Oleh:
Erda Riyadi A, S.Kep
15.0103.1034
LEMBAR KONSULTASI
Tanggal
Nama dan
Pembimbing
Tanda Tangan
Pembimbing
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Dasar
1. Pengertian RDS
Sindroma gagal nafas (respiratory distress syndrom) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru (Suriadi
dan Yuliani, 2006). Gangguan ini biasanya dikenal dengan nama hyaline
membran desease (HMD) atau penyakit membran hialin karena pada penyakit
ini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.
Syndrom gawat napas (RDS) juga dikenal sebagai idiopathic respiratory
distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan
histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit
pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara
diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) sering
kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005).
Sindrom gangguan pernafasan (respiration distress syndrom) dalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
Merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah sulfaktan dalam paru (Marmi dan
Kukuh Rahardjo, 2012).
Dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa RDS adalah penyakit
yang disebabkan oleh ketidakmaturan dan ketidakmampuan sel untuk
menghasilkan surfaktan yang memadai. Sindrom ini terdiri atas dispue,
merinti/gruncing, tachipnue, retraksi dinding dada serta sianosis. Gejala ini
timbul biasanya dalam 24 jam pertama setelah lahir dengan degradasi yang
berbeda-beda, namun yang selalu adalah dispnue yang merupakan tanda
kesulitan ventilasi paru.
2. Etiologi
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan,
suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali
terjadi pada bayi prematur, karena produksi surfaktan, yang dimulai sejak
kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup
bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadinya
RDS.
Menurut Suriadi dan Yulianni (2006) etiologi dari RDS yaitu:
a. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
b. Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya
berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
c. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh
makrofag.
d. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
e. Adanya kelainan di dalam dan di luar paru.
Kelainan dalam paru yang menunjukan
sindrom
ini
adalah
hipoksemia
berat,
hipoventilasi
yang
menyebabkan
asidosis
chorioamnionitis
sering
berlanjut
menjadi
Bronchopulmonal
Displasia (BPD).
d. Seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak dapat
dilihat.
Tanda dan gejala yang muncul dari RDS adalah:
a. Pernapasan cepat
b. Pernapasan terlihat parodaks
c. Cuping hidung
d. Apnea
e. Murmur
f. Sianosis Pusat
Frekuensi
Nafas
Retraksi
< 60x/menit
60-80 x/menit
>80x/menit
Retraksi ringan
Retraksi berat
Sianosis
Tidak sianosis
Sianosis
dengan O2
Air Entry
Udara masuk
Merintih
Tidak merintih
Penurunan
ringanTidak ada
udara
udara masuk
masuk
Dapat
didengarDapat didengar tanpa
dengan stetoskop
alat bantu
hilangSianosis
menetap
walaupun diberi O2
6. Komplikasi
a. Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
1) Ruptur alveoli, bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada
bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis
hipotensi, apnea, atau bradikardi.
dan
adanya
perubahan
jumlah
leukosit
dan
c.
10. Perawatan
1) Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara
meletakkan bayi dalam incubator. Kelembapan ruangan juga harus
adekuat.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan
fisik
akan
ditemukan
takhipneu,
pernafasan
dingin.
Pemeriksaan penunjang
1) Foto rontgen thorak
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kardiomegali bila sistim lain bila
terkena.
2) Pemeriksaan hasil analisa gas darah
surfaktan.
Rasional: menilai fungsi pemberian surfaktan.
Turunkan pengaturan, ventilator, khususnya tekanan inspirasi puncak
dan oksigen.
Rasional: mencegah hipoksemia dan distensi paru yang berlebihan.
sekret.
Berikan fisiotherapi dada misalnya: postural drainase, perkusi dada/
perjalanan penyakit.
Gunakan alat bantu nafas sesuai intruksi.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas.
Pantau ventilator setiap jam
Rasional: Mencegah turunnya konsentrasi mekanik dan kemungkinan
terjadinya komplikasi.
Berikan lingkungan yang kondusif
Rasional: Supaya bayi dapat tidur dan memberikan rasa nyaman.
Auskultasi irama jantung, suara nafas dan lapor adanya penyimpangan.
Rasional: Mendeteksi dan mencegah adanya komplikasi.
4) Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
yang tanpa disadari.
Tujuan: mempertahankan cairan dan elektrolit
Kriteria Hasil:
Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
Intervensi:
Pertahankan cairan infus 60- 10 ml /kg/hari atau sesuai protokol yang
ada.
Rasional: Penggantian cairan secara adekuat untuk mencegah
ketidakseimbangan.
Tingkatkan cairan infus 10 ml/ kg, tergantung dari urin output,
penggunaan pemanas dan jumlah fendings.
Rasional: mempertahankan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien,
badan.
Berikan glukosa 5-10% banyaknya sesuai umur dan berat badan.
Rasional: Diperlukan keseimbangan cairan dan kehutuhan kalori
secara parsiasif.
Monitor adanya hipoglikemi.
Rasional: Masukkan nutrisi inadekuat menyebabkan penurunan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Betz, Cecily lyn, dan linda A. sowden 2009. Keperawatan pediatric, edisi 5. Jakarta:
EGC
Indrasanto, Eriyanti., dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obsetri Dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK).
Kosim. M.S., 2010. Deteksi Dini Dan Manajemen Gangguan Napas Pada Neonatus
Sebagai Aplikasi P O N E K (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency