Anda di halaman 1dari 14

Penting menggunakan Jilbab dan 10 (Bukan) Alasan Tidak Memakai Jilbab

Partager
 Aujourd'hui à 22:48 | Modifier l'article | Supprimer
Pentingnya Memakai Jilbab
Bagi seorang wajib mengenakan jilbab. Pentingnya mengenakan jilbab tentu tercantum dalam
firman Allah ta’aala dalam surat Al-Ahzab ayat 59 :

“ Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin:Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan, Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan berkata:

Allah Ta’ala menyuruh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam agar dia menyuruh wanita-wanita
mukmin , istri-istri ,dan anak-anak perempuan beliau agar mengulurkan jilbab keseluruh tubuh
mereka. Sebab cara berpakaian yang demikian membedakan mereka dari kaum wanita jahiliah
dan budak-budak perempuan.

dari : jilbab.or.id

Jilbab berarti selendang/kain panjang yang lebih besar dari pada kerudung. Demikian menurut
Ibnu Mas’ud, Ubaidah, Qatadah, dan sebagainya. Kalau sekarang jilbab itu seperti kain panjang.
Al-Jauhari berkata,”Jilbab ialah kain yang dapat dilipatkan”.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ummu Salamah dia berkata: ”Setelah ayat diatas turun, maka
kaum wanita Anshar keluar rumah dan seolah-olah dikepala mereka terdapat sarang burung
gagak. Merekapun mengenakan baju hitam”

Az-Zuhri ditanya tentang anak perempuan yang masih kecil. Beliau menjawab menjawab:”Anak
yang demikian cukup mengenakan kerudung, bukan jilbab”
(lihat Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ; jilid III hal:900-901 )

Lihat dalam Kitab Jilbab Wanita Muslimah karya Syaikh Al-Albani yang menjelaskan tafsir ayat
tersebut dengan mengatakan pada hal:91-92, 102-103 :
“Tatkala ayat ini turun, maka wanita-wanita Ansha rpun keluar rumah sekan-akan diatas kepala-
kepala mereka itu terdapat gagak karena pakaian (jilbab hitam) yang mereka kenakan”

Dikeluarkan oleh Abu Dawud (II:182) dengan sanad Shahih. Disebutkan pula dalam kitab Ad-
Duur (V:221) berdasarkan riwayat AbdurRazaq, Abdullah bin Humaid, Abu Dawud, Ibnul
Mundzir, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih dari hadits Ummu Salamah dengan
lafal :”Tatkala ayat ini turun, maka wanita-wanita Ansharpun keluar rumah seakan diatas kepala-
kepala mereka terdapat gagak lantaran pakaian (jilbab) yang mereka kenakan” Kata”Ghurban”
adalah bentuk jamak dari “Ghurab” (gagak). Pakaian (jilbab) mereka diserupakan dengan burung
gagak karena warnanya yang hitam.
Dari hadits diatas dapat difahami bahwa mengenakan jilbab dengan warna gelap merupakan
sunnahnya wanita-wanita shahabiyah dan tentu saja istri-istri Nabi kita yang mulia. Dalil yang
lain adalah Hadits Shahih Riwayat Bukhari yang dimasukkan oleh Imam Syaukhani dalam
kitabul Libas dimana Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memakaikan pakaian warna hitam
kepada Ummu Khalid lengkapnya adalah sebagai berikut :

“Dan dari Ummu Khalid, ia berkata: Beberapa pakaian dibawa kepada Nabi diantaranya terdapat
pakaian berwarna hitam. Lalu Nabi bertanya: Bagaimana pandanganmu kepada siapa kuberikan
pakaian hitam ini?Lalu terdiamlah kaum itu. Kemudian Nabi bersabda :Bawalah kemari Ummu
Khalid, lalu aku dibawa kepada Nabi , kemudian ia memakaikan pakaian itu kepadaku dengan
tangannya sendiri, dan bersabda:selamat memakai dan semoga cocok! Dua kali. Lalu Nabi
melihat kepada keadaan pakaian itu dan mengisyaratkan tangannya kepadaku sambli berkata:
Ya, Ummu Khalid, ini bagus, ini bagus (sanna dalam bahasa Habasyah artinya: bagus)”
(HR. Bukhari , Nailul Author, Imam Syaukhani,1/404-405)

Yang namanya jilbab adalah kain yang dikenakan oleh wanita untuk menyelimuti tubuhnya
diatas pakaian (baju) yang ia kenakan. Ini adalah definisi pendapat yang paling shahih(yang
paling benar).

Didalam menjelaskan definisi jilbab dikatakan terdapat 7 pendapat yang telah disebutkan oleh
Al-Hafizh dalam kitab beliau “Fathul Bari” (I:336), dan ini adalah salah satunya. Pendapat ini
juga diikuti oleh Imam Al-Baghawi dalam Tafsirnya (III:544) yang mengatakan:”Jilbab adalah
pakaian yang dikenakan oleh wanita diatas pakaian biasa dan khimar(kerudung)”

Ibnu Hazm (III:217) mengatakan:”Jilbab menurut bahasa Arab yang disebutkan oleh Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya
sebagiannya”

Imam Al-Qurthubi menshahihkannya dalam kitab Tafsirnya.

Umumnya jilbab ini dikenakan oleh kaum wanita manakala ia keluar rumah. Ini seperti yang
diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani (Bukhari & Muslim) dan juga oleh perawi lainnya dari Ummu
‘Athiyah radhiyallahu’anha bahwa ia berkata:

“Rasulullah shalallahu alaihi wasslam memerintahkan kami agar keluar pada hari Idul Fitri
maupun Idul Adha , baik para gadis yang menginjak akil baligh, wanita-wanita yang sedang
haidh maupun wanita-wanita pingitan. Wanita-wanita yang haidh tetap meninggalkan shalat
namun mereka dapat menyaksikan kebaikan (mendengarkan nasehat) dan dakwah kaum
muslimin. Aku bertanya: Ya, Rasulullah, salah seorang dari kami ada yang tidak memiliki
jilbab? Beliau menjawab: Kalau begitu hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya(agar ia
keluar dengan berjilbab)!
(Hadits Shahih mutafaq alaih)
Syaikh Anwar Al-Kasymiri dalam kitabnya”Faidhul Bari” (I:388) berkaitan dengan hadits ini
mengatakan:

“Dapatlah dimengerti dari hadits ini bahwa jilbab itu dituntut manakala seorang wanita keluar
rumah dan ia tidak boleh keluar jika tidak mengenakan jilbab”

Diantara beberapa madzhab /pendapat yang mengatakan berkenaan dengan ayat tersebut
diantaranya ada yang mengatakan bahwa pada dasarnya jilbab itu tidak diperintahkan manakala
orang-orang fasik sedang tidak lagi mengganggu, atau tatkala sudah hilang illat(sebab/alasan).
Jika sebab ini sudah hilang, maka hilanglah pula ma’lul (akibatnya). Salah satunya adalah seperti
yang ditulis dalam buku “Al-Qur’an dan Wanita ) hal:59:

”Kami perlu mengingatkan riwayat-riwayat yang disebutkan berkenaan dengan keberadaan ayat
surat Al-Ahzab, bahwa pakaian wanita-wanita merdeka maupun budak dahulunya sama. Lantas
orang-orang fasik mengganggu mereka tanpa pandang dulu. Kemudian turunlah ayat ini yang
membedakan pakaian bagi wanita-wanita merdeka agar mereka dapat dikenal sehingga tidak
diganggu oleh orang-orang fasik itu. Dengan kata lain, persoalannya atau kepentingan darurat
pada masa tertentu”

