Kuesioner Baik : 2

kesehatan siswa mengenai :

akan

Skala
Ordinal

Cukup : 1

1. Definisi kesehatan diberikan

Kurang : 0

kuesioner

reproduksi
2. Organ reproduksi
3. Pubertas
4. Kehamilan
5. Seksualitas
6. Cara merawat organ
reproduksi
7. Penyakit menular
2

seksual
Sikap siswa terhadap Respon/penilaian

Responden

kesehatan

siswa

reproduksi

kesehatan reproduksi

Perilaku
terhadap
reproduksi

terhadap akan

dilakukan akan

responden

untuk diberikan

kesehatan

kuesioner

reproduksinya

0 : Salah

Nominal

1 : Benar

diberikan

kuesioner
siswa Segala tingkah laku Responden
kesehatan yang

Kuesioner

Kuesioner

0 : Tidak
1 : Ya

Nominal

Anda mungkin juga menyukai