(Syaikh Albani berkata): seakan-akan ia ingin mengatakan: Sekarang ini sudah tidak ada lagi
kepentingan untuk mengenakan jilbab, karena sudah hilang penyebabnya. Menurutnya dengan
lenyapnya perbudakan dan kaum wanita sekarang ini sudah merdeka seluruhnya! Perhatikanlah
bagaimana kejahilan mengenai sebagian riwayat itu dapat berakibat hilangnya perintah Al-
Qur’an dan juga perintah Nabi sebagimana hadits Ummu Athiyah diatas”

Syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika memakai jilbab:

Sebagaimana yang telah saya janjikan diatas mengenai syarat dalam memakai jilbab yang harus
dipenuhi oleh seorang wanita muslimah agar jilbabnya diterima Allah subhanahuwata’ala maka
wajib untuk memperhatikan hal-hal berikut ini.Yang dimana Syaikh Albani mengatakan dalam
bukunya Jilbab Wanita Muslimah hal :45

“Penelitian kami terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, Sunnah Nabi dan atsar-atsar Salaf dalam maslah
yang penting ini memberikan jawaban kepada kami bahwa seorang wanita keluar dari rumahnya,
maka ia wajib menutup seluruh anggota badannya dan tidak menampakkan sedikitpun
perhiasannya kecuali wajah dan dua telapak tangannya (bercadar lebih utama bila mau) maka ia
harus menggunakan pakaian yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Menutupi seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan


Sebagaimana yang telah dibahas diatas tentang penafsiran surat An-Nuur ayat 31 dan Al-Ahzaab
ayat 59 tentang keharusan menutupi seluruh tubuhnya dengan jilbab maka akan saya jelaskan
beberapa tambahan secara terperinci diantaranya Firman Allah Ta’ala:
“Dan janganlah mereka itu memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan”

Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-Muhalla (II:216) mengatakan:


“Ini merupakan nash bahwa kedua kaki dan betis itu termasuk anggota tubuh yang harus
disembunyikan (ditutup) dan tidak halal untuk ditampakkan”

Sedangkan dari As-Sunnah, hal ini dikuatkan oleh hadist Ibnu Umar bahwa ia berkata:
Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa menghela pakaiannya lantaran angkuh, maka Allah tidak akan sudi melihatnya
pada hari kiamat. Lantas Ummu Salamah bertanya:”Lalu, bagaimana yang mesti dilakukan oleh
kaum wanita denngan bagian ujung pakaiannya? Beliau menjawa: hendaklah mereka
menurunkan satu jengkal!Ummu Salamah berkata:Kalau begitu telapak kaki mereka terbuka
jadinya. Lalu Nabi bersabda lagi:Kalau begitu hendaklah mereka menurunkan satu hasta dan
jangan lebih dari itu!”
(HR.Tirmidzi (III/47) At-Tirmidzi berkata hadits ini Shahih)

2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan

Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 31 :


“dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka”

secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi sesuatu yang
menyebabkan kaum laki-laki melirikkan pandangan kepadanya. Hal ini dikuatkan oleh Firman
Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 33:
“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu”

juga berdasarkan sabda Nabi :


“Ada 3 golongan yg tidak akan ditanya (karena mereka sudah termasuk orang-orang yang binasa
atau celaka): Seorang laki-laki yang meninggalkan jama’ah dan mendurhakai imamnya serta
meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita/laki-laki yang melarikan diri dari
tuannya, serta seorangwanita yang ditinggal pergi oleh suaminya, padahal suaminya telah
mencukupi keperluan duniawinya namun setelah itu ia berhias/bertabarruj (berhias diluar rumah
bukan untuk suaminya )”
(HR.Hakim (1/119) dan Ahmad (6/19) dari hadits Fadhalah bin Ubaid dengan sanad shahih)

Tabarruj adalah perilaku wanita yg menampakkan perhiasan dan kecantikan-nya serta segala
sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki (Fathul Bayan 7/274)

Yang dimaksud dengan perintah mengenakan jilbab adalah menutup perhiasan wanita. Dengan
demikian tidaklah masuk akal jika jilbab itu sendiri berfungsi sebagai perhiasan. Seperti kejadian
yang sering kita lihat sendiri yaitu jilbab trendy model masa kini.
3. Kainnya harus tebal tidak tipis

Yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali harus tebal. Jika tipis maka hanya akan
semakin memancing fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. Sebagaimana sabda
Rasulullah :
“Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Diatas
kepala mereka seperti terdapat punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah
kaum yang terkutuk”
(HR. Ahmad 2/223.Menurut Al-Haitsami rijal Ahmad adalah rijal shahih)

Ibnu Abdil Barr berkata:


“Yang dimaksud Nabi adalah wanita yang mengenakan pakaian tipis, yang dapat
mensifati(menggambarkan) bentuk tubuhnya dan tidak dapat menutup atau
menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya akan tetapi hakekatnya telanjang”
(Dikutip oleh Imam As-Suyuti dalam Tanwirul Hawalik 3/103)

Dari Hisyam bin Urwah bahwasanya Al-Mundzir bin Az-Zubair datang dari Iraq, lalu
mengirimkan kepada Asma binti Abu Bakar sebuah pakaian Marwiyah (nama pakaian terkenal
di Iraq) dan Quhiyyah (tenunan tipis dan halus dari Khurasan). Peristiwa itu terjadi setelah Asma
mengalami kebutaan. Asma pun menyentuh dengan tangannya kemudian berkata:”Cis!
Kembalikan pakaian ini kepadanya!” Al-Mundzir merasa keberatan lalu berkata:”Duhai Bunda,
sesungguhnya pakaian itu tidak tipis!” Ia menjawab : Memang tidak tipis akan tetapi ia dapat
menggambarkan lekuk tubuh !”
(Dikeluarkan oleh Ibnu Saad (8/184) isnadnya Shahih sampai kepada Al-Mundzir)

4. Harus Longgar, Tidak Ketat, Sehingga tidak Dapat Menggambarkan Sesuatu Dari Tubuhnya

Karena tujuan dari mengenakan pakaian adalah untuk menghilangkan fitnah. Dan, itu tidak
mungkin terwujud kecuali pakaian yang dikenakan oleh wanita itu harus longgar dan luas. Jika
pakaian itu ketat, meskipun dapat menutupi warna kulit, maka tetap dapat menggambarkan
bentuk tubuh atau lekuk tubuhnya, atau sebagian dari tubuhnya pada pandangan mata kaum laki-
laki. Kalau demikian halnya maka sudah pasti akan menimbulkan kerusakan dan mengundang
kemaksiatan bagi kaum laki-laki. Dengan demikian, pakaian wanita itu harus longgar dan luas.

Usamah bin Zaid pernah berkata:


“Rasulullah memberiku baju Qubthiiyyah yang tebal (biasanya baju Qubthiyyah itu tipis) yang
merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itupun aku
pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku :Mengapa kamu tidak mengenakan baju
Qutbiyyah ? aku menjawab: Aku pakaikan baju itu pada istriku.Nabi lalu
bersabda:Perintahkanlah ia agar mengenakan baju dalam di balik Qubthiyyah itu, karena saya
khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya”
(Dikeluarkan oleh Ad-Dhiya’Al-Maqdisi dalam kitab Al-Hadits Al-Mukhtarah 1/441 Ahmad dan
Baihaqi dengan sanad hasan)
Diriwayatkan oleh Ummu Ja’far binti Muhammad bin Ja’far bahwasanya Fatimah binti
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata:

“Wahai Asma! Sesungguhnya aku memandang buruk apa yang dilakukan kaum wanita yang
mengenakan baju yang dapat menggambarkan tubuhnya. Asma berkata:Wahai putri Rasulullah!
Maukah kuperlihatkan kepadamu sesuatu yang pernah aku lihat di negeri Habasyah? Lalu Asma
memabawakan beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, kemudian ia bentuk menjadi
pakaian lantas dipakai. Fatimah pun berkomentar:Betapa baiknya dan eloknya baju ini, sehingga
wanita dapat dikenali(dibedakan) dari laki-laki dengan pakaian itu. Jika aku nanti sudah mati,
maka mandikanlah aku wahai Asma bersama Ali (dengan pakaian penutup seperti itu) dan
jangan ada seorangpun yang menengokku ! tatkala Fatimah meninggal dunia maka Ali bersama
Asma yang memandikannya sebagaimana yang dipesankan”

(dikeluarkan oleh Abu Nuaim dalam kitab Al-Hilyah 2/43 dan ini adalah konteksnya
diriwayatkan pula oleh Al-Baihaqi.Ada riwayat dengan lafal lain dari Asma dikeluarkan oleh At-
Tabrani dalam Al-Ausath bahwasanya putri Rasulullah meninggal dunia. Mereka dalam
membawa mayat laki-laki maupun perempuan sama saja diatas dipan. Lalu Asma berkata: Ya,
rasulullah Saya pernah tinggal dinegeri Habasyah dimana penduduknya adalah nashara ahlul
kitab. Mereka membuatkan tandu jenazah untuk mayat perempuan, karena mereka benci
bilamana ada bagian dari tubuh wanita itu yang tergambarkan.Bolehkah aku membuatkan tandu
semisal itu untukmu? Beliau menjawab: buatkanlah! Asma adalah orang yg pertama kali
membuat tandu jenazah dalam islam yang mula-mula diperuntukkan buat Ruqayyah putri
Rasulullah)

Perhatikanlah sikap Fatimah yang merupakan bagian dari tulang rusuk Nabi
bagaimana ia memandang buruk bilamana sebuah pakaian itu dapat mensifati atau
menggambarkan tubuh seorang wanita meskipun sudah mati, apalagi jika masih hidup tentunya
jauh lebih buruk. Oleh karena itu hendaklah kaum muslimah zaman ini merenungkan hal ini,
terutama kaum muslimah yang masih mengenakan pakaian yang sempit dan ketat yang dapat
menggambarkan bulatnya buah dada, pinggang, betis dan anggota badan mereka yang
lain.Selanjutnya hendaklah mereka beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya serta
mengingat selalu akan sabda Nabi shalallahu alaihi wassalam:
“ Perasaan malu dan iman itu keduanya selalu bertalian. Manakala salah 
satunya lenyap, maka lenyaplah pula yang satunya lagi”

(Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Mustadraknya dari Abdullah bin Umar,dan Al-Haitsami
dalam Al-Majma III:26)
5. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum

Dari Abu Musa Al-Asyari bahwasanya ia berkta Rasulullah bersabda :


“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-
laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina”
(HR.An-Nasai II:38,Abu dawud II:92, At-Tirmidzi IV:17, At-Tirmidzi
menyatakan hasan shahih)

Dari Zainab Ats-Tsaqafiyah bahwasanya Nabi bersabda :


“Jika salah seorang diantara kalian (kaum wanita) keluar menuju masjid, 
maka janganlah sekali-kali mendekatinya dengan memakai parfum”
(HR. Muslim dan dalam Ash-shahihah 1094)

Syaikh Albani berkata:

“Jika hal itu saja diharamkan bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid
lalu apa hukumnya bagi yang keluar menuju pasar atau tempat keramaian
lainnya? Tidak diragukan lagi bahwa hal itu jauh lebih haram dan lebih besar
dosanya. Al-Haitsami dalam kita Az-Zawajir II:37 mengatakan bahwa
keluarnya
seorang wanita dari rumahnya dengan memakai parfum dan berhias adalah 
termasuk dosa besar walaupun sang suami mengijinkannya”

6. Tidak Menyerupai Pakaian Wanita Kafir

Dari Abdullah bin Amru bin Ash dia berkata:


“Rasulullah melihat saya mengenakan dua buah kain yang dicelup dengan
warna ushfur, maka beliau bersabda: Sungguh ini merupakan pakaian orang-
orang kafir maka jangan memakainya”
(HR. Muslim 6/144, hadits Shahih)

Jelaslah sudah Rasulullah telah memberikan rambu-rambu yang harus ditaati


ummatnya khususnya wanita muslimah. Mudah-mudahan Allah memberikan
hidayah-Nya kepada kita untuk mampu melaksanakan apa yang
diperintahkanNya. Amin. Wallahu’alam bishawwab.
ALASAN I : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbab

Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama,


apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam?
Dengan alami ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha Illallah!
Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan rasullullah!
Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia yakin akan Islam
beserta seluruh hukumnya.

Kedua, kami menanyakan; Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam


Islam? Apabila saudari ini jujur dan dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan
berkata; Ya, itu adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran
suci dan merupakan sunnah Rasulullah SAWW yang suci. Jadi kesimpulannya
disini, apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia
tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?

ALASAN II : Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya melarangnya,
dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk neraka.

Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla termulia,
Rasulullah SAWW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana; “Tiada kepatuhan
kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah SWT.” (Ahmad).
Sesungguhnya, status orangtua dalam Islam, menempati posisi yang sangat
tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan; “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang Ibu Bapak . . “ (QS. An-Nisa:36). Kepatuhan
terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu apabila
berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman; “dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya…(QS. Luqman : 15)

Berbuat tidak patuh terhadap orangtua dalam menjalani perintah Allah SWT
tidak menyebabkan kita dapat berbuat seenaknya terhadap mereka. Kita
tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di
ayat yang sama; “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.
Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun
melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu.
ALASAN III : Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya memakai
jilbab.

Saudari ini mungkin satu diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau
sebaliknya, ia seorang yang membohongi dirinya sendiri dengan
mengatasnamakan lingkungan pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab.
Kita akan memulai dengan menjawab tipe dia adalah wanita yang tulus dan
jujur. “Apakah anda tidak tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa
wanita muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa
menutupi auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim
untuk mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak
waktu dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari berbagai macam hal
di dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk
tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan
Allah dan kematianmu?” Bukankah Allah SWT telah berfirman; “maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak
mengetahui (QS An-Nahl : 43). Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup
auratmu. Apabila kau harus keluar rumahmu, tutupilah auratmu dengan
jilbab, carilah kesenangan Allah SWT daripada kesenangan syetan. Karena
kejahatan dapat berawal dari pemandangan yang memabukkan dari seorang
wanita.

Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam


menjalani sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan
kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT akan membuat segala
permasalahan mudah untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman;
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya..”(QS. AtTalaq :2-3). Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu
yang ditentukan oleh Allah SWT. Dan tidak bergantung pada kemewahan
pakaian yang kita kenakan, warna yang mencolok, dan mengikuti trend yang
sedang berlaku. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh
pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dan bergantung pada hukum Allah SWT
yang murni. Dengarkanlah kalimat Allah; “sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara
kamu..”(QS. Al-Hujurat:13).Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan
mencari kesenangan dan keridhoan Allah SWT, dan berikan harga yang
sedikit pada benda-benda mahal yang dapat menjerumuskanmu.

ALASAN IV : Udara di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat
menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi jika saya
memakai jilbab.

Allah SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan; “api neraka


jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka mengetahui..”(QS
At-Taubah : 81). Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di
daerahmu dengan panas di neraka jahannam? Sesungguhnya saudariku,
syetan telah mencoba membuat tali besar untuk menarikmu dari panasnya
bumi ini kedalam panasnya suasana neraka. Bebaskan dirimu dari jeratannya
dan cobalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan
kesengsaraan. Apalagi mengingat bahwa intensitas hukuman dari Allah SWT
akan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini.
Kembalilah pada hukum Allah SWT dan berlindunglah dari hukuman-Nya,
sebagaimana tercantum dalam ayat; “mereka tidak merasakan kesejukan
didalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih
dan nanah” (QS. AN-NABA 78:24-25). Kesimpulannya, surga yang Allah SWT
janjikan, penuh dengan cobaan dan ujian. Sementara jalan menuju neraka
penuh dengan kesenangan, nafsu dan kenikmatan.

ALASAN V : Saya takut, bila saya memakai jilbab sekarang, di lain hari saya
akan melepasnya kembali, karena saya melihat banyak sekali orang yang
begitu.

Kepada saudari itu saya berkata, “apabila semua orang mengaplikasikan


logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada
akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan shalat lima waktu karena mereka
takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu shalat itu. Mereka akan
meninggalkan puasa di bulan ramadhan, karena mereka takut tidak dapat
menunaikan satu hari ramadhan saja di bulan puasa, dan seterusnya.
Tidakkah kamu melihat bagaimana syetan telah menjebakmu lagi dan
memblokade petunjuk bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang
berkesinambungan walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil atau
dianjurkan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan
sebagaimana kewajiban memakai jilbab? Rasulullah SAWW bersabda;
“Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan mulia yang terus
menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil.” Mengapa kamu saudariku,
tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali
jilbab mereka dan menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir
kebenaran dan berpegang teguh padanya? Allah SWT sesungguhnya telah
berfirman; “maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-
orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. AL BAQARAH 2:66).
Kesimpulannya, apabila kau memang teguh petunjuk dan merasakan
manisnya keimanan, kau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah
SWT setelah kau melaksanakannya.

ALASAN VI : Apabila saya memakai jilbab, maka jodohku akan sulit, jadi aku
akan memakainya nanti setelah menikah.

Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukaimu tidak memakai jilbab
dan membiarkan auratmu di depan umum, berarti dia tidak mengindahkan
hukum dan perintah Allah SWT dan bukanlah suami yang berharga sejak
semula. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan
menjaga perintah Allah SWT, dan jangan pernah berharap tipe suami seperti
ini akan menolongmu menjauhi api neraka, apalagi memasuki surga Allah
SWT. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah SWT,
akan selalu menghadapi kepedihan dan kemalangan di dunia kini dan bahkan
di akhirat nanti. Allah SWT bersabda; “dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS.
TAHA 20:124). Pernikahan adalah sebuah pertolongan dan keberkahan dari
Allah SWT kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Berapa banyak wanita yang
ternyata menikah sementara mereka yang tidak memakai jilbab tidak?

Apabila kau, saudariku tersayang, mengatakan bahwa ketidak-tertutupanmu


kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, yaitu pernikahan.
Tidak ada ketertutupan. Saudariku, suatu tujuan yang murni, tidak akan
tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila
tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju kesana
pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam kita
menyebutnya : Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari
peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut. Kesimpulannya, tidak
ada keberkahan dari suatu perkawinan yang didasari oleh dosa dan
kebodohan.

ALASAN VII : Saya tidak memakai jilbab berdasarkan perkataan Allah SWT :
“dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur)” (QS.Ad-Dhuhaa 93: 11). Bagaimana mungkin saya
menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?

Jadi saudari kita ini mengacu pada Kitab Allah selama itu mendukung
kepentingannya dan pemahamannya sendiri ! ia meninggalkan tafsir
sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila hal itu tidak menyenangkannya.
Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak mengikuti
ayat : “janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak
daripadanya” (QS An-Nur 24: 31] dan sabda Allah SWT: “katakanlah kepada
istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya..” (QS Al-Ahzab 33:59). Dengan pernyataan darimu itu,
saudariku, engkau telah membuat syariah sendiri bagi dirimu, yang
sesungguhnya telah dilarang oleh Allah SWT, yang disebut at-tabarruj dan as-
sufoor. Berkah terbesar dari Allah SWT bagi kita adalah iman dan hidayah,
yang diantaranya adalah menggunakan hijab. Mengapa kamu tidak
mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu ini? Kesimpulannya,
apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar
daripada petunjuk dan hijab?

ALASAN VIII : Saya tahu bahwa jilbab adalah kewajiban, tapi saya akan
memakainya bila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.

Saya bertanya kepada saudariku ini, rencana atau langkah apa yang ia
lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia
katakan? Kita mengetahui bahwa Allah SWT dalam kalimat-kalimat bijak-Nya
menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Itulah mengapa orang
yang sakit menelan sebutir obat untuk menjadi sehat, dan sebagainya. Apakah
saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya mencari
petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana
dalam surah Al-Fatihah 1:6 “Tunjukilah kami jalan yang lurus” serta
berkumpul mencari pengetahuan kepada muslimah-muslimah lain yang lebih
taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dengan menggunakan jilbab?
Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari atau
pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-
jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN IX : Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk
memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan penambahan
umur dan setelah saya pergi haji.

Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintumu kapan


saja Allah SWT berkehendak. Sayangnya, saudariku, kematian tidak
mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat kau
masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidaksiapan Allah SWT bersabda;
“tiap umat mepunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat
(pula) memajukannya” (QS Al-An’aam 7:34] saudariku tersayang, kau harus
berlomba-lomba dalam kepatuhan pada Allah SWT; “berlomba-lombalah
kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi..”(QS Al-Hadid 57:21).

Saudariku, jangan melupakan Allah SWT atau Ia akan melupakanmu di dunia


ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi
hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang
yang munafik, “dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri”(QS Al-
Hashr 59: 19) saudariku, memakai jilbab di usiamu yang muda, akan
memudahkanmu. Karena Allah SWT akan menanyakanmu akan waktu yang
kau habiskan semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari
pembalasan nanti.Kesimpulannya, berhentilah menetapkan kegiatanmu
dimasa datang, karena tidak seorang pun yang dapat menjamin kehidupannya
hingga esok hari.

ALASAN X : Saya takut, bila saya memakai jilbab, saya akan di-cap dan
digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!
Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan
dalam Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok / tentara Allah
(Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan, karena kepatuhan
mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syetan yang terkutuk
(hizbush-shaitan) yang selalu melanggar Allah SWT. Apabila kau, saudariku,
memegang teguh perintah Allah SWT, dan ternyata disekelilingmu adalah
saudara-saudaramu yang memakai jilbab, kau tetap akan dimasukkan dalam
kelompok Allah SWT. Namun apabila kau memperindah nafsu dan egomu, kau
akan mengendarai kendaraan Syetan, seburuk-buruknya teman.

Saudariku,
Jangan biarkan tubuhmu dipertontonkan di pasar para syetan dan merayu
hati para pria. Model rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap
detail tubuhmu, pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan
kakimu, dan semua yang dapat membangkitkan amarah Allah SWT dan
menyenangkan syetan. Setiap waktumu yang kau habiskan dalam kondisi ini,
akan terus semakin menjauhkanmu dari Allah SWT dan semakin
membawamu lebih dekat pada syetan. Setiap waktu kutukan dan kemarahan
menuju kepadamu dari surga hingga kau bertaubat. Setiap hari membawamu
semakin dekat kepada kematian.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain dari kesenangan yang memperdayakan” (QS
Ali ‘Imran 3:185). Naikilah kereta untuk mengejar ketinggalan, saudariku,
sebelum kereta itu melewati stasiunmu. Renungkan secara mendalam,
saudariku, apa yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Pikirkan tentang hal
ini, saudariku, sekarang, sebelum semuanya terlambat !”

Sumber oleh : Dr. Huwayda Ismaeel

Anda mungkin juga menyukai